Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15822 | 20 Apr 2025
Klinis : Pasien mengeluhkan sakit kepala, keluhan mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan tensi 168/101 mmHg. laju jantung 103x /menit, laju napąs 22x/menit, suhu 36*C, SpO2 100% dengan nasal'kanul 3 lpm, BB 60 kg dan TB 160 cin. Pemeriksaan dar head to toe, , konjungtiva anemis (--), mulut bisa membuka 3 jari (kategori mallampat Pada leher, paru, thoraks tidak ditemukan kelainan. Pada regio abdomen ditemukan abdomen cembung sesuai usia kehamilan. Pada ekstremitas ditemukan adanya edema di kedua tungkai kaki, akral teraba hangat, dan capillary refil time (CRT) < 2 detik di seluruh ekstremitas Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliput pemeriksaan darah rutin, dengan hasil Hb 10.8 g/aL HT 36, ,3%. leukosit 12,7x 10○ dan trombosit 295 x 103/ul. Pada pemeriksaan kimia klinik dan elektrolit, diperoleh hasil gula darah sewaktu 87 mg/dL 28 mg/dL kreatinin 0.8 mg/dl, natrium 135 mmoVl. kalium 5,0 mmoll-, korida 103 mmoVL, SGOT 62 IUL SGPT 56 IU/L Sedangkan ureum pemeriksaan stud untuk koagulasi, diperoleh PPT/PPTK 8,9/11,4 detik, dan APTTIAPTTK 36,7/32,8 deuk. Proteir urine 100 mg/aL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertensi
2. Edema pada ekstremitas bawah
Penjelasan Singkat:
1. Hipertensi
- SDKI: Hipertensi
- SLKI: Peningkatan Tekanan Darah
- SIKI: Manajemen Hipertensi
Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik melebihi batas normal.
Gejala: Sakit kepala, mual, muntah, pandangan kabur.
Penyebab: Faktor genetik, gaya hidup, obesitas, stres.
Tujuan Intervensi: Menurunkan tekanan darah ke batas normal.
2. Edema pada ekstremitas bawah
- SDKI: Edema
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Manajemen Edema
Definisi: Akumulasi cairan di dalam jaringan tubuh yang menyebabkan pembengkakan.
Gejala: Pembengkakan pada ekstremitas bawah, kulit teraba hangat, CRT <2 detik.
Penyebab: Kelainan kardiovaskular, gangguan fungsi ginjal, malnutrisi, kehamilan.
Tujuan Intervensi: Mengurangi akumulasi cairan dan mencegah komplikasi.
Penjelasan di atas mencakup SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI. Deskripsi singkat ini mencakup definisi, gejala, penyebab, dan tujuan intervensi untuk masing-masing diagnosa keperawatan. -
Article No. 15823 | 20 Apr 2025
Klinis : Pabrik Bulu Mata Cemerlang merupakan pabrik yang sudah berdiri sejak tahun 2020. Pekerja terdiri dari 100 pekerja yaitu 90 wanita dan 10 pria. Jam kerja pabrik yaitu setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB. Libur hanya pada tanggal merah. Pekerja bekerja dengan sistem shift. Saat dilakukan pengkajian pekerja menyampaikan sering mengalami keluhan mata merah. Beberapa pekerja juga pernah mengalami kecelakaan kerja seperti terjatuh karena lingkungan yang penuh akan barang dan kabel. Kemudian hasil observasi pada lingkungan konveksi yaitu kursi terdapat sandaran dan kabel listrik untuk penerangan tidak tertata rapi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak aman.
2. Gangguan penglihatan berhubungan dengan paparan sinar dan debu di lingkungan kerja.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Cedera Berhubungan dengan Lingkungan Kerja yang Tidak Aman:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Cedera
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pemulihan Cedera, Pencegahan Cedera
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen Lingkungan, Pencegahan Jatuh, Perawatan Luka
2. Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Paparan Sinar dan Debu di Lingkungan Kerja:
- SDKI: Gangguan Penglihatan
- SLKI: Pemulihan Penglihatan, Pengendalian Gejala
- SIKI: Terapi Mata, Edukasi Pencegahan Gangguan Penglihatan, Manajemen Lingkungan
Penjelasan:
1. Risiko Cedera Berhubungan dengan Lingkungan Kerja yang Tidak Aman:
- Pekerja berisiko mengalami cedera, seperti terjatuh, akibat kondisi lingkungan kerja yang tidak aman, seperti adanya barang dan kabel yang tidak tertata rapi.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen lingkungan untuk meminimalisir risiko cedera, pencegahan jatuh, dan perawatan luka jika terjadi kecelakaan kerja.
2. Gangguan Penglihatan Berhubungan dengan Paparan Sinar dan Debu di Lingkungan Kerja:
- Pekerja mengalami keluhan mata merah yang dapat disebabkan oleh paparan sinar dan debu di lingkungan kerja.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi mata, edukasi pencegahan gangguan penglihatan, dan manajemen lingkungan untuk mengurangi paparan sinar dan debu.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 15824 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola nutrisi dan metabolik : risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan pasien mengabsorpsi nutrient dengan baik ditandai dengan pasien tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Defisit Nutrisi
Definisi:
Risiko mengalami penurunan berat badan atau asupan nutrisi yang tidak adekuat yang dapat mempengaruhi status gizi.
Faktor Risiko:
- Ketidakmampuan pasien dalam menyerap nutrisi dengan baik
Tanda dan Gejala:
- Pasien tidak nafsu makan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Status Nutrisi: Pasien akan menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
- Asupan Nutrisi: Pasien akan menunjukkan asupan nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nutrisi: Intervensi untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Edukasi Nutrisi: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait kebutuhan nutrisi yang sesuai.
- Monitoring Nutrisi: Memantau status nutrisi pasien secara berkala.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Risiko Defisit Nutrisi" menggambarkan adanya risiko penurunan berat badan atau asupan nutrisi yang tidak adekuat pada pasien, yang dapat disebabkan oleh ketidakmampuan pasien dalam menyerap nutrisi dengan baik. Tanda dan gejala yang muncul adalah pasien tidak nafsu makan.
Standar luaran keperawatan (SLKI) mencakup target-target yang harus dicapai, seperti status nutrisi yang adekuat dan asupan nutrisi yang adekuat. Sedangkan standar intervensi keperawatan (SIKI) mencakup tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen nutrisi, edukasi nutrisi, dan monitoring nutrisi.
Dengan pendekatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi risiko defisit nutrisi pada pasien. -
Article No. 15825 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola nutrisi dan metabolik : risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan pasien mengabsorpsi nutrient dengan baik ditandai dengan pasien tidak nafsu makan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R64
- Deskripsi: Kekurangan nutrisi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.41
- Deskripsi: Konsultasi gizi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R64 (Kekurangan nutrisi) menggambarkan kondisi risiko defisit nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan pasien untuk menyerap nutrisi dengan baik, ditandai dengan hilangnya nafsu makan. Kode ini mencakup kondisi seperti kaketksia, penurunan berat badan, dan malnutrisi yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Jika diperlukan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah konsultasi dengan ahli gizi, yang direpresentasikan oleh kode ICD-9-CM 94.41 (Konsultasi gizi). Prosedur ini melibatkan penilaian status gizi pasien, identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap defisit nutrisi, dan pengembangan rencana pengelolaan yang sesuai, seperti rekomendasi diet, penggunaan suplemen nutrisi, atau intervensi lainnya untuk mengatasi masalah tersebut. -
Article No. 15826 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola nutrisi dan metabolik : risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan pasien mengabsorpsi nutrient dengan baik ditandai dengan pasien tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Risiko defisit nutrisi". Kondisi ini ditandai dengan risiko ketidakmampuan pasien untuk menyerap nutrisi dengan baik, yang dimanifestasikan dengan kurangnya nafsu makan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Intake nutrisi adekuat: Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya sesuai dengan rekomendasi petugas kesehatan.
2. Berat badan dalam rentang normal: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
3. Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda defisiensi nutrisi, seperti perubahan pada kulit, rambut, kuku, atau mukosa.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah:
1. Manajemen nutrisi:
a. Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas, dan kondisi kesehatan.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pantau asupan nutrisi pasien dan lakukan intervensi jika terjadi penurunan asupan.
d. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
2. Manajemen gejala:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan pasien, seperti efek samping obat, kondisi medis, atau masalah psikologis.
b. Berikan intervensi untuk mengatasi faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan, misalnya pemberian antiemetik atau konseling.
c. Buat jadwal makan yang lebih sering dengan porsi yang lebih kecil untuk meningkatkan asupan nutrisi.
d. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang disukai dan bervariasi untuk meningkatkan selera makan.
3. Dukungan emosional:
a. Berikan dukungan dan empati kepada pasien untuk mengatasi kecemasan atau depresi yang dapat memengaruhi nafsu makan.
b. Libatkan keluarga dalam perawatan untuk memberikan dukungan psikologis dan praktis bagi pasien.
c. Berikan pujian dan motivasi kepada pasien saat mencapai target nutrisi yang ditetapkan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu intake nutrisi yang adekuat, berat badan dalam rentang normal, dan tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi. -
Article No. 15827 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola tidur dan istirahat : gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur yang mengharuskan pasien buang air besar selama 12x sejak sore ditandai dengan pasien yang terlihat lemas.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur
Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan disfungsi yang signifikan.
Penyebab: Berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur yang mengharuskan pasien buang air besar selama 12x sejak sore.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Tidur Membaik
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat selama periode waktu tertentu.
- Pasien melaporkan peningkatan kualitas tidur.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda istirahat yang adekuat.
2. Tingkat Kelelahan Menurun
- Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan penurunan tingkat kelelahan.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan aktivitas.
- Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Tidur
- Intervensi:
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien.
- Kaji pola tidur pasien, termasuk lama waktu tidur, jumlah episode terbangun, dan kualitas tidur.
- Bantu pasien menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres untuk memfasilitasi tidur.
- Berikan edukasi tentang perilaku tidur yang sehat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi masalah medis yang mungkin mempengaruhi tidur.
2. Manajemen Energi
- Intervensi:
- Kaji tingkat kelelahan pasien dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
- Bantu pasien mengatur jadwal aktivitas harian untuk mengoptimalkan energi.
- Ajarkan teknik manajemen energi, seperti melakukan aktivitas secara bergantian dengan istirahat.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi masalah medis yang mungkin menyebabkan kelelahan.
- Berikan edukasi tentang pentingnya istirahat yang cukup dan pola hidup sehat.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan "Gangguan Pola Tidur" sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami gangguan pola tidur akibat kebutuhan buang air besar yang sering selama 12 kali sejak sore, sehingga menyebabkan pasien terlihat lemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah perbaikan pola tidur pasien dan penurunan tingkat kelelahan. Hal ini dicapai melalui intervensi Manajemen Tidur untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur, serta Manajemen Energi untuk membantu pasien mengatur aktivitas harian dan mengelola kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan edukasi tentang perilaku tidur yang sehat, serta mengatasi masalah medis yang mungkin menyebabkan gangguan tidur. Selain itu, intervensi Manajemen Energi juga diberikan untuk membantu pasien mengatur aktivitas, menerapkan teknik manajemen energi, dan mendapatkan istirahat yang cukup. -
Article No. 15828 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola tidur dan istirahat : gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur yang mengharuskan pasien buang air besar selama 12x sejak sore ditandai dengan pasien yang terlihat lemas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Peningkatan Frekuensi Buang Air Besar
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Pola Tidur: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau mencapai kuantitas dan kualitas tidur yang diinginkan.
- Peningkatan Frekuensi Buang Air Besar: Peningkatan frekuensi defekasi melebihi kebiasaan normal.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tidur yang Adekuat: Kemampuan untuk mempertahankan pola tidur yang sesuai dengan kebutuhan individu.
- Kontrol Defekasi: Kemampuan individu untuk mengontrol frekuensi dan konsistensi buang air besar.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Tidur: Serangkaian tindakan untuk memfasilitasi tidur dan istirahat yang adekuat.
- Manajemen Diare: Serangkaian tindakan untuk mengendalikan frekuensi dan konsistensi buang air besar.
Dalam kasus ini, pasien mengalami gangguan pola tidur yang berhubungan dengan peningkatan frekuensi buang air besar sebanyak 12 kali sejak sore hari, ditandai dengan pasien yang terlihat lemas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen tidur dan manajemen diare untuk membantu pasien mencapai pola tidur yang adekuat dan kontrol defekasi yang baik. -
Article No. 15829 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola kognitif dan perseptual : gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit yang diderita ditandai dengan nyeri di bagian abdomen.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan gejala penyakit yang diderita, ditandai dengan nyeri di bagian abdomen.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut. Nyeri Akut memiliki karakteristik kunci seperti melaporkan pengalaman nyeri, perubahan ekspresi wajah, perubahan postur tubuh, dan perubahan tanda-tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Nyeri Akut antara lain: Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, pasien dapat mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, dan pasien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Nyeri Akut meliputi: Manajemen Nyeri, Distraksi, Relaksasi, Terapi Sentuhan, Pemberian Analgesik, serta Edukasi tentang Pengelolaan Nyeri.
Dalam konteks ini, perawat perlu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberikan intervensi yang sesuai untuk mengurangi nyeri, serta melibatkan pasien dalam pengelolaan nyerinya. Hal ini dilakukan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penurunan nyeri dan peningkatan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 15830 | 20 Apr 2025
Klinis : Pola kognitif dan perseptual : gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit yang diderita ditandai dengan nyeri di bagian abdomen.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang komprehensif terkait kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Nyeri Akut" berhubungan dengan gejala penyakit yang diderita, ditandai dengan nyeri di bagian abdomen. Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Pasien mengeluhkan nyeri yang dirasakan di daerah abdomen, yang merupakan tanda dan gejala dari kondisi medis yang sedang dialami.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri selama perawatan.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami dan tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
4. Pasien dapat mempertahankan status fisiologis yang stabil selama perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif untuk mengetahui karakteristik, durasi, lokasi, dan kualitas nyeri yang dirasakan pasien.
2. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi intensitas nyeri.
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, terapi panas/dingin, dan distraksi.
4. Libatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan intervensi untuk mengatasi nyeri.
5. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi nyeri yang diberikan.
6. Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien untuk membantu adaptasi terhadap nyeri yang dialami.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk mengoptimalkan manajemen nyeri pasien.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu penurunan tingkat nyeri, peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri, serta pemeliharaan stabilitas kondisi fisiologis pasien selama perawatan. -
Article No. 15753 | 19 Apr 2025
Klinis : Udara
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi "Udara" dari perspektif seorang perawat profesional.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Udara" adalah "Gangguan Pertukaran Gas". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efektif, yang dapat berdampak pada kesejahteraan pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah menerapkan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan luaran yang ingin dicapai adalah:
1. Pertukaran gas yang efektif: Pasien akan menunjukkan nilai oksigenasi darah (PaO2, SaO2) yang berada dalam rentang normal.
2. Pola pernapasan yang adekuat: Pasien akan menunjukkan frekuensi pernapasan, kedalaman, dan irama yang sesuai.
3. Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan: Pasien tidak akan menunjukkan gejala seperti napas dangkal, sesak, atau penggunaan otot bantu pernapasan yang berlebihan.
4. Kepuasan pasien terhadap fungsi pernapasan: Pasien akan merasa nyaman dan puas dengan kemampuan bernapasnya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pemantauan Fungsi Pernapasan:
a. Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital pasien, terutama frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
b. Memantau nilai oksigenasi darah (PaO2, SaO2) menggunakan alat bantu seperti pulse oximeter.
c. Mengobservasi adanya tanda-tanda distres pernapasan, seperti napas dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, atau sianosis.
2. Manajemen Oksigenasi:
a. Memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien, menggunakan alat bantu pernapasan yang sesuai (misalnya kanula nasal, masker oksigen, CPAP, atau ventilator).
b. Mengatur aliran dan konsentrasi oksigen untuk mempertahankan nilai oksigenasi darah dalam rentang normal.
c. Memantau efektivitas pemberian oksigen dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Edukasi dan Dukungan Pasien:
a. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya fungsi pernapasan yang adekuat dan cara-cara mempertahankannya.
b. Mendorong pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang tepat, seperti pernapasan diafragma atau teknik relaksasi.
c. Memberikan dukungan psikologis dan emosional kepada pasien untuk mengurangi kecemasan atau distres yang dapat memengaruhi pernapasan.
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain:
a. Berkoordinasi dengan dokter untuk memperoleh resep, pengaturan oksigen, atau intervensi medis lainnya yang diperlukan.
b. Berkolaborasi dengan fisioterapis atau terapis pernapasan untuk memberikan terapi tambahan, seperti postural drainage atau latihan pernapasan.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan dan membantu pasien mencapai pertukaran gas yang efektif serta fungsi pernapasan yang optimal.