Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15993 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki usia 5 tahun dengan diagnosa Hipospadia, direncanakan pembedahan dengan chordectomi. Apakah tujuan utama dilakukan chordectomi ? a. Membuat kandung kemih senormal mungkin b. Membuat fungsi seksual senormal mungkin c. Mengembangkan munculnya keindahan penis d. Mereseksi chordae membuat bentuk penis normal e. Memudahkan anak untuk melakukan toilet training
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk penis akibat hipospadia.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Gangguan Citra Tubuh didefinisikan sebagai persepsi negatif terhadap penampilan fisik yang mempengaruhi harga diri dan interaksi sosial.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Salah satu luaran yang diharapkan adalah Penerimaan Citra Tubuh, yaitu individu dapat menerima penampilan fisiknya secara positif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan antara lain Terapi Kognitif untuk membantu pasien memodifikasi persepsi negatif terhadap penampilan fisiknya, serta Edukasi Kesehatan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan pasien terhadap kondisinya.
Tujuan Utama Chordectomi:
Berdasarkan informasi yang diberikan, jawaban yang tepat adalah:
b. Membuat fungsi seksual senormal mungkin.
Chordectomi adalah prosedur untuk mereseksi (memotong) chordae atau punggungan di bawah penis pada pasien dengan hipospadia. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki bentuk dan fungsi seksual penis agar dapat berfungsi secara normal di kemudian hari.
Jadi, tujuan utama dilakukan chordectomi adalah untuk membuat fungsi seksual senormal mungkin, bukan untuk membuat kandung kemih senormal mungkin, mengembangkan keindahan penis, atau memudahkan toilet training. -
Article No. 15995 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang anak laki-lakiusia 5 tahun, mengalami kelaianan sejak lahir pada penisnya, yang mana membukanya urethal kebawah yang letaknya normal diatas gland penis atau lekukan kebawah tangkai penile, dan saluran OUE terdapat dibawah gland penis. Apakah tipe hipospadia yang dialami tersebut ? a. Glandular b. Coronal c. Urethral d. Penile e. Scrotal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang dialami oleh anak laki-laki usia 5 tahun tersebut dapat didiagnosis sebagai:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidaksesuaian struktur tubuh berhubungan dengan kelainan bawaan pada penisnya.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidaksesuaian struktur tubuh adalah diagnosis keperawatan yang menggambarkan adanya perubahan struktur anatomi tubuh yang tidak sesuai dengan normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah klien dapat menerima kondisi dan mampu beradaptasi dengan ketidaksesuaian struktur tubuhnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemberian informasi tentang kondisi, dukungan psikologis, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya ahli urologi) untuk penanganan lebih lanjut.
Tipe hipospadia yang dialami anak tersebut adalah Glandular, yaitu ketika bukaan uretra (saluran kencing) berada di bawah glans penis (ujung penis) atau di dekat pangkal penis.
Tone: akademis
Persona: pakar, perawat -
Article No. 15996 | 22 Apr 2025
Klinis : Resiko perdarahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perdarahan didefinisikan sebagai keadaan individu yang rentan mengalami kehilangan darah dalam jumlah yang lebih besar dari normal, yang dapat mengancam keselamatan jiwa.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Risiko Perdarahan antara lain:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak terjadi perdarahan
c. Hemodinamik stabil
d. Kadar hemoglobin dalam batas normal
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk Risiko Perdarahan meliputi:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
b. Pemantauan perdarahan dan tanda-tanda syok
c. Pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan hemostatis atau tindakan pembedahan jika diperlukan
e. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penanganan Risiko Perdarahan.
Sebagai perawat, saya akan berfokus pada pemantauan keadaan pasien, pemberian intervensi keperawatan yang sesuai, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk memastikan luaran yang diharapkan dapat tercapai dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pasien. -
Article No. 15997 | 22 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 21 tahun, datang dengan keluhan sesak napas 2 minggu, badan sianosis, sesak napas, dan peningkatan berat badan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara jantung murmur, hasil rontgen menunjukkan adanya pembesaran jantung.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I42.0
- Deskripsi: Kardiomiopati dilatasi
Penjelasan:
Pasien pria, usia 21 tahun, datang dengan keluhan sesak napas, sianosis, dan peningkatan berat badan. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya suara jantung murmur dan pembesaran jantung pada foto rontgen, yang mengarah pada diagnosis kardiomiopati dilatasi. Kardiomiopati dilatasi adalah kondisi di mana ventrikel jantung, terutama ventrikel kiri, membesar dan melemah, sehingga mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode prosedur yang spesifik
- Deskripsi: Tidak ada tindakan medis yang dilaporkan dalam kasus ini. Pasien kemungkinan memerlukan evaluasi lebih lanjut, seperti pemeriksaan ekokardiografi, untuk menegakkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang sesuai.
Dalam kasus ini, tidak ada tindakan medis yang dilaporkan. Pasien perlu menjalani evaluasi lebih lanjut, termasuk pemeriksaan penunjang seperti ekokardiografi, untuk memastikan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat. -
Article No. 15998 | 22 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 21 tahun, datang dengan keluhan sesak napas 2 minggu, badan sianosis, sesak napas, dan peningkatan berat badan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara jantung murmur, hasil rontgen menunjukkan adanya pembesaran jantung.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan menyajikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Ketidakadekuatan dalam masuknya udara ke dalam paru-paru.
- Penyebab: Obstruksi saluran napas, kekuatan otot napas yang tidak adekuat, dan perubahan mekanik paru.
- Gejala: Sesak napas, pernafasan cuping hidung, dan sianosis.
2. Ketidakseimbangan Volume Cairan
- Definisi: Ketidakadekuatan intake cairan yang dapat menyebabkan perubahan pada volume cairan tubuh.
- Penyebab: Peningkatan retensi cairan dan keterlibatan mekanisme pengaturan cairan.
- Gejala: Peningkatan berat badan, edema, dan pembesaran jantung.
3. Risiko Gangguan Perfusi Jaringan Kardiak
- Definisi: Risiko penurunan sirkulasi darah ke jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
- Penyebab: Obstruksi aliran darah ke jantung, perubahan irama jantung, dan perubahan volume darah.
- Gejala: Murmur jantung, pembesaran jantung, dan sianosis.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah panduan yang berisi definisi, penyebab, dan gejala dari diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan yang berisi luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur, sistematis, dan sesuai dengan praktik keperawatan terkini di Indonesia. -
Article No. 15999 | 22 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 21 tahun, datang dengan keluhan sesak napas 2 minggu, badan sianosis, sesak napas, dan peningkatan berat badan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara jantung murmur, hasil rontgen menunjukkan adanya pembesaran jantung.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas permohonan Anda. Berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya akan memberikan rekomendasi diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah "Penurunan Curah Jantung" (00029). Diagnosis ini sesuai dengan gejala yang dialami pasien, yaitu sesak napas, sianosis, dan pembesaran jantung yang menunjukkan gangguan fungsi jantung.
Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per unit waktu, yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Perifer Membaik (00204)
- Indikator: Warna kulit membaik, ekstremitas hangat, pengisian kapiler dalam batas normal.
2. Ventilasi Membaik (00394)
- Indikator: Frekuensi pernapasan dalam batas normal, irama pernapasan teratur, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.
3. Pengetahuan Tentang Penyakit Jantung Meningkat (00161)
- Indikator: Pasien dapat menjelaskan penyebab, tanda dan gejala, serta cara penanganan penyakit jantung.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Tujuan: Memantau status sirkulasi dan fungsi jantung.
- Intervensi: Pantau tanda-tanda vital, ukur tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen; pantau intake dan output cairan.
2. Peningkatan Perfusi Jaringan
- Tujuan: Meningkatkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan.
- Intervensi: Posisikan pasien dengan kepala tinggi, berikan oksigen sesuai kebutuhan, berikan obat-obatan sesuai instruksi dokter.
3. Edukasi Tentang Penyakit Jantung
- Tujuan: Meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit jantungnya.
- Intervensi: Jelaskan penyebab, tanda dan gejala, serta penanganan penyakit jantung; libatkan keluarga dalam proses edukasi.
Penjelasan yang lebih rinci:
Diagnosis keperawatan "Penurunan Curah Jantung" dipilih karena gejala sesak napas, sianosis, dan pembesaran jantung yang dialami pasien menunjukkan adanya gangguan fungsi jantung dalam memompa darah secara efektif. Luaran/output yang diharapkan adalah perbaikan perfusi jaringan perifer, peningkatan ventilasi, serta meningkatnya pengetahuan pasien tentang penyakit jantungnya. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan hemodinamik, peningkatan perfusi jaringan, serta edukasi tentang penyakit jantung agar pasien dapat memahami kondisinya dan berpartisipasi aktif dalam penanganannya.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. -
Article No. 16000 | 22 Apr 2025
Klinis : Pasien 21 tahun riwayat PJB, pasien mengatakan gampang lelah
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien 21 tahun dengan riwayat penyakit jantung bawaan (PJB) yang mengeluhkan mudah lelah adalah "Intoleransi Aktivitas" (00092). Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologis untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
Karakteristik definisi yang sesuai dengan kondisi pasien adalah:
1. Melaporkan kelelahan yang tidak sebanding dengan aktivitas.
2. Melaporkan sesak napas saat beraktivitas.
3. Melaporkan kelemahan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan adalah:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat (0005):
- Pasien dapat melakukan aktivitas harian tanpa rasa lelah berlebih.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas.
- Pasien menunjukkan peningkatan durasi aktivitas yang dapat dilakukan.
2. Energi Terpelihara (0006):
- Pasien menunjukkan peningkatan tingkat energi.
- Pasien dapat menyelesaikan aktivitas rutin tanpa kelelahan berlebih.
- Pasien melaporkan peningkatan kemampuan untuk beraktivitas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Energi (4920):
- Identifikasi pola aktivitas dan istirahat pasien.
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sehari-hari untuk mengoptimalkan energi.
- Ajarkan teknik penggunaan energi yang efisien.
- Pantau tanda-tanda kelelahan selama aktivitas.
2. Manajemen Aktivitas (0200):
- Lakukan penilaian kemampuan fungsional pasien.
- Identifikasi aktivitas yang membuat pasien mengalami kelelahan.
- Buat rencana peningkatan aktivitas secara bertahap.
- Ajarkan teknik aktivitas yang efisien dan aman.
- Berikan dukungan emosional selama pasien melakukan aktivitas.
3. Manajemen Perawatan Jantung (4046):
- Berikan edukasi tentang penyakit jantung bawaan dan penatalaksanaannya.
- Pantau tanda-tanda komplikasi akibat penyakit jantung.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengobatan dan rehabilitasi.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen kondisi jantung.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada peningkatan toleransi aktivitas serta manajemen energi, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu meningkatnya toleransi aktivitas dan terpeliharanya energi sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik. -
Article No. 16001 | 22 Apr 2025
Klinis : Memberikan perlindungan hukum kepada anak terhadap segala bentuk kekerasan dan diskriminasi kepada anak, termasuk melindungi anak yang menjadi korban tindak pidana serta melindungi kepentingan-kepentingan keperdataan anak. Undang-undang nomor berapakah yang dimaksud ? a. Undang-undang No 23 tahun 2002 b. Undang-undang No 36 tahun 2009 c. Undang-undang No 36 tahun 2014 d. Undang-undang No 38 tahun 2014 e. Undang-undang No 35 tahun 2014
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan menjelaskan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perlindungan hukum terhadap anak berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko trauma (NANDA-I)
Definisi: Kerentanan terhadap pengalaman fisik atau psikologis yang dapat mengganggu integritas fungsi fisik atau psikologis.
Terkait dengan: Tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap anak.
2. Risiko Gangguan Emosional (NANDA-I)
Definisi: Kerentanan terhadap gangguan dalam respons emosional yang dapat mengganggu fungsi psikologis.
Terkait dengan: Dampak psikologis dari tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap anak.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko trauma: Penilaian terhadap faktor risiko yang dapat menyebabkan trauma pada anak.
- Risiko Gangguan Emosional: Penilaian terhadap faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan emosional pada anak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas fisik: Mempertahankan kondisi fisik yang optimal.
- Adaptasi psikologis: Memfasilitasi penyesuaian diri yang sehat secara psikologis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Trauma: Intervensi untuk mengurangi dampak dan mencegah komplikasi akibat trauma.
- Terapi Perilaku: Intervensi untuk memfasilitasi penyesuaian diri yang sehat secara psikologis.
Jadi, Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. -
Article No. 16002 | 22 Apr 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi nyeri akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Utama:
1. Melaporkan pengalaman nyeri
2. Perubahan ekspresi wajah
3. Perubahan postur tubuh
4. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernapasan
Faktor Berhubungan:
1. Agen cedera biologis
2. Agen cedera fisik
3. Agen cedera kimiawi
4. Agen cedera psikologis
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol (1311)
2. Perilaku Mengendalikan Nyeri (1605)
3. Kepuasan Terhadap Manajemen Nyeri (1605)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri (1400)
2. Analgesik Pemberian Obat (2210)
3. Distraksi (5820)
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" menggambarkan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Karakteristik utamanya meliputi melaporkan pengalaman nyeri, perubahan ekspresi wajah, postur tubuh, serta tanda-tanda vital.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) mencakup tujuan yang ingin dicapai, seperti tingkat nyeri terkontrol, perilaku mengendalikan nyeri, dan kepuasan terhadap manajemen nyeri. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) mencakup tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan teknik distraksi.
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan standar-standar tersebut untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas tinggi dalam mengelola kondisi nyeri akut pada pasien. -
Article No. 16003 | 22 Apr 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri akut, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 1979).
Karakteristik Mayor:
1. Melaporkan pengalaman nyeri
2. Ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri
3. Perubahan tanda-tanda vital
4. Perilaku protektif
Faktor yang Berhubungan:
1. Agen cedera biologis
2. Agen cedera kimiawi
3. Agen cedera fisik
Tujuan Keperawatan:
1. Klien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Klien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri.
3. Klien dapat menunjukkan perilaku relaksasi saat nyeri terjadi.
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan terapi analgesik yang sesuai.
3. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
4. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional dan fisik kepada klien.
5. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan keperawatan jika diperlukan.
Evaluasi:
1. Klien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri.
2. Klien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif untuk mengatasi nyeri.
3. Klien dapat menunjukkan perilaku relaksasi saat nyeri terjadi.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang menjadi acuan bagi perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang menjadi acuan bagi perawat dalam menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang menjadi acuan bagi perawat dalam menentukan intervensi keperawatan yang akan dilakukan. Standar-standar ini dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas dan keseragaman praktik keperawatan di Indonesia.