Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17847 | 26 May 2025
Klinis : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi pada bronkiolitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan format yang Anda minta:
**Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Gangguan Pertukaran Gas pada Bronkiolitis**
**Diagnosa Keperawatan:**
*Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi sekunder terhadap bronkiolitis*
**Kode SDKI:** **D.0016** *(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, PPNI)*
---
### **Penjelasan Singkat**
#### **1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
- **Definisi (D.0016):**
Kondisi di mana terjadi kegagalan sistem pernapasan dalam memfasilitasi pertukaran oksigen (O?) dan karbon dioksida (CO?) antara alveoli dan sistem vaskular pulmonal, akibat ketidakseimbangan rasio ventilasi-perfusi (*V/Q mismatch*).
- **Faktor Penyebab pada Bronkiolitis:**
- Obstruksi jalan napas kecil oleh sekret dan inflamasi bronkiolus.
- Penurunan luas permukaan alveoli untuk difusi gas.
- Hipoksemia dan hiperkapnia akibat peningkatan *dead space ventilation*.
#### **2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode SLKI Terkait:**
- **L.0801** *(Perbaikan pertukaran gas)*
- **Kriteria Luaran:**
- Saturasi O? (SpO?) ?95% dalam udara ruangan.
- Nilai analisis gas darah (AGD) dalam rentang normal (PaO? 80–100 mmHg, PaCO? 35–45 mmHg).
- Tidak ada tanda distress pernapasan (retraksi, nasal flaring).
#### **3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode SIKI Rekomendasi:**
- **I.0901** *(Manajemen jalan napas)*
- **Tindakan:**
- Posisi semi-Fowler untuk optimasi ekspansi paru.
- Suction sekret sesuai indikasi.
- Pemberian oksigen tambahan (*low-flow* atau *high-flow* sesuai kebutuhan).
- **I.0903** *(Fisioterapi dada)*
- **Tindakan:**
- Teknik perkusi dan vibrasi untuk mobilisasi sekret (kontraindikasi jika ada distress berat).
---
### **Catatan Akademis**
- **Patofisiologi Klinis:** Pada bronkiolitis, edema mukosa dan nekrosis sel epitel menyebabkan obstruksi bronkiolus, meningkatkan resistensi jalan napas dan menurunkan *compliance* paru. Hal ini memicu *shunting* dan *V/Q mismatch* (West, 2012).
- **Evidence-Based Practice:** Oksigenasi non-invasif (*HFNC*) direkomendasikan untuk mengurangi kerja napas (Pedoman IDAI, 2023).
---
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 2*.
- PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 2*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 2*.
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi teori, kode PPNI, dan justifikasi klinis. Jika diperlukan elaborasi lebih lanjut, informasikan kebutuhan spesifik Anda.
**Ditulis oleh:**
*[Nama Perawat/Penulis]*
*Kredensial (mis: S.Kep., Ners, MN)* -
Article No. 17848 | 26 May 2025
Klinis : efusi pleura
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis efusi pleura dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J90
- Deskripsi: Efusi pleura, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 34.91
- Deskripsi: Torakosentesis, aspirasi cairan pleura
Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal di dalam rongga pleura, yang merupakan ruang di antara membran pleura viseral (yang menyelubungi paru-paru) dan pleura parietal (yang menyelubungi dinding dada). Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, seperti infeksi, penyakit jantung, kanker, atau trauma.
Untuk mendiagnosis efusi pleura, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan pencitraan (misalnya radiografi dada, ultrasonografi, atau CT scan), dan torakosentesis (aspirasi cairan pleura). Kode ICD-9-CM 34.91 untuk torakosentesis dapat digunakan untuk mencatat prosedur pengambilan sampel cairan pleura untuk analisis lebih lanjut.
Penanganan efusi pleura tergantung pada penyebabnya dan dapat meliputi pemberian obat-obatan, terapi cairan, atau prosedur drainase cairan pleura. Perekam medis harus mencatat kode ICD-10 J90 untuk efusi pleura dan kode ICD-9-CM yang sesuai untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 17849 | 26 May 2025
Klinis : efusi pleura
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Efusi Pleura:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- Kode: 00030
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melaksanakan pertukaran gas yang normal di alveolus-kapiler paru, yang dapat mengancam kesehatan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Kode: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik atau persepsi terhadap keterbatasan.
3. Nyeri Akut
- Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan masalah kesehatan klien.
- Kode diagnosa keperawatan menggunakan sistem numerik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Kode luaran keperawatan menggunakan sistem numerik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan dan luaran yang diharapkan.
- Kode intervensi keperawatan menggunakan sistem numerik.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, komunikasi antar-profesi, dan dokumentasi keperawatan yang terstandar. -
Article No. 17850 | 26 May 2025
Klinis : efusi pleura
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait **efusi pleura** dalam format **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**, **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**, dan **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** sesuai dengan panduan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)**
**Kode:** **00032**
**Diagnosis:** **Gangguan Pertukaran Gas**
**Definisi:**
Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh akibat penumpukan cairan di rongga pleura, menghambat ekspansi paru optimal.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Penurunan luas permukaan alveolus akibat kompresi cairan pleura.
- Gangguan difusi oksigen-karbon dioksida.
- Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
---
### **2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode:** **0302**
**Luaran:** **Peningkatan Pertukaran Gas**
**Indikator:**
- Saturasi oksigen (SpO?) ?95% dalam udara ruangan.
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit).
- Tidak ada sianosis atau dispnea saat aktivitas.
- Gas darah arteri (PaO?, PaCO?) dalam batas normal.
---
### **3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode:** **3314**
**Intervensi:** **Manajemen Jalan Napas**
**Aktivitas:**
- **Monitor saturasi oksigen dan tanda vital** setiap 2–4 jam.
- **Posisikan pasien semi-Fowler** atau sisi yang sehat untuk optimalisasi ventilasi.
- **Kolaborasi pemberian oksigen tambahan** sesuai kebutuhan (nasal kanul/masker).
- **Lakukan fisioterapi dada** (jika tidak kontraindikasi) untuk mobilisasi sekret.
- **Observasi tanda distress pernapasan** (retraksi, penggunaan otot bantu napas).
**Kode:** **3320**
**Intervensi:** **Manajemen Nyeri**
**Aktivitas:**
- **Kaji skala nyeri** (skala 0–10) dan karakteristik nyeri pleuritik.
- **Ajarkan teknik relaksasi napas dalam** untuk mengurangi nyeri.
- **Kolaborasi pemberian analgesik** sesuai protokol (NSAID/opioid jika diperlukan).
---
### **Catatan Akademis**
- **Efusi pleura** secara patofisiologis mengganggu mekanika pernapasan, sehingga **gangguan pertukaran gas (SDKI 00032)** menjadi diagnosis utama.
- **SLKI 0302** digunakan untuk mengevaluasi perbaikan oksigenasi, sementara **SIKI 3314 dan 3320** menjadi intervensi kritis untuk mempertahankan fungsi respirasi dan kenyamanan pasien.
- **Pendekatan holistik** diperlukan, termasuk edukasi pasien tentang tanda-tanda kegawatan (misalnya: peningkatan dispnea tiba-tiba).
Semoga informasi ini bermanfaat untuk pengembangan asuhan keperawatan berbasis evidence-based practice.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*). Edisi Revisi.
- Doenges, M. E., et al. (2019). *Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing Client Care*. 10th Ed. -
Article No. 17851 | 26 May 2025
Klinis : efusi pleura
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi efusi pleura.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi efusi pleura adalah "Gangguan Pertukaran Gas". Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau mengeluarkan karbon dioksida akibat adanya cairan yang menumpuk di rongga pleura. Kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas, nyeri dada, dan penurunan oksigenasi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keefektifan Pertukaran Gas: Pasien menunjukkan peningkatan oksigenasi, penurunan sesak napas, dan peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari.
2. Manajemen Efusi Pleura: Pasien menunjukkan pengurangan volume cairan di rongga pleura dan peningkatan kemampuan mengatasi masalah pernapasan.
3. Manajemen Nyeri: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri dada dan peningkatan kemampuan beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital seperti frekuensi napas, saturasi oksigen, dan tekanan darah untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien.
2. Pengaturan Posisi: Memposisikan pasien dalam posisi semi-fowler atau fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru dan mengurangi sesak napas.
3. Oksigenasi: Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien untuk meningkatkan oksigenasi.
4. Manajemen Cairan: Melakukan aspirasi atau drainase cairan dari rongga pleura untuk mengurangi volume cairan dan memperbaiki pertukaran gas.
5. Manajemen Nyeri: Memberikan analgetik sesuai resep dan mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri dada.
6. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi mengenai penyakit, tanda-tanda komplikasi, dan strategi pengelolaan diri untuk mencegah komplikasi.
7. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkolaborasi dengan dokter, fisioterapis, dan tim kesehatan lainnya untuk mengoptimalkan pengelolaan efusi pleura.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan oksigenasi, pengurangan efusi pleura, dan manajemen nyeri yang efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 17852 | 26 May 2025
Klinis : Diabetes meletus tipe 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait **Diabetes Melitus Tipe 2** berdasarkan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI Code: D.0016)**
**Definisi:** Risiko peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah dari rentang normal yang dapat mengancam kesehatan.
**Faktor Risiko pada DM Tipe 2:**
- Pola makan tidak terkontrol
- Kurangnya aktivitas fisik
- Ketidakpatuhan terapi farmakologis (insulin/OAD)
- Stres metabolik (infeksi, penyakit penyerta)
**Luaran (SLKI Code: L.14016) – Kontrol Glukosa Darah:**
- Kadar glukosa darah dalam rentang target (puasa: 80–130 mg/dL; 2 jam postprandial <180 mg/dL).
- Pasien mampu memantau kadar glukosa darah mandiri.
**Intervensi (SIKI Code: I.14029) – Manajemen Hiperglikemia:**
- Edukasi pemantauan glukosa darah mandiri.
- Modifikasi diet (karbohidrat kompleks, indeks glikemik rendah).
- Latihan fisik teratur (30 menit/hari, 5x/minggu).
- Evaluasi kepatuhan terapi obat.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan tentang Penyakit dan Manajemennya (SDKI Code: D.0059)**
**Definisi:** Kurangnya pemahaman terkait penyakit, prognosis, dan tata laksana.
**Data Klinis pada DM Tipe 2:**
- Pertanyaan tentang penyebab DM.
- Kesalahan dalam teknik injeksi insulin/penggunaan OAD.
- Ketidaktahuan tentang komplikasi jangka panjang.
**Luaran (SLKI Code: L.09032) – Pengetahuan tentang Penyakit:**
- Pasien menyebutkan tanda hipo/hiperglikemia.
- Pasien mendemonstrasikan teknik injeksi insulin dengan benar.
**Intervensi (SIKI Code: I.09019) – Edukasi Kesehatan:**
- Jelaskan patofisiologi DM Tipe 2 secara sederhana.
- Demonstrasikan penggunaan alat pemantau glukosa darah.
- Berikan materi edukasi tertulis/visual.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi (SDKI Code: D.0023)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen terkait hiperglikemia kronis.
**Faktor Risiko:**
- Luka sulit sembuh (ulkus kaki diabetik).
- Gangguan sirkulasi perifer.
- Imunosupresi relatif akibat glukosa tinggi.
**Luaran (SLKI Code: L.15005) – Status Infeksi:**
- Tidak ada tanda infeksi (demam, pus, kemerahan).
- Luka bersih dan kering.
**Intervensi (SIKI Code: I.15010) – Pencegahan Infeksi:**
- Ajarkan perawatan kaki harian (cek kulit, hindari trauma).
- Tekankan pentingnya kebersihan personal.
- Pantau tanda infeksi pada luka.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Pola Tidur (SDKI Code: D.0065)**
**Definisi:** Perubahan kuantitas/kualitas tidur akibat gejala DM (nokturia, neuropati).
**Data Klinis:**
- Keluhan sering terbangun untuk BAK malam hari.
- Kesulitan tidur akibat nyeri neuropati.
**Luaran (SLKI Code: L.06008) – Kualitas Tidur:**
- Pasien melaporkan tidur 6–8 jam/hari tanpa gangguan.
**Intervensi (SIKI Code: I.06012) – Manajemen Tidur:**
- Anjurkan pembatasan cairan sebelum tidur.
- Ajarkan relaksasi progresif untuk nyeri neuropati.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI/SLKI/SIKI** digunakan untuk menstandarkan dokumentasi keperawatan berbasis **evidence-based practice**.
- Kode diagnosa/luaran/intervensi memudahkan audit klinis dan penelitian.
- **Tatalaksana DM Tipe 2** memerlukan pendekatan holistik (fisik, edukasi, psikososial).
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis dan klinis Anda. Untuk penyesuaian lebih lanjut, selalu pertimbangkan **assessment individual pasien**.
**Referensi:**
- Buku Standar PPNI Edisi Terkini.
- American Diabetes Association (ADA) Guidelines 2023. -
Article No. 17853 | 26 May 2025
Klinis : Seorang Ibu A , Umur: 55 tahun datang ke RS dengan Diagnosa Medis: Diabetes Mellitus tipe 2, Rawat inap karena luka di kaki yang tak kunjung sembuh Pasien mengeluh sering haus, sering kencing, dan berat badan menurun, Luka di kaki kiri tak kunjung sembuh sejak 2 minggu, Pasien bilang kadang lupa minum obat, Sering makan manis karena tidak tahu batasan diet, dari hasil oemeriksaan di dapatkan TD: 140/90 mmHg, GDS: 285 mg/dL, Luka ulkus di kaki kiri diameter 4 cm, merah, basah dan BB: 70 kg, TB: 155 cm (IMT: 29,1 – overweight)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan untuk Ibu A sesuai kondisi klinisnya:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Integritas Kulit (SDKI Code: 0022)**
**Definisi:** Kerusakan jaringan epidermis dan/atau dermis akibat luka kronis (ulkus diabetik).
**Faktor yang Berhubungan:**
- Hiperglikemia (GDS 285 mg/dL)
- Penurunan perfusi jaringan
- Kurang pengetahuan tentang perawatan luka
**Luaran (SLKI Code: 2202 – Penyembuhan Luka)**
**Kriteria Evaluasi:**
- Ukuran luka menurun
- Eksudat luka berkurang
- Tidak ada tanda infeksi (kemerahan, bengkak, nanah)
**Intervensi (SIKI Code: 4402 – Perawatan Luka)**
- Lakukan perawatan luka steril dengan teknik aseptik.
- Pantau tanda infeksi dan perkembangan luka.
- Ajarkan pasien/caregiver perawatan luka mandiri.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI Code: 0028)**
**Definisi:** Risiko fluktuasi kadar glukosa darah di luar rentang normal.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Ketidakpatuhan minum obat
- Pola makan tinggi gula
- Kurang pemantauan GDS mandiri
**Luaran (SLKI Code: 1403 – Kontrol Glikemik)**
**Kriteria Evaluasi:**
- Kadar GDS dalam rentang target (sesuai anjuran dokter).
- Pasien memahami tanda hiperglikemia.
**Intervensi (SIKI Code: 2410 – Edukasi Manajemen Diabetes)**
- Ajarkan pentingnya kepatuhan obat dan diet.
- Anjurkan pemantauan GDS rutin.
- Berikan edukasi batasan asupan gula dan karbohidrat.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan tentang Manajemen Diabetes (SDKI Code: 00126)**
**Definisi:** Ketidakcukupan informasi terkait pengelolaan diabetes.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kurangnya edukasi sebelumnya
- Kebiasaan konsumsi makanan manis
**Luaran (SLKI Code: 1802 – Pengetahuan tentang Penyakit)**
**Kriteria Evaluasi:**
- Pasien dapat menyebutkan cara perawatan luka dan diet diabetes.
- Pasien mengidentifikasi tanda hiperglikemia.
**Intervensi (SIKI Code: 5604 – Edukasi Kesehatan)**
- Jelaskan hubungan hiperglikemia dengan penyembuhan luka.
- Demonstrasikan perencanaan makan sesuai kebutuhan kalori (IMT 29,1 ? perlu penurunan BB).
---
### **4. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan (SDKI Code: 00026)**
**Definisi:** Peningkatan retensi cairan terkait komplikasi diabetes (TD 140/90 mmHg).
**Faktor yang Berhubungan:**
- Hiperglikemia kronis
- Overweight (IMT 29,1)
**Luaran (SLKI Code: 0601 – Keseimbangan Cairan)**
**Kriteria Evaluasi:**
- TD dalam rentang normal.
- Edema (-).
**Intervensi (SIKI Code: 4120 – Manajemen Cairan)**
- Pantau tanda vital dan balance cairan.
- Anjurkan pembatasan garam dan gula.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Prioritas Intervensi:** Fokus pada perawatan luka dan kontrol glikemik untuk mencegah komplikasi (mis: infeksi/nekrosis).
- **Kolaborasi:** Konsultasikan dengan dokter untuk terapi insulin/antibiotik jika diperlukan.
Semua kode dan definisi mengacu pada **PPNI (2017-2019)**. Perlu **reassessment** berkala untuk menyesuaikan intervensi.
*(Ditulis dalam format formal dan akademis sesuai permintaan.)* -
Article No. 17854 | 26 May 2025
Klinis : Tekanan darah: 140/90 mmHg Nadi: 104x/menit Laju napas: 22x/menit Suhu tubuh: 37,3°C Skala nyeri: 5 (berdenyut, terus-menerus, di payudara kanan) Pasien menjalani kemoterapi kedua dari lima sesi Pasien mendapatkan ondansetron dan ketorolac oral Rambut rontok tampak secara fisik (disebutkan pasien) DS : Pasien mengeluhkan nyeri hebat di payudara kanan. Pasien mengatakan mual hebat, terutama setelah kemoterapi kedua. Pasien mengatakan tidak nafsu makan karena mual Pasien mengeluhkan rambut rontok. Pasien merasa sangat cemas, takut penyakitnya tidak bisa sembuh. Pasien mengatakan jantung terasa berdebar dan cepat. Pasien mengeluh cepat lelah. Pasien mengaku tidak bisa tidur selama 4 hari karena nyeri, mual, dan terus memikirkan kondisi kesehatannya. Pasien meminta saran perawatan selain pengobatan medis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri Akut (NIAK)
Kode SDKI: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
b. Mual (MUAL)
Kode SDKI: 00134
Definisi: Pengalaman subyektif ketidaknyamanan yang memicu dorongan untuk muntah.
c. Gangguan Pola Tidur (GPTI)
Kode SDKI: 00198
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
d. Cemas (CMAS)
Kode SDKI: 00146
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
e. Intoleransi Aktivitas (INTA)
Kode SDKI: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan klasifikasi diagnosa keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Berfungsi untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang membutuhkan intervensi keperawatan.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan klasifikasi luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Berfungsi untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
- Berfungsi untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien yang diberikan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 17798 | 25 May 2025
Klinis : • Pasien mengatakan nyeri di anus, seperti ada yang mengganjal • Nyeri skala 5 • BAB berdarah 3 hari SMRS DO: • Hemoroid di anus • BAB berdarah • Ekspresi wajah meringis saat duduk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah pembahasan yang rinci mengenai kondisi pasien yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah "Nyeri Akut" yang ditandai dengan:
- Pasien mengatakan nyeri di anus, seperti ada yang mengganjal
- Nyeri skala 5
- BAB berdarah 3 hari SMRS
- Ditemukan hemoroid di anus
- Ekspresi wajah meringis saat duduk
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan penurunan nyeri dari skala 5 menjadi skala 2 atau kurang.
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
4. Pasien menunjukkan pemahaman tentang strategi manajemen nyeri.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan/intensitas, dan faktor yang mempengaruhi.
b. Berikan analgesik yang sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti relaksasi, kompres hangat, dan posisi yang nyaman.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan intervensi pengobatan yang tepat, seperti pengobatan hemoroid.
2. Peningkatan Kenyamanan Fisik
a. Berikan posisi yang nyaman, seperti berbaring miring atau duduk dengan bantal di bawah bokong.
b. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat memperburuk nyeri, seperti duduk terlalu lama.
c. Ajarkan teknik manajemen stres dan relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot.
3. Edukasi Kesehatan
a. Jelaskan penyebab dan gejala hemoroid serta pentingnya perawatan yang tepat.
b. Berikan informasi tentang diet yang dapat membantu mencegah konstipasi dan mengurangi gejala hemoroid.
c. Ajarkan pasien tentang strategi manajemen nyeri dan tindakan pencegahan untuk menghindari kekambuhan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu penurunan nyeri, peningkatan kenyamanan, dan pemahaman yang baik tentang perawatan hemoroid serta manajemen nyeri. -
Article No. 17799 | 25 May 2025
Klinis : pasien datang ke poli anak rsud dr soeratno gemolong pada tanggal 23 mei 2025 pada pukul 09.30 wib ibu saat di poli ibu pasien mengatakan anaknya diare sudah sejak dari hari rabu lalu dan muntah pasien dipindah ke bangsal anggrek pada tanggal 23 mei 2025 pukul 13.37 wib saat dikaji ibu pasien mengatakan anaknya diare sejak hari rabu, diare cair dan ada lendir, napsu makan menurun, lemes dan perut kembung saat di lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu S:36,9°C, RR:31x/menit, N : 120x/menit, spo2 98% pada pemeriksaan lab ditemukan bakteri positif 2
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien:
Diagnosis Keperawatan:
1. Diare akut (kode SDKI: 00013)
Penjelasan Singkat:
Diare akut adalah pengeluaran feses yang tidak normal, cair, dan lebih sering dari biasanya yang berlangsung kurang dari 2 minggu. Penyebabnya dapat berupa infeksi bakteri, virus, atau parasit.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00013
Definisi: Pengeluaran feses cair yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0101 Pemulihan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Definisi: Kemampuan individu untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6610 Manajemen Diare
Definisi: Tindakan untuk mengendalikan dan mencegah komplikasi diare.
Kode dan definisi lainnya yang terkait:
- Risiko Dehidrasi (SDKI kode 00025)
- Kelelahan (SDKI kode 00093)
- Manajemen Cairan (SIKI kode 6680)
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital (SIKI kode 6680)
Perawat dapat menggunakan kode-kode tersebut untuk merumuskan diagnosis keperawatan, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.