Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16065 | 23 Apr 2025
Klinis : dijadwal kan mendapatkan imunisasi campak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang dijadwalkan untuk mendapatkan imunisasi campak.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Berhubungan dengan Proses Imunisasi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kemungkinan timbulnya atau meningkatnya risiko infeksi pada pasien yang menjalani proses imunisasi.
- Faktor-faktor risiko: Imunisasi, riwayat penyakit kronis, usia ekstrem, malnutrisi, pengetahuan tentang imunisasi yang kurang.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari infeksi akibat proses imunisasi.
- Kriteria hasil: Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (demam, kemerahan, bengkak, nyeri), pasien memahami pentingnya imunisasi dan perawatan luka bekas suntikan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan:
1. Berikan informasi tentang manfaat dan risiko imunisasi.
2. Pantau tanda-tanda vital dan respon tubuh terhadap imunisasi.
3. Ajarkan perawatan luka bekas suntikan.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan infeksi jika terjadi.
Dengan pendekatan berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengelola risiko infeksi yang mungkin terjadi akibat proses imunisasi pada pasien. -
Article No. 16066 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang pria berusia 29 tahun menjalani operasi kandung empedu laparoskopi elektif yang berjalan lancar. Malam setelah operasi, pasien gelisah mengeluh sakit perut hebat dengan skala 8/10, berkeringat dingin dan BAB kehitaman cair 5x dalam 6 jam terakhir. Hasil pengkajian menunjukkan HR 130 x/menit, TD 80/40 mmHg, RR 28 x/menit, hiperventilasi, SpO2 92%, dan haluaran urin 120 cc selama 8 jam terakhir. Hasil laboratorium menunjukkan penurunan kadar Hb dari 11 gram/dL sebelum operasi menjadi 6 gram/dl pasca operasi. Pasien mulai mengalami penurunan kesadaran ketika dipindah ke ruang ICU dan penurunan SpO2 88% dengan peningkatan RR 32 x/menit. Hasil gas darah menunjukkan pH 7.29, pCO2 50 mmHg, p02 90 mmHg, HCO3 27 mEq/L, BE -2, AaDO2 48,7
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien adalah:
1. Penurunan Volume Cairan Berhubungan dengan Perdarahan Pasca Operasi
- Definisi: Berkurangnya cairan intra- dan ekstraseluler yang ditandai dengan penurunan volume cairan dalam tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Perdarahan pasca operasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik
- Indikator:
a. Tekanan darah dalam batas normal
b. Denyut nadi dalam batas normal
c. Pengisian kapiler dalam batas normal
2. Perfusi Jaringan yang Memadai
- Indikator:
a. Suhu kulit dalam batas normal
b. Warna kulit normal
c. Capillary refill time <3 detik
3. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
a. Intake dan output cairan seimbang
b. Berat badan stabil
c. Tidak terdapat edema
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Monitor Hemodinamik
- Kaji tekanan darah, nadi, respirasi, dan saturasi oksigen secara berkala.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium (kadar hemoglobin, hematokrit, elektrolit) sesuai indikasi.
2. Manajemen Perdarahan
- Identifikasi sumber dan tanda-tanda perdarahan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan intervensi terkait perdarahan (misalnya pemberian cairan, transfusi darah).
- Lakukan tindakan keperawatan untuk menghentikan perdarahan (misalnya kompresi, penjahitan).
3. Manajemen Cairan
- Kaji intake dan output cairan secara berkala.
- Berikan cairan intravena sesuai indikasi untuk mengganti kehilangan cairan.
- Monitor balans cairan dan lakukan tindakan untuk menjaga keseimbangan cairan.
4. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, intensitas, durasi).
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Kaji efektivitas intervensi nyeri dan lakukan intervensi lanjutan sesuai kebutuhan.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan "Penurunan Volume Cairan Berhubungan dengan Perdarahan Pasca Operasi" dipilih karena pasien mengalami tanda-tanda penurunan volume cairan, seperti penurunan tekanan darah, takikardi, hiperventilasi, dan oliguria, yang kemungkinan besar disebabkan oleh perdarahan pasca operasi laparoskopi kandung empedu.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI) mencakup stabilitas hemodinamik, perfusi jaringan yang memadai, dan keseimbangan cairan. Hal ini bertujuan untuk menjaga fungsi vital pasien dan memastikan adekuasi sirkulasi darah serta cairan dalam tubuh.
Intervensi Keperawatan (SIKI) yang diperlukan meliputi pemantauan hemodinamik, manajemen perdarahan, manajemen cairan, dan manajemen nyeri. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penyebab penurunan volume cairan, menghentikan perdarahan, menjaga keseimbangan cairan, dan mengatasi nyeri yang dirasakan pasien.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan pemantauan yang ketat diharapkan dapat membantu menstabilkan kondisi pasien, mencegah komplikasi lebih lanjut, dan mendukung pemulihan pasca operasi. -
Article No. 16067 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang pria berusia 29 tahun menjalani operasi kandung empedu laparoskopi elektif yang berjalan lancar. Malam setelah operasi, pasien gelisah mengeluh sakit perut hebat dengan skala 8/10, berkeringat dingin dan BAB kehitaman cair 5x dalam 6 jam terakhir. Hasil pengkajian menunjukkan HR 130 x/menit, TD 80/40 mmHg, RR 28 x/menit, hiperventilasi, SpO2 92%, dan haluaran urin 120 cc selama 8 jam terakhir. Hasil laboratorium menunjukkan penurunan kadar Hb dari 11 gram/dL sebelum operasi menjadi 6 gram/dl pasca operasi. Pasien mulai mengalami penurunan kesadaran ketika dipindah ke ruang ICU dan penurunan SpO2 88% dengan peningkatan RR 32 x/menit. Hasil gas darah menunjukkan pH 7.29, pCO2 50 mmHg, p02 90 mmHg, HCO3 27 mEq/L, BE -2, AaDO2 48,7
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi pasca operasi laparoskopi kandung empedu.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Perdarahan akut: Keluarnya darah dalam jumlah yang banyak dari tubuh dalam waktu singkat.
- Faktor terkait: Komplikasi pasca operasi laparoskopi kandung empedu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol perdarahan: Kemampuan untuk mengendalikan perdarahan.
- Integritas jaringan: Kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal kulit dan jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan tanda-tanda vital: Mengobservasi dan mencatat tanda-tanda vital pasien secara berkala.
- Manajemen perdarahan: Tindakan untuk menghentikan dan mencegah perdarahan.
- Resusitasi cairan: Pemberian cairan intravena untuk mengganti volume darah yang hilang.
- Perawatan luka: Tindakan untuk memulihkan integritas jaringan dengan cara yang aman dan efektif.
Berdasarkan kondisi pasien, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Perdarahan akut berhubungan dengan komplikasi pasca operasi laparoskopi kandung empedu", yang memerlukan intervensi keperawatan terkait pemantauan tanda-tanda vital, manajemen perdarahan, resusitasi cairan, dan perawatan luka untuk mengendalikan perdarahan dan mempertahankan integritas jaringan. -
Article No. 16068 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang pria berusia 29 tahun menjalani operasi kandung empedu laparoskopi elektif yang berjalan lancar. Malam setelah operasi, pasien gelisah mengeluh sakit perut hebat dengan skala 8/10, berkeringat dingin dan BAB kehitaman cair 5x dalam 6 jam terakhir. Hasil pengkajian menunjukkan HR 130 x/menit, TD 80/40 mmHg, RR 28 x/menit, hiperventilasi, SpO2 92%, dan haluaran urin 120 cc selama 8 jam terakhir. Hasil laboratorium menunjukkan penurunan kadar Hb dari 11 gram/dL sebelum operasi menjadi 6 gram/dl pasca operasi. Pasien mulai mengalami penurunan kesadaran ketika dipindah ke ruang ICU dan penurunan SpO2 88% dengan peningkatan RR 32 x/menit. Hasil gas darah menunjukkan pH 7.29, pCO2 50 mmHg, p02 90 mmHg, HCO3 27 mEq/L, BE -2, AaDO2 48,7
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan Volume Cairan (NANDA-I)
- Definisi: Pengurangan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Penyebab: Kehilangan cairan melalui perdarahan, muntah, diare, dan hiperventilasi.
- Gejala dan Tanda: Hipotensi, takikardi, penurunan kesadaran, hiperventilasi, oliguri, dan hasil laboratorium menunjukkan penurunan Hb.
2. Gangguan Pertukaran Gas (NANDA-I)
- Definisi: Ketidakefektifan pertukaran gas antara alveoli dan darah, yang dapat menyebabkan perubahan dalam oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida.
- Penyebab: Hipoventilasi, restriktif paru, dan perdarahan.
- Gejala dan Tanda: Takipnea, hiperventilasi, SPO2 rendah, dan hasil gas darah menunjukkan penurunan pH, peningkatan pCO2, dan penurunan PaO2.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kekurangan Volume Cairan
- Kode: 10001
- Definisi: Pengurangan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
- Karakteristik Utama: Hipotensi, takikardi, oliguri, penurunan kadar Hb.
2. Gangguan Pertukaran Gas
- Kode: 10002
- Definisi: Ketidakefektifan pertukaran gas antara alveoli dan darah, yang dapat menyebabkan perubahan dalam oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida.
- Karakteristik Utama: Takipnea, hiperventilasi, penurunan SpO2, perubahan hasil gas darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
- Kode: 10001
- Definisi: Keadaan dimana volume dan komposisi cairan dalam tubuh berada dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil: Tanda-tanda vital stabil, haluaran urin adekuat, hasil laboratorium normal.
2. Pertukaran Gas
- Kode: 10002
- Definisi: Keadaan dimana proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah berjalan efektif.
- Kriteria Hasil: Frekuensi napas normal, SPO2 normal, hasil gas darah normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
- Kode: 10001
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan dalam tubuh sesuai kebutuhan.
- Aktivitas: Monitoring tanda-tanda vital, haluaran urin, dan hasil laboratorium, pemberian cairan intravena, transfusi darah.
2. Manajemen Oksigenasi
- Kode: 10002
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mempertahankan pertukaran gas yang efektif.
- Aktivitas: Monitoring respirasi, pemberian oksigen, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain. -
Article No. 16069 | 23 Apr 2025
Klinis : TSH FT3 dan FT 4
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi TSH FT3 dan FT4:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R94.6
- Deskripsi: Hasil tes fungsi tiroid abnormal
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.01
- Deskripsi: Pemeriksaan laboratorium untuk fungsi tiroid
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R94.6 (Hasil tes fungsi tiroid abnormal) digunakan untuk mengindikasikan adanya hasil tes fungsi tiroid yang tidak normal, seperti nilai TSH, FT3, dan FT4 yang berada di luar rentang normal. Kode ini digunakan sebagai diagnosis ketika hasil tes tersebut belum teridentifikasi sebagai kondisi tiroid spesifik lainnya, seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme.
2. Kode ICD-9-CM 92.01 (Pemeriksaan laboratorium untuk fungsi tiroid) digunakan untuk mengkodekan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi tiroid, seperti pengambilan sampel darah dan analisis kadar hormon tiroid (TSH, FT3, FT4). Kode ini mencakup semua tes laboratorium yang dilakukan untuk menilai status fungsi tiroid pasien.
Catatan: Kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis hanya disediakan jika ada tindakan yang dilakukan terkait dengan kondisi yang disebutkan. Dalam kasus ini, terdapat pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi fungsi tiroid, sehingga kode ICD-9-CM 92.01 disediakan. -
Article No. 16070 | 23 Apr 2025
Klinis : Thyrotoxicosis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berkenaan dengan kondisi thyrotoxicosis, berikut kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E05
- Deskripsi: Thyrotoxicosis (hipertiroidisme)
Thyrotoxicosis, atau hipertiroidisme, adalah kondisi dimana terdapat peningkatan hormon tiroid dalam tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit Graves, nodulus toksik, atau kelenjar tiroid yang mengalami hiperplasia. Gejala yang sering muncul antara lain peningkatan denyut jantung, tremor, intoleransi panas, dan perubahan berat badan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 06.2
- Deskripsi: Tiroidektomi subtotal atau hemitiroidektomi
Pada kasus thyrotoxicosis yang sulit dikontrol dengan pengobatan medis, tindakan bedah seperti tiroidektomi subtotal atau hemitiroidektomi dapat menjadi pilihan pengobatan. Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan jaringan tiroid yang hiperaktif, dengan tujuan memperbaiki kondisi hipertiroidisme. -
Article No. 16071 | 23 Apr 2025
Klinis : Thyrotoxicosis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi Thyrotoxicosis, dengan tone akademis dan persona pakar atau perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Thyrotoxicosis:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Thyrotoxicosis adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan" (SDKI, 2017). Pasien dengan Thyrotoxicosis mengalami peningkatan metabolisme basal, yang dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi dan kehilangan berat badan yang tidak disengaja. Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh akibat peningkatan laju metabolisme.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Tidak Ada Kekurangan (SLKI, 2019)
- Indikator: Berat badan berada dalam rentang normal, Asupan nutrisi adekuat, Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi.
- Tujuan: Memastikan pasien memiliki asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh akibat peningkatan laju metabolisme.
2. Pengendalian Gejala (SLKI, 2019)
- Indikator: Gejala thyrotoxicosis terkontrol, Toleransi aktivitas meningkat, Tidak ada tanda-tanda komplikasi.
- Tujuan: Mengurangi atau mengendalikan gejala-gejala yang muncul akibat thyrotoxicosis, sehingga pasien dapat beraktivitas secara optimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi (SIKI, 2018)
- Kaji kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan peningkatan laju metabolisme.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Pantau asupan dan status nutrisi pasien secara berkala.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi.
2. Manajemen Aktivitas (SIKI, 2018)
- Kaji toleransi aktivitas pasien dan identifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Bantu pasien merencanakan aktivitas sehari-hari sesuai dengan toleransi.
- Ajarkan teknik-teknik untuk menghemat energi saat beraktivitas.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya pengendalian aktivitas.
3. Manajemen Gejala (SIKI, 2018)
- Kaji tanda dan gejala yang muncul akibat thyrotoxicosis.
- Berikan intervensi farmakologis sesuai dengan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi gejala, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pengelolaan gejala.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan thyrotoxicosis dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya, mengendalikan gejala, dan meningkatkan toleransi aktivitas, sehingga dapat mencapai kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 16072 | 23 Apr 2025
Klinis : thyrotoxicosis,
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi thyrotoxicosis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E05
- Deskripsi: Thyrotoxicosis [hipertiroidisme]
Thyrotoxicosis, atau hipertiroidisme, adalah kondisi medis di mana kelenjar tiroid memproduksi berlebihan hormon tiroid, seperti tiroksina (T4) dan triiodotironina (T3). Ini dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk kecemasan, berat badan yang menurun, kegelisahan, jantung berdebar, dan keringat berlebihan.
Kategori E05 dalam ICD-10 mencakup berbagai subtipe thyrotoxicosis, seperti:
- E05.0: Tirotoksikosis dengan struma difus
- E05.1: Tirotoksikosis dengan nodus tiroid solitarius
- E05.2: Tirotoksikosis dengan nodus tiroid multipel
- E05.3: Tirotoksikosis otonom
- E05.4: Tirotoksikosis induksi obat
- E05.5: Tirotoksikosis krisis tiroid atau storm tiroid
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 06.2X
- Deskripsi: Prosedur pada kelenjar tiroid, termasuk tiroidektomi (total atau subtotal), lobektomi tiroid, dan eksplorasi kelenjar tiroid.
Beberapa contoh kode spesifik dalam kategori 06.2X untuk prosedur terkait thyrotoxicosis:
- 06.20: Tiroidektomi, tidak spesifik
- 06.21: Tiroidektomi total
- 06.22: Tiroidektomi subtotal
- 06.31: Lobektomi tiroid
Prosedur pada kelenjar tiroid dapat dilakukan sebagai bagian dari manajemen thyrotoxicosis, misalnya untuk mengurangi produksi hormon tiroid yang berlebihan atau menghilangkan nodula tiroid yang menyebabkan kondisi ini. -
Article No. 16073 | 23 Apr 2025
Klinis : TSH FT3 dan FT 4
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi TSH, FT3, dan FT4.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E03.9
- Deskripsi: Hipotiroidisme, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.43
- Deskripsi: Pengukuran kadar hormon tiroid, termasuk TSH, FT3, dan FT4
Penjelasan:
- Kode ICD-10 E03.9 menunjukkan diagnosa hipotiroidisme yang tidak terspesifikasi. Hal ini dapat mencakup berbagai kondisi yang menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid, seperti disfungsi kelenjar tiroid, defisiensi iodium, atau gangguan lainnya.
- Kode ICD-9-CM 89.43 merujuk pada prosedur pengukuran kadar hormon tiroid, yang mencakup pemeriksaan TSH, FT3, dan FT4. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi fungsi tiroid dan membantu dalam menegakkan diagnosis serta menentukan rencana perawatan yang sesuai.
Saya harap informasi ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 15924 | 22 Apr 2025
Klinis : pasien mengatakan ada keluhan nyeri pinggang menjalar hingga kedua kaki sejak 1 tahun SMRS, memburuk sejak hari ini. Pasien ada riwayat jatuh 1 tahun yang lalu. Pasien sudah berobat ke RS Pamulang hari ini, sudah diberikan obat nyeri supp dan inj omeprazole dan dirujuk lepas. Hari ini di sekolah tiba2 kaki lemas tanpa sebab dan terjatuh di sekolah td pagi, tidak dapat menapak dan berdiri, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien sulit berjalan dan nyeri hebat. RPD: HNP (+) 2024, GERD (+) RPO: Obat dari RS Pamulang : Patral dan omeprazole Alergi obat: (-)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
- Penyebab: Hernia Nukleus Pulposus, Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penurunan nyeri
- Peningkatan kemampuan mobilisasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen nyeri
- Terapi mobilisasi
- Edukasi terkait penyakit dan penanganannya
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami nyeri pinggang yang menjalar hingga ke kaki, dengan riwayat jatuh 1 tahun lalu dan diagnosis HNP. Kondisi ini menyebabkan nyeri akut dan keterbatasan mobilisasi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, terapi mobilisasi, dan edukasi terkait penyakit serta penanganannya untuk membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan mobilisasi pasien.