Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15794 | 19 Apr 2025
Klinis : GRANULOMA INGUINALE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Granuloma Inguinale, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Terkait Proses Penyakit (SIKI kode I-01-01-01)
Penjelasan:
Granuloma Inguinale adalah infeksi bakteri yang menyebabkan lesi pada daerah inguinal dan genital, yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Diagnosa keperawatan ini fokus pada upaya mencegah dan mengelola risiko terjadinya infeksi pada pasien dengan granuloma inguinale.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi Terkait Proses Penyakit dicirikan dengan adanya paparan agen infeksi, penurunan sistem pertahanan tubuh, dan/atau kerusakan integritas kulit/membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat bebas dari tanda-tanda infeksi, mempertahankan integritas kulit/membran mukosa, dan menunjukkan perilaku pencegahan infeksi yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi: Manajemen Infeksi, Perawatan Luka, Edukasi Kesehatan, serta Pemantauan Tanda Vital dan Tanda Infeksi. Tujuannya adalah untuk mencegah, mengelola, dan memonitor risiko infeksi pada pasien dengan granuloma inguinale.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, komprehensif, dan berpusat pada pasien untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15795 | 19 Apr 2025
Klinis : 2. Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh pusing 3. Keluarga mengatakan pasien sempat tidak sadarkan diri 4. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat tensi tinggi 1. GCS: 11, Apatis: E3 M5 V4 2. Pasien tampak meracau 3. Pasien tampak sesak 7. Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis. 8. Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo. 9. Tanda-tanda vital: TD: 180/100mmHg N: 88x/menit RR: 25x/menit SpO2: 97% S: 36,8OC Hasil pemeriksaan darah leukosit 10.8, eritrosit 5.53. hasil pemeriksaan CT Scan kepala Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis Hasil pemeriksaan thorax Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan perdarahan intrakranial yang ditandai dengan penurunan kesadaran, meracau, dan hasil pemeriksaan CT Scan kepala menunjukkan ICH luas di basal ganglia sampai korona radiata kanan.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kemampuan fisik yang ditandai dengan sesak napas, dan peningkatan tanda-tanda vital.
3. Risiko Cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran dan riwayat hipertensi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
a. Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral yang adekuat.
b. Pasien akan menunjukkan peningkatan kesadaran.
c. Pasien akan menunjukkan perbaikan hasil pemeriksaan CT Scan kepala.
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Pasien akan mempertahankan toleransi aktivitas yang adekuat.
b. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil selama aktivitas.
c. Pasien akan melaporkan tidak ada keluhan sesak napas saat beraktivitas.
3. Risiko Cedera:
a. Pasien akan terhindar dari cedera akibat penurunan kesadaran.
b. Tekanan darah pasien akan terkontrol dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Serebral:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status neurologis pasien secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antiperdarahan atau tindakan lainnya.
d. Posisikan pasien dalam posisi yang memfasilitasi aliran darah ke otak.
e. Pantau hasil pemeriksaan penunjang (CT Scan kepala) dan kolaborasi dengan tim medis.
2. Intoleransi Aktivitas:
a. Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
b. Berikan bantuan aktivitas sesuai kemampuan pasien.
c. Ajarkan teknik pernapasan dan istirahat yang benar saat beraktivitas.
d. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
3. Risiko Cedera:
a. Pantau tekanan darah pasien secara berkala.
b. Berikan terapi antiperdarahan dan antihipertensi sesuai kolaborasi dengan tim medis.
c. Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien.
d. Ajarkan keluarga untuk mencegah cedera akibat penurunan kesadaran.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas diberikan dalam nada akademis dan persona pakar perawat. -
Article No. 15796 | 19 Apr 2025
Klinis : GRANULOMA INGUINALE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Granuloma Inguinale.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Kulit Terkait Granuloma Inguinale
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen pada kulit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
- Faktor Risiko: Adanya lesi kulit yang terbuka, lemahnya sistem imun, higiene personal yang buruk, serta paparan terhadap sumber infeksi.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien terbebas dari infeksi kulit.
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi kulit, lesi kulit sembuh, tidak ada demam, dan tidak ada peningkatan jumlah leukosit.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Perawatan luka, pemberian obat topikal/sistemik, edukasi kebersihan diri, serta pemantauan tanda-tanda infeksi.
- Rasional: Untuk mencegah penyebaran infeksi, mempercepat penyembuhan lesi, dan mempertahankan integritas kulit.
Dalam penanganan Granuloma Inguinale, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi, mempercepat penyembuhan, dan memastikan pasien terbebas dari infeksi kulit. -
Article No. 15797 | 19 Apr 2025
Klinis : GRANULOMA INGUINALE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Granuloma Inguinale:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Sistemik
Penjelasan:
Granuloma Inguinale adalah kondisi infeksi yang disebabkan oleh bakteri Klebsiella granulomatis. Kondisi ini dapat menyebabkan lesi kulit yang menyebar di area genital, inguinal, dan perianal. Pasien dengan granuloma inguinale memiliki risiko tinggi untuk mengalami infeksi sistemik jika tidak segera ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang tepat adalah Risiko Infeksi Sistemik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor Risiko: Paparan patogen, disfungsi sistem imun, tindakan invasif, malnutrisi, dan lain-lain.
Gejala dan Tanda: Suhu tubuh meningkat, nyeri, eritema, edema, dan lesi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi sistemik, Tanda-tanda vital dalam batas normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi lokal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, Manajemen lesi kulit, Pemberian antibiotik sesuai indikasi, Edukasi pencegahan penularan, dan Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dengan granuloma inguinale untuk mencegah terjadinya infeksi sistemik dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 15798 | 19 Apr 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 20 tahun, datang ke RS dengan keluhan lemas dan demam. Riwayat demam dialami sejak 4 bulan yang lalu dan muncul bercak merah kehitaman pada kedua pipi. Bercak merah kecil, semakin lama semakin lebar dan menghitam, tidak gatal dan nyeri. Pasien mengeluh nyeri sendi-sendi pergelangan tangan dan lutut sejak 4 bulan yang lalu, bersifat hilang timbul, disertaai bengkak dan merah sehingga pasien sulit untuk berjalan. Pasien merasa silau dan pusing jika terkena sinar matahari atau cahaya lampu yang terang. Terdapat sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan, disertai dengan rambut rontok. Hasil pengkajian: TD: 130/70 mmHg, N: 104 x/menit, S 38C, Nafas 24 x/menit, BB: 35 kg PB: 150 cm Hb : 10.6 g/dL Ht: 32.3% Leu: 8710/mm, Tr: 248 000/mm, Albumin: 2.3 g/dL Na: 140 mEq/L K: 2.8 mEq/L Cl: 105 mEq/L Ureum: 17 mg/dL Creatinin: 0.35 mg/dL GFR: 244.3, ANA test (reaktif +). Dx kerja : SLE Terapi :- IVFD D5% NaCl 0,45% 20 gtt/menit; Ibuprofen 3x 400 mg; Diet MB 1800 kkal dengan 70 g protein, Cefotaxim 2x1 gr, metilprednisolon dan rencana transfuse PRC.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: M32.9
- Deskripsi: Lupus erythematosus sistemik, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi darah, packed red blood cells
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien ini memenuhi kriteria diagnosis Lupus Erythematosus Sistemik (SLE). Kode ICD-10 yang sesuai adalah M32.9, yang menggambarkan SLE tanpa spesifikasi. Manifestasi klinis yang ditemukan, seperti demam, bercak merah kehitaman pada wajah, artralgia, fotosensitivitas, stomatitis, dan rambut rontok, sangat khas untuk SLE.
Selain itu, hasil pemeriksaan penunjang juga mendukung diagnosis SLE, dengan ditemukannya hasil positif pada pemeriksaan ANA. Terapi yang diberikan juga sesuai dengan penanganan SLE, yaitu pemberian kortikosteroid (metilprednisolon), antiinflamasi (ibuprofen), dan rencana transfusi packed red blood cells (kode ICD-9-CM 99.04) untuk mengatasi anemia.
Secara keseluruhan, penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien ini sudah tepat sesuai dengan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan penunjang yang mengarah pada diagnosis SLE. -
Article No. 15799 | 19 Apr 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 20 tahun, datang ke RS dengan keluhan lemas dan demam. Riwayat demam dialami sejak 4 bulan yang lalu dan muncul bercak merah kehitaman pada kedua pipi. Bercak merah kecil, semakin lama semakin lebar dan menghitam, tidak gatal dan nyeri. Pasien mengeluh nyeri sendi-sendi pergelangan tangan dan lutut sejak 4 bulan yang lalu, bersifat hilang timbul, disertaai bengkak dan merah sehingga pasien sulit untuk berjalan. Pasien merasa silau dan pusing jika terkena sinar matahari atau cahaya lampu yang terang. Terdapat sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan, disertai dengan rambut rontok. Hasil pengkajian: TD: 130/70 mmHg, N: 104 x/menit, S 38C, Nafas 24 x/menit, BB: 35 kg PB: 150 cm Hb : 10.6 g/dL Ht: 32.3% Leu: 8710/mm, Tr: 248 000/mm, Albumin: 2.3 g/dL Na: 140 mEq/L K: 2.8 mEq/L Cl: 105 mEq/L Ureum: 17 mg/dL Creatinin: 0.35 mg/dL GFR: 244.3, ANA test (reaktif +). Dx kerja : SLE Terapi :- IVFD D5% NaCl 0,45% 20 gtt/menit; Ibuprofen 3x 400 mg; Diet MB 1800 kkal dengan 70 g protein, Cefotaxim 2x1 gr, metilprednisolon dan rencana transfuse PRC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan nyeri sendi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sendi dan demam.
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sulit menelan dan anoreksia.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
2. Penjelasan singkat:
a. Intoleransi aktivitas: Pasien mengalami kelemahan fisik dan nyeri sendi yang menyebabkan pasien sulit melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Gangguan pola tidur: Nyeri sendi dan demam yang dialami pasien menyebabkan gangguan tidur.
c. Perubahan nutrisi: Pasien mengalami kesulitan menelan dan anoreksia sehingga asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
d. Risiko infeksi: Penurunan sistem imun akibat penyakit lupus menyebabkan pasien rentan mengalami infeksi.
3. Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
b. Dapat tidur dengan kualitas yang baik.
c. Dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
d. Tidak terjadi infeksi selama perawatan.
4. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Manajemen aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Manajemen nyeri: Memberikan intervensi untuk mengurangi nyeri sendi.
c. Manajemen nutrisi: Memantau asupan nutrisi dan memberikan edukasi tentang diet yang sesuai.
d. Pencegahan infeksi: Memonitor tanda-tanda infeksi dan melakukan tindakan pencegahan. -
Article No. 15800 | 19 Apr 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 20 tahun, datang ke RS dengan keluhan lemas dan demam. Riwayat demam dialami sejak 4 bulan yang lalu dan muncul bercak merah kehitaman pada kedua pipi. Bercak merah kecil, semakin lama semakin lebar dan menghitam, tidak gatal dan nyeri. Pasien mengeluh nyeri sendi-sendi pergelangan tangan dan lutut sejak 4 bulan yang lalu, bersifat hilang timbul, disertaai bengkak dan merah sehingga pasien sulit untuk berjalan. Pasien merasa silau dan pusing jika terkena sinar matahari atau cahaya lampu yang terang. Terdapat sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan, disertai dengan rambut rontok. Hasil pengkajian: TD: 130/70 mmHg, N: 104 x/menit, S 38C, Nafas 24 x/menit, BB: 35 kg PB: 150 cm Hb : 10.6 g/dL Ht: 32.3% Leu: 8710/mm, Tr: 248 000/mm, Albumin: 2.3 g/dL Na: 140 mEq/L K: 2.8 mEq/L Cl: 105 mEq/L Ureum: 17 mg/dL Creatinin: 0.35 mg/dL GFR: 244.3, ANA test (reaktif +). Dx kerja : SLE Terapi :- IVFD D5% NaCl 0,45% 20 gtt/menit; Ibuprofen 3x 400 mg; Diet MB 1800 kkal dengan 70 g protein, Cefotaxim 2x1 gr, metilprednisolon dan rencana transfuse PRC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami kondisi sistemik Lupus Eritematosus Sistemik (SLE). Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, fatigue, dan demam.
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan bercak kulit dan rambut rontok.
4. Risiko malnutrisi berhubungan dengan anoreksia, disfagia, dan lemas.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
1. Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri akibat berbagai gejala SLE seperti fatigue, nyeri sendi, dan demam.
2. Nyeri akut: Rasa nyeri yang dirasakan pasien pada persendian akibat proses inflamasi.
3. Gangguan citra tubuh: Perubahan yang terjadi pada kulit (bercak merah kehitaman) dan rambut rontok, yang dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap citra tubuhnya.
4. Risiko malnutrisi: Potensi terjadi malnutrisi akibat anoreksia, disfagia, dan lemas yang dialami pasien.
5. Risiko infeksi: Peningkatan risiko infeksi karena penurunan sistem imun pada pasien SLE.
Berdasarkan SIKI, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen aktivitas: Membantu pasien mengatur aktivitas sesuai toleransi
- Manajemen nyeri: Pemberian analgesik, terapi panas/dingin, dan teknik nonfarmakologis
- Peningkatan citra tubuh: Edukasi dan dukungan psikologis
- Manajemen nutrisi: Pemberian diet sesuai kebutuhan, pemberian suplemen, dan monitor asupan
- Pencegahan infeksi: Pemantauan tanda infeksi, pemberian antibiotik, dan menjaga higiene.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada masalah pasien. -
Article No. 15801 | 19 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan,55 thn, dirawat di ruang penyakit dalam karena kondisi hiperglikemia dan neuropati. Saat ini, pasien mengeluh mudah lelah, sering haus dan banyak BAK. Selain itu, pasien mengeluh kebas dan baal pada telapak kaki kanannya. Pemeriksaan fisik: komposmentis, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 90 x/mnt, RR: 20 x/mnt, Suhu: 37,5 oC, Tinggi badan: 160 cm, berat badan saat ini: 65Kg,. Hasil pemeriksaan kaki kanan ditemukan Ankle Brachial Index: 0,7 dan test monofilamen di kedua kaki menunjukan -3/10 (LOPS), kedua kaki tampak kering, tidak ada foot deformity. Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir GDS: 250 mg/dL, HbA1c = 8,5%, Hb: 12 mg/dL, Hct= 36%, Leukosit 13000, Kalium 3,2 mEq/L, clorida 93 mEq/L, kolesterol total 200, trigliserida 175, HDL 31; LDL 100. Pasien mengaku sudah menderita DM sejak 2 tahun yang lalu. Dalam 3 bulan terakhir pasien juga mengaku sering tidak menyuntikkan insulin sebagaimana diajarkan pertugas, mengabaikan aturan diet, dan malas olahraga karena merasa semua upaya itu sia-sia. Meski dilakukan gula darahnya tetap saja tinggi. Sekarang pasien memilih meminum air yang sudah dido’akan oleh ustadz setempat sebagai pengganti obat diabetesnya. Di keluarga, ibu pasien menderita DM dan meninggal pada usia 55 tahun akibat komplikasi dan infeksi kaki DM. Pasien sendiri sejak usia 25 tahun mengalami obesitas (BB= 80 kg, TB=157), dan jarang olah raga. Pasien dirawat oleh anak kandungnya perempuan (25 th), BB = 70 Kg, TB = 155 cm, lingkar pinggang 83 cm, jarang makan sayur dan jarang olahraga, tekanan darah 130/85 mmHg, dan belum pernah cek gula darah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pengendalian Diabetes: Pola perilaku seseorang yang menunjukkan ketidakmampuan untuk mengendalikan penyakit diabetes mellitus secara efektif.
2. Risiko Intoleransi Aktivitas: Berisiko mengalami ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
3. Neuropati Perifer: Disfungsi saraf perifer yang ditandai dengan rasa kebas, baal, dan gangguan sensorik.
4. Risiko Kerusakan Integritas Kulit: Berisiko mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengendalian Diabetes Efektif:
- Pasien dapat mendemonstrasikan perawatan diri yang tepat untuk mengendalikan diabetes.
- Pasien dapat mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal.
- Pasien dapat mempertahankan kepatuhan dalam mengonsumsi obat-obatan dan insulin sesuai dengan rekomendasi.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Pasien dapat melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat melakukan aktivitas fisik sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan.
3. Sensasi Perifer Membaik:
- Pasien dapat merasakan sensasi normal pada ekstremitas bawah.
- Pasien dapat mendemonstrasikan perawatan kaki yang tepat untuk mencegah komplikasi neuropati.
4. Integritas Kulit Terjaga:
- Pasien dapat mempertahankan kelembapan dan integritas kulit ekstremitas bawah.
- Pasien dapat mendeteksi dini tanda-tanda perubahan pada kulit dan melaporkannya kepada tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengendalian Diabetes Efektif:
- Edukasi tentang diabetes mellitus, seperti pengertian, penyebab, tanda-tanda, dan komplikasi.
- Edukasi tentang perawatan diri yang tepat, seperti pemantauan gula darah, insulin, diet, dan aktivitas fisik.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengaturan regimen obat dan insulin.
- Motivasi dan dukungan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menerapkan perawatan diri.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Identifikasi tingkat aktivitas saat ini dan hambatan yang dihadapi pasien.
- Pengaturan aktivitas dan istirahat sesuai dengan kemampuan pasien.
- Edukasi tentang manajemen energi dan teknik relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk program latihan fisik yang sesuai.
3. Sensasi Perifer Membaik:
- Pemeriksaan sensasi perifer secara berkala menggunakan monofilamen.
- Edukasi tentang perawatan kaki, seperti inspeksi, perawatan kulit, dan penggunaan alas kaki yang tepat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk tindakan medis yang diperlukan, seperti perawatan luka dan pengobatan neuropati.
4. Integritas Kulit Terjaga:
- Pemeriksaan kulit ekstremitas bawah secara berkala.
- Edukasi tentang perawatan kulit, seperti menjaga kelembapan, menghindari cedera, dan mendeteksi dini tanda-tanda perubahan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk tindakan medis yang diperlukan, seperti perawatan luka dan pengobatan kulit.
Penjelasan di atas mencakup Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang diberikan. Harapannya, informasi ini dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah untuk mengelola kondisi kesehatan pasien. -
Article No. 15721 | 18 Apr 2025
Klinis : 1. Ansietas (D.0080) 2. Nyeri Akut (D.0077) 3. Risiko Infeksi (D.0141)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Ansietas (D.0080)
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap sumber yang tidak jelas atau tidak diketahui.
b. Nyeri Akut (D.0077)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
c. Risiko Infeksi (D.0141)
Definisi: Peningkatan risiko terkena infeksi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Ansietas (D.0080)
- Klien mampu mengidentifikasi penyebab ansietas
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas
- Klien mampu mengungkapkan perasaan dengan baik
- Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Nyeri Akut (D.0077)
- Klien mampu mengidentifikasi penyebab nyeri
- Klien mampu melakukan teknik penanganan nyeri yang efektif
- Klien mampu melaporkan penurunan intensitas nyeri
- Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Risiko Infeksi (D.0141)
- Klien mampu mengenali tanda-tanda infeksi
- Klien mampu melakukan pencegahan infeksi dengan baik
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi selama perawatan
- Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Ansietas (D.0080)
- Identifikasi penyebab ansietas
- Fasilitasi peningkatan mekanisme koping
- Berikan teknik relaksasi
- Monitor tanda-tanda vital
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
b. Nyeri Akut (D.0077)
- Identifikasi penyebab nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
- Monitor tanda-tanda vital
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
c. Risiko Infeksi (D.0141)
- Identifikasi faktor risiko infeksi
- Berikan edukasi tentang pencegahan infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Lakukan tindakan pencegahan infeksi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain jika diperlukan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan prinsip-prinsip profesionalisme, etika, dan standar praktik keperawatan yang berlaku. Serta melakukan kolaborasi yang baik dengan tim kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal bagi klien. -
Article No. 15722 | 18 Apr 2025
Klinis : 1. Ansietas (D.0080) 2. Nyeri Akut (D.0077) 3. Risiko Infeksi (D.0141)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut saya berikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi yang Anda sebutkan:
1. Ansietas (D.0080)
- Kode ICD-10: F41.9
- Deskripsi: Gangguan ansietas, tidak spesifik
2. Nyeri Akut (D.0077)
- Kode ICD-10: R52.0
- Deskripsi: Nyeri akut
3. Risiko Infeksi (D.0141)
- Kode ICD-10: Z29.9
- Deskripsi: Tindakan pencegahan, tidak spesifik
Penjelasan lebih detail:
1. Ansietas (D.0080):
- Kode ICD-10: F41.9
- Deskripsi: Gangguan ansietas, tidak spesifik
- Ini adalah kode untuk pasien dengan gejala ansietas yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan ansietas spesifik lainnya, seperti gangguan panik atau gangguan ansietas umum.
2. Nyeri Akut (D.0077):
- Kode ICD-10: R52.0
- Deskripsi: Nyeri akut
- Kode ini digunakan untuk pasien yang mengalami nyeri akut, yaitu nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan biasanya disebabkan oleh penyakit atau cedera.
3. Risiko Infeksi (D.0141):
- Kode ICD-10: Z29.9
- Deskripsi: Tindakan pencegahan, tidak spesifik
- Kode ini digunakan untuk pasien yang berisiko tinggi terkena infeksi, tetapi tidak memiliki diagnosis infeksi yang spesifik. Ini dapat mencakup pasien yang menjalani prosedur medis atau pasien dengan kondisi yang meningkatkan risiko infeksi.
Saya harap penjelasan ini membantu. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya.