Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15737 | 18 Apr 2025
Klinis : Jemaah haji Ny R (45 tahun) dari kloter 23 JKG, saat di pesawat didapatkan kondisi gelisah, nafas sesak. Setelah dilakukan pemeriksaan, nilai saturasi oksigen 92%, memiliki riwayat penyakit DM dengan hasil GDS 243 g/dl. Apa masalah keperawatan utama pada jamaah tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam menanggapi kondisi Jemaah haji Ny R (45 tahun) dari kloter 23 JKG, berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) melalui SDKI, SLKI, dan SIKI, berikut adalah analisis masalah keperawatan utama dan penjelasan singkatnya:
Diagnosa Keperawatan Utama:
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan pertukaran gas, ditandai dengan nafas sesak dan saturasi oksigen 92%.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakefektifan pola napas adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen dan/atau karbon dioksida dalam darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Pola Napas Efektif, di mana pasien dapat bernapas dengan mudah dan lancar, serta mempertahankan kadar oksigen yang adekuat dalam darah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. Selain itu, penatalaksanaan diabetes melitus (DM) sebagai faktor komorbid juga perlu dipertimbangkan.
Berdasarkan analisis tersebut, masalah keperawatan utama pada Jemaah haji Ny R adalah Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan penurunan pertukaran gas, yang ditandai dengan keluhan sesak napas dan saturasi oksigen yang berada di bawah normal. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah stabilisasi kondisi pernapasan, pengaturan oksigen, dan pemantauan kondisi pasien secara komprehensif. -
Article No. 15738 | 18 Apr 2025
Klinis : Pada tahun 2024 mahasiswa/ mahasiswi S1 Keperawatan STIKES Notokusumo Yogyakarta melakukan penelitian pada lansia yang menderita penyakit Hipertensi di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, DIY. Banyaknya lansia yang menderita Hipertensi dengan prevalensi 110 orang lansia dari 150 lansia. Hipertensi Lansia di daerah bener ini disebabkan karena adanya pengetahuan yang kurang mengenai pencegahan hipertensi. Maka mahasiswa/mahasiswi melalukan penyuluhan tentang Hipertensi pada Lansia. BUATLAH ANALISA DATA TERKAIT KASUS TERSEBUT MELIPUTI TANDA/GEJALA, PENYEBAB, DAN DIAGNOSANYA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisa data terkait kasus hipertensi pada lansia di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, DIY, serta luaran/output yang diharapkan dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Analisa Data:
Tanda/Gejala:
1. Tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg)
2. Sakit kepala
3. Pusing
4. Jantung berdebar
5. Mudah lelah
Penyebab:
1. Pengetahuan yang kurang mengenai pencegahan hipertensi pada lansia
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan (00078)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor kesehatan
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan: Manajemen Hipertensi (1847)
- Indikator:
a. Menjelaskan definisi hipertensi
b. Menjelaskan etiologi hipertensi
c. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
d. Menjelaskan komplikasi hipertensi
e. Menjelaskan manajemen hipertensi (diet, aktivitas, obat-obatan)
2. Perilaku Kesehatan: Kontrol Hipertensi (1921)
- Indikator:
a. Memantau tekanan darah secara teratur
b. Mengikuti program pengobatan hipertensi
c. Mengadopsi diet dan aktivitas yang direkomendasikan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan (6610)
- Aktivitas:
a. Mengidentifikasi pengetahuan, keyakinan, dan perilaku kesehatan saat ini
b. Memberikan informasi tentang hipertensi, termasuk definisi, etiologi, tanda-gejala, komplikasi, dan manajemen
c. Mendiskusikan hambatan dan strategi untuk mengatasi hipertensi
d. Melibatkan keluarga dalam edukasi
e. Memberikan materi edukasi yang mudah dipahami
2. Manajemen Hipertensi (5618)
- Aktivitas:
a. Memantau tekanan darah secara teratur
b. Mengidentifikasi faktor risiko hipertensi
c. Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres
d. Menganjurkan perubahan gaya hidup, seperti diet rendah garam, aktivitas fisik, dan menghindari rokok
e. Memantau efektivitas pengobatan antihipertensi
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kasus yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa lansia di Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, DIY, menderita hipertensi dengan prevalensi 110 orang dari 150 lansia. Penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan mengenai pencegahan hipertensi. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan.
Luaran/output yang diharapkan adalah peningkatan pengetahuan lansia tentang hipertensi, serta perilaku kesehatan yang baik dalam mengontrol hipertensi. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah edukasi kesehatan tentang hipertensi dan manajemen hipertensi, yang mencakup pemantauan tekanan darah, identifikasi faktor risiko, teknik relaksasi, perubahan gaya hidup, dan pemantauan efektivitas pengobatan.
Dengan intervensi yang komprehensif, diharapkan lansia dapat meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan perilaku yang tepat dalam mengelola hipertensi, sehingga dapat mencegah komplikasi dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 15739 | 18 Apr 2025
Klinis : Risiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi, gaya hidup kurang gerak, merokok. (SDKI: 0015) JELASKAN Tujuan dan Kriteria HasilNYA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko perfusi perifer tidak efektif.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Definisi:
Risiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Hipertensi
2. Gaya hidup kurang gerak
3. Merokok
Sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), kode diagnosa ini adalah 0015.
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI):
Tujuan:
Klien akan mempertahankan perfusi perifer yang efektif selama perawatan.
Kriteria Hasil:
1. Klien menunjukkan tanda-tanda vital normal
2. Klien menunjukkan perbaikan sirkulasi perifer (warna, suhu, dan nadi perifer)
3. Klien menunjukkan peningkatan aktivitas fisik
4. Klien menunjukkan penurunan faktor risiko (merokok, kurang aktivitas fisik)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Kaji tanda-tanda vital dan sirkulasi perifer secara berkala
2. Anjurkan klien untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
3. Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya gaya hidup sehat
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan hipertensi dan berhenti merokok
Dengan pendekatan ini, diharapkan klien dapat mempertahankan perfusi perifer yang efektif selama perawatan dan mengurangi faktor risiko yang dapat mempengaruhi perfusi perifer. -
Article No. 15740 | 18 Apr 2025
Klinis : Kasus 3 : KASUS ASUHAN KEPERAWATAN: PENYAKIT HIRSCHSPRUNG Seorang Bayi perempuan, berusia 5 hari , Berat Badan: 3100 gram, dilahirkan di Usia Kehamilan: 39 minggu dengan cara Spontan pervaginam, Ibu mengatakan bayi belum buang air besar sejak lahir, Perut bayi tampak membesar dan keras , Bayi rewel, menangis terus-menerus, Nafsu makan menurun, muntah berwarna hijau (bilious vomiting). Hasil Pemeriksaan : Abdomen distensi, Tidak ada pengeluaran mekonium dalam 48 jam pertama, Refleks mengisap lemah, Tampak tidak nyaman saat diperiksa per rektal. Pemeriksaan Penunjang : Rontgen abdomen: terdapat gambaran obstruksi usus, Biopsi rektum: menunjukkan tidak adanya sel ganglion, Diagnosis medis: Hirschsprung Disease (aganglionic megacolon)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus asuhan keperawatan yang diberikan, diagnosis medis yang sesuai adalah Penyakit Hirschsprung.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q43.1
- Deskripsi: Penyakit Hirschsprung (megakolon aganglionik)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.63
- Deskripsi: Reseksi segmental kolon dengan anastomosis, prosedur yang umum dilakukan pada pasien dengan Penyakit Hirschsprung untuk mengatasi obstruksi usus.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 Q43.1 sesuai dengan diagnosis Penyakit Hirschsprung, yang merupakan kondisi kongenital di mana terdapat hilangnya sel-sel ganglion pada bagian tertentu usus besar, menyebabkan obstruksi saluran pencernaan.
- Kode ICD-9-CM 45.63 mengacu pada tindakan reseksi segmental kolon dengan anastomosis, yang merupakan salah satu prosedur pembedahan yang umumnya dilakukan untuk mengatasi obstruksi usus pada pasien Penyakit Hirschsprung. -
Article No. 15741 | 18 Apr 2025
Klinis : Kasus 3 : KASUS ASUHAN KEPERAWATAN: PENYAKIT HIRSCHSPRUNG Seorang Bayi perempuan, berusia 5 hari , Berat Badan: 3100 gram, dilahirkan di Usia Kehamilan: 39 minggu dengan cara Spontan pervaginam, Ibu mengatakan bayi belum buang air besar sejak lahir, Perut bayi tampak membesar dan keras , Bayi rewel, menangis terus-menerus, Nafsu makan menurun, muntah berwarna hijau (bilious vomiting). Hasil Pemeriksaan : Abdomen distensi, Tidak ada pengeluaran mekonium dalam 48 jam pertama, Refleks mengisap lemah, Tampak tidak nyaman saat diperiksa per rektal. Pemeriksaan Penunjang : Rontgen abdomen: terdapat gambaran obstruksi usus, Biopsi rektum: menunjukkan tidak adanya sel ganglion, Diagnosis medis: Hirschsprung Disease (aganglionic megacolon)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Penyakit Hirschsprung yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan eliminasi urin dan feses berhubungan dengan obstruksi usus besar pada penyakit Hirschsprung.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen pada penyakit Hirschsprung.
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan muntah pada penyakit Hirschsprung.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan pola eliminasi dan ketidaknyamanan akibat penyakit Hirschsprung.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan eliminasi urin dan feses: Ketidakmampuan untuk buang air besar atau kecil secara adekuat.
2. Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh: Rentan mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
4. Kecemasan: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan nonspesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Eliminasi urin dan feses: Kemampuan untuk buang air besar dan kecil secara adekuat.
2. Kontrol nyeri: Kemampuan untuk mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri.
3. Keseimbangan nutrisi: Kemampuan untuk mempertahankan asupan dan penggunaan nutrisi yang adekuat.
4. Manajemen kecemasan: Kemampuan untuk mengelola rasa cemas, khawatir, atau takut.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen eliminasi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi eliminasi urin dan feses.
2. Manajemen nyeri: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
3. Manajemen nutrisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan asupan dan penggunaan nutrisi yang adekuat.
4. Manajemen kecemasan: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa cemas, khawatir, atau takut.
Dalam kasus ini, perawat berperan penting dalam mengelola masalah kesehatan yang dialami oleh bayi dengan penyakit Hirschsprung, mulai dari memantau eliminasi, mengatasi nyeri, menjaga keseimbangan nutrisi, dan mengelola kecemasan yang mungkin timbul pada bayi dan keluarganya. -
Article No. 15742 | 18 Apr 2025
Klinis : Kasus 3 : KASUS ASUHAN KEPERAWATAN: PENYAKIT HIRSCHSPRUNG Seorang Bayi perempuan, berusia 5 hari , Berat Badan: 3100 gram, dilahirkan di Usia Kehamilan: 39 minggu dengan cara Spontan pervaginam, Ibu mengatakan bayi belum buang air besar sejak lahir, Perut bayi tampak membesar dan keras , Bayi rewel, menangis terus-menerus, Nafsu makan menurun, muntah berwarna hijau (bilious vomiting). Hasil Pemeriksaan : Abdomen distensi, Tidak ada pengeluaran mekonium dalam 48 jam pertama, Refleks mengisap lemah, Tampak tidak nyaman saat diperiksa per rektal. Pemeriksaan Penunjang : Rontgen abdomen: terdapat gambaran obstruksi usus, Biopsi rektum: menunjukkan tidak adanya sel ganglion, Diagnosis medis: Hirschsprung Disease (aganglionic megacolon)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Hambatan Eliminasi Fekal
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses secara teratur dan efektif melalui anus.
Faktor Berhubungan: Gangguan fungsi usus besar (Hirschsprung Disease).
2. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Faktor Berhubungan: Distensi abdomen, Pemeriksaan rektal.
3. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Faktor Berhubungan: Distress pernapasan terkait nyeri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Eliminasi Fekal Lancar
- Bayi dapat mengeluarkan feses secara teratur dan efektif.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi usus.
- Abdomen lunak dan tidak distensi.
2. Kontrol Nyeri
- Bayi dapat beristirahat dengan nyaman.
- Tanda-tanda nyeri berkurang (menangis, tampak tidak nyaman saat diperiksa).
- Bayi dapat menyusu dengan baik.
3. Pola Napas Efektif
- Frekuensi napas dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan.
- Oksigenasi adekuat (saturasi oksigen dalam batas normal).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Penanganan Eliminasi Fekal:
- Monitor tanda-tanda obstruksi usus (distensi abdomen, tidak ada pengeluaran mekonium, muntah).
- Berikan cairan rektal sesuai indikasi untuk membantu pengeluaran feses.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat laksatif/enema sesuai kebutuhan.
- Ajarkan orang tua teknik stimulasi rektal untuk merangsang pengeluaran feses.
- Pantau intake dan output cairan.
2. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Berikan intervensi nonfarmakologis (sentuhan terapeutik, musik, dll).
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan orang tua teknik meredakan nyeri (pijat, posisi nyaman).
- Monitor tanda-tanda vital dan respons bayi terhadap intervensi.
3. Manajemen Jalan Napas:
- Monitor tanda-tanda distress pernapasan (retraksi, napas cuping hidung, dll).
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Posisikan bayi dengan kepala lebih tinggi untuk memfasilitasi pernapasan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan intervensi lanjutan jika diperlukan.
- Ajarkan orang tua teknik stimulasi pernapasan (fisioterapi dada, dll).
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim medis, diharapkan bayi dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu eliminasi fekal yang lancar, kontrol nyeri yang baik, dan pola napas yang efektif. -
Article No. 15744 | 18 Apr 2025
Klinis : Risiko perfusi perifer tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi, gaya hidup kurang gerak, merokok. (SDKI: 0015) Perfusi perifer (SLKI: L.02011) Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan Perfusi Perifer Teratasi Dengan Kriteria Hasil : 1. Lansia menunjukkan tanda-tanda vital normal 2. Lansia menunjukkan perbaikan sirkulasi perifer (warna, suhu, dan nadi perifer) 3. Lansia menunjukkan peningkatan aktivitas fisik 4. Lansia menunjukkan penurunan faktor risiko (merokok, kurang aktivitas fisik) BUATLAH INTERVENSINYA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (SDKI: 0015)
Definisi:
Risiko untuk pengurangan sirkulasi darah ke bagian distal anggota tubuh yang dapat mengganggu kesehatan.
Tanda dan Gejala:
1. Hipertensi
2. Gaya hidup kurang gerak
3. Merokok
Rencana Asuhan Keperawatan:
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Perifer (I.02011)
- Kaji tanda-tanda vital dan sirkulasi perifer (warna, suhu, dan nadi perifer)
- Anjurkan lansia untuk meningkatkan aktivitas fisik secara teratur
- Bantu lansia untuk berhenti merokok dengan memberikan konseling dan dukungan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengelola faktor risiko lainnya
2. Edukasi Kesehatan (I.13004)
- Berikan edukasi tentang pentingnya perfusi perifer yang adekuat
- Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perfusi perifer (hipertensi, kurang aktivitas, merokok)
- Ajarkan lansia tentang perilaku gaya hidup yang dapat meningkatkan perfusi perifer, seperti aktivitas fisik teratur, berhenti merokok, dan menjaga berat badan ideal
Evaluasi (SLKI: L.02011):
1. Lansia menunjukkan tanda-tanda vital normal
2. Lansia menunjukkan perbaikan sirkulasi perifer (warna, suhu, dan nadi perifer)
3. Lansia menunjukkan peningkatan aktivitas fisik
4. Lansia menunjukkan penurunan faktor risiko (merokok, kurang aktivitas fisik)
Sebagai perawat, saya akan bekerja secara kolaboratif dengan tim kesehatan lain untuk mengelola risiko perfusi perifer tidak efektif pada lansia ini. Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, saya berharap dapat membantu lansia mencapai kriteria hasil yang diharapkan. -
Article No. 15745 | 18 Apr 2025
Klinis : 1. *Perawatan sirkulasi (I.02079)* *Observasi* - Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle- brachial index) - Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. dlabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi) - Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas *Terapeutik* - Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi - Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi - Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera - Lakukan pencegahan infeksi - Lakukan perawatan kaki dan kuku - Lakukan hidrasi *Edukasi* - Anjurkan berhenti merokok - Anjurkan berolahraga rutin - Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar - Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu - Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur - Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta - Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis. melembabkan kulit kering pada kaki) - Anjurkan program rehabilitasi vaskular - Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis, rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3) - Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa) BUATLAH RASIONAL DARI INTERVENSI TERSEBUT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. *Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (00228)*
Rasional:
Diagnosa ini sesuai karena pasien mengalami perubahan pada sirkulasi perifer, seperti yang ditunjukkan dari tanda-tanda yang disebutkan, seperti adanya edema, perubahan warna, suhu, dan pulsasi. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan pada perfusi jaringan perifer.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. *Perfusi Jaringan: Perifer (0407)*
- Kriteria Hasil:
- Pulsasi perifer memadai
- Warna ekstremitas normal
- Suhu ekstremitas normal
- Pengisian kapiler normal
- Tidak ada edema
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. *Perawatan Sirkulasi (I.02079)*
- Rasional:
- Pemeriksaan sirkulasi perifer bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan perfusi dan menentukan tindakan yang tepat.
- Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi bertujuan untuk mengenali penyebab dan mengambil langkah-langkah pencegahan.
- Pemantauan tanda-tanda infeksi bertujuan untuk mendeteksi komplikasi dan mencegah terjadinya cedera lebih lanjut.
2. *Pencegahan Komplikasi (I.04031)*
- Rasional:
- Tindakan mencegah komplikasi, seperti infeksi dan kerusakan jaringan, sangat penting untuk mempertahankan integritas jaringan.
- Perawatan kaki dan kuku serta hidrasi bertujuan untuk menjaga kesehatan kulit dan mencegah komplikasi.
3. *Edukasi Kesehatan (I.08024)*
- Rasional:
- Edukasi tentang manajemen faktor risiko, seperti berhenti merokok, olahraga, dan diet, bertujuan untuk mengendalikan kondisi yang menyebabkan gangguan perfusi.
- Edukasi tentang tanda-tanda bahaya dan rehabilitasi vaskular bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola kondisinya dan mencegah komplikasi.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan perfusi jaringan perifer yang normal. -
Article No. 15746 | 18 Apr 2025
Klinis : • An. A tidak bisa mengerjakan PR • Ny. S tidak pernah menemani anak belajar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan 1:
An. A tidak bisa mengerjakan PR
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Proses Belajar
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan Proses Belajar didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memperoleh, mengingat, atau menerapkan informasi baru dari suatu pembelajaran, yang dapat menghambat pencapaian tujuan belajar.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Peningkatan Proses Belajar, di mana pasien dapat menunjukkan kemampuan belajar yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Proses Belajar, yang meliputi pemberian bimbingan dan dukungan untuk meningkatkan kemampuan belajar pasien.
Diagnosa Keperawatan 2:
Ny. S tidak pernah menemani anak belajar
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Asuh
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan Pola Asuh didefinisikan sebagai ketidakmampuan atau kegagalan orang tua atau pengasuh dalam menyediakan lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi perkembangan anak secara optimal.
- SLKI: Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Pola Asuh Efektif, di mana orang tua atau pengasuh dapat memenuhi kebutuhan anak dan mendukung perkembangan anak secara optimal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Edukasi Pola Asuh, yang meliputi pemberian informasi dan bimbingan kepada orang tua atau pengasuh tentang pola asuh yang efektif.
Dalam konteks akademis, saya berperan sebagai pakar dan perawat yang memberikan penjelasan terkait diagnosa keperawatan dan standar PPNI untuk membantu memahami kondisi yang Anda berikan. -
Article No. 15747 | 18 Apr 2025
Klinis : Resiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang penyakit ISPA.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu risiko peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Lingkungan III Kecamatan Medan Tuntungan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemahaman kesehatan khususnya tentang penyakit ISPA, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Risiko infeksi: Risiko Peningkatan ISPA
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan, yang dapat ditunjukkan oleh gejala atau tanda-tanda infeksi saluran pernapasan akut.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengetahuan: Pengetahuan tentang Penyakit ISPA
Definisi: Tingkat pemahaman individu, keluarga, atau komunitas tentang penyakit ISPA, termasuk penyebab, tanda, gejala, pencegahan, dan pengelolaan.
Kriteria Hasil:
a. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menjelaskan tentang penyakit ISPA.
b. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menjelaskan tanda dan gejala ISPA.
c. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menjelaskan cara pencegahan ISPA.
d. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menjelaskan cara pengelolaan ISPA.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan
Definisi: Memfasilitasi proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan individu, keluarga, atau komunitas tentang masalah kesehatan, termasuk penyakit ISPA.
Aktivitas Keperawatan:
a. Menilai tingkat pengetahuan individu, keluarga, atau komunitas tentang penyakit ISPA.
b. Menyusun rencana edukasi kesehatan tentang ISPA yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individu, keluarga, atau komunitas.
c. Menyediakan materi edukasi kesehatan tentang ISPA dalam bentuk yang mudah dipahami (misalnya leaflet, poster, video).
d. Melakukan edukasi kesehatan tentang ISPA secara individual, kelompok, atau komunitas.
e. Mengevaluasi pemahaman individu, keluarga, atau komunitas setelah edukasi kesehatan tentang ISPA.
f. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran.
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko infeksi: Risiko Peningkatan ISPA merupakan diagnosa yang sesuai karena kondisi yang diberikan menunjukkan adanya risiko peningkatan ISPA yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA. Diagnosa ini menggambarkan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI): Pengetahuan: Pengetahuan tentang Penyakit ISPA merupakan luaran yang sesuai untuk mencapai tujuan peningkatan pemahaman masyarakat tentang penyakit ISPA. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat, diharapkan dapat menurunkan risiko peningkatan ISPA di lingkungan tersebut.
Intervensi Keperawatan (SIKI): Peningkatan Pengetahuan Kesehatan merupakan intervensi yang sesuai untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Intervensi ini berfokus pada memfasilitasi proses pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA, termasuk penyebab, tanda, gejala, pencegahan, dan pengelolaan. Melalui aktivitas keperawatan yang terstruktur, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat sehingga dapat menurunkan risiko peningkatan ISPA di lingkungan tersebut.