Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15848 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan membantu Anda dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, adanya lesi di paru, dan penurunan kemampuan batuk.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi yang efektif.
- Penyebab: Adanya lesi di paru dan sesak napas.
3. Hipertermia
- Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan mekanisme pendinginan.
- Penyebab: Infeksi tuberkulosis paru.
4. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia akibat infeksi tuberkulosis paru.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan analisis data pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI - SLKI - SIKI memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan best practice dan standar profesi. -
Article No. 15849 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 29 tahun, telah menikah selama 3 tahun dan berusaha untuk memiliki keturunan selama 2 tahun tanpa keberhasilan. Istri mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak teratur sejak masa remaja, dengan interval menstruasi yang berkisar antara 45–60 hari dan kadang disertai perdarahan berkepanjangan. Pasien juga melaporkan adanya jerawat dan pertumbuhan rambut yang berlebihan (hirsutisme). Istri memiliki riwayat berat badan berlebih sejak remaja (IMT 29 kg/m2) dan pernah mendapat pengobatan topikal untuk jerawat. Riwayat keluarga menunjukkan adanya kasus infertilitas dan gangguan menstruasi pada pihak ibu istri. Vital sign dalam batas normal. Ditemukan obesitas ringan dengan distribusi lemak sentral. Tanda-tanda hirsutisme (Skala Ferriman-Gallwey meningkat). Pemeriksaan perut dan pelvis: Rahim berukuran normal, tidak terdapat massa yang teraba jelas. Hasil pemeriksaan laboratorium, LH: FSH rasio 3:1 (menunjukkan peningkatan LH), Kadar testosteron total dan bebas meningkat, Kadar insulin basal cenderung tinggi, mengindikasikan resistensi insulin, Hemoglobin: Dalam batas normal meskipun terdapat riwayat perdarahan berkepanjangan. USG transvaginal • Menunjukkan ukuran ovarium yang meningkat dengan banyak folikel kecil tersebar di seluruh ovarium (penampilan “string of pearls”), sesuai dengan kriteria PCOS. Diagnosis sementara Infertilitas primer pada pasangan dengan faktor ovulasi disebabkan oleh PCOS pada istri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk pasien ini adalah:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Gangguan Pola Menstruasi
b. Ketidakefektifan Pola Seksual
c. Resistensi Insulin
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Pola Menstruasi Membaik
b. Fungsi Seksual Membaik
c. Kontrol Metabolik Membaik
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Gangguan Menstruasi
b. Konseling Seksual
c. Manajemen Resistensi Insulin
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Pola Menstruasi:
Pasien mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, dengan interval 45-60 hari dan perdarahan berkepanjangan, yang merupakan tanda-tanda Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS).
2. Ketidakefektifan Pola Seksual:
Pasien mengalami infertilitas primer, yang dapat berdampak pada fungsi seksual dan keintiman pasangan.
3. Resistensi Insulin:
Pasien memiliki riwayat berat badan berlebih dan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi insulin, yang dapat berkontribusi pada gejala PCOS.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen gangguan menstruasi (misalnya edukasi tentang PCOS, pengaturan pola makan dan olahraga), konseling seksual untuk meningkatkan fungsi seksual, serta manajemen resistensi insulin (misalnya edukasi tentang pola makan dan aktivitas fisik). -
Article No. 15850 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 29 tahun, telah menikah selama 3 tahun dan berusaha untuk memiliki keturunan selama 2 tahun tanpa keberhasilan. Istri mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak teratur sejak masa remaja, dengan interval menstruasi yang berkisar antara 45–60 hari dan kadang disertai perdarahan berkepanjangan. Pasien juga melaporkan adanya jerawat dan pertumbuhan rambut yang berlebihan (hirsutisme). Istri memiliki riwayat berat badan berlebih sejak remaja (IMT 29 kg/m2) dan pernah mendapat pengobatan topikal untuk jerawat. Riwayat keluarga menunjukkan adanya kasus infertilitas dan gangguan menstruasi pada pihak ibu istri. Vital sign dalam batas normal. Ditemukan obesitas ringan dengan distribusi lemak sentral. Tanda-tanda hirsutisme (Skala Ferriman-Gallwey meningkat). Pemeriksaan perut dan pelvis: Rahim berukuran normal, tidak terdapat massa yang teraba jelas. Hasil pemeriksaan laboratorium, LH: FSH rasio 3:1 (menunjukkan peningkatan LH), Kadar testosteron total dan bebas meningkat, Kadar insulin basal cenderung tinggi, mengindikasikan resistensi insulin, Hemoglobin: Dalam batas normal meskipun terdapat riwayat perdarahan berkepanjangan. USG transvaginal • Menunjukkan ukuran ovarium yang meningkat dengan banyak folikel kecil tersebar di seluruh ovarium (penampilan “string of pearls”), sesuai dengan kriteria PCOS. Diagnosis sementara Infertilitas primer pada pasangan dengan faktor ovulasi disebabkan oleh PCOS pada istri.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E28.2
- Deskripsi: Sindrom ovarium polikistik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 65.41
- Deskripsi: Laparoskopi diagnostik; prosedur ini dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis PCOS melalui pemeriksaan visual dari rongga peritoneal dan organ-organ di dalamnya.
Penjelasan:
Pasien ini memenuhi kriteria diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) berdasarkan gejala yang dilaporkan, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang. Pasien mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak teratur, hirsutisme, dan ketidaksuburan. Pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda hirsutisme, obesitas sentral, dan pada pemeriksaan USG transvaginal ditemukan gambaran "string of pearls" yang khas untuk PCOS.
Diagnosis PCOS didasarkan pada kriteria Rotterdam, yaitu setidaknya dua dari tiga kriteria berikut terpenuhi: 1) Oligoovulasi/anovulasi, 2) Hiperandrogenisme (klinis dan/atau biokimia), dan 3) Polikistik ovarium pada USG. Pasien ini memenuhi kriteria 1 dan 2 berdasarkan riwayat dan pemeriksaan.
Prosedur laparoskopi diagnostik (kode ICD-9-CM 65.41) dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis PCOS melalui pemeriksaan visual dari rongga peritoneal dan organ-organ di dalamnya, terutama jika hasil USG tidak menunjukkan gambaran yang khas untuk PCOS. -
Article No. 15851 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 29 tahun, telah menikah selama 3 tahun dan berusaha untuk memiliki keturunan selama 2 tahun tanpa keberhasilan. Istri mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak teratur sejak masa remaja, dengan interval menstruasi yang berkisar antara 45–60 hari dan kadang disertai perdarahan berkepanjangan. Pasien juga melaporkan adanya jerawat dan pertumbuhan rambut yang berlebihan (hirsutisme). Istri memiliki riwayat berat badan berlebih sejak remaja (IMT 29 kg/m2) dan pernah mendapat pengobatan topikal untuk jerawat. Riwayat keluarga menunjukkan adanya kasus infertilitas dan gangguan menstruasi pada pihak ibu istri. Vital sign dalam batas normal. Ditemukan obesitas ringan dengan distribusi lemak sentral. Tanda-tanda hirsutisme (Skala Ferriman-Gallwey meningkat). Pemeriksaan perut dan pelvis: Rahim berukuran normal, tidak terdapat massa yang teraba jelas. Hasil pemeriksaan laboratorium, LH: FSH rasio 3:1 (menunjukkan peningkatan LH), Kadar testosteron total dan bebas meningkat, Kadar insulin basal cenderung tinggi, mengindikasikan resistensi insulin, Hemoglobin: Dalam batas normal meskipun terdapat riwayat perdarahan berkepanjangan. USG transvaginal • Menunjukkan ukuran ovarium yang meningkat dengan banyak folikel kecil tersebar di seluruh ovarium (penampilan “string of pearls”), sesuai dengan kriteria PCOS. Diagnosis sementara Infertilitas primer pada pasangan dengan faktor ovulasi disebabkan oleh PCOS pada istri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Ketidakefektifan Pola Menstruasi (NANDA-I)
- Definisi: Perubahan pola menstruasi yang tidak sesuai dengan standar normalnya.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan ovulasi, seperti pada Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS).
- Gejala mayor: Siklus menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berkepanjangan.
2. Risiko Infertilitas (NANDA-I)
- Definisi: Berisiko mengalami kegagalan pembuahan, implantasi, atau kegagalan untuk mencapai kehamilan.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan ovulasi, resistensi insulin, hirsutisme.
- Gejala mayor: Ketidakteraturan siklus menstruasi, kesulitan untuk hamil.
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Ketidakefektifan Pola Menstruasi
- SLKI: Pola Menstruasi Sehat
- SIKI: Manajemen Gangguan Menstruasi
2. Risiko Infertilitas
- SLKI: Fertilitas Tercapai
- SIKI: Manajemen Infertilitas
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Edukasi tentang PCOS, dampak, dan pengelolaannya
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penatalaksanaan PCOS
- Dukungan psikologis dan emosional bagi pasien dan pasangan
- Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kondisi pasien -
Article No. 15852 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 29 tahun, telah menikah selama 3 tahun dan berusaha untuk memiliki keturunan selama 2 tahun tanpa keberhasilan. Istri mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak teratur sejak masa remaja, dengan interval menstruasi yang berkisar antara 45–60 hari dan kadang disertai perdarahan berkepanjangan. Pasien juga melaporkan adanya jerawat dan pertumbuhan rambut yang berlebihan (hirsutisme). Istri memiliki riwayat berat badan berlebih sejak remaja (IMT 29 kg/m2) dan pernah mendapat pengobatan topikal untuk jerawat. Riwayat keluarga menunjukkan adanya kasus infertilitas dan gangguan menstruasi pada pihak ibu istri. Vital sign dalam batas normal. Ditemukan obesitas ringan dengan distribusi lemak sentral. Tanda-tanda hirsutisme (Skala Ferriman-Gallwey meningkat). Pemeriksaan perut dan pelvis: Rahim berukuran normal, tidak terdapat massa yang teraba jelas. Hasil pemeriksaan laboratorium, LH: FSH rasio 3:1 (menunjukkan peningkatan LH), Kadar testosteron total dan bebas meningkat, Kadar insulin basal cenderung tinggi, mengindikasikan resistensi insulin, Hemoglobin: Dalam batas normal meskipun terdapat riwayat perdarahan berkepanjangan. USG transvaginal • Menunjukkan ukuran ovarium yang meningkat dengan banyak folikel kecil tersebar di seluruh ovarium (penampilan “string of pearls”), sesuai dengan kriteria PCOS. Diagnosis sementara Infertilitas primer pada pasangan dengan faktor ovulasi disebabkan oleh PCOS pada istri.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Pola Menstruasi
Definisi: Pola menstruasi yang tidak sesuai dengan pola menstruasi normal individu. Kondisi pasien ini sesuai dengan kriteria diagnostik ini, ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, interval waktu antara siklus yang panjang (45-60 hari), dan perdarahan yang berkepanjangan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Menstruasi Membaik
- Kriteria Hasil:
- Siklus menstruasi menjadi lebih teratur
- Interval antarsiklus menstruasi membaik (21-35 hari)
- Durasi dan jumlah perdarahan menstruasi normal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Ketidakefektifan Pola Menstruasi
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pola menstruasi
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk evaluasi dan pengobatan penyebab
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pola menstruasi normal dan penanganan gejala
- Monitor dan dokumentasi pola menstruasi pasien
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan
2. Risiko Infertilitas
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami kemungkinan untuk tidak dapat memiliki anak kandung.
Faktor risiko pada kasus ini meliputi riwayat PCOS, berat badan berlebih, dan riwayat infertilitas pada keluarga.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Fertilitas Membaik
- Kriteria Hasil:
- Pasien dapat memiliki kehamilan yang diharapkan
- Pasien menunjukkan pemahaman tentang faktor risiko infertilitas dan manajemennya
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Risiko Infertilitas
- Identifikasi faktor risiko infertilitas pada pasien
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk evaluasi dan penanganan masalah infertilitas
- Edukasi pasien dan keluarga tentang faktor risiko infertilitas dan penatalaksanaannya
- Dukung pasien dalam proses evaluasi dan pengobatan infertilitas
- Monitor dan dokumentasi respon pasien terhadap intervensi
3. Kelebihan Berat Badan
Definisi: Kondisi di mana berat badan individu melebihi batas normal.
Kondisi pasien ini sesuai dengan kriteria diagnostik ini, ditandai dengan IMT 29 kg/m2 yang menunjukkan obesitas ringan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Berat Badan Membaik
- Kriteria Hasil:
- Pasien mencapai berat badan ideal (IMT 18,5-24,9 kg/m2)
- Pasien menunjukkan pemahaman tentang faktor-faktor yang memengaruhi berat badan dan manajemennya
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Berat Badan
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi berat badan pasien
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk evaluasi dan penanganan masalah berat badan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang gaya hidup sehat, nutrisi seimbang, dan aktivitas fisik
- Bantu pasien dalam menetapkan tujuan dan rencana penurunan berat badan yang realistis
- Monitor dan dokumentasi perubahan berat badan pasien serta respon terhadap intervensi
Penjelasan rinci dan terperinci telah diberikan untuk setiap diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan. Tone yang digunakan adalah akademis dan persona sebagai pakar/perawat. -
Article No. 15853 | 21 Apr 2025
Klinis : Diare berhubungan dengan Inflamasi Gastrointestinal. slkinya apa?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi diare yang berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal" dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Diare adalah kondisi dimana seseorang mengalami pengeluaran tinja yang lebih sering dan lebih encer dari biasanya. Hal ini dapat disebabkan oleh inflamasi pada saluran gastrointestinal, yang menyebabkan peningkatan motilitas usus dan perubahan konsistensi tinja.
Luaran/Output yang diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Fungsi Gastrointestinal: Pasien dapat menunjukkan perbaikan fungsi gastrointestinal, seperti frekuensi diare yang berkurang, konsistensi tinja yang membaik, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat, dengan tanda-tanda vital yang stabil dan tidak ada gejala dehidrasi.
3. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala diare dengan efektif, seperti penggunaan antidiare yang tepat, modifikasi diet, dan peningkatan asupan cairan.
4. Pengetahuan tentang Penyakit: Pasien dapat menunjukkan pemahaman yang baik tentang penyebab, gejala, dan penatalaksanaan diare yang berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Diare:
a. Pantau tanda-tanda vital, input/output cairan, dan karakteristik tinja.
b. Berikan terapi cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
c. Anjurkan konsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat antidiare, jika diperlukan.
2. Manajemen Gejala:
a. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri abdominal.
b. Berikan kompres hangat pada perut untuk mengurangi kram.
c. Anjurkan istirahat yang cukup.
3. Edukasi Kesehatan:
a. Jelaskan penyebab, gejala, dan penatalaksanaan diare pada pasien dan keluarga.
b. Ajarkan cara mencegah dan mengelola diare di rumah.
c. Dorong pasien untuk meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada pemulihan fungsi gastrointestinal, manajemen gejala, serta edukasi kesehatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 15854 | 21 Apr 2025
Klinis : Diare berhubungan dengan Inflamasi Gastrointestinal. slkinya apa?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi diare yang berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal.
Diagnosa Keperawatan:
Diare berhubungan dengan Inflamasi Gastrointestinal
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Diare: Pengeluaran feses cair atau encer yang terjadi secara lebih sering dari biasanya (lebih dari 3 kali sehari).
- Inflamasi Gastrointestinal: Proses patologis yang ditandai dengan peradangan pada saluran pencernaan, dapat menyebabkan perubahan fungsi dan struktur.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Istirahat dan Tidur yang Efektif
- Integritas Membran Mukosa
- Keseimbangan Cairan
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Diare
- Manajemen Inflamasi Gastrointestinal
- Manajemen Nutrisi
- Manajemen Cairan dan Elektrolit
Dengan memahami SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terpadu untuk mengatasi masalah diare yang disebabkan oleh inflamasi gastrointestinal pada pasien. -
Article No. 15855 | 21 Apr 2025
Klinis : Seorang pria 18 tahun dirawat karena nyeri hebat di belakang telinga kanan, disertai demam dan keluarnya cairan purulen dari telinga. Pemeriksaan menunjukkan mastoid menonjol dan nyeri tekan. Apa diagnosis keperawatan utama?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Infeksi Telinga Tengah (Otitis Media Akut)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Infeksi Telinga Tengah adalah keadaan di mana terjadi infeksi atau peradangan pada telinga tengah yang ditandai dengan gejala nyeri telinga, demam, dan keluarnya cairan purulen dari telinga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan infeksi telinga tengah adalah pasien dapat mengendalikan nyeri, mengendalikan tanda-tanda infeksi, dan mempertahankan fungsi pendengaran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian analgesik untuk mengatasi nyeri, pemberian antibiotik sesuai indikasi, mempertahankan higiene telinga, serta edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan telinga.
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk menangani kondisi infeksi telinga tengah pada pasien. -
Article No. 15856 | 21 Apr 2025
Klinis : Seorang pria 18 tahun dirawat karena nyeri hebat di belakang telinga kanan, disertai demam dan keluarnya cairan purulen dari telinga. Pemeriksaan menunjukkan mastoid menonjol dan nyeri tekan. Apa diagnosis keperawatan utama? Select one: a. Nyeri akut b. Risiko infeksi c. Gangguan mobilitas fisik d. Gangguan persepsi sensori e. Risiko aspirasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan utama yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
a. Nyeri akut
Penjelasan:
Pasien mengalami nyeri hebat di belakang telinga kanan, yang merupakan gejala utama yang disampaikan. Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial. Pasien juga menunjukkan tanda-tanda infeksi seperti demam dan keluarnya cairan purulen dari telinga, yang dapat memicu atau memperberat rasa nyeri yang dirasakan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat digunakan untuk mendukung diagnosis keperawatan utama "Nyeri akut" adalah:
SDKI: Nyeri akut
SLKI: Tingkat nyeri terkontrol, Kenyamanan terpenuhi
SIKI: Manajemen nyeri, Manajemen demam
Oleh karena itu, diagnosis keperawatan utama yang paling sesuai dengan kondisi pasien adalah "Nyeri akut". -
Article No. 15857 | 21 Apr 2025
Klinis : Seorang laki-laki, usia 48 tahun sedang dirawat di ruang stroke dalam diagnosa medis stroke dengan komplikasi pneumonia, dengan penurunan. Hasil pengkajian : terdengar suara snoring, TD 130/ 80 mmHg, RR : 28 kali/menit, Nadi : 98 x/menit, suhu : 37.5 oC. Mendapat Terapi : inhalasi terapi. Setelah obat Pulmicort 2 ml, Combivent 2.5 Cairan fisiologis (Nacl 0,9%, aquadest ) dimasukkan ke dalam Cup (inhalasi terapi/nebulisasi). Apakah tindakan keperawatan selanjutnya sesuai kasus tersebut ? Select one: a. Mengobservasi keadaan umum, respirasi dan nadi b. Menghidupkan mesin nebulizer. c. Mencucui tangan d. Menganjurkan pasien bernafas melalui mulut e. Memasang masker ke wajah pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, tindakan keperawatan yang sesuai untuk kasus ini adalah:
e. Memasang masker ke wajah pasien
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Pola Napas Tidak Efektif
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pola Napas Tidak Efektif dan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat menunjukkan pola napas yang efektif dan bersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Salah satu intervensi keperawatan yang sesuai adalah Pemberian Oksigen, yaitu memasang masker ke wajah pasien untuk membantu meningkatkan oksigenasi.
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami penurunan, suara snoring, dan respirasi cepat, memasang masker ke wajah pasien saat pemberian terapi inhalasi/nebulisasi merupakan tindakan keperawatan yang tepat untuk membantu meningkatkan ventilasi dan pertukaran gas.