Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21661 | 11 Sep 2025
Klinis : Tn. A adalahh seorang petani berusia 58th yg datang ke puskesmas dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua mata sejak 2 tahun terakhir, ia mengatakan bahwa kondisinya semakin memburuk dalam 8 bulan terakhir. Ia mengalami silau dan melihat lingkaran cahaya di sekitar lampu pada malam hari, sehingga kesulitan mengendarai sepeda motor saat pulang dari sawah. ia juga merasa sulit membaca, dan mengenali wajah dari jarak jauh. Tn .a memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 selama 12 tahun yang terkontrol dengan obat oral, serta hipertensi sejak 7 tahun terakhir. ia bekerja di luar ruangan setiap hari sehingga sering terpapar sinar matahari. pada pemeriksaan mata ditemukan kekeruhan lensa pada kedua mata, lebih berat pada mata kanan serta penurunan tajam pengelihatan.Dokter menjelaskan bahwa Tn.A mengalami katarak bilateral dan merekomendasikan operasi katarak pada mata kanan. Tn. A tetap cemas, menyatakan kekhawatirannya mengenai biaya oprasi dan apakah dia masih dapat bekerja setelah prosedur tersebut. Ia juga mengungkapkan rasa takut akan menjadi beban bagi keluarganya jika pengelihatannya semakin menurun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b Berdasarkan data klinis yang disajikan pada Tn. A, berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\b0\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\b Ansietas\cf0\b0 (Kode SDKI: 1218) berhubungan dengan prosedur pembedahan, ketidakpastian hasil, dan dampak finansial.\par
\par
\b PENJELASAN SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf3\b Definisi:\cf0\b0 Perasaan tidak nyaman atau ancaman yang samar-samar yang sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu.\par
\cf3\b Karakteristik Utama (Fokus Assessmen):\cf0\b0 Data subjektif dari Tn. A yang menunjukkan ansietas adalah pernyataan tentang \i kekhawatiran mengenai biaya operasi, ketakutan tidak dapat bekerja setelah operasi, dan kekhawatiran menjadi beban keluarga.\i0\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf3\b Luaran yang Diharapkan (NOC):\cf0\b0 \cf2\b Pengendalian Ansietas\cf0\b0 (Kode SLKI: 1401).\par
\cf3\b Indikator yang dapat diukur (dengan skala 1-5):\cf0\b0\par
- \i Mengidentifikasi penyebab ansietas\i0 (Tn. A dapat menyebutkan dengan jelas bahwa penyebab kecemasannya adalah biaya, prospek kerja, dan masa depan).\par
- \i Melaporkan penurunan gejala ansietas\i0 (misalnya, pasien menyatakan perasaan lebih tenang).\par
- \i Menggunakan strategi koping yang efektif\i0 (misalnya, pasien mulai mencari informasi atau dukungan untuk mengatasi kekhawatirannya).\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf3\b Intervensi Utama (NIC):\cf0\b0 \cf2\b Penurunan Kecemasan\cf0\b0 (Kode SIKI: 5820).\par
\cf3\b Aktivitas Keperawatan (Aktivitas yang dapat dilakukan perawat):\cf0\b0\par
- \i Gunakan pendekatan yang menenangkan dan memberikan rasa aman.\i0\par
- \i Dengarkan dengan penuh perhatian kekhawatiran dan ekspresi perasaan Tn. A.\i0\par
- \i Berikan informasi yang akurat tentang prosedur operasi, proses penyembuhan, dan manfaatnya bagi penglihatan dan kualitas hidupnya.\i0\par
- \i Bantu Tn. A mengidentifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimilikinya (dukungan keluarga, pengalaman menghadapi penyakit kronis).\i0\par
- \i Kolaborasi dengan pekerja sosial atau pihak puskesmas untuk mengeksplorasi kemungkinan bantuan biaya (jika ada program seperti JKN atau bantuan lainnya).\i0\par
- \i Ajarkan teknik relaksasi sederhana (contohnya: napas dalam).\i0\par
\par
\cf4\b Catatan Akademis:\cf0\b0 Ansietas merupakan respons yang wajar dalam situasi ini. Intervensi keperawatan difokuskan pada pendekatan terapeutik untuk meningkatkan rasa kontrol dan mengurangi persepsi ancaman, sehingga Tn. A dapat menjalani prosedur dengan persiapan mental yang lebih baik dan berpartisipasi aktif dalam rencana perawatan dirinya.\par
}
-
Article No. 21662 | 11 Sep 2025
Klinis : Seorang laki-laki, usia 57 tahun di rawat di RS dengan keluahan tangan kanan dan kaki lemah dan susah digerakkan, kalau bicara pelo. Hasil pemeriksaan : wajah asimetris, TD 170/90 mmHg, frekuensi nadi 92 x/ menit, frekuensi nafas 22 x/ menit, suhu 370C. mulut tampak miring ke kanan, refleks babynsky positif di ektremitas kanan. Hasil CT scan otak menunjukkan terdapat acute infark di lobus oksipital sinistra, munculnya zona hipodens yang berbatas tegas. Hasil EKG pasien mengalami Atrial Fibrilation. Pasien diberikan cairan isotonic berupa Ringer laktat 30 ml/kkBB/hari. Pasien akan dilakukan Tindakan Trombektomi mekanik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \par
\pard\plain\ql\fi0\li0\ri0\sb0\sa0\sb100\sa100\kerning2\f0\fs24\cf0 Berdasarkan data klinis yang disajikan, berikut adalah analisis keperawatan yang disusun sesuai standar PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia):\par
\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA:\b0\par
\b Gangguan Mobilitas Fisik\b0 b.d. \i Kerusakan Neuromuskular\i0 (Kode: 00085)\par
\par
\b Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):\b0\par
Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan kemampuan untuk bergerak secara mandiri akibat defisit motorik sekunder terhadap infark serebral akut. Data pendukung: kelemahan ekstremitas kanan, refleks Babinski positif, asimetri wajah, dan hasil CT scan menunjukkan infark akut lobus oksipital sinistra.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) - Kode: 0204:\b0\par
\b Luaran yang Diharapkan:\b0\par
1. Peningkatan kekuatan otot ekstremitas (skala target: 3-4/5)\par
2. Kemampuan melakukan rentang gerak aktif terbatas dengan bantuan\par
3. Pemeliharaan posisi tubuh yang stabil\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) - Kode: 0840:\b0\par
\b Intervensi:\b0\par
1. Latihan rentang gerak pasif dan aktif pada ekstremitas yang lemah\par
2. Reposisi setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus\par
3. Kolaborasi fisioterapi dini\par
4. Monitoring status neurologis setiap 4 jam\par
\par
\b DIAGNOSIS TAMBAHAN:\b0\par
\b Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral\b0 b.d. \i Gangguan Fungsi Kardiak\i0 (Kode: 00245)\par
\par
\b Data Pendukung:\b0 Atrial Fibrilasi pada EKG (faktor risiko trombosis), hipertensi (TD 170/90 mmHg), dan rencana trombektomi mekanik.\par
\par
\b SLKI - Kode: 0402:\b0\par
Pemeliharaan perfusi serebral adekuat dengan tanda: status mental stabil, tanda vital dalam batas acceptable\par
\par
\b SIKI - Kode: 4020:\b0\par
1. Monitoring ketat tanda vital dan status neurologis\par
2. Kolaborasi pemberian terapi antikoagulan sesuai protokol\par
3. Persiapan pre-prosedural trombektomi\par
4. Manajemen balance cairan (pemantauan ketat input-output cairan RL 30 ml/kgBB/hari)\par
\par
\b Catatan Klinis:\b0 Kondisi pasien memerlukan pendekatan multidisiplin dengan fokus pada stabilisasi hemodinamik, pencegahan komplikasi immobilitas, dan optimasi outcomes pasca-intervensi trombektomi. Monitoring ketat diperlukan mengingat adanya risiko ekspansi infark atau perdarahan sekunder.\par
} -
Article No. 21663 | 11 Sep 2025
Klinis : hematemesis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI UNTUK KONDISI HEMATEMESIS\b0\par
\par
\b Kondisi: Hematemesis\b0\par
\par
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut adalah diagnosis keperawatan yang relevan untuk kondisi hematemesis:\par
\par
\b 1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):\b0\par
\b Kode: D.0016\b0\par
\b Judul: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\b0\par
\b Definisi:\b0 Kondisi dimana individu berisiko mengalami penurunan volume sirkulasi intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular.\par
\b Faktor Risiko (Domain Etiologi):\b0 Kehilangan cairan aktif (hematemesis).\par
\par
\b 2. Luaran Keperawatan (SLKI):\b0\par
\b Kode: L.03016\b0\par
\b Judul: Keseimbangan Cairan\b0\par
\b Definisi:\b0 Tingkat keseimbangan antara cairan yang masuk dan keluar dari tubuh.\par
\b Indikator yang Relevan:\b0\par
- \i Tekanan darah dalam rentang normal yang diharapkan\i0\par
- \i Denyut nadi dalam rentang normal yang diharapkan\i0\par
- \i Turgor kulit elastis\i0\par
- \i Membran mukosa lembab\i0\par
- \i Tidak ada tanda-tanda perdarahan aktif\i0\par
\par
\b 3. Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0\par
\b Kode: I.09129\b0\par
\b Judul: Manajemen Perdarahan\b0\par
\b Definisi:\b0 Membatasi komplikasi pada pasien dengan perdarahan aktif atau risiko perdarahan.\par
\b Aktivitas:\b0\par
- \i Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan) setiap 1-2 jam atau sesuai kondisi pasien\i0\par
- \i Observasi warna, jumlah, dan karakteristik muntah darah\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena sesuai resep\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian transfusi darah jika diperlukan\i0\par
- \i Anjurkan tirah baring dan hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen\i0\par
- \i Kolaborasi pemberian obat hemostatik sesuai resep\i0\par
\par
\b Penjelasan Singkat:\b0\par
Hematemesis merupakan kondisi kegawatdaruratan medis yang memerlukan penanganan cepat dan tepat. Diagnosis keperawatan \i Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\i0 dipilih karena kehilangan darah melalui muntah dapat menyebabkan hipovolemia dan syok hipovolemik. Tujuan utama (luaran) adalah mencapai dan mempertahankan \i Keseimbangan Cairan\i0 dengan parameter hemodinamik yang stabil. Intervensi keperawatan \i Manajemen Perdarahan\i0 difokuskan pada pemantauan ketat, resusitasi cairan, dan kolaborasi medis untuk mengontrol sumber perdarahan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.\par
\par
\i \cf2\ul Sumber:\cf0\ulnone PPNI. (2017). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).\i0 Edisi 1. Jakarta: Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.\i0\par
}
-
Article No. 21664 | 11 Sep 2025
Klinis : Seorang perempuan berusia 53 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan mati rasa di tangan kiri dan kaki kanan, serta mengeluh pusing dan muntah serta tampak mengalami penurunan kesadaran setelah jatuh dikamar mandi. Pasien sempat dibawa ke puskesmas terdekat, namun dokter menyarankan segera dibawa ke IGD RS X. Hasil pengkajian menunjukkan tidak ada sumbatan jalan napas, pasien sesak napas dengan frekuensi pernapasan 24x/menit, batuk non produktif, sputum ada, bunyi napas ronchi di lobus kanan. Nadi 88x/menit, irama teratur, denyut nadi tidak kuat, tekanan darah 140/90 MmHg, Suhu : 36,5 C, ekstremitas hangat, warna kulit pucat, tidak ada nyeri dada. Saat dikaji pasien hanya terbaring di tempat tidur, sulit bergerak karena mati rasa kedua anggota gerak badan, sulit berbicara. Hasil pemeriksaan GCS: E4M3V1, pupil isokor. Keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat hipertensi. Kekuatan otot ekstremitas atas bagian dekstra bernilai 2 dan ekstremitas bagian bawah dekstra 1, ekstremitas bagian atas dan bawah sinistra.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\fs24
\par
\par
\b Kondisi Pasien:\b0 Perempuan, 53 tahun, dengan keluhan mati rasa tangan kiri dan kaki kanan, pusing, muntah, penurunan kesadaran pasca jatuh, riwayat hipertensi, GCS E4M3V1, kelemahan otot ekstremitas, dan gangguan bicara.
\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan Utama:\b0
\par
\b\i Gangguan perfusi jaringan serebral b.d. interupsi aliran darah sekunder terhadap perdarahan intrakranial\i0\b0
\par
\b Kode SDKI:\b0 0501
\par
\b Definisi:\b0 Penurunan oksigenasi sel otak yang mengakibatkan ketidakmampuan mempertahankan fungsi neurologis normal.
\par
\par
\b\fs28 SLKI (STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA)\b0\fs24
\par
\b Kode dan Luaran:\b0
\par
\b 050101:\b0 Tanda-tanda vital dalam rentang normal
\par
\b 050102:\b0 Tingkat kesadaran membaik
\par
\b 050103:\b0 Fungsi sensorik dan motorik membaik
\par
\b 050104:\b0 Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial
\par
\b 050105:\b0 Kognisi dan komunikasi membaik
\par
\par
\b\fs28 SIKI (STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA)\b0\fs24
\par
\b Kode dan Intervensi:\b0
\par
\b 05010401:\b0 \b Pemantauan neurologis\b0 - Pantau GCS, pupil, tanda vital, dan fungsi sensorimotor setiap 1-2 jam
\par
\b 05010402:\b0 \b Manajemen jalan napas\b0 - Pertahankan patensi jalan napas, posisi semi-fowler, dan siapkan alat suction
\par
\b 05010403:\b0 \b Manajemen tekanan intrakranial\b0 - Hindari maneuver valsava, berikan oksigen sesuai order, dan hindari fleksi leher
\par
\b 05010404:\b0 \b Manajemen hipertensi\b0 - Pantau tekanan darah secara ketat dan kolaborasi pemberian antihipertensi sesuai protokol
\par
\b 05010405:\b0 \b Manajemen aktivitas\b0 - Tirah baring absolut dengan pembatasan mobilisasi sesuai kondisi neurologis
\par
\b 05010406:\b0 \b Edukasi keluarga\b0 - Jelaskan kondisi pasien, prosedur yang dilakukan, dan tanda bahaya yang perlu dipantau
\par
\par
\b\fs28 Penjelasan Singkat:\b0\fs24
\par
Berdasarkan data klinis (penurunan kesadaran, defisit neurologis fokal, riwayat hipertensi, dan mekanisme trauma), kondisi pasien mengindikasikan \b stroke hemoragik\b0 dengan gangguan perfusi serebral. Intervensi keperawatan difokuskan pada stabilisasi neurologis, pencegahan komplikasi, dan optimasi outcomes melalui pemantauan ketat dan manajemen komprehensif sesuai standar PPNI.
\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa dan intervensi keperawatan harus selalu didukung dengan data pengkajian yang lengkap dan kolaborasi dengan tim medis.
\par
} -
Article No. 21649 | 10 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluahan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \cf0 Berdasarkan keluhan batuk yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (Kode: 00031)\par
\par
\b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0 \par
Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas paten.\par
Karakteristik Mayor: Batuk tidak efektif atau tidak ada, suara napas adventisius (ronkhi, wheezing), dispnea.\par
Karakteristik Minor: Sianosis, takipnea, perubahan frekuensi dan irama pernapasan.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 \par
Kode: 0401 - Status Pernapasan: Ventilasi\par
Indikator:\par
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal\par
2. Irama pernapasan reguler\par
3. Kedalaman pernapasan adekuat\par
4. Tidak terdapat suara napas adventisius\par
5. Batuk efektif\par
6. Ekspektorasi sputum adekuat\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 \par
Kode: 3240 - Manajemen Jalan Napas\par
Aktivitas:\par
1. Auskultasi suara napas, catat adanya suara adventisius\par
2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha pernapasan\par
3. Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam\par
4. Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan\par
5. Kolaborasi pemberian obat bronkodilator atau ekspektoran\par
6. Pertahankan posisi yang meningkatkan ventilasi\par
7. Berikan hidrasi adekuat untuk mengencerkan sekret\par
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa keperawatan ini bersifat tentatif dan harus dikonfirmasi melalui pengkajian keperawatan yang komprehensif termasuk pemeriksaan fisik, anamnesis lengkap, dan data penunjang lainnya untuk memastikan akurasi diagnosa dan intervensi yang tepat.\par
} -
Article No. 21650 | 10 Sep 2025
Klinis : kaki lecet
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs24 Berdasarkan kondisi kaki lecet, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
\par
\pard\sa160\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Risiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit (kode: 0018)
\par
\pard\sa160\sl276\slmult1\b Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):\b0
\par \'abRisiko Infeksi\'bb didefinisikan sebagai peningkatan kerusakan integritas kulit yang rentan terhadap invasi agen patogen, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. (Domain 11: Keamanan/Perlindungan; Kelas 2: Infeksi).
\par
\pard\sa160\sl276\slmult1\b Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\b0
\par \'abStatus Kulit: Integritas Jaringan\'bb (kode: 1101). Luaran yang diharapkan adalah klien menunjukkan penurunan risiko atau bebas dari tanda-tanda infeksi, dengan kriteria evaluasi seperti:
\par - Luka bersih dan kering
\par - Tidak ada eritema (kemerahan)
\par - Tidak ada edema (bengkak)
\par - Tidak ada drainage (cairan) purulen
\par - Suhu tubuh dalam rentang normal
\par
\pard\sa160\sl276\slmult1\b Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\b0
\par \'abPerawatan Luka\'bb (kode: 3530). Intervensi utama meliputi:
\par - Membersihkan luka dengan teknik aseptik
\par - Memantau tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, functio laesa)
\par - Melindungi kulit di sekitar luka
\par - Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka di rumah
\par
\pard\sa160\sl276\slmult1\b Penjelasan Singkat:\b0
\par Kondisi kaki lecet merupakan kerusakan integritas kulit yang menjadi port de entry bagi mikroorganisme patogen. Tindakan keperawatan difokuskan pada pencegahan infeksi melalui manajemen luka yang tepat, pemantauan tanda-tanda sistemik dan lokal infeksi, serta edukasi kepada klien untuk mencegah komplikasi.
\par
\pard\sa160\sl276\slmult1\qc\b Sumber:\b0 PPNI. (2017). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Edisi 1-6. \i0 Jakarta: Pengurus Pusat PPNI.
\par
} -
Article No. 21651 | 10 Sep 2025
Klinis : Seorang klien perempuan usia 25 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan utama chestpain, seperti tertusuk-tusuk benda tajam pada perut kanan bawah, Skala nyeri 7. Biasanya nyeri muncul tiba-tiba dengan sendirinya, ataupun saat dia batuk, tidur miring kanan, menggerakan badan untuk bangun, berdiri dan berjalan. Nyeri ini biasanya timbul semakin lama semakin bertambah nyeri namun akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa menit ± 2- 5 menit. Klien terpasang IVFD Ringer Laktat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\par
\par Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar \i Persatuan Perawat Nasional Indonesia\i0 (PPNI):
\par
\par \b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b Kode SDKI 1.1: Nyeri Akut\b0
\par
\par \b Penjelasan Singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0
\par Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat cedera jaringan aktual atau potensial, yang timbul secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan. Pada kasus ini, karakteristik nyeri (skala 7, seperti tertusuk, bertambah dengan gerakan, dan durasi ± 2-5 menit) sangat sesuai dengan definisi ini.
\par
\par \b Kriteria Hasil (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode SLKI 1.1.1:\b0 Tingkat nyeri menurun
\par \b Kode SLKI 1.1.2:\b0 Ekspresi nyeri menurun
\par \b Kode SLKI 1.1.3:\b0 Tanda-tanda vital dalam rentang normal
\par Tujuan luaran adalah mengurangi skala nyeri, mengontrol ekspresi ketidaknyamanan, dan menstabilkan tanda vital (seperti nadi dan tekanan darah) yang mungkin meningkat akibat respons terhadap nyeri.
\par
\par \b Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode SIKI 1.1.1:\b0 Manajemen Nyeri
\par - \b 1.1.1.1:\b0 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, faktor pencetus, dan penurun).
\par - \b 1.1.1.4:\b0 Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (contoh: relaksasi napas dalam, distraksi).
\par - \b 1.1.1.5:\b0 Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi (jika diperlukan dan diresepkan).
\par \b Kode SIKI 4.1.1:\b0 Manajemen Kecemasan
\par - \b 4.1.1.1:\b0 Kaji tingkat kecemasan klien terkait nyeri dan kondisinya.
\par - \b 4.1.1.3:\b0 Berikan informasi yang jelas tentang prosedur dan kondisi untuk mengurangi ansietas.
\par Intervensi ini bertujuan untuk mengontrol nyeri melalui pendekatan holistik dan memastikan kenyamanan klien.
\par
\par \b Catatan Klinis:\b0
\par Meskipun keluhan utama adalah \i chest pain\i0, lokalisasi nyeri di \i perut kanan bawah\i0 dan karakteristiknya yang tajam serta dipicu oleh gerakan memerlukan kewaspadaan tinggi terhadap kemungkinan kondisi bedah abdomen (seperti apendisitis atau masalah ginekologis). Diagnosa keperawatan ini bersifat sementara dan dapat disesuaikan berdasarkan hasil assessment lebih lanjut dan diagnosis medis. Pemantauan ketat dan kolaborasi dengan tim medis sangat esensial.
\par
\par Hormat kami,
\par Perawat Klinis
\par
\par
\par {\lang1033\langfe1033\langnp1033\insrsid15192870 \hich\af0\dbch\af31505\loch\f0 }{\insrsid15192870 \hich\af0\dbch\af31505\loch\f0 \lang1033\langfe1033\langnp1033 }{\insrsid15192870 \hich\af0\dbch\af31505\loch\f0 \lang1033\langfe1033\langnp1033 }{\insrsid15192870 \hich\af0\dbch\af31505\loch\f0 \lang1033\langfe1033\langnp1033 }
} -
Article No. 21652 | 10 Sep 2025
Klinis : Seorang klien perempuan usia 25 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan utama chestpain, seperti tertusuk-tusuk benda tajam pada perut kanan bawah, Skala nyeri 7. Biasanya nyeri muncul tiba-tiba dengan sendirinya, ataupun saat dia batuk, tidur miring kanan, menggerakan badan untuk bangun, berdiri dan berjalan. Nyeri ini biasanya timbul semakin lama semakin bertambah nyeri namun akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa menit ± 2- 5 menit. Klien terpasang IVFD Ringer Laktat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI\b0\fs24
\par
\par
\b\fs24 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan utama yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar PPNI:\b0\fs24
\par
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\b\i Nyeri Akut\i0\b0 (Kode SDKI: 0711)
\par
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dengan durasi kurang dari 3 bulan.
\par
\par
\b\fs20 SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\fs24
\par
\b Kode & Luaran:\b0
\begin{itemize}
\item \b 071101:\b0 Skala nyeri menurun
\item \b 071102:\b0 Perilaku melindungi area nyeri menurun
\item \b 071103:\b0 Ekspresi wajah kesakitan menurun
\item \b 071104:\b0 Tekanan darah dalam rentang normal
\item \b 071105:\b0 Denyut nadi dalam rentang normal
\item \b 071106:\b0 Pernapasan dalam rentang normal
\end{itemize}
\b Kriteria Evaluasi:\b0 Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan skala nyeri klien menurun dari skala 7 menjadi ?3, tanda-tanda vital stabil, dan ekspresi nyeri berkurang.
\par
\par
\b\fs20 SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\fs24
\par
\b Kode & Intervensi:\b0
\begin{itemize}
\item \b 071104:\b0 \b\i Manajemen Nyeri\i0\b0
\item \b 07110401:\b0 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)
\item \b 07110402:\b0 Observasi tanda-tanda non-verbal ketidaknyamanan
\item \b 07110403:\b0 Kaji faktor-faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
\item \b 07110404:\b0 Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (contoh: relaksasi napas dalam, distraksi)
\item \b 07110405:\b0 Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi dan program terapi
\item \b 07110406:\b0 Evaluasi efektivitas intervensi pengurangan nyeri
\item \b 280201:\b0 \b\i Monitorisasi Tanda Vital\i0\b0
\item \b 28020101:\b0 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan
\item \b 28020102:\b0 Dokumentasikan hasil pemantauan tanda vital
\end{itemize}
\par
\b Rasional:\b0 Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi intensitas nyeri, meningkatkan kenyamanan klien, dan memantau respons fisiologis terhadap nyeri. Pemantauan tanda vital diperlukan karena nyeri akut dapat memengaruhi stabilitas hemodinamik klien. Kolaborasi pemberian analgesik penting untuk penanganan nyeri yang cepat dan efektif, sementara teknik nonfarmakologi dapat memberdayakan klien dalam mengelola nyerinya.
\par
\par
\b\fs20 Catatan Klinis:\b0\fs24
\par
Karakteristik nyeri (seperti tertusuk, dipicu gerakan, dan lokasi di kuadran kanan bawah) memerlukan evaluasi medis lebih lanjut untuk menyingkirkan atau mengonfirmasi kondisi akut abdomen (seperti apendisitis atau kondisi ginekologis). Peran perawat adalah memantau, mengelola gejala, dan melaporkan perubahan kondisi secara tepat.
\par
} -
Article No. 21653 | 10 Sep 2025
Klinis : os mengaku pusing,nyeri dada 1 hari riwayat jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\b Nyeri Akut (SDKI Kode: D.0006)\cf0\b0\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf0\ul Deskripsi:\ulnone Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan perkiraan waktu berakhirnya.\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf3\b Kontrol Nyeri (SLKI Kode: L.0801)\cf0\b0\par
\ul Kriteria Luaran:\ulnone\par
- Skala nyeri menurun\par
- Ekspresi nyeri menurun\par
- Perilaku melindungi bagian yang nyeri menurun\par
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0\par
\cf4\b Manajemen Nyeri (SIKI Kode: I.1101)\cf0\b0\par
\ul Aktivitas Keperawatan:\ulnone\par
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)\par
- Monitor tanda-tanda vital dan respons fisiologis terhadap nyeri\par
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (napas dalam, distraksi, relaksasi)\par
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi\par
- Evaluasi efektivitas intervensi pengelolaan nyeri\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf0\b Catatan Akademis:\b0\par
Pada pasien dengan riwayat jantung, nyeri dada memerlukan evaluasi mendalam untuk menyingkirkan penyebab kardiak seperti angina pektoris atau infark miokard. Pusing dapat berhubungan dengan penurunan cardiac output atau efek samping medikasi. Pendekatan holistik diperlukan dengan mempertimbangkan aspek biopsikososial dan potensi komplikasi kardiovaskular.\par
} -
Article No. 21654 | 10 Sep 2025
Klinis : os mengaku pusing,nyeri dada 1 hari riwayat jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\par
\b Subjek:\b0 Pasien dengan keluhan pusing, nyeri dada 1 hari, dan riwayat penyakit jantung
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0 Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan supply dan demand oksigen miokard
\par
\b Kode SDKI:\b0 00029
\par
\b Definisi SDKI:\b0 Risiko penurunan volume darah yang dipompa oleh ventrikel per menit tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
\par
\b Faktor Risiko:\b0 Riwayat penyakit jantung, nyeri dada (angina), dan gejala pusing yang dapat mengindikasikan gangguan hemodinamik
\par
\b SLKI yang Direkomendasikan:\b0
\par
\b Kode SLKI 0800:\b0 Status sirkulasi
\par - Mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal
\par - Mempertahankan denyut nadi dalam rentang normal
\par - Tidak mengalami penurunan kesadaran
\par
\b Kode SLKI 0802:\b0 Status perfusi jaringan
\par - Kulit hangat dan kering
\par - Warna kulit normal
\par - Nadi perifer teraba kuat dan reguler
\par
\b SIKI yang Direkomendasikan:\b0
\par
\b Kode SIKI 2110:\b0 Pemantauan hemodinamik
\par - Memantau tekanan darah, nadi, pernapasan setiap 2-4 jam
\par - Mengobservasi karakteristik nyeri dada
\par - Memantau saturasi oksigen
\par
\b Kode SIKI 4040:\b0 Manajemen nyeri
\par - Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
\par - Memposisikan pasien dengan nyaman
\par - Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep
\par
\b Kode SIKI 6620:\b0 Pengawasan keselamatan
\par - Mempertahankan lingkungan yang aman
\par - Menggunakan side rail tempat tidur
\par - Mendampingi pasien saat ambulasi
\par
\b Catatan Akademis:\b0 Kondisi nyeri dada pada pasien dengan riwayat jantung memerlukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda penurunan curah jantung seperti hipotensi, takikardia, penurunan kesadaran, dan perubahan status perfusi perifer. Pendekatan evidence-based practice diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
\par
\b Rekomendasi Praktik:\b0 Segera lakukan pemantauan tanda-tanda vital, EKG, dan enzim jantung untuk menyingkirkan acute coronary syndrome. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
\par
\par
\b Sumber:\b0 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terbaru - PPNI
}