Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18074 | 31 May 2025
Klinis : pasien bayi dengan diagnosa syndrome edward (trisomy 18)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien bayi dengan sindrom Edward (trisomi 18).
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perkembangan Neonatus (00111)
Definisi: Penyimpangan pada perkembangan fisik, kognitif, psikososial, atau spiritual bayi baru lahir yang dapat menghambat kemampuan untuk mencapai potensi optimal.
2. Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital (00039)
Definisi: Rentan mengalami perubahan pada frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan/atau laju pernapasan yang dapat membahayakan kesehatan.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan (00249)
Definisi: Rentan mengalami penurunan sirkulasi oksigen dan nutrisi yang dapat mengganggu fungsi sel-sel tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 00111 - Gangguan Perkembangan Neonatus
Definisi: Penyimpangan pada perkembangan fisik, kognitif, psikososial, atau spiritual bayi baru lahir yang dapat menghambat kemampuan untuk mencapai potensi optimal.
2. Kode: 00039 - Risiko Ketidakstabilan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Rentan mengalami perubahan pada frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan/atau laju pernapasan yang dapat membahayakan kesehatan.
3. Kode: 00249 - Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Definisi: Rentan mengalami penurunan sirkulasi oksigen dan nutrisi yang dapat mengganggu fungsi sel-sel tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 1809 - Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
Definisi: Kemampuan bayi untuk mencapai potensi optimal dalam aspek fisik, kognitif, psikososial, dan spiritual.
2. Kode: 0802 - Stabilitas Tanda-Tanda Vital
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan laju pernapasan dalam batas normal.
3. Kode: 0405 - Perfusi Jaringan
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan sirkulasi oksigen dan nutrisi yang adekuat ke sel-sel tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kode: 6720 - Perawatan Perkembangan Bayi
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi perkembangan fisik, kognitif, psikososial, dan spiritual bayi baru lahir.
2. Kode: 6680 - Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Definisi: Pengumpulan dan analisis data tentang frekuensi denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan laju pernapasan.
3. Kode: 4150 - Terapi Cairan
Definisi: Pemberian cairan intravena atau enteral untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami Diagnosa Keperawatan dan SDKI - SLKI - SIKI yang terkait dengan kondisi pasien bayi dengan sindrom Edward (trisomi 18). Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 18075 | 31 May 2025
Klinis : pasien bayi dengan diagnosa syndrome edward (trisomy 18)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi pasien bayi dengan diagnosa sindrom edward (trisomy 18):
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q91.0
- Deskripsi: Sindrom Edward, trisomi 18, meiosis nondisjunction
Sindrom Edward, atau trisomi 18, adalah kelainan kromosomal yang jarang terjadi dan ditandai dengan adanya tiga salinan kromosom 18. Kondisi ini menyebabkan berbagai kelainan kongenital, termasuk keterlambatan perkembangan, cacat jantung bawaan, dan kelainan bentuk ekstremitas. Bayi dengan sindrom ini biasanya memiliki prognosis yang buruk dan angka harapan hidup yang rendah.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.0
- Deskripsi: Amniocentesis
Dalam kasus sindrom Edward, prosedur amniocentesis dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis sebelum kelahiran. Amniocentesis adalah prosedur pengambilan cairan amnion dari rahim ibu untuk analisis genetik fetus, termasuk untuk mendeteksi kelainan kromosomal seperti trisomi 18.
Dengan demikian, kode ICD-10 untuk diagnosa sindrom Edward (trisomi 18) adalah Q91.0, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur amniocentesis yang dapat dilakukan adalah 75.0. -
Article No. 18076 | 31 May 2025
Klinis : pANAS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pANAS.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pANAS adalah Hipertermia. Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengatur suhu tubuh. Pada kondisi pANAS, pasien mengalami peningkatan suhu tubuh yang disertai dengan gejala-gejala lain seperti kelelahan, rasa tidak nyaman, dan perubahan perilaku.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal: 36,5-37,5°C (97,7-99,5°F).
2. Tanda-tanda vital stabil: nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam batas normal.
3. Tingkat kenyamanan pasien meningkat, ditandai dengan penurunan rasa tidak nyaman akibat demam.
4. Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kondisi kesehatan.
5. Pasien dan keluarga memahami faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh dan strategi pengelolaan hipertermia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor suhu tubuh secara berkala dan catat tren perubahan suhu.
2. Lakukan tindakan penurun suhu tubuh, seperti kompres hangat, pemberian obat antipiretik, atau penggunaan kipas angin.
3. Pertahankan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.
4. Dorong pasien untuk beristirahat cukup dan menciptakan lingkungan yang nyaman.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan pengelolaan hipertermia.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, apoteker) untuk pemberian terapi yang tepat.
7. Pantau tanda-tanda vital secara rutin dan dokumentasikan perkembangannya.
8. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Hipertermia dipilih karena sesuai dengan kondisi pANAS yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh. Luaran yang diharapkan mencakup stabilitas tanda-tanda vital, penurunan rasa tidak nyaman, serta peningkatan pemahaman pasien dan keluarga terkait hipertermia. Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh, mempertahankan hidrasi, menciptakan lingkungan yang nyaman, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga penting untuk memastikan pemberian terapi yang tepat. Evaluasi dan modifikasi intervensi dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 18077 | 31 May 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya jelaskan secara rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi demam.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi demam:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi demam adalah "Peningkatan Suhu Tubuh" (Hyperthermia). Diagnosa ini mengacu pada peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau kondisi medis lainnya. Diagnosa ini mencakup gejala-gejala yang sering muncul pada pasien dengan demam, seperti peningkatan suhu tubuh, menggigil, dan kulit yang terasa panas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran yang diharapkan untuk pasien dengan kondisi demam adalah:
1. Suhu Tubuh Terkendali (Thermoregulation: Body Temperature): Pasien menunjukkan suhu tubuh yang kembali ke dalam batas normal, sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
2. Kenyamanan Terpenuhi (Comfort): Pasien menunjukkan tanda-tanda kenyamanan, seperti tidak lagi menggigil, lebih rileks, dan dapat beristirahat dengan baik.
3. Pemulihan Kesehatan Terjadi (Health Recovery): Pasien menunjukkan perkembangan yang positif dalam pemulihan kondisi kesehatannya, seiring dengan penurunan gejala demam.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Suhu Tubuh (Temperature Regulation Management):
- Memantau suhu tubuh pasien secara rutin
- Memberikan kompres hangat atau dingin untuk menstabilkan suhu tubuh
- Mengatur lingkungan sekitar pasien agar tetap nyaman
- Memastikan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Manajemen Kenyamanan (Comfort Management):
- Memberikan obat-obatan sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi demam
- Mengatur posisi dan lingkungan pasien agar lebih nyaman
- Melakukan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi rasa tidak nyaman
3. Edukasi Kesehatan (Health Education):
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan penanganan demam
- Mengajarkan teknik-teknik sederhana untuk memantau dan mengelola demam di rumah
- Mendorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam proses pemulihan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diinginkan, yaitu pengendalian suhu tubuh, peningkatan kenyamanan, dan pemulihan kesehatan yang optimal bagi pasien dengan kondisi demam. -
Article No. 18078 | 31 May 2025
Klinis : pasien bayi dengan diagnosa kelainan kongenital berupa kaki pengkor pada bayi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q66.2
- Deskripsi: Kaki pengkor bawaan (congenital clubfoot)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 83.84
- Deskripsi: Operasi koreksi kaki pengkor bawaan, termasuk pembedahan Achilles tenotomy.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 Q66.2 digunakan untuk mengklasifikasikan kelainan kongenital berupa kaki pengkor pada bayi. Kaki pengkor bawaan adalah kondisi di mana kaki bayi terbentuk dengan posisi yang abnormal, biasanya mengarah ke dalam dan ke bawah.
- Jika diperlukan tindakan medis untuk mengoreksi kondisi ini, kode ICD-9-CM 83.84 dapat digunakan untuk prosedur pembedahan koreksi kaki pengkor bawaan, termasuk tindakan Achilles tenotomy (pemotongan tendon Achilles) yang sering dilakukan sebagai bagian dari manajemen kaki pengkor.
- Tindakan medis ini bertujuan untuk memperbaiki posisi dan bentuk kaki bayi agar dapat berfungsi secara normal seiring dengan pertumbuhan. -
Article No. 18079 | 31 May 2025
Klinis : Intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi Intoleransi Aktivitas, berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas (00092)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas (10027)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Toleransi Aktivitas (10027)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan tanpa hambatan fisik dan/atau psikologis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas (I0107)
Definisi: Pengaturan, pemantauan, dan fasilitasi aktivitas fisik dan mental klien untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi.
2. Manajemen Energi (I0108)
Definisi: Pengaturan dan pemantauan energi klien untuk mencegah kelelahan dan memaksimalkan aktivitas.
3. Manajemen Pola Tidur (I0129)
Definisi: Pengaturan dan pemantauan pola tidur klien untuk memaksimalkan istirahat dan pemulihan.
Kode-kode ini merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memudahkan identifikasi, perencanaan, dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 18080 | 31 May 2025
Klinis : Intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi intoleransi aktivitas.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Karakteristik Definisi:
1. Peningkatan kelelahan atau kelemahan saat melakukan aktivitas
2. Napas pendek atau takipnea saat melakukan aktivitas
3. Nyeri atau ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas
4. Palpitasi atau peningkatan denyut nadi saat melakukan aktivitas
5. Peningkatan tekanan darah saat melakukan aktivitas
6. Gangguan konsentrasi atau penurunan motivasi saat melakukan aktivitas
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Toleransi Aktivitas (0005)
- Indikator:
a. Mendemonstrasikan peningkatan kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas
b. Menunjukkan penurunan gejala intoleransi aktivitas (seperti kelelahan, napas pendek, nyeri, palpitasi, peningkatan tekanan darah)
c. Melaporkan peningkatan energi dan motivasi untuk melakukan aktivitas
d. Mendemonstrasikan strategi manajemen energi yang efektif
2. Pemulihan Fisik (0001)
- Indikator:
a. Menunjukkan peningkatan kemampuan fungsional
b. Menunjukkan perbaikan parameter fisiologis (denyut nadi, tekanan darah, frekuensi napas)
c. Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas
d. Melaporkan peningkatan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Aktivitas (4310)
- Aktivitas:
a. Identifikasi tingkat aktivitas saat ini dan tingkat aktivitas yang diinginkan
b. Kembangkan rencana peningkatan aktivitas secara bertahap
c. Bantu klien dalam melakukan aktivitas sesuai rencana
d. Ajarkan teknik manajemen energi (seperti penjadwalan aktivitas, istirahat yang cukup, penggunaan alat bantu)
e. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana sesuai kebutuhan
2. Terapi Latihan (5321)
- Aktivitas:
a. Tentukan tujuan dan rencana latihan bersama klien
b. Ajarkan teknik latihan peningkatan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas
c. Lakukan dan pantau pelaksanaan latihan sesuai rencana
d. Berikan umpan balik dan dukungan selama pelaksanaan latihan
e. Evaluasi efektivitas latihan dan modifikasi rencana sesuai kebutuhan
3. Manajemen Energi (0180)
- Aktivitas:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi energi klien
b. Ajarkan teknik manajemen energi (seperti penjadwalan aktivitas, istirahat yang cukup, penggunaan alat bantu)
c. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan
d. Pantau tanda-tanda kelelahan atau intoleransi aktivitas
e. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana sesuai kebutuhan
Dengan menerapkan diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan klien dengan intoleransi aktivitas dapat mencapai peningkatan toleransi aktivitas, pemulihan fisik, dan mampu mengelola energinya secara efektif. -
Article No. 18081 | 31 May 2025
Klinis : Intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas**
*(Kode SDKI: 00092)*
**Penjelasan Singkat:**
Intoleransi aktivitas adalah ketidakmampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik atau mental sesuai dengan kebutuhan sehari-hari karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Kondisi ini sering terkait dengan kelemahan, kelelahan, atau gangguan sistem kardiovaskular, pernapasan, atau muskuloskeletal.
---
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
*(Kode SLKI terkait: L.0401 – Kemampuan Melakukan Aktivitas Fisik)*
**Kriteria Luaran:**
1. **L.0401.1**: Peningkatan toleransi aktivitas (ditandai dengan peningkatan durasi/frekuensi aktivitas tanpa gejala intoleransi).
2. **L.0401.2**: Penurunan keluhan kelelahan setelah aktivitas.
3. **L.0401.4**: Keseimbangan antara istirahat dan aktivitas tercapai.
---
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
*(Kode SIKI terkait: I.09001 – Manajemen Energi)*
**Intervensi Utama:**
1. **I.09001.1**: Ajarkan teknik penghematan energi (contoh: pacing activity, posisi tubuh optimal).
2. **I.09001.2**: Bantu pasien membuat jadwal aktivitas dengan periode istirahat terencana.
3. **I.09001.4**: Pantau respons fisiologis (denyut nadi, saturasi O?, tekanan darah) sebelum/sesudah aktivitas.
4. **I.04004** (Dukungan Mobilisasi Dini): Bantu latihan bertahap sesuai toleransi.
---
**Rasional Singkat:**
- **SDKI 00092** mendasari asuhan keperawatan dengan fokus pada penyebab dan dampak intoleransi aktivitas.
- **SLKI L.0401** mengukur progres pasien melalui parameter objektif seperti peningkatan stamina dan pengurangan gejala.
- **SIKI I.09001** menekankan pendekatan holistik untuk meningkatkan kapasitas fungsional pasien secara aman.
**Referensi:**
*PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).*
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis/resmi.)* -
Article No. 18082 | 31 May 2025
Klinis : nyeri post op sc dan tidak bisa menyusui karena putting anomali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan 1:
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Diagnosa Keperawatan 2:
Ketidakefektifan Menyusui (00104)
Definisi: Persepsi bahwa proses menyusui tidak efektif atau memuaskan, yang dapat mengganggu atau menghalangi kemampuan ibu untuk menyusui.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Nama: Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Kode: 00104
Nama: Ketidakefektifan Menyusui
Definisi: Persepsi bahwa proses menyusui tidak efektif atau memuaskan, yang dapat mengganggu atau menghalangi kemampuan ibu untuk menyusui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1605
Nama: Kontrol Nyeri
Definisi: Tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri.
Kode: 1054
Nama: Perilaku Menyusui
Definisi: Tindakan yang ditujukan untuk menyusui bayi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 1400
Nama: Manajemen Nyeri
Definisi: Pengurangan rasa sakit atau peningkatan toleransi terhadap nyeri.
Kode: 1800
Nama: Promosi Laktasi
Definisi: Peningkatan kemampuan ibu untuk menyusui bayi.
Jadi, dalam kondisi yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut dan Ketidakefektifan Menyusui, dengan penjelasan singkat dan kode-kode SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah saya paparkan di atas. -
Article No. 18083 | 31 May 2025
Klinis : nyeri post op sc dan tidak bisa menyusui karena putting anomali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI untuk Kondisi Nyeri Post-OP SC dan Tidak Bisa Menyusui karena Puting Anomali**
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI: 00032)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Trauma jaringan akibat insisi bedah (post-sectio caesarea).
- Aktivitas fisik (pergerakan, batuk, menyusui).
**Karakteristik Utama:**
- Laporan nyeri (skala 1–10).
- Perilaku berhati-hati (menghindari gerakan tiba-tiba).
- Ekspresi wajah kesakitan (mengerut, menangis).
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Menyusui (SDKI: 00206)**
**Definisi:** Ketidakmampuan ibu untuk memberikan ASI secara adekuat kepada bayi karena faktor fisiologis, anatomis, atau psikologis.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Puting anomali (inverted/flat nipple).
- Nyeri post-operasi (menghambat posisi menyusui).
- Kurangnya pengetahuan teknik menyusui alternatif.
**Karakteristik Utama:**
- Bayi tidak dapat menempel dengan benar (latch-on).
- Ibu melaporkan kesulitan atau ketidaknyamanan saat menyusui.
- Produksi ASI tidak optimal.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
#### **Untuk Nyeri Akut (00032):**
- **SLKI 2101:** Tingkat nyeri terkontrol.
- Kriteria:
- Skala nyeri ?3 (skala 0–10).
- Pasien mampu beraktivitas tanpa distress.
- **SLKI 2103:** Koping terhadap nyeri efektif.
- Kriteria:
- Menggunakan teknik non-farmakologis (napas dalam, relaksasi).
#### **Untuk Gangguan Menyusui (00206):**
- **SLKI 1402:** Kemampuan menyusui membaik.
- Kriteria:
- Ibu mampu mempraktikkan teknik menyusui alternatif (pompa ASI, nipple shield).
- Bayi mendapat nutrisi adekuat (ASI perah/formula jika diperlukan).
- **SLKI 1404:** Pengetahuan perawatan payudara meningkat.
- Kriteria:
- Ibu memahami manajemen puting anomali dan perawatan luka post-OP.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
#### **Untuk Nyeri Akut (00032):**
- **SIKI 3520:** Manajemen Nyeri.
- Aktivitas:
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol.
- **SIKI 4500:** Edukasi Pasien.
- Aktivitas:
- Jelaskan penyebab nyeri dan cara mengurangi gerakan traumatik.
#### **Untuk Gangguan Menyusui (00206):**
- **SIKI 1430:** Dukungan Menyusui.
- Aktivitas:
- Demonstrasi penggunaan nipple shield atau pompa ASI.
- Ajarkan posisi menyusui yang nyaman post-OP (football hold).
- **SIKI 1480:** Manajemen Laktasi.
- Aktivitas:
- Pantau produksi ASI dan teknik perah yang benar.
- Rujuk ke konsultan laktasi jika diperlukan.
---
### **Catatan Akademik:**
- **Evidence-Based Practice:**
- Nyeri post-OP SC memengaruhi keberhasilan menyusui (Kohan et al., 2019).
- Puting anomali memerlukan intervensi dini (WHO, 2020) untuk mencegah penghentian ASI prematur.
- **Persona Perawat Pakar:**
- Gunakan pendekatan holistik (fisik-psikososial) dan dokumentasi SOAP untuk evaluasi intervensi.
**Kode Etik:**
- Sesuai PP No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan dan Kode Etik PPNI (2018).
Format ini memenuhi standar akademik dan klinis dengan integrasi SDKI-SLKI-SIKI terkini.