Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16022 | 23 Apr 2025
Klinis : Pasien datang mengeluh kolik abdomen berikan beberapa diagnosis kep pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Pasien datang mengeluh kolik abdomen
Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan kolik abdomen, beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
Karakteristik Definisi: Ekspresi verbal, perubahan ekspresi wajah, gerakan protektif, perilaku gelisah, perubahan tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan.
b. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Karakteristik Definisi: Ekspresi verbal, perubahan ekspresi wajah, gerakan protektif, perilaku gelisah, dan menghindar.
c. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Karakteristik Definisi: Kelelahan yang dipercepat, penurunan toleransi aktivitas, peningkatan tanda-tanda vital saat aktivitas, dan perubahan pola tidur.
Diagnosa-diagnosa keperawatan ini dipilih karena pasien datang dengan keluhan kolik abdomen, yang dapat menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan, dan intoleransi aktivitas.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi, beberapa luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah:
a. Untuk Diagnosa Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan nyeri
- Pasien menggunakan tindakan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Pasien mendemonstrasikan perilaku relaksasi yang efektif
b. Untuk Diagnosa Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri:
- Pasien melaporkan penurunan nyeri
- Pasien menggunakan manajemen nyeri yang efektif
- Pasien mendemonstrasikan perilaku untuk mengatasi nyeri
c. Untuk Diagnosa Intoleransi Aktivitas:
- Pasien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
- Pasien mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil saat aktivitas
Luaran-luaran ini diharapkan dapat dicapai setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a. Untuk Diagnosa Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
- Berikan analgesik sesuai dengan
resep dokter
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin)
- Pantau efektivitas tindakan dalam mengurangi nyeri
b. Untuk Diagnosa Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara berkala
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang tepat
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis
- Berikan dukungan emosional dan edukasi kepada pasien
c. Untuk Diagnosa Intoleransi Aktivitas:
- Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai kemampuan
- Ajarkan teknik bernapas dalam dan relaksasi saat aktivitas
- Pantau tanda-tanda vital selama aktivitas
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk rehabilitasi, jika diperlukan
Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mengatasi nyeri, meningkatkan kenyamanan, dan meningkatkan toleransi aktivitas pasien sehingga dapat mencapai luaran/output yang diharapkan. -
Article No. 16023 | 23 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata rabun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan mata rabun.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan mata rabun adalah "Gangguan Penglihatan". Diagnosis ini mengacu pada SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dan mencerminkan adanya perubahan atau penurunan fungsi penglihatan yang dialami oleh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan penglihatan.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mendukung kesehatan penglihatan.
3. Pasien dapat melaporkan peningkatan atau pemulihan fungsi penglihatan.
4. Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi penglihatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Asesmen Penglihatan
- Mengkaji riwayat kesehatan dan pola penurunan penglihatan pasien
- Melakukan pemeriksaan fisik, seperti pemeriksaan ketajaman visual, lapangan pandang, dan persepsi warna
- Mengevaluasi faktor-faktor yang mungkin menyebabkan gangguan penglihatan, seperti penyakit mata, trauma, atau penggunaan obat-obatan
2. Edukasi Kesehatan Penglihatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang gangguan penglihatan, penyebab, dan cara mengelolanya
- Mengajarkan teknik adaptasi dan kompensasi untuk mengatasi gangguan penglihatan
- Mendorong pasien untuk melakukan pemeriksaan mata rutin dan mengikuti rekomendasi tenaga kesehatan
3. Manajemen Lingkungan
- Mengidentifikasi dan menghilangkan potensi bahaya atau risiko di lingkungan pasien yang dapat memperburuk gangguan penglihatan
- Memberikan rekomendasi penyesuaian pencahayaan, kontras, dan pengaturan lingkungan untuk membantu pasien beradaptasi
4. Kolaborasi Profesional
- Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter mata, untuk mengevaluasi kondisi pasien dan memberikan perawatan yang komprehensif
- Memantau perkembangan pasien dan melakukan evaluasi berkala terhadap efektivitas intervensi yang diberikan
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dengan keluhan mata rabun dapat mencapai peningkatan atau pemulihan fungsi penglihatan dan dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. -
Article No. 16024 | 23 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, adalah tuberkulosis paru. Berikut rincian kode ICD-10 dan ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.29
- Deskripsi: Biopsi paru, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif. Hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang menunjukkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan radiologis yang mengarah pada tuberkulosis paru.
- Kode ICD-9-CM 33.29 untuk biopsi paru dapat dipertimbangkan jika diperlukan konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan histologis. Tindakan ini dapat dilakukan untuk mendapatkan sampel jaringan paru untuk analisis lebih lanjut.
Catatan: Diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan oleh dokter yang menangani pasien setelah melakukan evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut. -
Article No. 16025 | 23 Apr 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.4
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Pasien mengalami gejala-gejala yang khas untuk infark miokard akut, yaitu nyeri dada hebat yang menjalar ke lengan kiri, disertai sesak napas, mual, dan keringat dingin. Pemeriksaan EKG juga menunjukkan adanya infark miokard akut. Kode ICD-10 I21.4 digunakan untuk mengkodekan infark miokard akut yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Elektrokardiografi [EKG] lain, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien menjalani pemeriksaan EKG untuk membantu menegakkan diagnosis infark miokard akut. Kode ICD-9-CM 93.90 digunakan untuk mengkodekan prosedur elektrokardiografi yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Selain itu, pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 yang mungkin mempengaruhi penatalaksanaan dan prognosis dari infark miokard akut. -
Article No. 16026 | 23 Apr 2025
Klinis : eorang anak laki-laki usia 10 tahun dibawa orang tuanya berobat ke puskesmas dengan keluhan: demam 2 hari, nafsu makan menurun, perut terasa tidak enak, kulit kemerahan, perabaan kulit hangat, bibir kering. Hasil pengukuran suhu 39.50C, nadi 116 x/mnt, RR 30 x/mnt. Orang tuanya bertanya kepada perawat anaknya sakit apa. Apakah masalah keperawatan prioritas pada anak tersebut ? Select one: a. Hipertermia b. Kekurangan volume cairan c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d. Ansietas e. Defisit pengetahuan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Prioritas: Hipertermia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai kondisi di mana suhu tubuh di atas batas normal, disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan utama penanganan hipertermia adalah penurunan suhu tubuh ke batas normal. Luaran yang diharapkan adalah suhu tubuh berada dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: memfasilitasi lingkungan yang nyaman, melakukan kompres hangat/dingin, memberikan cairan dan obat penurun demam sesuai indikasi, serta memantau tanda-tanda vital secara berkala.
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang dialami anak (demam, penurunan nafsu makan, kulit kemerahan dan hangat, serta bibir kering), diagnosa keperawatan prioritas yang sesuai adalah hipertermia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan suhu tubuh anak menjadi 39,5°C. Perawat perlu segera melakukan intervensi untuk menurunkan suhu tubuh anak dan memantau tanda-tanda vital secara berkala. -
Article No. 16027 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang anak usia 9 tahun dibawa ke poliklinik tumbuh kembang anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dengan autis. Seorang perawat melakukan intervensi pada anak tersebut. Apa intervensi yang sesuai pada kasus tersebut ? Select one: a. Sikap tegas dan kasar pada anak b. Kreatifitas dan kesabaran dari orang tua c. Tidak perlu memberikan reward d. Tidak perlu dilatih disiplin e. Tidak perlu memberikan punisment
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: e. Tidak perlu memberikan punisment , dengan tone = akademis , persona=pakar,nurse
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perkembangan anak dengan autisme.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan kemampuan anak dengan autisme.
3. Risiko cedera berhubungan dengan perilaku anak dengan autisme.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan komunikasi verbal: Ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan verbal secara efektif.
2. Defisit perawatan diri: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
3. Risiko cedera: Kerentanan terhadap bahaya fisik yang dapat menyebabkan luka atau kerusakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Komunikasi efektif: Kemampuan untuk menyampaikan dan menerima pesan verbal dengan baik.
2. Kemandirian perawatan diri: Kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
3. Keamanan: Kondisi terhindar dari bahaya fisik yang dapat menyebabkan luka atau kerusakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Terapi komunikasi: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal anak dengan autisme.
2. Pelatihan aktivitas sehari-hari: Intervensi untuk meningkatkan kemandirian anak dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
3. Manajemen perilaku: Intervensi untuk mencegah dan mengatasi perilaku yang berisiko menyebabkan cedera pada anak dengan autisme.
Intervensi yang sesuai pada kasus ini:
- Terapi komunikasi: Membantu anak untuk mengembangkan kemampuan komunikasi verbal melalui metode yang sesuai dengan autisme, seperti terapi wicara, komunikasi visual, dan terapi bermain.
- Pelatihan aktivitas sehari-hari: Mengajarkan anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri, seperti makan, mandi, berpakaian, dan kebersihan diri.
- Manajemen perilaku: Mengidentifikasi dan mengelola perilaku berisiko pada anak dengan autisme, seperti mengajarkan cara mengatasi stres dan emosi, serta penggunaan reinforcement positif.
Tidak perlu memberikan punishment, karena anak dengan autisme lebih responsif terhadap pendekatan yang positif, sabar, dan memahami kebutuhan mereka. -
Article No. 16028 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang anak laki, usia 4 tahun, dibawa ke puskesmas dengan keluhan mencret. Ibu menyampaikan anak malas minum. Hasil pemeriksaan didapatkan anak tampak lemas, turgor kulit sangat buruk, mata cowong, mulut dan lidah kering, berat badan 8 kg dan tinggi badan 120 cm. Masalah utama pada kasus di atas adalah Select one: a. Intoleran aktifitas b. Gangguan integritas kulit c. Kurang pengetahuan orang tua d. Kekurangan volume cairan e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, masalah utama yang teridentifikasi adalah Kekurangan volume cairan (d. Kekurangan volume cairan).
Penjelasan singkat mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI:
Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
Definisi: Penurunan volume cairan tubuh yang menyebabkan dehidrasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00025
- Definisi: Ketidakcukupan cairan yang ditandai dengan penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Karakteristik Utama: Turgor kulit buruk, kekeringan membran mukosa, mata cowong, bibir kering.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10002
- Judul: Hidrasi
- Definisi: Keadaan seimbang antara asupan dan kehilangan cairan tubuh.
- Kriteria Hasil: Turgor kulit normal, membran mukosa lembab, mata tidak cowong, bibir lembab.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 80002
- Judul: Manajemen Cairan
- Definisi: Pengaturan asupan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
- Aktivitas Keperawatan: Kaji status hidrasi, Monitor asupan dan pengeluaran cairan, Berikan cairan oral/parenteral sesuai indikasi.
Jadi, berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kekurangan Volume Cairan, dengan berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 16029 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang anak usia 8 tahun dibawa ke poliklinik tumbuh kembang anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dengan autis. Seorang perawat melakukan edukasi kepada orangtua anak tersebut. Apa edukasi yang sesuai ? Select one: a. Memberikan reinforcement jika anak berbuat baik b. Memberikan kebebasan pada anak dalam semua aktifitas c. Memaksa anak mengikuti arahan orangtua d. Memberikan hukuman saat anak berbuat salah e. Membatasi semua aktifitas anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang sesuai adalah:
a. Memberikan reinforcement jika anak berbuat baik
Penjelasan:
Diagnosis Keperawatan: Defisit Pengetahuan terkait Autisme pada Anak
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Defisit Pengetahuan: Keterbatasan informasi kognitif yang berkaitan dengan kondisi, perawatan, pemulihan atau pencegahan penyakit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pengetahuan Perawatan Diri: Kemampuan pasien/keluarga untuk mengidentifikasi, mengambil tindakan, dan memperoleh hasil yang diinginkan terkait kondisi kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Edukasi Kesehatan: Pemberian informasi yang terstruktur untuk membantu pasien/keluarga memahami kondisi kesehatan, perawatan, dan pencegahan komplikasi.
Dalam kondisi ini, edukasi yang sesuai adalah memberikan reinforcement (penguatan positif) jika anak berbuat baik. Hal ini dapat membantu meningkatkan pengetahuan orangtua tentang cara menangani anak dengan autisme dan memotivasi anak untuk berperilaku positif. -
Article No. 16030 | 23 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi lahir prematur dengan BBLR melalui persalinan SC. Pada hari kedu perawatan bayi tampak membiru, kesulitan bernapas, gasping, retraksi dada tampak jelas. Pernapasan 77 x/menit, terdengar jelas stridor bilateral dan grunting terdengar tanpa stetoskop. Setelah diberikan terapi oksigen oleh perawat, bayi tetap tampak membiru. Apa tindakan selanjutnya yang harus dilakukan perawat? Select one: a. Melakukan pemasangan NGT b. Mengganti terapi oksigen volume tinggi c. Melakukan suction. d. Melakukan pemeriksaan elektrolit darah e. Melakukan pengecekan AGD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Prematuritas dan BBLR, ditandai dengan pernapasan 77x/menit, retraksi dada, stridor bilateral, dan grunting.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pola Napas Tidak Efektif merupakan ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pernapasan yang adekuat untuk mendukung kehidupan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang ingin dicapai adalah Pola Napas Efektif, ditandai dengan frekuensi napas normal, irama napas teratur, dan tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang meliputi penghisapan sekret, pemberian oksigen, dan perawatan jalan napas.
Tindakan selanjutnya yang harus dilakukan perawat adalah:
b. Mengganti terapi oksigen volume tinggi.
Karena bayi tetap tampak membiru meskipun telah diberikan terapi oksigen, tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan volume dan konsentrasi oksigen yang diberikan untuk membantu bayi bernapas lebih efektif. -
Article No. 16031 | 23 Apr 2025
Klinis : Suatu hari saudara ditugaskan membawa vaksin dari Puskesmas ke Posyandu denga menggunakan Vaccine carrier/thermos. Berapa suhu yang harus saudara pertahankan agar vaksin tetap poten? Select one: a. -40 C sampai dengan -120 C b. +40 C sampai dengan +120 C. c. -60 C sampai dengan -140 C. d. +20 C sampai dengan +80 C. e. -20 C sampai dengan -80 C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan singkat terkait diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi ini adalah "Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh" (00005). Diagnosa ini mengacu pada potensi penurunan atau peningkatan suhu tubuh di luar rentang normal, yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, definisi dari "Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh" adalah "Rentan mengalami peningkatan atau penurunan suhu tubuh di luar rentang normal yang dapat membahayakan kesehatan".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa ini adalah "Stabilitas Suhu Tubuh" (0800), yang mengacu pada kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang sesuai adalah "Manajemen Suhu" (6680), yang meliputi upaya untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, termasuk penggunaan alat pembawa vaksin (vaccine carrier/thermos) dengan suhu yang tepat.
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, suhu yang harus dipertahankan untuk menjaga potensi vaksin adalah -20°C sampai -80°C (pilihan e). Rentang suhu ini merupakan suhu yang optimal untuk menjaga kestabilan dan potensi vaksin selama transportasi dari Puskesmas ke Posyandu.
Sebagai seorang perawat, Anda harus memastikan bahwa suhu vaccine carrier/thermos tetap berada dalam rentang tersebut untuk mempertahankan kualitas dan efektivitas vaksin. Pemantauan suhu secara berkala dan penggunaan alat pengukur suhu yang akurat sangat penting dalam menjalankan tugas ini.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI terkait kondisi yang Anda berikan. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan.