Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 15935 | 22 Apr 2025
Klinis : kepala pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "kepala pusing".
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Elektrolit (SDKI)
Penjelasan:
Ketidakseimbangan Elektrolit adalah keadaan di mana terjadi gangguan pada komposisi atau konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh, seperti natrium, kalium, klorida, dan lain-lain. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk pusing.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
2. Manajemen Cairan
3. Terapi Cairan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan tanda-tanda vital, intake-output, dan status cairan pasien
2. Pemberian cairan sesuai kebutuhan pasien
3. Pemberian suplemen elektrolit jika diperlukan
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessment secara komprehensif, memantau kondisi pasien, dan memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi ketidakseimbangan elektrolit yang menyebabkan pusing pada pasien. Tujuannya adalah untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit dan mengurangi gejala pusing yang dialami.
Apakah penjelasan saya sudah cukup jelas? Saya terbuka untuk menerima pertanyaan lebih lanjut. -
Article No. 15936 | 22 Apr 2025
Klinis : In. D usia 30 tabu dibawa reuelang dan keluargaya be rumal sakit panda taugsal 01 Januari 2025 barena mengalami becelakaan bermobil. Dari rengkajian Rasien mengalami renurnan Kesadaran Renelong mengatakan dada korban menghantam keras stir makil setelah keelakaan rasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami remunan besadaran, napas cepat dan dangkal auskultasi suara napas Euchi, dan. pasien ugerok. Terdarat beugkak dan jeias di dada sebelah kiti. Hasil remeriksaan GCS 8 (E2V2M4) kesadaran sopor, basil Remerisaan TTV, TD: 90/60 mmHg, nadi: 110x/menit, RR: 35x/menit suhu 37,7 °C, Saturasi Oksigen 85%, akral teraba dingin, tamRak sianosis. Reuggunaan etet-atet Remarasan, dan napas suring bidung. Hasil CT Scan menuniukan adanya Reaumpukan darah pada Egugga pneumotheraks dan sumbatan pada asteri pulmonalis. Pasien akan dilakukan tindakan Thoracentesis untuk mengatasi renumpukan darala pada cougga pleura.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Penurunan Kesadaran berhubungan dengan cedera kepala dan trauma akibat kecelakaan mobil, ditandai dengan pasien dalam kondisi sopor (GCS 8).
2. Gangguan Pola Napas berhubungan dengan trauma pada dada, ditandai dengan napas cepat dan dangkal, serta adanya suara napas yang tidak normal (auskultasi suara napas wheezing) dan pasien menggunakan oksigen.
3. Perubahan Perfusi Jaringan Paru berhubungan dengan pneumotoraks dan sumbatan arteri pulmonalis, ditandai dengan penurunan saturasi oksigen (85%), takikardi (110x/menit), dan adanya sianosis.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera pada dada, ditandai dengan adanya bengkak dan jejas pada dada kiri.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan mempertahankan tingkat kesadaran yang optimal (GCS ≥ 13).
2. Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas 12-20x/menit, tidak ada suara napas abnormal, dan saturasi oksigen ≥ 95%.
3. Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan paru yang adekuat, dengan tanda-tanda vital stabil (TD 100-140/60-90 mmHg, nadi 60-100x/menit, suhu 36,5-37,5°C) dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
4. Pasien akan melaporkan nyeri dalam skala 1-3 (nyeri ringan) dan menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Intervensi untuk Penurunan Kesadaran:
a. Pertahankan jalan napas yang terbuka.
b. Lakukan pemantauan neurologi secara berkala.
c. Berikan oksigen sesuai indikasi.
d. Lakukan tindakan pencegahan cedera.
2. Intervensi untuk Gangguan Pola Napas:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai indikasi.
c. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam dan latihan batuk efektif.
d. Lakukan suction jika diperlukan.
3. Intervensi untuk Perubahan Perfusi Jaringan Paru:
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
b. Berikan oksigen sesuai indikasi.
c. Tingkatkan posisi semi-fowler atau tingkatkan kepala tempat tidur.
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan thoracentesis.
4. Intervensi untuk Nyeri Akut:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
b. Berikan terapi analgesik sesuai indikasi.
c. Gunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat/dingin.
d. Beri dukungan emosional dan anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk pasien dengan kondisi yang Anda paparkan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya.
Wassalamu'alaikum. -
Article No. 15937 | 22 Apr 2025
Klinis : Hasil pemeriksaan sebagai berikut : ibu kelelahan, bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, Asi tidak menetes, bayi menangis saat disusui, intake bayi tidak adekuat. Diagnosis keperawatan pada kasus tersebut adalah ... Select one: a. Menyusui tidak efektif b. Defisit pengetahuan c. Ketidaknyamanan pasca partum d. Menyusui efektif e. Gangguan pola tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
a. Menyusui tidak efektif
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Menyusui tidak efektif" merupakan diagnosis yang paling tepat untuk kondisi yang digambarkan. Beberapa indikasi yang mendukung diagnosis ini adalah:
- Ibu kelelahan
- Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu
- ASI tidak menetes
- Bayi menangis saat disusui
- Intake bayi tidak adekuat
Diagnosis ini sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia). Diagnosis ini menggambarkan ketidakmampuan atau kesulitan ibu dan bayi dalam melakukan proses menyusui secara efektif.
Selain itu, diagnosis ini juga sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memfasilitasi proses menyusui, memberikan edukasi dan dukungan kepada ibu, serta memantau progress menyusui. -
Article No. 15938 | 22 Apr 2025
Klinis : Hasil pemeriksaan sebagai berikut : ibu kelelahan, bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, Asi tidak menetes, bayi menangis saat disusui, intake bayi tidak adekuat. Diagnosis keperawatan pada kasus tersebut adalah ... Select one: a. Gangguan pola tidur b. Ketidaknyamanan pasca partum c. Defisit pengetahuan d. Menyusui tidak efektif e. Menyusui efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah:
d. Menyusui tidak efektif
Penjelasan:
Menyusui tidak efektif merupakan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan, yaitu ibu kelelahan, bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes, dan bayi menangis saat disusui. Hal ini menunjukkan adanya masalah terkait proses menyusui yang tidak berjalan dengan efektif.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mendefinisikan "Menyusui tidak efektif" sebagai "Ketidakmampuan ibu dan bayi untuk mempertahankan proses menyusui yang memuaskan".
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, yang berisi daftar diagnosis keperawatan yang diakui secara nasional.
SLKI: Standar Luaran Keperawatan Indonesia, yang berisi daftar luaran (outcome) keperawatan yang diharapkan.
SIKI: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, yang berisi daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan. -
Article No. 15939 | 22 Apr 2025
Klinis : Tindakan awal yang paling tepat dilakukan oleh bidan pada kasus atonia uteri yang menyebabkan perdarahan pasca partum adalah... Select one: a. Memberikan transfusi darah. b. Melakukan masase fundus uteri. c. Memberikan antibiotik profilaksis. d. Segera melakukan manual plasenta. e. Memasang kateter urin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi atonia uteri yang menyebabkan perdarahan pasca partum.
Diagnosa Keperawatan:
Perdarahan Pasca Partum berhubungan dengan atonia uteri yang ditandai dengan perdarahan berlebih setelah kelahiran bayi.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Perdarahan Pasca Partum adalah kondisi di mana terjadi perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran bayi, biasanya disebabkan oleh atonia uteri (kegagalan kontraksi uterus).
- Tanda dan gejala: Perdarahan vagina yang banyak, nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah, kulit pucat, dan kesadaran menurun.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perdarahan terkendali, tanda-tanda vital stabil, dan kondisi ibu membaik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang paling tepat adalah Melakukan Masase Fundus Uteri.
- Tindakan ini bertujuan untuk merangsang kontraksi uterus sehingga dapat menghentikan perdarahan.
Jadi, berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, tindakan awal yang paling tepat dilakukan oleh bidan pada kasus atonia uteri yang menyebabkan perdarahan pasca partum adalah Melakukan Masase Fundus Uteri. -
Article No. 15940 | 22 Apr 2025
Klinis : Setelah seksio sesarea selesai dan ibu dipindahkan ke ruang pemulihan, prioritas utama asuhan keperawatan adalah: Select one: a. Memantau tanda-tanda vital ibu dan perdarahan pervaginam serta luka operasi b. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya c. Membantu ibu dalam ambulasi dini d. Memberikan analgesik sesuai program untuk mengurangi nyeri e. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang tepat adalah:
a. Memantau tanda-tanda vital ibu dan perdarahan pervaginam serta luka operasi
Penjelasan:
Setelah seksio sesarea, prioritas utama asuhan keperawatan adalah memantau tanda-tanda vital ibu dan perdarahan pervaginam serta luka operasi. Hal ini penting untuk memastikan kondisi ibu stabil dan tidak terjadi komplikasi pasca-operasi.
Diagnosa Keperawatan yang sesuai:
1. Risiko Perdarahan Aktual
2. Risiko Infeksi
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) : Definisi, karakteristik, faktor risiko, dan gejala/tanda dari diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) : Hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) : Daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dalam konteks ini, SDKI akan mencakup definisi, karakteristik, dan faktor risiko dari diagnosa keperawatan "Risiko Perdarahan Aktual" dan "Risiko Infeksi". SLKI akan mencakup luaran yang diharapkan, seperti stabilitas tanda-tanda vital dan tidak adanya perdarahan atau tanda infeksi. SIKI akan mencakup intervensi keperawatan seperti pemantauan tanda-tanda vital, observasi perdarahan, dan perawatan luka. -
Article No. 15941 | 22 Apr 2025
Klinis : Selama pemberian oksitosin untuk induksi persalinan, perawat harus memantau secara ketat: Select one: a. Intake dan output cairan ibu setiap 8 jam b. Suhu tubuh ibu setiap 4 jam c. Tingkat nyeri ibu setiap 2 jam d. Tekanan darah ibu setiap jam e. Denyut jantung janin (DJJ) dan kontraksi uterus setiap 15-30 menit atau lebih sering sesuai indikasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: e. Denyut jantung janin (DJJ) dan kontraksi uterus setiap 15-30 menit atau lebih sering sesuai indikasi
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), saat memberikan oksitosin untuk induksi persalinan, perawat harus memantau secara ketat denyut jantung janin (DJJ) dan kontraksi uterus setiap 15-30 menit atau lebih sering sesuai indikasi.
Pemantauan DJJ dan kontraksi uterus secara regular dan lebih sering merupakan hal yang penting untuk mendeteksi adanya tanda-tanda distres janin atau hiperstimulasi uterus, yang dapat menjadi komplikasi akibat pemberian oksitosin. Pemantauan ini perlu dilakukan untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan ibu dan janin selama proses induksi persalinan. -
Article No. 15942 | 22 Apr 2025
Klinis : Setelah melahirkan plasenta secara lengkap, seorang ibu terus mengeluarkan darah merah segar yang merembes. Kontraksi uterus teraba baik dan fundus uteri setinggi satu jari di bawah umbilikus. Apakah kemungkinan penyebab perdarahan pada kasus ini? Select one: a. Koagulopati b. Infeksi uterus c. Sisa plasenta yang tertinggal d. Atonia uteri sekunder e. Laserasi perineum atau serviks
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, kemungkinan penyebab perdarahan setelah melahirkan pada kasus ini adalah:
d. Atonia uteri sekunder
Penjelasan:
Atonia uteri sekunder adalah kondisi di mana uterus gagal untuk berkontraksi dengan baik setelah melahirkan, menyebabkan perdarahan yang terus berlanjut. Dalam kasus ini, meskipun kontraksi uterus teraba baik dan fundus uteri setinggi satu jari di bawah umbilikus, perdarahan merah segar yang terus merembes mengindikasikan adanya atonia uteri sekunder.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan: Perdarahan Pasca Partum
Definisi: Hilangnya darah dalam jumlah berlebihan segera setelah anak dilahirkan.
Penyebab: Atonia uteri, laserasi jalan lahir, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah.
Gejala dan Tanda: Perdarahan aktif, badan lemah, cemas, takikardi, hipotensi, pucat.
Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda vital secara ketat
2. Observasi perdarahan dan pengeluaran lochea
3. Kolaborasi pemberian oksitosin/misoprostol
4. Lakukan masase uterus
5. Berikan cairan intravena secukupnya
6. Kolaborasi tindakan medis lanjutan jika perdarahan tidak teratasi
Dengan demikian, berdasarkan kondisi yang diberikan, kemungkinan penyebab perdarahan adalah atonia uteri sekunder, dan perawat dapat melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 15943 | 22 Apr 2025
Klinis : Sebelum pemeriksaan IVA pastikan klien Select one: a. Seminggu sebelum menstruasi b. Seminggu setelah menstruasi c. Tidak melakukan hubungan sexual dalam 24 jam d. Tidak dalam masa subur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi dimana sebelum pemeriksaan IVA, pastikan klien tidak dalam masa subur.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko infeksi berhubungan dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor risiko: Pemeriksaan IVA dapat meningkatkan risiko infeksi jika dilakukan saat klien dalam masa subur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi infeksi selama dan setelah pemeriksaan IVA.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Pastikan klien tidak dalam masa subur sebelum pemeriksaan IVA. Hal ini untuk mengurangi risiko infeksi yang dapat terjadi.
Dengan memastikan klien tidak dalam masa subur sebelum pemeriksaan IVA, diharapkan dapat menurunkan risiko infeksi yang mungkin timbul selama dan setelah prosedur tersebut. -
Article No. 15944 | 22 Apr 2025
Klinis : eorang ibu melahirkan bayi perempuan secara spontan 2 jam yang lalu. Saat ini, Perawat mendapati uterus ibu teraba lembek dan tinggi fundus uteri dua jari di atas umbilikus. Ibu juga mengeluarkan banyak darah segar dari jalan lahir. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini? Select one: a. Ruptur uteri b. Sisa plasenta c. Laserasi jalan lahir d. Atonia uteri e. Inversio uteri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang.
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling mungkin pada kasus ini adalah:
d. Atonia uteri
Penjelasan:
Atonia uteri adalah kondisi di mana otot uterus tidak berkontraksi dengan kuat setelah proses persalinan, sehingga menyebabkan perdarahan yang berlebihan dari jalan lahir. Pada kasus ini, ditemukan uterus yang teraba lembek dan tinggi fundus uteri yang masih berada di atas umbilikus, serta adanya perdarahan segar yang banyak dari jalan lahir, mengarah pada diagnosa atonia uteri.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:
SDKI: Atonia uteri didefinisikan sebagai ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi secara adekuat setelah persalinan, menyebabkan perdarahan yang berlebihan.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Perdarahan terkendali, Involusi uterus memadai, dan Stabilitas tanda-tanda vital.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Pemantauan tanda-tanda vital, Pemantauan kontraksi uterus, Pemberian oksitosin, Kompresi uterus, dan Kolaborasi dengan tenaga medis untuk penatalaksanaan perdarahan.
Jadi, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling mungkin adalah Atonia uteri, dengan penatalaksanaan keperawatan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan.