Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15942 | 22 Apr 2025
Klinis : Setelah melahirkan plasenta secara lengkap, seorang ibu terus mengeluarkan darah merah segar yang merembes. Kontraksi uterus teraba baik dan fundus uteri setinggi satu jari di bawah umbilikus. Apakah kemungkinan penyebab perdarahan pada kasus ini? Select one: a. Koagulopati b. Infeksi uterus c. Sisa plasenta yang tertinggal d. Atonia uteri sekunder e. Laserasi perineum atau serviks
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, kemungkinan penyebab perdarahan setelah melahirkan pada kasus ini adalah:
d. Atonia uteri sekunder
Penjelasan:
Atonia uteri sekunder adalah kondisi di mana uterus gagal untuk berkontraksi dengan baik setelah melahirkan, menyebabkan perdarahan yang terus berlanjut. Dalam kasus ini, meskipun kontraksi uterus teraba baik dan fundus uteri setinggi satu jari di bawah umbilikus, perdarahan merah segar yang terus merembes mengindikasikan adanya atonia uteri sekunder.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan: Perdarahan Pasca Partum
Definisi: Hilangnya darah dalam jumlah berlebihan segera setelah anak dilahirkan.
Penyebab: Atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.
Gejala dan Tanda: Perdarahan aktif, badan lemah, cemas, takikardi, hipotensi, pucat.
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital secara ketat
2. Observasi perdarahan dan pengeluaran lochea
3. Kolaborasi pemberian oksitosin/misoprostol
4. Lakukan masase uterus
5. Berikan cairan intravena secukupnya
6. Kolaborasi tindakan medis lanjutan jika perdarahan tidak teratasi
Dengan demikian, berdasarkan kondisi yang diberikan, kemungkinan penyebab perdarahan adalah atonia uteri sekunder, dan perawat dapat melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 15943 | 22 Apr 2025
Klinis : Sebelum pemeriksaan IVA pastikan klien Select one: a. Seminggu sebelum menstruasi b. Seminggu setelah menstruasi c. Tidak melakukan hubungan sexual dalam 24 jam d. Tidak dalam masa subur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dimana sebelum pemeriksaan IVA, pastikan klien tidak dalam masa subur.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko infeksi berhubungan dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor risiko: Pemeriksaan IVA dapat meningkatkan risiko infeksi jika dilakukan saat klien dalam masa subur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi selama dan setelah pemeriksaan IVA.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pastikan klien tidak dalam masa subur sebelum pemeriksaan IVA. Hal ini untuk mengurangi risiko infeksi yang dapat terjadi.
Dengan memastikan klien tidak dalam masa subur sebelum pemeriksaan IVA, diharapkan dapat menurunkan risiko infeksi yang mungkin timbul selama dan setelah prosedur tersebut. -
Article No. 15944 | 22 Apr 2025
Klinis : eorang ibu melahirkan bayi perempuan secara spontan 2 jam yang lalu. Saat ini, Perawat mendapati uterus ibu teraba lembek dan tinggi fundus uteri dua jari di atas umbilikus. Ibu juga mengeluarkan banyak darah segar dari jalan lahir. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini? Select one: a. Ruptur uteri b. Sisa plasenta c. Laserasi jalan lahir d. Atonia uteri e. Inversio uteri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang.
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling mungkin pada kasus ini adalah:
d. Atonia uteri
Penjelasan:
Atonia uteri adalah kondisi di mana otot uterus tidak berkontraksi dengan kuat setelah proses persalinan, sehingga menyebabkan perdarahan yang berlebihan dari jalan lahir. Pada kasus ini, ditemukan uterus yang teraba lembek dan tinggi fundus uteri yang masih berada di atas umbilikus, serta adanya perdarahan segar yang banyak dari jalan lahir, mengarah pada diagnosa atonia uteri.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:
SDKI: Atonia uteri didefinisikan sebagai ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi secara adekuat setelah persalinan, menyebabkan perdarahan yang berlebihan.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Perdarahan terkendali, Involusi uterus memadai, dan Stabilitas tanda-tanda vital.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan tanda-tanda vital, Pemantauan kontraksi uterus, Pemberian oksitosin, Kompresi uterus, dan Kolaborasi dengan tenaga medis untuk penatalaksanaan perdarahan.
Jadi, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling mungkin adalah Atonia uteri, dengan penatalaksanaan keperawatan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan. -
Article No. 15945 | 22 Apr 2025
Klinis : Setelah seksio sesarea selesai dan ibu dipindahkan ke ruang pemulihan, prioritas utama asuhan keperawatan adalah: Select one: a. Membantu ibu dalam ambulasi dini b. Memantau tanda-tanda vital ibu dan perdarahan pervaginam serta luka operasi c. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya d. Memberikan analgesik sesuai program untuk mengurangi nyeri e. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang paling tepat adalah:
b. Memantau tanda-tanda vital ibu dan perdarahan pervaginam serta luka operasi
Penjelasan:
Setelah seksio sesarea, prioritas utama asuhan keperawatan adalah memantau kondisi ibu secara ketat, terutama tanda-tanda vital, perdarahan pervaginam, dan kondisi luka operasi. Hal ini penting untuk mendeteksi secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan: Risiko Perdarahan
Definisi: Berisiko mengalami kehilangan darah yang melebihi volume normal.
Luaran Keperawatan:
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada perdarahan aktif
- Luka operasi tampak baik
Intervensi Keperawatan:
- Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
- Pemantauan perdarahan pervaginam
- Pemantauan luka operasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan medis yang tepat
Dengan melakukan pemantauan yang ketat, perawat dapat segera mendeteksi dan menangani komplikasi yang mungkin timbul, sehingga dapat menjamin keselamatan dan kesejahteraan ibu pasca seksio sesarea. -
Article No. 15946 | 22 Apr 2025
Klinis : Komplikasi potensial yang paling sering terjadi akibat induksi persalinan dengan oksitosin adalah: Select one: a. Demam pada ibu b. Kontraksi uterus yang hiperstimulasi c. Hipotensi maternal d. Ketuban pecah lebih lanjut e. Bradikardia janin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang paling tepat adalah:
b. Kontraksi uterus yang hiperstimulasi
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), komplikasi potensial yang paling sering terjadi akibat induksi persalinan dengan oksitosin adalah kontraksi uterus yang hiperstimulasi.
Induksi persalinan dengan oksitosin dapat menyebabkan kontraksi uterus yang berlebihan (hiperstimulasi) dan dapat mengakibatkan komplikasi pada ibu dan janin, seperti:
- Tachysistole (kontraksi uterus yang terlalu kuat dan terlalu sering)
- Tetania uteri (kontraksi uterus yang terus-menerus tanpa relaksasi)
- Nyeri berlebihan
- Penurunan aliran darah ke plasenta
- Gawat janin
Oleh karena itu, pemantauan ketat terhadap kontraksi uterus sangat penting saat melakukan induksi persalinan dengan oksitosin untuk mencegah terjadinya komplikasi potensial tersebut. -
Article No. 15947 | 22 Apr 2025
Klinis : Jenis kontrasepsi yang memiliki efek samping haid lebih banyak adalah ... Select one: a. Kondom b. Implan c. Mini pil d. Metode Amenore Laktasi e. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI terkait kondisi yang Anda sebutkan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, jenis kontrasepsi yang memiliki efek samping haid lebih banyak adalah:
b. Implan
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah:
1. Perubahan Pola Menstruasi berhubungan dengan efek samping penggunaan kontrasepsi implan.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Perubahan Pola Menstruasi didefinisikan sebagai perubahan dalam frekuensi, durasi, volume, atau karakteristik lain dari menstruasi yang menyimpang dari pola normal individu.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah Pola Menstruasi Terpelihara, dengan kriteria hasil seperti frekuensi, durasi, dan volume menstruasi sesuai dengan pola normal individu.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Pola Menstruasi, yang meliputi pemantauan pola menstruasi, pemberian edukasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan.
Sebagai perawat, saya akan memberikan edukasi kepada pasien mengenai efek samping penggunaan kontrasepsi implan, termasuk perubahan pola menstruasi. Saya akan memantau pola menstruasi pasien dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk mengelola kondisi ini secara komprehensif. -
Article No. 15948 | 22 Apr 2025
Klinis : Untuk mencegah komplikasi tromboemboli vena dalam (DVT) pasca seksio sesarea, intervensi keperawatan yang penting adalah: Select one: a. Memberikan kompres hangat pada kedua kaki ibu b. Menganjurkan ambulasi dini sesuai kondisi ibu c. Memasang gurita perut dengan ketat d. Membatasi pergerakan ibu di tempat tidur e. Menganjurkan ibu untuk tidak minum banyak cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif Berhubungan dengan Imobilitas Pasca Seksio Sesarea
Penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah Perfusi Jaringan Perifer Membaik, yang ditandai dengan parameter seperti suhu ekstremitas normal, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, dan tidak ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang penting untuk mencegah komplikasi tromboemboli vena dalam (DVT) pasca seksio sesarea adalah:
b. Menganjurkan ambulasi dini sesuai kondisi ibu
Penjelasan: Ambulasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah, mencegah stasis vena, dan mengurangi risiko terjadinya tromboemboli.
Jadi, intervensi keperawatan yang paling sesuai adalah menganjurkan ambulasi dini sesuai kondisi ibu, bukan memberikan kompres hangat, memasang gurita perut dengan ketat, membatasi pergerakan ibu di tempat tidur, atau membatasi asupan cairan. -
Article No. 15949 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang ibu hamil G2P1A0 usia 38 minggu datang ke rumah sakit dengan indikasi induksi persalinan karena ketuban pecah dini (KPD) lebih dari 18 jam. Sebelum induksi dimulai, tindakan keperawatan yang paling penting untuk dilakukan adalah: Select one: a. Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga mengenai prosedur induksi b. Melakukan pemantauan denyut jantung janin (DJJ) dan kontraksi uterus (CTG) selama minimal 20 menit c. Melakukan pemeriksaan dalam (vaginal touche) untuk menilai pembukaan serviks d. Memasang infus cairan elektrolit untuk hidrasi e. Memastikan ibu sudah makan dan minum yang cukup
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan yang paling sesuai adalah:
b. Melakukan pemantauan denyut jantung janin (DJJ) dan kontraksi uterus (CTG) selama minimal 20 menit
Penjelasan:
Sebelum induksi persalinan dimulai, tindakan keperawatan yang paling penting adalah melakukan pemantauan denyut jantung janin (DJJ) dan kontraksi uterus (CTG) selama minimal 20 menit. Hal ini penting untuk mengetahui kondisi janin dan perkembangan proses persalinan. Pemantauan DJJ dan CTG dapat memberikan informasi tentang kesejahteraan janin dan kesiapan ibu untuk menjalani proses persalinan.
Standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang terkait adalah:
- Risiko ketidakstabilan kondisi janin
- Risiko perdarahan
Standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) yang terkait adalah:
- Tanda-tanda vital janin stabil
- Proses persalinan lancar
Standar SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang terkait adalah:
- Pemantauan denyut jantung janin
- Pemantauan kontraksi uterus
Sebagai perawat, tindakan pemantauan DJJ dan CTG sebelum induksi persalinan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan demi keselamatan ibu dan janin. -
Article No. 15950 | 22 Apr 2025
Klinis : Seorang pasien pasca mastektomi mengeluhkan nyeri pada area insisi. Apakah tindakan keperawatan yang paling tepat untuk mengatasi nyeri pasien pada fase awal pasca operasi? Select one: a. Melakukan masase lembut di sekitar area insisi. b. Memberikan analgetik sesuai program dokter. c. Memberikan kompres hangat pada area insisi. d. Menganjurkan pasien untuk beristirahat total. e. Menganjurkan pasien untuk melakukan gerakan aktif pada lengan yang dioperasi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis komprehensif mengenai kondisi pasca mastektomi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut (NANDA-I) berhubungan dengan trauma pembedahan pada area insisi mastektomi.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) mengidentifikasi "Nyeri akut" sebagai diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda gambarkan. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menetapkan bahwa tujuan utama adalah mengurangi nyeri pasien. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyarankan beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Manajemen Nyeri (SIKI)
- Monitoring tanda-tanda vital dan respon nonverbal pasien terhadap nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik sesuai program
2. Terapi Kehangatan (SIKI)
- Kompres hangat pada area insisi untuk mengurangi nyeri
Berdasarkan kondisi pasien pasca mastektomi yang mengeluhkan nyeri pada area insisi, maka tindakan keperawatan yang paling tepat adalah:
Jawaban b. Memberikan analgetik sesuai program dokter.
Pemberian analgetik sesuai program dokter merupakan intervensi utama untuk mengatasi nyeri pada fase awal pasca operasi. Tindakan ini dapat segera mengurangi rasa nyeri dan membantu proses pemulihan pasien. Selain itu, intervensi lain seperti kompres hangat dapat dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri secara komplementer. -
Article No. 15951 | 22 Apr 2025
Klinis : Perawat memberikan imunisasi Hepatitis B dosis pertama pada bayi baru lahir normal sebelum bayi dipulangkan. Di manakah lokasi penyuntikan yang paling tepat untuk imunisasi ini? Select one: a. Subkutan di perut. b. Paha bagian anterolateral. c. Lengan atas bagian deltoid. d. Intradermal di lengan bawah. e. Bokong bagian dorsogluteal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan terkait diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakefektifan Imunisasi" dari domain Promosi Kesehatan. Hal ini dikarenakan bayi baru lahir memerlukan imunisasi Hepatitis B sebagai upaya pencegahan penyakit.
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakefektifan Imunisasi didefinisikan sebagai kondisi di mana individu mengalami penurunan atau tidak menerima imunisasi yang direkomendasikan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah Tingkat Imunisasi Efektif, di mana individu menerima imunisasi sesuai rekomendasi dan jadwal yang tepat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Imunisasi, yang meliputi pemberian imunisasi, pemantauan reaksi, dan edukasi kepada pasien/keluarga.
Terkait dengan lokasi penyuntikan imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir, yang paling tepat adalah paha bagian anterolateral (opsi b). Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia dan praktik terbaik dalam pemberian imunisasi pada bayi.