Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15784 | 19 Apr 2025
Klinis : Ny. Sugini Lugiati, seorang wanita berusia 71 tahun, tinggal seorang diri di Desa Belung, Kecamatan Poncokusumo. Sebagai ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan SMA, ia kini menghadapi keluhan kesehatan yang mengganggu: perut bagian bawahnya terasa keras dan muncul benjolan saat batuk. Keluhan ini telah dirasakan sejak tiga hari terakhir, meski kondisinya membaik setelah berobat ke dokter. Hasil pemeriksaan tanda vital menunjukkan tekanan darah 130/84 mmHg, nadi 74 kali/menit, suhu tubuh 36,7°C, dan frekuensi napas 22 kali/menit—relatif stabil, tetapi benjolan tersebut mengingatkannya pada riwayat operasi hernia spigelian yang telah dijalaninya empat kali sejak 2010, disertai operasi usus buntu dua kali. Ny. Sugini termasuk lansia yang mandiri. Skor 95 pada Indeks Barthel membuktikan kemampuannya mengurus diri sendiri, meski ia membatasi aktivitas berat seperti naik turun tangga untuk mencegah kekambuhan hernia. Pengetahuannya tentang penyakitnya cukup baik; ia paham bahwa hernia terjadi akibat usus yang turun dari posisinya dan disebabkan oleh aktivitas berat di masa lalu. Ia juga rutin menghindari makanan asin dan tinggi purin, meski memiliki kebiasaan menyukai rasa asin. Pola makannya teratur—nasi lunak tiga kali sehari—dengan berat badan 69 kg dan tinggi 144 cm. Di balik kemandiriannya, Ny. Sugini menghadapi tantangan psikologis ringan. Ia menganggap penyakitnya sebagai ujian dari Tuhan, keyakinan yang memberinya kekuatan. Meski tinggal sendiri, dukungan keluarga menjadi sistem pendukung utama. Interaksinya dengan orang lain baik, dan tidak ada tanda depresi atau kecemasan berat. Namun, ancaman kekambuhan hernia dan riwayat GERD serta asam urat membuatnya waspada. Pemeriksaan fisik menunjukkan kondisi umum yang baik, meski ada kekhawatiran pada abdomen: bising usus tidak terdengar, tetapi tidak ditemukan nyeri tekan atau massa. Kulitnya kering, dan ia menggunakan gigi palsu bagian atas. Pada sistem sensorik, pupil dan keseimbangannya normal, meski waktu tidurnya hanya 5 jam di malam hari ditambah 2 jam tidur siang.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko komplikasi penyakit fisik berhubungan dengan riwayat operasi hernia spigelian dan usus buntu yang berulang.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan aktivitas berat untuk mencegah kekambuhan hernia.
3. Kesiapan peningkatan pengetahuan berhubungan dengan pemahaman Ny. Sugini tentang penyakitnya yang cukup baik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko komplikasi penyakit fisik:
- Tidak terjadi komplikasi penyakit fisik
- Pengenalan tanda bahaya dan kemampuan melakukan perawatan mandiri
- Pemantauan hasil pemeriksaan kesehatan secara teratur
2. Gangguan mobilitas fisik:
- Peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Pemeliharaan fungsi muskuloskeletal yang optimal
- Adaptasi terhadap pembatasan aktivitas untuk mencegah kekambuhan hernia
3. Kesiapan peningkatan pengetahuan:
- Pemahaman yang baik tentang penyakit, penyebab, dan penatalaksanaannya
- Kemampuan mengidentifikasi dan mengatasi faktor risiko
- Kepercayaan diri dalam mengelola penyakitnya secara mandiri
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko komplikasi penyakit fisik:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status umum pasien secara berkala
- Edukasi tentang tanda bahaya dan cara mengatasinya
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemeriksaan dan pengobatan lanjutan
2. Gangguan mobilitas fisik:
- Latihan fisik sesuai kemampuan untuk mempertahankan fungsi muskuloskeletal
- Advokasi untuk penyediaan alat bantu mobilitas yang sesuai
- Edukasi tentang teknik mobilisasi yang aman dan sesuai kondisi
3. Kesiapan peningkatan pengetahuan:
- Asesmen pengetahuan dan kesiapan pasien untuk belajar
- Edukasi tentang penyakit, penyebab, dan penatalaksanaan yang tepat
- Evaluasi pemahaman pasien dan identifikasi kebutuhan belajar lebih lanjut
Dengan pendekatan keperawatan yang komprehensif, diharapkan Ny. Sugini dapat mencapai kemandirian yang optimal, mencegah komplikasi penyakit, dan meningkatkan kualitas hidupnya sebagai lansia yang mandiri. -
Article No. 15785 | 19 Apr 2025
Klinis : Tadi pagi klien mimisan banyak dan oleh keluarga dibawa ke rumah sakit. Klien tampak lemah, mulut klien tampak kering dan wajahnya tampak kemerahan, klien juga mengatakan sakit kepala, perut terasa tidak enak dan terasa perih, nafas terasa sesak saat fase ekpirasi memanjang dengan penggunaan otot bantu nafas diafragma yang mendalam. Klien tampak lemah, klien mengeluh sangat haus, turgor kulit teraba panas dan merah. Tanda-tanda vital : tensi 100/ 60 mmHg, nadi 116 x/mnt, suhu 39OC, respirasi 22 x/mnt. Dokter minta Nn. N untuk diperiksa darahnya, pada hasil pemeriksaan darah didapatkan : Hb : 10 mg/dl Eritrosit : 4,5 µ/ L Leukosit : 3000/ mm3 HCT : 45% Trombosit : 80.000/mm3 IgM dengue : (+) Diagnosa medis sementara demam berdarah (uji torniket positif) Dokter memberikan terapi : - Infus RL guyur 500 cc dilanjutkan infuse RL 1500 cc/ 24 jam - Paracetamol 500mg 3 x 1 tab per oral - Cek trombosit setiap hari Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sehabis pulang camping dan mengalami demam. Klien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, sebelumnya klien tidak pernah menderita sakit sampai harus masuk rumah sakit seperti saat ini. Demikian juga dengan keluarga klien tidak ada yang pernah dirawat di Rumah Sakit, Sehingga saat ini klien dan keluarga merasa cemas dengan keadaan klien karena takut kalau klien tidak tertolong. Jika jam kunjung telah usai klien tampak sering meneteskan air mata, wajah tampak sedih.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi klien dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R04.0
- Deskripsi: Epistaksis (mimisan)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Pemberian infus cairan intravena
Penjelasan detail:
Klien tampaknya mengalami episode mimisan yang banyak, disertai dengan tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, wajah kemerahan, dan turgor kulit yang panas serta merah. Selain itu, klien juga mengeluhkan sakit kepala, gangguan gastrointestinal (perut tidak enak dan terasa perih), serta sesak napas dengan penggunaan otot bantu napas yang dalam. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan kadar hemoglobin, eritrosit, leukosit, hematokrit, dan trombosit, serta hasil positif untuk IgM dengue, yang menegakkan diagnosis sementara demam berdarah.
Dokter telah memberikan terapi yang sesuai, yaitu pemberian infus RL guyur 500 cc dilanjutkan dengan infus RL 1500 cc/24 jam, serta pemberian paracetamol 500 mg 3 kali sehari per oral. Pemantauan trombosit juga dilakukan setiap hari, yang merupakan pemeriksaan penting dalam penatalaksanaan kasus demam berdarah.
Klien dan keluarga tampak cemas dengan kondisi saat ini, terutama karena ini merupakan pengalaman pertama masuk rumah sakit. Dukungan emosional dan informasi yang jelas mengenai prognosis dan rencana perawatan akan sangat membantu dalam mengurangi kecemasan klien dan keluarga. -
Article No. 15786 | 19 Apr 2025
Klinis : Tadi pagi klien mimisan banyak dan oleh keluarga dibawa ke rumah sakit. Klien tampak lemah, mulut klien tampak kering dan wajahnya tampak kemerahan, klien juga mengatakan sakit kepala, perut terasa tidak enak dan terasa perih, nafas terasa sesak saat fase ekpirasi memanjang dengan penggunaan otot bantu nafas diafragma yang mendalam. Klien tampak lemah, klien mengeluh sangat haus, turgor kulit teraba panas dan merah. Tanda-tanda vital : tensi 100/ 60 mmHg, nadi 116 x/mnt, suhu 39OC, respirasi 22 x/mnt. Dokter minta Nn. N untuk diperiksa darahnya, pada hasil pemeriksaan darah didapatkan : Hb : 10 mg/dl Eritrosit : 4,5 µ/ L Leukosit : 3000/ mm3 HCT : 45% Trombosit : 80.000/mm3 IgM dengue : (+) Diagnosa medis sementara demam berdarah (uji torniket positif) Dokter memberikan terapi : - Infus RL guyur 500 cc dilanjutkan infuse RL 1500 cc/ 24 jam - Paracetamol 500mg 3 x 1 tab per oral - Cek trombosit setiap hari Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sehabis pulang camping dan mengalami demam. Klien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, sebelumnya klien tidak pernah menderita sakit sampai harus masuk rumah sakit seperti saat ini. Demikian juga dengan keluarga klien tidak ada yang pernah dirawat di Rumah Sakit, Sehingga saat ini klien dan keluarga merasa cemas dengan keadaan klien karena takut kalau klien tidak tertolong. Jika jam kunjung telah usai klien tampak sering meneteskan air mata, wajah tampak sedih.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan akibat perdarahan (mimisan) yang ditandai dengan tanda vital: TD 100/60 mmHg, nadi 116 x/mnt, suhu 39°C, respirasi 22 x/mnt, turgor kulit panas dan merah, mulut kering, dan urin yang sedikit.
2. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi yang pertama kali dialami oleh klien dan keluarga, ditandai dengan sering meneteskan air mata, wajah tampak sedih, dan pernyataan cemas akan keadaan klien.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Hipovolemia:
- SDKI: Berkurangnya volume cairan dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada perfusi dan oksigenasi jaringan.
- SLKI: Meningkatkan volume cairan dengan pemberian cairan IV, memantau tanda-tanda vital, dan mengobservasi jumlah perdarahan.
- SIKI: Melakukan perawatan pemberian cairan IV, pemantauan tanda-tanda vital, dan observasi perdarahan.
2. Kecemasan:
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
- SLKI: Memberikan dukungan emosional, mengidentifikasi penyebab kecemasan, dan melibatkan keluarga dalam perawatan.
- SIKI: Memberikan konseling, mendengarkan keluhan, dan melibatkan keluarga dalam proses perawatan.
Dalam kondisi ini, perawat harus fokus pada penanganan hipovolemia melalui pemberian cairan IV, pemantauan tanda-tanda vital, dan observasi perdarahan. Selain itu, perawat juga harus memberikan dukungan emosional kepada klien dan keluarga untuk mengatasi kecemasan yang dirasakan. -
Article No. 15787 | 19 Apr 2025
Klinis : Tadi pagi klien mimisan banyak dan oleh keluarga dibawa ke rumah sakit. Klien tampak lemah, mulut klien tampak kering dan wajahnya tampak kemerahan, klien juga mengatakan sakit kepala, perut terasa tidak enak dan terasa perih, nafas terasa sesak saat fase ekpirasi memanjang dengan penggunaan otot bantu nafas diafragma yang mendalam. Klien tampak lemah, klien mengeluh sangat haus, turgor kulit teraba panas dan merah. Tanda-tanda vital : tensi 100/ 60 mmHg, nadi 116 x/mnt, suhu 39OC, respirasi 22 x/mnt. Dokter minta Nn. N untuk diperiksa darahnya, pada hasil pemeriksaan darah didapatkan : Hb : 10 mg/dl Eritrosit : 4,5 µ/ L Leukosit : 3000/ mm3 HCT : 45% Trombosit : 80.000/mm3 IgM dengue : (+) Diagnosa medis sementara demam berdarah (uji torniket positif) Dokter memberikan terapi : - Infus RL guyur 500 cc dilanjutkan infuse RL 1500 cc/ 24 jam - Paracetamol 500mg 3 x 1 tab per oral - Cek trombosit setiap hari Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sehabis pulang camping dan mengalami demam. Klien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, sebelumnya klien tidak pernah menderita sakit sampai harus masuk rumah sakit seperti saat ini. Demikian juga dengan keluarga klien tidak ada yang pernah dirawat di Rumah Sakit, Sehingga saat ini klien dan keluarga merasa cemas dengan keadaan klien karena takut kalau klien tidak tertolong. Jika jam kunjung telah usai klien tampak sering meneteskan air mata, wajah tampak sedih.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui perdarahan dan demam, ditandai dengan mulut kering, turgor kulit menurun, dan takikardia.
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan panas dan dehidrasi.
3. Ansietas berhubungan dengan pengalaman pertama masuk rumah sakit dan takut akan kondisi yang dialami, ditandai dengan sering meneteskan air mata dan wajah tampak sedih.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan akibat perdarahan dan demam.
Luaran/Output SLKI:
1. Defisit Volume Cairan:
- Hidrasi yang adekuat
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit:
- Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
- Kulit tetap utuh dan lembab
3. Ansietas:
- Klien dapat mengungkapkan perasaan cemas
- Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi
- Klien tampak tenang dan rileks
4. Intoleransi Aktivitas:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal
- Tidak ada tanda-tanda kelelahan saat beraktivitas
- Klien tampak bugar dan segar
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Defisit Volume Cairan:
- Pantau tanda-tanda vital
- Lakukan terapi cairan sesuai resep dokter
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi terapi cairan
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit:
- Observasi kulit secara berkala
- Lakukan perawatan kulit secara lembut dan hati-hati
- Jaga suhu tubuh tetap normal
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat topikal jika diperlukan
3. Ansietas:
- Identifikasi penyebab kecemasan klien
- Berikan dukungan emosional dan buat lingkungan yang tenang
- Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam dan visualisasi
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
4. Intoleransi Aktivitas:
- Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
- Bantu klien dalam beraktivitas sesuai toleransinya
- Anjurkan klien untuk beristirahat saat merasa lelah
- Berikan edukasi tentang manajemen energi
Penjelasan rinci mengenai setiap poin di atas telah saya berikan. Semoga informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk klien dengan kondisi tersebut. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 15788 | 19 Apr 2025
Klinis : Klien lansia Tn. J saat dilakukan pengkajian mengatakan nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk, pegal-pegal diseluruh badan. Kadang ada terasa kesemutan dijari-jari tangan maupun pada kaki. Klien mengatkan diberikan obat hipertensi oleh dokter tapi tidak diminum karena perut menjadi tidak nyaman amlodipin 1 x 10 mg tiap pagi, bisoprolol 1x5mg setiap pagi, diltilazem 1x1 tab setiap malam dan candasartan 1x 8 mg tiap malam. Pengkajian nyeri PQRST. P : Nyeri kepala dirasakan bila sedang banyak pikiran Q : nyeri nyut-nyutan R : Nyeri dirasakan pada kepala sampai tengkuk S : Skala Nyeri 3 (NRS : 0-10) T : Nyeri dirasakan hilang timbul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis Berhubungan dengan Penyakit Hipertensi
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Kriteria mayor: Klien menggambarkan atau menunjukkan nyeri yang terus-menerus atau intermiten.
- Kriteria minor: Klien menunjukkan perubahan tanda-tanda vital, perubahan ekspresi wajah, perubahan pola tidur, dan perubahan perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Klien dapat mengontrol nyeri.
- Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri terkontrol, klien mendemonstrasikan penggunaan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, dan klien menunjukkan perilaku yang berhubungan dengan penurunan nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Nyeri, Terapi Komplementer, Edukasi Kesehatan.
- Kegiatan: Mengkaji nyeri, memantau efektivitas intervensi, mengajarkan teknik relaksasi, dan memberikan informasi tentang penyebab dan pengelolaan nyeri. -
Article No. 15789 | 19 Apr 2025
Klinis : Klien lansia Tn. J saat dilakukan pengkajian mengatakan nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk, pegal-pegal diseluruh badan. Kadang ada terasa kesemutan dijari-jari tangan maupun pada kaki. Klien mengatkan diberikan obat hipertensi oleh dokter tapi tidak diminum karena perut menjadi tidak nyaman amlodipin 1 x 10 mg tiap pagi, bisoprolol 1x5mg setiap pagi, diltilazem 1x1 tab setiap malam dan candasartan 1x 8 mg tiap malam. Pengkajian nyeri PQRST. P : Nyeri kepala dirasakan bila sedang banyak pikiran Q : nyeri nyut-nyutan R : Nyeri dirasakan pada kepala sampai tengkuk S : Skala Nyeri 3 (NRS : 0-10) T : Nyeri dirasakan hilang timbul
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. J adalah:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Batasan Karakteristik:
- Klien melaporkan adanya nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk
- Klien melaporkan adanya rasa pegal-pegal di seluruh badan
- Klien melaporkan adanya rasa kesemutan di jari-jari tangan dan kaki
- Hasil pengkajian PQRST:
P: Nyeri kepala dirasakan bila sedang banyak pikiran
Q: Nyeri dirasakan sebagai nyut-nyutan
R: Nyeri dirasakan pada kepala sampai tengkuk
S: Skala nyeri 3 (NRS 0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan atau mengurangi rasa nyeri.
Kriteria Hasil:
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Klien dapat mengenali faktor penyebab nyeri
- Klien dapat menggunakan teknik-teknik manajemen nyeri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Tujuan: Membantu klien mengontrol dan mengurangi rasa nyeri.
Aktivitas:
- Kaji karakteristik nyeri klien (PQRST)
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai resep
- Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
- Ajari klien teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri
- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada klien
- Monitor efektivitas intervensi dan respon klien terhadap nyeri
2. Peningkatan Kenyamanan
Tujuan: Memfasilitasi peningkatan kenyamanan fisik, psikologis, dan lingkungan klien.
Aktivitas:
- Kaji penyebab ketidaknyamanan klien
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk meminimalkan efek samping obat
- Anjurkan klien untuk menggunakan posisi yang nyaman
- Libatkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan klien
Penjelasan yang Rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena klien Tn. J mengeluhkan nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk, pegal-pegal di seluruh badan, dan rasa kesemutan di jari-jari tangan dan kaki. Hasil pengkajian PQRST menunjukkan karakteristik nyeri yang akut.
Luaran/output yang diharapkan adalah "Tingkat Nyeri Terkontrol", dimana klien diharapkan dapat melaporkan penurunan nyeri, mengenali faktor penyebab nyeri, dan dapat menggunakan teknik-teknik manajemen nyeri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Nyeri" dan "Peningkatan Kenyamanan". Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu klien mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, sedangkan peningkatan kenyamanan bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan kenyamanan fisik, psikologis, dan lingkungan klien. -
Article No. 15790 | 19 Apr 2025
Klinis : Klien lansia Tn. J saat dilakukan pengkajian mengatakan nyeri kepala nyut-nyutan sampai tengkuk, pegal-pegal diseluruh badan. Kadang ada terasa kesemutan dijari-jari tangan maupun pada kaki. Klien mengatkan diberikan obat hipertensi oleh dokter tapi tidak diminum karena perut menjadi tidak nyaman amlodipin 1 x 10 mg tiap pagi, bisoprolol 1x5mg setiap pagi, diltilazem 1x1 tab setiap malam dan candasartan 1x 8 mg tiap malam. Pengkajian nyeri PQRST. P : Nyeri kepala dirasakan bila sedang banyak pikiran Q : nyeri nyut-nyutan R : Nyeri dirasakan pada kepala sampai tengkuk S : Skala Nyeri 3 (NRS : 0-10) T : Nyeri dirasakan hilang timbul
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. J.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis Terkait Gejala Hipertensi Tidak Terkontrol
2. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Terkait Efek Samping Obat Hipertensi
3. Ketidakpatuhan Pengobatan Terkait Efek Samping Obat Hipertensi
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kronis Terkait Gejala Hipertensi Tidak Terkontrol
- SDKI: Nyeri Kronis adalah keadaan di mana individu mengalami nyeri yang terus-menerus atau terjadi secara periodik selama 3 bulan atau lebih.
- SLKI: Tujuan asuhan keperawatan adalah mengurangi nyeri dan meningkatkan koping adaptif terhadap nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, terapi relaksasi, dan edukasi mengenai hipertensi dan penatalaksanaannya.
2. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Terkait Efek Samping Obat Hipertensi
- SDKI: Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Perifer adalah keadaan di mana individu memiliki risiko penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Tujuan asuhan keperawatan adalah mencegah terjadinya penurunan perfusi jaringan perifer.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, manajemen obat, dan edukasi mengenai efek samping obat hipertensi.
3. Ketidakpatuhan Pengobatan Terkait Efek Samping Obat Hipertensi
- SDKI: Ketidakpatuhan Pengobatan adalah keadaan di mana individu tidak dapat mengikuti atau melaksanakan regimen pengobatan yang telah ditetapkan.
- SLKI: Tujuan asuhan keperawatan adalah meningkatkan kepatuhan pengobatan klien.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen regimen terapeutik, edukasi mengenai hipertensi dan pengobatannya, serta konseling mengenai efek samping obat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan aspek-aspek SDKI, SLKI, dan SIKI agar dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah keperawatan klien dengan optimal. -
Article No. 15791 | 19 Apr 2025
Klinis : 1. Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan nafas terasa sesak 2. Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh pusing 3. Keluarga mengatakan pasien sempat tidak sadarkan diri 4. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat tensi tinggi 1. GCS: 11, Apatis: E3 M5 V4 2. Pasien tampak meracau 3. Pasien tampak sesak 4. Terdapat otot bantu nafas 5. Terdapat retraksi dinding dada 6. Terdapat suara nafas tambahan stridor 7. Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis. 8. Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo. 9. Tanda-tanda vital: TD: 180/100mmHg N: 88x/menit RR: 25x/menit SpO2: 97% S: 36,8OC
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2. Bingung Akut
Definisi: Perubahan mendadak dan sementara pada fungsi kognitif dan persepsi, dengan tingkat kesadaran yang menurun.
3. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
4. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Variasi yang tidak normal dalam tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan laju pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan napas.
2. Kondisi Kognitif Terkendali
- Pasien dapat merespon stimulus dengan baik.
- Pasien dapat mempertahankan orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.
- Pasien dapat mengikuti perintah sederhana.
3. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernapas.
- Saturasi oksigen dalam batas normal.
4. Stabilitas Tanda-Tanda Vital
- Tekanan darah dalam batas normal.
- Nadi dalam batas normal.
- Suhu tubuh dalam batas normal.
- Laju pernapasan dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan dan bunyi napas.
- Bantu pasien dalam mobilisasi sekret dengan teknik batuk efektif.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik, atau fisioterapi dada jika diperlukan.
2. Bingung Akut
- Monitor status mental dan tingkat kesadaran pasien.
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman.
- Libatkan keluarga untuk memberikan orientasi dan dukungan.
- Berikan obat-obatan sesuai indikasi untuk mengatasi bingung.
3. Pola Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernapasan dan bunyi napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Posisikan pasien dengan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi pernapasan.
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik, atau fisioterapi dada jika diperlukan.
4. Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
- Monitor tanda-tanda vital secara teratur.
- Berikan obat-obatan antihipertensi sesuai indikasi.
- Kolaborasi pemberian cairan intravena dan elektrolit jika diperlukan.
- Lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi akibat perubahan tanda-tanda vital.
Harap diperhatikan bahwa intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien yang spesifik. Selain itu, kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya sangat penting untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 15792 | 19 Apr 2025
Klinis : 1. Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan nafas terasa sesak 2. Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh pusing 3. Keluarga mengatakan pasien sempat tidak sadarkan diri 4. Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat tensi tinggi 1. GCS: 11, Apatis: E3 M5 V4 2. Pasien tampak meracau 3. Pasien tampak sesak 4. Terdapat otot bantu nafas 5. Terdapat retraksi dinding dada 6. Terdapat suara nafas tambahan stridor 7. Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis. 8. Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo. 9. Tanda-tanda vital: TD: 180/100mmHg N: 88x/menit RR: 25x/menit SpO2: 97% S: 36,8OC Hasil pemeriksaan darah leukosit 10.8, eritrosit 5.53. hasil pemeriksaan CT Scan kepala Kesan ICH luas di basal ganglia sampai korona racdiata kanan Brain atrophy senilis Hasil pemeriksaan thorax Kesan jantung membesar ringan tak tampak infiltrat pada pulmo
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda uraikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, kegagalan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas
- Ditandai dengan napas cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, suara napas tambahan seperti stridor, dan hipoksemia.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan, gangguan neurologi, dan kelelahan
- Ditandai dengan perubahan frekuensi, kedalaman, dan irama napas.
3. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral
- Berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, penurunan aliran darah ke otak, dan perubahan status kesadaran
- Ditandai dengan penurunan kesadaran, perubahan GCS, dan gejala lain seperti pusing, kejang, atau perubahan perilaku.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan jalan napas yang paten, tidak ada tanda-tanda obstruksi, dan oksigenasi membaik.
2. Pola Napas Efektif
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan pola napas yang stabil, dengan frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan yang normal.
3. Perfusi Jaringan Serebral yang Membaik
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan kesadaran, stabilitas status neurologis, dan tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
- Pantau tanda-tanda vital dan oksigenasi
2. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pantau pola napas dan tanda-tanda vital
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik pernapasan dalam dan relaksasi
- Kolaborasi pemberian terapi pernapasan, jika perlu
- Fasilitasi istirahat yang cukup
3. Perubahan Perfusi Jaringan Serebral:
- Pantau status neurologis secara berkala menggunakan GCS
- Lakukan pemantauan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Posisikan kepala pasien dalam posisi elevasi 30-45 derajat
- Berikan medikasi antikonvulsan dan penurun tekanan intrakranial, jika diindikasikan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penatalaksanaan komprehensif.
Harapan saya, rekomendasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terarah bagi pasien. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut. -
Article No. 15793 | 19 Apr 2025
Klinis : GRANULOMA INGUINALE
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Tentu, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi granuloma inguinale.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi granuloma inguinale, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Perubahan struktur dan fungsi kulit yang mengganggu kemampuan pertahanan tubuh.
Penyebab: Infeksi mikroorganisme penyebab granuloma inguinale.
Tanda dan Gejala: Lesi ulseratif pada daerah inguinal, pembengkakan, dan nyeri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik
Kriteria hasil:
a. Tidak terdapat lesi ulseratif pada daerah inguinal.
b. Tidak ada pembengkakan.
c. Tidak ada nyeri.
d. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perawatan Luka
Tujuan: Memulihkan integritas kulit dan mencegah komplikasi infeksi.
Aktivitas:
a. Lakukan debridemen luka, jika perlu.
b. Bersihkan luka dengan cairan antiseptik.
c. Aplikasikan salep antibiotik, sesuai resep dokter.
d. Balut luka dengan kasa steril.
e. Pantau tanda-tanda infeksi (erythema, edema, nyeri, eksudat).
2. Manajemen Infeksi
Tujuan: Mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran.
Aktivitas:
a. Identifikasi penyebab infeksi.
b. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik yang sesuai.
c. Monitor tanda-tanda vital dan gejala infeksi.
d. Edukasi pasien mengenai pengobatan dan pencegahan infeksi.
3. Manajemen Nyeri
Tujuan: Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
Aktivitas:
a. Identifikasi karakteristik nyeri pasien.
b. Berikan analgesik sesuai resep dokter.
c. Terapkan terapi non-farmakologis, seperti kompres hangat.
d. Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Kerusakan Integritas Kulit" dipilih karena granuloma inguinale menyebabkan adanya lesi ulseratif, pembengkakan, dan nyeri pada daerah inguinal, yang menunjukkan adanya perubahan struktur dan fungsi kulit. Perawatan luka, manajemen infeksi, dan manajemen nyeri merupakan intervensi utama untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan integritas kulit yang ditandai dengan tidak adanya lesi, pembengkakan, nyeri, dan tanda-tanda infeksi.