Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15841 | 21 Apr 2025
Klinis : cacingan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis cacingan, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: B82.0
- Deskripsi: Infestasi usus tidak terspesifikasi
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B82.0 digunakan untuk mengkodekan infestasi cacing atau cacingan di usus, tanpa spesifikasi penyebab yang lebih rinci.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis cacing parasit yang dapat menyerang saluran pencernaan, seperti cacing gelang, cacing tambang, atau cacing pita.
- Gejala umum yang mungkin timbul akibat cacingan ini antara lain nyeri perut, diare, malnutrisi, serta gejala tidak spesifik lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 97.31
- Deskripsi: Pemberian antihelmintik oral
Penjelasan:
- Kode ICD-9-CM 97.31 digunakan untuk mengkodekan pemberian obat antihelmintik melalui rute oral, yang merupakan pengobatan lini pertama untuk mengatasi infestasi cacing.
- Pemilihan jenis antihelmintik dan dosis yang tepat akan bergantung pada identifikasi spesies cacing penyebab, kondisi pasien, serta pedoman pengobatan yang berlaku.
- Prosedur ini dapat dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang kompeten, sebagai bagian dari manajemen tatalaksana cacingan pada pasien.
Secara keseluruhan, kode ICD-10 B82.0 dan kode ICD-9-CM 97.31 dapat digunakan untuk mengkodekan diagnosis dan prosedur terkait kondisi cacingan pada pasien. -
Article No. 15842 | 21 Apr 2025
Klinis : muncul cacing kremi di dubur
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda jelaskan, yaitu muncul cacing kremi di dubur, maka kode diagnosis dan prosedur medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B80
- Deskripsi: Enterobiasis (infeksi cacing kremi)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 97.23
- Deskripsi: Prosedur pemberian obat antihelmintik (obat cacing) untuk pengobatan enterobiasis.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 B80 menunjukkan diagnosis enterobiasis, yang merupakan infeksi yang disebabkan oleh cacing kremi (Enterobius vermicularis). Cacing ini sering ditemukan di daerah sekitar anus dan dapat menyebabkan gatal-gatal dan iritasi di sekitar dubur.
- Jika diperlukan, prosedur medis yang dapat dilakukan adalah pemberian obat antihelmintik (obat cacing) yang tercatat dengan kode ICD-9-CM 97.23. Tindakan ini bertujuan untuk mengobati infeksi cacing kremi dan menghilangkan gejala yang muncul.
Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan mendokumentasikan diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan dengan menggunakan kode-kode ICD yang sesuai. Hal ini penting untuk memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap dalam rekam medis pasien. -
Article No. 15843 | 21 Apr 2025
Klinis : gangguan pendengaran
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis gangguan pendengaran, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait, disertai penjelasan yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: H90-H94
- Deskripsi: Gangguan pendengaran, meliputi kondisi seperti perubahan pada konduktifitas atau persepsi pendengaran, tinitus, dan kehilangan pendengaran.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 20.01-20.99
- Deskripsi: Berbagai prosedur diagnostik dan terapeutik terkait gangguan pendengaran, seperti pemeriksaan pendengaran, penggunaan alat bantu dengar, dan tindakan pembedahan pada telinga.
Penjelasan:
Kode ICD-10 H90-H94 mencakup berbagai kondisi terkait gangguan pendengaran, mulai dari perubahan pada fungsi konduktif atau perseptual pendengaran, tinitus (suara berisik di telinga), hingga kehilangan pendengaran. Kode-kode ini memungkinkan klasifikasi yang lebih spesifik berdasarkan jenis, penyebab, atau lokasi gangguan.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 20.01-20.99 mencakup berbagai prosedur diagnostik dan terapeutik yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan pendengaran. Ini termasuk pemeriksaan fungsi pendengaran, penggunaan alat bantu dengar, serta tindakan pembedahan pada telinga, seperti timpanoplasti atau mastoidektomi.
Penentuan kode yang tepat akan membantu dalam proses pencatatan, pengkodean, dan pengajuan klaim asuransi kesehatan terkait kondisi gangguan pendengaran yang dialami pasien. -
Article No. 15844 | 21 Apr 2025
Klinis : gangguan pendengaran
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pendengaran.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran
Penjelasan:
Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan atau hilangnya kemampuan untuk mendengar atau memproses informasi auditori secara efektif. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma, infeksi, atau proses penuaan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dalam kasus gangguan pendengaran, SDKI menyediakan definisi, karakteristik, faktor yang berhubungan, dan faktor yang berisiko untuk diagnosis keperawatan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. Untuk gangguan pendengaran, SLKI dapat mencakup luaran seperti pemulihan fungsi pendengaran, penggunaan alat bantu dengar yang efektif, dan kemampuan beradaptasi terhadap keterbatasan pendengaran.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Dalam kasus gangguan pendengaran, SIKI dapat mencakup intervensi seperti perawatan telinga, terapi wicara, penggunaan alat bantu dengar, dan edukasi pasien serta keluarga.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk pasien dengan gangguan pendengaran, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan pemulihan pasien. -
Article No. 15845 | 21 Apr 2025
Klinis : gangguan pendengaran
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gangguan pendengaran:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi gangguan pendengaran adalah "Gangguan Sensori Persepsi: Pendengaran". Diagnosa ini menggambarkan situasi di mana individu mengalami masalah dalam menerima, menginterpretasi, dan/atau merespons stimuli auditori yang berdampak pada fungsi sehari-hari.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan untuk kondisi gangguan pendengaran adalah:
a. Pemeliharaan Kesehatan Pendengaran: Individu menunjukkan pemahaman dan tindakan yang tepat untuk memelihara kesehatan pendengarannya.
b. Komunikasi: Individu menunjukkan kemampuan berkomunikasi yang efektif sesuai dengan kondisi pendengarannya.
c. Adaptasi terhadap Gangguan Pendengaran: Individu menunjukkan adaptasi yang baik terhadap gangguan pendengarannya dan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan optimal.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SLKI) pada kondisi gangguan pendengaran meliputi:
a. Manajemen Sensori: Memberikan lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan fungsi pendengaran, seperti mengurangi kebisingan, mengatur pencahayaan, dan menggunakan alat bantu dengar jika diperlukan.
b. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang gangguan pendengaran, cara pemeliharaan kesehatan pendengaran, dan strategi komunikasi yang efektif.
c. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan psikologis untuk membantu pasien beradaptasi dengan gangguan pendengarannya dan meningkatkan kualitas hidup.
d. Koordinasi Perawatan: Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti audiolog, untuk mengoptimalkan perawatan pasien dengan gangguan pendengaran.
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan untuk kondisi gangguan pendengaran, perawat berperan penting dalam mengevaluasi kondisi pasien, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, menetapkan luaran yang diharapkan, dan merancang intervensi keperawatan yang komprehensif untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal. Perawat juga harus memastikan kolaborasi yang baik dengan tenaga kesehatan lain untuk memaksimalkan perawatan pasien. -
Article No. 15846 | 21 Apr 2025
Klinis : gangguan aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi gangguan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan aktivitas adalah "Mobilitas Fisik Terganggu". Diagnosa ini didefinisikan sebagai "Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan mandiri pada satu atau lebih anggota tubuh" (PPNI, 2017). Karakteristik definisi ini mencakup adanya keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang diinginkan dan mandiri, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah "Mobilitas Fisik Membaik". Luaran ini didefinisikan sebagai "Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri" (PPNI, 2017). Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian luaran ini antara lain: 1) Pasien dapat melakukan pergerakan yang diinginkan, 2) Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, 3) Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik, dan 4) Pasien menunjukkan peningkatan rentang gerak sendi.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran "Mobilitas Fisik Membaik", intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Aktivitas
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas fisik pasien
- Bantu pasien dalam merencanakan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan
- Ajarkan teknik-teknik mobilisasi yang aman dan sesuai kondisi pasien
- Pantau respons pasien terhadap aktivitas yang dilakukan
2. Terapi Latihan Gerak
- Buat rencana latihan gerak bersama pasien berdasarkan kondisi dan kemampuan
- Bimbing pasien dalam melakukan latihan gerak sesuai rencana
- Berikan motivasi dan dukungan kepada pasien selama melakukan latihan
- Evaluasi respons pasien terhadap latihan dan modifikasi rencana jika diperlukan
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi penyebab nyeri yang memengaruhi mobilitas fisik pasien
- Berikan intervensi nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, misalnya kompres hangat/dingin, teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan
- Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri pasien
Melalui implementasi intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dengan gangguan aktivitas dapat mencapai luaran "Mobilitas Fisik Membaik", sehingga dapat meningkatkan kemampuan mobilisasi dan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 15847 | 21 Apr 2025
Klinis : gangguan aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Penjelasan:
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh faktor muskuloskeletal, neurologis, atau faktor lainnya, yang menyebabkan hambatan dalam kemampuan untuk bergerak secara mandiri dan terkoordinasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Utama:
- Keterbatasan dalam rentang gerak sendi
- Kelemahan otot
- Penurunan koordinasi gerak
2. Faktor Berhubungan:
- Kondisi neurologis (misalnya: stroke, parkinson)
- Kondisi muskuloskeletal (misalnya: fraktur, osteoarthritis)
- Penyakit kronis (misalnya: diabetes, penyakit paru)
- Penuaan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Hasil yang Diharapkan:
- Pasien menunjukkan peningkatan mobilitas fisik
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan berpindah
2. Kriteria Hasil:
- Pasien menunjukkan peningkatan rentang gerak sendi
- Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri atau dengan bantuan minimal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan:
- Terapi Latihan Rentang Gerak
- Terapi Latihan Kekuatan Otot
- Pelatihan Aktivitas Sehari-hari
- Pelatihan Berpindah
2. Aktivitas Keperawatan:
- Melatih pasien melakukan rentang gerak sendi
- Melatih pasien melakukan latihan kekuatan otot
- Mengajarkan pasien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Melatih pasien berpindah dari satu tempat ke tempat lain
Dengan menerapkan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik pada pasien. -
Article No. 15848 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan membantu Anda dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Peningkatan produksi sekret, adanya lesi di paru, dan penurunan kemampuan batuk.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu ventilasi yang efektif.
- Penyebab: Adanya lesi di paru dan sesak napas.
3. Hipertermia
- Definisi: Suhu tubuh di atas kisaran normal yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan mekanisme pendinginan.
- Penyebab: Infeksi tuberkulosis paru.
4. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Anoreksia akibat infeksi tuberkulosis paru.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan analisis data pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI - SLKI - SIKI memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan best practice dan standar profesi. -
Article No. 15849 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 29 tahun, telah menikah selama 3 tahun dan berusaha untuk memiliki keturunan selama 2 tahun tanpa keberhasilan. Istri mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak teratur sejak masa remaja, dengan interval menstruasi yang berkisar antara 45–60 hari dan kadang disertai perdarahan berkepanjangan. Pasien juga melaporkan adanya jerawat dan pertumbuhan rambut yang berlebihan (hirsutisme). Istri memiliki riwayat berat badan berlebih sejak remaja (IMT 29 kg/m2) dan pernah mendapat pengobatan topikal untuk jerawat. Riwayat keluarga menunjukkan adanya kasus infertilitas dan gangguan menstruasi pada pihak ibu istri. Vital sign dalam batas normal. Ditemukan obesitas ringan dengan distribusi lemak sentral. Tanda-tanda hirsutisme (Skala Ferriman-Gallwey meningkat). Pemeriksaan perut dan pelvis: Rahim berukuran normal, tidak terdapat massa yang teraba jelas. Hasil pemeriksaan laboratorium, LH: FSH rasio 3:1 (menunjukkan peningkatan LH), Kadar testosteron total dan bebas meningkat, Kadar insulin basal cenderung tinggi, mengindikasikan resistensi insulin, Hemoglobin: Dalam batas normal meskipun terdapat riwayat perdarahan berkepanjangan. USG transvaginal • Menunjukkan ukuran ovarium yang meningkat dengan banyak folikel kecil tersebar di seluruh ovarium (penampilan “string of pearls”), sesuai dengan kriteria PCOS. Diagnosis sementara Infertilitas primer pada pasangan dengan faktor ovulasi disebabkan oleh PCOS pada istri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk pasien ini adalah:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Gangguan Pola Menstruasi
b. Ketidakefektifan Pola Seksual
c. Resistensi Insulin
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Pola Menstruasi Membaik
b. Fungsi Seksual Membaik
c. Kontrol Metabolik Membaik
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Gangguan Menstruasi
b. Konseling Seksual
c. Manajemen Resistensi Insulin
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Pola Menstruasi:
Pasien mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, dengan interval 45-60 hari dan perdarahan berkepanjangan, yang merupakan tanda-tanda Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS).
2. Ketidakefektifan Pola Seksual:
Pasien mengalami infertilitas primer, yang dapat berdampak pada fungsi seksual dan keintiman pasangan.
3. Resistensi Insulin:
Pasien memiliki riwayat berat badan berlebih dan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi insulin, yang dapat berkontribusi pada gejala PCOS.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen gangguan menstruasi (misalnya edukasi tentang PCOS, pengaturan pola makan dan olahraga), konseling seksual untuk meningkatkan fungsi seksual, serta manajemen resistensi insulin (misalnya edukasi tentang pola makan dan aktivitas fisik). -
Article No. 15850 | 21 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 29 tahun, telah menikah selama 3 tahun dan berusaha untuk memiliki keturunan selama 2 tahun tanpa keberhasilan. Istri mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak teratur sejak masa remaja, dengan interval menstruasi yang berkisar antara 45–60 hari dan kadang disertai perdarahan berkepanjangan. Pasien juga melaporkan adanya jerawat dan pertumbuhan rambut yang berlebihan (hirsutisme). Istri memiliki riwayat berat badan berlebih sejak remaja (IMT 29 kg/m2) dan pernah mendapat pengobatan topikal untuk jerawat. Riwayat keluarga menunjukkan adanya kasus infertilitas dan gangguan menstruasi pada pihak ibu istri. Vital sign dalam batas normal. Ditemukan obesitas ringan dengan distribusi lemak sentral. Tanda-tanda hirsutisme (Skala Ferriman-Gallwey meningkat). Pemeriksaan perut dan pelvis: Rahim berukuran normal, tidak terdapat massa yang teraba jelas. Hasil pemeriksaan laboratorium, LH: FSH rasio 3:1 (menunjukkan peningkatan LH), Kadar testosteron total dan bebas meningkat, Kadar insulin basal cenderung tinggi, mengindikasikan resistensi insulin, Hemoglobin: Dalam batas normal meskipun terdapat riwayat perdarahan berkepanjangan. USG transvaginal • Menunjukkan ukuran ovarium yang meningkat dengan banyak folikel kecil tersebar di seluruh ovarium (penampilan “string of pearls”), sesuai dengan kriteria PCOS. Diagnosis sementara Infertilitas primer pada pasangan dengan faktor ovulasi disebabkan oleh PCOS pada istri.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien tersebut adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E28.2
- Deskripsi: Sindrom ovarium polikistik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 65.41
- Deskripsi: Laparoskopi diagnostik; prosedur ini dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis PCOS melalui pemeriksaan visual dari rongga peritoneal dan organ-organ di dalamnya.
Penjelasan:
Pasien ini memenuhi kriteria diagnosis Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) berdasarkan gejala yang dilaporkan, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang. Pasien mengeluhkan siklus menstruasi yang tidak teratur, hirsutisme, dan ketidaksuburan. Pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda hirsutisme, obesitas sentral, dan pada pemeriksaan USG transvaginal ditemukan gambaran "string of pearls" yang khas untuk PCOS.
Diagnosis PCOS didasarkan pada kriteria Rotterdam, yaitu setidaknya dua dari tiga kriteria berikut terpenuhi: 1) Oligoovulasi/anovulasi, 2) Hiperandrogenisme (klinis dan/atau biokimia), dan 3) Polikistik ovarium pada USG. Pasien ini memenuhi kriteria 1 dan 2 berdasarkan riwayat dan pemeriksaan.
Prosedur laparoskopi diagnostik (kode ICD-9-CM 65.41) dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis PCOS melalui pemeriksaan visual dari rongga peritoneal dan organ-organ di dalamnya, terutama jika hasil USG tidak menunjukkan gambaran yang khas untuk PCOS.