Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15972 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang ibu hamil G3P2A0 usia 39 minggu direncanakan menjalani seksio sesarea elektif karena riwayat dua kali seksio sesarea sebelumnya. Intervensi keperawatan utama sebelum operasi adalah: Select one: a. Memastikan ibu sudah berpuasa minimal 6-8 jam b. Memberikan informed consent kepada suami ibu mengenai prosedur operasi c. Mencukur rambut pubis ibu hingga bersih d. Memasang infus cairan elektrolit dengan tetesan cepat e. Melakukan pemeriksaan dalam (vaginal touche) untuk menilai pembukaan serviks.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah:
a. Memastikan ibu sudah berpuasa minimal 6-8 jam
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan: Risiko aspirasi terkait tindakan anestesi pada seksio sesarea.
Intervensi keperawatan utama sebelum operasi adalah memastikan ibu sudah berpuasa minimal 6-8 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko aspirasi cairan lambung selama proses anestesi dan operasi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), intervensi ini merupakan tindakan yang penting dilakukan sebelum tindakan operasi seksio sesarea untuk meminimalkan risiko aspirasi. -
Article No. 15973 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi baru lahir berusia 6 jam menunjukkan refleks menghisap yang kuat saat didekati puting susu ibu. Bayi lahir aterm dengan berat badan 3000 gram dan kondisi umum baik. Tindakan bidan yang paling tepat untuk mendukung pemberian ASI dini adalah... Select one: a. Memberikan air gula untuk membersihkan mulut bayi sebelum menyusu. b. Memberikan susu formula sebagai makanan pertama untuk memastikan bayi tidak hipoglikemia. c. Memisahkan bayi dari ibu untuk observasi lebih lanjut di ruang bayi. d. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya dalam waktu 1 jam setelah lahir e. Menunda pemberian ASI hingga bayi menunjukkan tanda-tanda lapar yang lebih jelas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, tindakan yang paling tepat untuk mendukung pemberian ASI dini pada bayi baru lahir usia 6 jam dengan refleks menghisap yang kuat adalah:
d. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya dalam waktu 1 jam setelah lahir.
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kondisi bayi baru lahir usia 6 jam dengan refleks menghisap yang kuat menunjukkan kesiapan untuk menyusu segera setelah lahir.
Tindakan yang paling tepat adalah menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya dalam waktu 1 jam setelah lahir. Hal ini sesuai dengan rekomendasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan standar dalam pemberian ASI eksklusif. Tindakan ini akan mendukung proses laktasi, memfasilitasi kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi, serta meningkatkan keberhasilan pemberian ASI.
Sementara itu, memberikan air gula, susu formula, atau menunda pemberian ASI dapat menghambat inisiasi menyusu dini dan mempengaruhi proses laktasi. Memisahkan bayi dari ibu juga tidak direkomendasikan, karena akan mengganggu kontak ibu-bayi dan proses pembentukan ikatan batin (bonding). -
Article No. 15974 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang ibu mengeluh sangat kesakitan saat kontraksi. Upaya non-farmakologis yang dapat dianjurkan untuk mengurangi nyeri pada fase aktif kala I adalah... Select one: a. Tidur terlentang b. Memberikan obat analgetik sesuai hasil kolaborasi c. Melakukan masase pada pinggang dan punggung d. Membatasi asupan cairan e. Menahan napas saat kontraksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang dialami oleh ibu tersebut adalah Nyeri Persalinan. Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat dari standar SDKI-SLKI-SIKI, dan upaya non-farmakologis yang dapat dianjurkan:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Persalinan
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri Persalinan didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi serviks, dan penurunan janin.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang diharapkan dari penanganan Nyeri Persalinan adalah Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang dan dapat beradaptasi dengan nyeri persalinan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Nyeri Persalinan meliputi Manajemen Nyeri, Dukungan Emosional, dan Kolaborasi.
Upaya Non-Farmakologis yang Dapat Dianjurkan:
c. Melakukan masase pada pinggang dan punggung
Masase pada pinggang dan punggung dapat membantu mengurangi nyeri persalinan dengan meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan endorfin, dan memberikan stimulasi kulit yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri.
Dengan pendekatan ini, diharapkan ibu dapat merasakan pengurangan nyeri dan mampu beradaptasi dengan proses persalinan yang sedang terjadi. -
Article No. 15975 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang perempuan, 30 tahun, G1P0A0, hamil 32 minggu, datang memeriksakan diri ke klinik KIA. Hasil pemeriksaan tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 82 x/menit, frekunsi napas 20 x/menit. Leopold ditemukan masa lunak, kurang bundar dan kurang melenting di bagian fundus. Terdapat bagian-bagian kecil janin di sisi kiri perut ibu. Kepala sdudah masuk pintu atas panggul, Selanjutnya Perawat melakukan pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ). Dimanakah lokasi yang benar mendengarkan DJJ pada kasus tersebut ? Select one: a. Kuadran kiri atas b. Sekitar umbilical c. Kuadran kanan atas d. Kuadran kiri bawah e. Kuadran kanan bawah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data kondisi pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Gangguan Kesejahteraan Janin berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Gangguan Kesejahteraan Janin
Definisi: Keadaan di mana janin berisiko mengalami gangguan kesejahteraan akibat faktor yang dapat memengaruhi pasokan oksigen dan nutrisi.
Faktor Risiko: Penurunan perfusi jaringan.
Untuk pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ), lokasi yang benar adalah:
d. Kuadran kiri bawah
Alasannya, pada kasus ini ditemukan bagian-bagian kecil janin di sisi kiri perut ibu, sehingga lokasi yang paling tepat untuk mendengarkan DJJ adalah di kuadran kiri bawah perut ibu. -
Article No. 15976 | 22 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tidak haid sudah dua bulan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan cairan tubuh
Penjelasan:
Berdasarkan keluhan pasien yang tidak mengalami haid selama dua bulan, dapat diindikasikan adanya ketidakseimbangan cairan tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan hormonal, stres, atau kondisi medis lainnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Keadaan di mana jumlah dan komposisi cairan tubuh tidak seimbang.
Karakteristik Definisi:
- Perubahan kadar cairan tubuh
- Perubahan status cairan
- Perubahan tanda-tanda vital
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
- Cairan tubuh dalam keadaan seimbang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
- Pemantauan cairan dan elektrolit
- Manajemen cairan
- Terapi penggantian cairan
- Edukasi tentang manajemen cairan
Dengan tone akademis, persona pakar, dan sudut pandang perawat, diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif dan ilmiah mengenai diagnosa keperawatan dan standar praktik keperawatan yang sesuai dengan kasus yang dipaparkan. -
Article No. 15977 | 22 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tidak haid sudah dua bulan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Terkait dengan keluhan pasien yang tidak haid selama dua bulan, hal ini dapat mengindikasikan adanya permasalahan nutrisi atau metabolisme pada pasien. Ketidakseimbangan nutrisi dapat mengganggu siklus menstruasi.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Karakteristik Definisi: Berat badan di bawah rentang normal, tidak ada nafsu makan, mual, dan perubahan siklus menstruasi.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan Nutrisi.
- Kriteria Hasil: Berat badan dalam rentang normal, tidak ada keluhan terkait nutrisi, dan siklus menstruasi normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi, Edukasi Gizi, Monitoring Nutrisi.
- Tindakan Keperawatan: Mengevaluasi asupan dan kebutuhan nutrisi, memberikan edukasi tentang diet sehat, dan memantau parameter-parameter terkait nutrisi. -
Article No. 15978 | 22 Apr 2025
Klinis : Tn. S (52 tahun) pasien HD rutin 2 kali seminggu sudah 6 tahun, datang dengan keluhan lemah, sesak nafas, tidak selera makan, sakit kepala, mata sayup, nilai Hb 7,0 gr/dL. Nilai Natrium 133,0 mmol/L. Kalium 2,91 mmol/L. Ureum 56 mg/dL. BUN 26,09 mg/dL. Kreatinin 5,25 mg/dL. TD 189/107 mmHg. Suhu 36,7°C. Nadi 80 x/menit. RR 28 x/menit. BB pre HD 75,7 Kg. BB Kering 74 Kg. TB 163 cm.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N18.6
- Deskripsi: Gagal ginjal kronis stadium terminal
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis (HD)
Penjelasan:
Pasien Tn. S (52 tahun) merupakan pasien yang menjalani hemodialisis rutin 2 kali seminggu selama 6 tahun. Berdasarkan gejala yang dilaporkan, yaitu lemah, sesak napas, tidak selera makan, sakit kepala, dan mata sayup, serta hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan nilai Hb 7,0 g/dL, Natrium 133,0 mmol/L, Kalium 2,91 mmol/L, Ureum 56 mg/dL, BUN 26,09 mg/dL, dan Kreatinin 5,25 mg/dL, pasien ini didiagnosis dengan Gagal Ginjal Kronis Stadium Terminal (N18.6).
Pasien juga menjalani prosedur Hemodialisis (39.95) untuk mengatasi kondisi gagal ginjal kronis yang dideritanya. -
Article No. 15979 | 22 Apr 2025
Klinis : Tn. S (52 tahun) pasien HD rutin 2 kali seminggu sudah 6 tahun, datang dengan keluhan lemah, sesak nafas, tidak selera makan, sakit kepala, mata sayup, nilai Hb 7,0 gr/dL. Nilai Natrium 133,0 mmol/L. Kalium 2,91 mmol/L. Ureum 56 mg/dL. BUN 26,09 mg/dL. Kreatinin 5,25 mg/dL. TD 189/107 mmHg. Suhu 36,7°C. Nadi 80 x/menit. RR 28 x/menit. BB pre HD 75,7 Kg. BB Kering 74 Kg. TB 163 cm.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Pasien menunjukkan tanda-tanda kekurangan nutrisi seperti lemah, tidak selera makan, dan penurunan berat badan. Selain itu, nilai laboratorium juga menunjukkan anemia (Hb 7,0 gr/dL) yang dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi.
2. Kelebihan Volume Cairan
Pasien menunjukkan tanda-tanda kelebihan volume cairan seperti sesak napas, edema, dan peningkatan berat badan (pre HD 75,7 Kg, BB Kering 74 Kg). Selain itu, nilai laboratorium juga menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit yang dapat disebabkan oleh kelebihan volume cairan, seperti hiponatremia (Na 133,0 mmol/L) dan hipokalemia (K 2,91 mmol/L).
3. Gangguan Pola Napas
Pasien menunjukkan tanda-tanda gangguan pola napas seperti sesak napas (RR 28 x/menit). Hal ini dapat disebabkan oleh kelebihan volume cairan atau akumulasi produk sisa metabolisme yang belum dapat dikeluarkan secara optimal melalui hemodialisis.
4. Intoleransi Aktivitas
Pasien menunjukkan tanda-tanda intoleransi aktivitas seperti lemah dan mudah lelah. Hal ini dapat disebabkan oleh anemia, ketidakseimbangan elektrolit, dan kelebihan volume cairan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Adekuat
- Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai target.
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari.
- Pasien menunjukkan peningkatan nilai laboratorium seperti Hb.
2. Keseimbangan Cairan
- Pasien dapat mempertahankan status cairan dalam batas normal.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kelebihan volume cairan seperti sesak napas dan edema.
- Nilai laboratorium elektrolit (Na, K) berada dalam batas normal.
3. Pola Napas Efektif
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernapas.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas.
4. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa lemah atau mudah lelah.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri dan aktivitas lainnya.
- Pasien menunjukkan peningkatan status fungsional.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Adekuat
- Lakukan pengkajian nutrisi komprehensif.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan nutrisi dan intervensi diet yang sesuai.
- Berikan makanan dan suplementasi nutrisi sesuai kebutuhan.
- Pantau asupan dan output nutrisi, serta parameter laboratorium terkait.
2. Keseimbangan Cairan
- Lakukan pengkajian status cairan secara komprehensif.
- Atur pembatasan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
- Lakukan hemodialisis sesuai jadwal dan durasi yang optimal.
- Pantau tanda-tanda kelebihan volume cairan, input-output cairan, dan parameter laboratorium terkait.
3. Manajemen Jalan Napas
- Pantau status pernapasan pasien secara teratur.
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pernapasan yang tepat.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola gangguan pola napas.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas pasien.
- Berikan edukasi dan latihan aktivitas sesuai kemampuan pasien.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang tepat.
- Pantau tanda-tanda intoleransi aktivitas dan tingkat kelelahan pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, seperti keseimbangan nutrisi, cairan, pola napas yang efektif, serta peningkatan toleransi aktivitas. Hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan mendukung proses pengobatan dan perawatan. -
Article No. 15980 | 22 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan masih nyeri di tangan bekas operasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah-istilah sedemikian rupa.
Faktor yang Berhubungan:
Agen cedera fisik (post-operasi)
Gejala dan Tanda:
- Pasien mengeluh nyeri di tangan bekas operasi
- Pasien tampak gelisah atau gusar
Tujuan dan Kriteria Hasil:
- Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri
- Pasien dapat mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas)
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya: relaksasi, distraksi)
2. Perawatan Luka
- Observasi luka post-operasi
- Lakukan perawatan luka sesuai prosedur
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab dan proses penyembuhan luka post-operasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka di rumah
Pengkajian dan Evaluasi (SIKI):
1. Pengkajian Nyeri
- Kaji intensitas nyeri menggunakan skala nyeri yang sesuai
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas)
- Identifikasi faktor yang memengaruhi nyeri
2. Monitoring Penyembuhan Luka
- Observasi warna, suhu, eksudat, dan tanda-tanda infeksi pada luka
- Pantau perkembangan penyembuhan luka
3. Edukasi Manajemen Nyeri dan Perawatan Luka
- Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga tentang strategi pengelolaan nyeri
- Evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan luka di rumah
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai untuk pasien dengan keluhan nyeri di tangan bekas operasi. Jangan ragu untuk bertanya jika ada yang ingin Anda ketahui lebih lanjut. -
Article No. 15981 | 22 Apr 2025
Klinis : Gastroenteritis akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi Gastroenteritis akut, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Gastroenteritis akut:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Ketidakseimbangan cairan: Resiko hipovolemia
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehilangan cairan yang berlebihan dan tidak seimbang dengan intake cairan.
b. Diare
Definisi: Keluarnya feses yang tidak normal (cair atau setengah cair) dengan frekuensi yang meningkat.
c. Nyeri akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Keseimbangan cairan:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien tidak mengalami dehidrasi.
- Pasien mempertahankan berat badan yang stabil.
b. Pola eliminasi:
- Frekuensi defekasi kembali normal.
- Konsistensi feses kembali normal.
- Pasien tidak mengalami inkontinensia.
c. Manajemen nyeri:
- Pasien dapat mengontrol nyeri.
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Untuk Keseimbangan cairan:
- Monitoring intake dan output cairan
- Pemberian cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan
- Pemberian antiemetik (jika ada muntah)
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dehidrasi
b. Untuk Pola eliminasi:
- Observasi frekuensi, konsistensi, dan volume defekasi
- Pemberian antidiare (jika diperlukan)
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen diare
c. Untuk Manajemen nyeri:
- Pengkajian nyeri secara komprehensif
- Pemberian analgesik sesuai kebutuhan
- Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya kompres hangat)
- Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang diperlukan untuk kondisi Gastroenteritis akut saling terkait dan bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien secara holistik. Setiap komponen tersebut memiliki peran penting dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif dan efektif.