Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16172 | 24 Apr 2025
Klinis : nutrisi bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nutrisi bayi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh adalah suatu kondisi di mana asupan nutrisi (energi, protein, mineral, vitamin) tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Outcome yang diharapkan: Klien menunjukkan status nutrisi yang membaik, ditandai dengan peningkatan berat badan, dan asupan nutrisi yang adekuat.
- Indikator luaran: Berat badan sesuai usia, asupan nutrisi adekuat, tidak terjadi penurunan berat badan.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
a. Pemantauan Nutrisi
b. Pemberian Makan
c. Manajemen Berat Badan
d. Edukasi Nutrisi
Sebagai seorang perawat, saya akan membantu klien untuk memantau status nutrisinya, memastikan asupan nutrisi yang adekuat, memberikan edukasi tentang kebutuhan nutrisi yang tepat, serta membantu meningkatkan berat badan sesuai dengan usia dan pertumbuhannya. Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan kondisi nutrisi bayi dapat teratasi dan tercapai status nutrisi yang optimal. -
Article No. 16173 | 24 Apr 2025
Klinis : • Pasien mengatakan dada terasa nyeri seperti tertindih menjalar ke punggung sejak 1 hari yang lalu, memburuk setelah mengejan BAB • Pasien mengatakan mual dan keluar keringat dingin • Pasien mengatakan badan terasa lemas • GCS: CM, E4 V5 M6 • Pasien tampak lemas • Pasien tampak berkeringat dingin • Pasien tampak menahan nyeri • Hasil ECG st elevasi II, III, AVF • Hasil thorax menunjukkan kesan ukuran dan konfigurasi jantung normal, klasifikasi arkus aorta, tak tampak infiltrat pada pulmo • Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD : 145/78 mmHg Nadi : 70x/menit Respirasi : 22x/menit Suhu : 36oC SpO2 : 100% GDS : 145mg/dL
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang dipaparkan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut
- Pasien mengeluhkan nyeri dada seperti tertindih yang menjalar ke punggung.
- Nyeri diperparah setelah mengejan saat buang air besar.
- Pasien tampak menahan nyeri.
2. Gangguan perfusi jaringan kardiovaskular
- Hasil ECG menunjukkan adanya elevasi segmen ST pada lead II, III, dan AVF, yang merupakan tanda-tanda infark miokard.
- Pasien mengalami mual dan berkeringat dingin, yang merupakan gejala-gejala khas infark miokard.
3. Intoleransi aktivitas
- Pasien mengeluhkan badan terasa lemas.
- Pasien tampak lemas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien tampak lebih rileks.
- Tanda-tanda vital stabil.
2. Perfusi Jaringan Kardiovaskular Membaik
- Hasil pemeriksaan diagnostik (ECG, thorax) menunjukkan perbaikan.
- Tanda-tanda vital stabil.
- Tidak ada tanda-tanda komplikasi kardiovaskular.
3. Toleransi Aktivitas Membaik
- Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri dengan mandiri.
- Pasien tidak mengalami gejala kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji tipe, karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan faktor yang memperberat atau memperingan nyeri.
- Berikan analgesik sesuai instruksi medis.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
- Lakukan tindakan kenyamanan untuk menurunkan nyeri.
2. Peningkatan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Pantau hasil pemeriksaan diagnostik (ECG, thorax).
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan yang dapat memperbaiki perfusi miokard.
- Ajarkan pasien dan keluarga mengenai gejala-gejala komplikasi yang harus diwaspadai.
3. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Kaji kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas.
- Berikan perawatan mandiri bertahap sesuai dengan kondisi pasien.
- Ajarkan teknik energi conservation dan pacing saat melakukan aktivitas.
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
Penjelasan di atas disusun dengan tone akademis, persona pakar, dan ditulis dari sudut pandang perawat. Harapannya, informasi yang diberikan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 16174 | 24 Apr 2025
Klinis : Pasien menunjukkan adanya luka pascaoperasi craniotomy pada bagian parietalis sinistra sepanjang ±7 cm. Rambut pasien berwarna hitam. Wajah tampak pucat, dengan selang endotracheal tube (ETT) terpasang melalui mulut dan nasogastric tube (NGT) terpasang melalui hidung. Pemeriksaan mata menunjukkan pupil unisokor dengan midriasis (kanan 5 mm, kiri 4 mm) dan tidak ada refleks cahaya. Telinga pasien simetris tanpa kelainan, meskipun terdapat sedikit serumen. Pada pemeriksaan leher, tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid. Bentuk dada simetris, suara pernapasan normal tanpa adanya suara napas tambahan, dan suara jantung terdengar normal dengan bunyi “lub-dup.” Abdomen dan pinggang pasien tampak simetris saat inspeksi, tanpa adanya edema pada palpasi. Auskultasi tidak menunjukkan adanya bising usus. Area pelvis dan genitalia tidak dilakukan pengkajian. Pemeriksaan ekstremitas menunjukkan tidak adanya tonus otot, dengan akral yang teraba dingin. Waktu pengisian kapiler (CRT) kurang dari 2 detik. Terdapat edema pada tangan kanan dan kiri.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan luka pascaoperasi craniotomy.
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan adanya selang endotracheal tube (ETT).
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan adanya luka pascaoperasi dan terpasangnya alat medis.
4. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral berhubungan dengan kondisi pasca craniotomy.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kerusakan Integritas Kulit: Kerusakan struktur dan fungsi kulit yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
- Gangguan Pertukaran Gas: Ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida di alveoli.
- Risiko Infeksi: Rentan untuk mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral: Ketidakmampuan untuk menjaga oksigenasi yang adekuat ke otak.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas Kulit Terpelihara
- Perfusi Jaringan: Serebral Membaik
- Bebas Infeksi
- Pertukaran Gas Membaik
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Perawatan Luka
- Manajemen Jalan Napas
- Pencegahan Infeksi
- Manajemen Perfusi Serebral
Dalam penerapannya, perawat harus mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, menetapkan tujuan, dan mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 16175 | 24 Apr 2025
Klinis : Intolerasi aktifitas untuk ibu anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Intolerasi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intolerasi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan, disebabkan oleh keterbatasan fisik atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah pasien dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas, dengan kriteria hasil seperti pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, tanda-tanda vital stabil saat beraktivitas, dan pasien melaporkan peningkatan energi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen aktivitas, manajemen kelelahan, serta optimalisasi fungsi fisik. Hal ini meliputi pengaturan aktivitas, pemberian edukasi terkait manajemen energi, serta latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Kondisi Ibu Anemia:
Pada kasus ibu anemia, intolerasi aktivitas dapat terjadi akibat penurunan kemampuan transport oksigen dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan pasien mudah lelah, lemah, serta mengalami sesak napas saat beraktivitas. Oleh karena itu, intervensi keperawatan harus mempertimbangkan kondisi anemia dan fokus pada manajemen aktivitas serta peningkatan toleransi fisik pasien. -
Article No. 16176 | 24 Apr 2025
Klinis : Perifusi prifer tidak efektif dalam anemia pada ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi perifusi perifer tidak efektif dalam anemia pada ibu dan anak.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer
Penjelasan:
Penurunan Perfusi Jaringan Perifer adalah diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan kondisi perifusi perifer tidak efektif dalam anemia pada ibu dan anak. Kondisi ini ditandai dengan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi dan integritas jaringan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Dalam SDKI, diagnosa keperawatan "Penurunan Perfusi Jaringan Perifer" memiliki definisi sebagai "Berkurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi dan integritas jaringan".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa ini adalah "Perfusi Jaringan Perifer", yang memiliki definisi "Kemampuan aliran darah yang adekuat untuk mendistribusikan oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer".
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi "Penurunan Perfusi Jaringan Perifer" mencakup:
1. Manajemen Perfusi Jaringan
2. Manajemen Hipovolemia
3. Manajemen Anemia
4. Edukasi Kesehatan
Dengan penerapan standar keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar dalam menangani kondisi perifusi perifer tidak efektif dalam anemia pada ibu dan anak. -
Article No. 16177 | 24 Apr 2025
Klinis : Resiko syok pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Syok
Penjelasan Singkat:
Sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), berikut penjelasan untuk kondisi "Risiko Syok pada Anemia Ibu dan Anak":
1. Definisi Diagnosa Keperawatan:
Risiko Syok adalah keadaan ketidakseimbangan antara volume cairan, volume darah, dan kemampuan jantung untuk memompa, yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan perfusi jaringan.
2. Faktor Risiko:
Anemia pada ibu dan anak merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya syok. Anemia menyebabkan penurunan volume darah sehingga dapat memicu terjadinya syok.
3. Luaran yang Diharapkan (SLKI):
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak terjadi perubahan status mental
- Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
- Tidak terjadi hipovolemia
- Tidak terjadi gangguan fungsi organ
4. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Monitor tanda-tanda vital secara rutin
- Kaji status hidrasi dan perfusi jaringan
- Kolaborasi pemberian terapi cairan dan obat-obatan sesuai indikasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko syok dan pencegahannya
- Berikan dukungan emosional dan fisik untuk mengurangi kecemasan
Dengan pemantauan yang ketat, pemberian intervensi yang tepat, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan dapat mencegah terjadinya syok pada pasien dengan anemia ibu dan anak. -
Article No. 16178 | 24 Apr 2025
Klinis : Resiko syok pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Syok pada Anemia Ibu dan Anak
Definisi:
Risiko Syok pada Anemia Ibu dan Anak adalah kondisi di mana individu memiliki kemungkinan mengalami penurunan volume cairan tubuh dan gangguan perfusi jaringan yang dapat menyebabkan kondisi kegawatdaruratan akibat penurunan kadar hemoglobin.
Faktor Risiko:
1. Perdarahan akut
2. Malnutrisi
3. Infeksi
4. Penyakit kronis
Tanda dan Gejala:
1. Takikardia
2. Hipotensi
3. Kelelahan
4. Pusing
5. Pucat
6. Dispnea
7. Oliguria
Tujuan Keperawatan:
1. Klien tidak mengalami syok
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak terjadi komplikasi akibat anemia
Intervensi Keperawatan (SDKI):
1. Kaji tanda dan gejala syok
2. Kaji kadar hemoglobin
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
4. Kolaborasi pemberian terapi anemia
5. Pantau intake dan output cairan
6. Edukasi tentang anemia dan pencegahan komplikasi
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Tidak terjadi penurunan volume cairan tubuh
3. Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
4. Tidak terjadi komplikasi akibat anemia
Intervensi Khusus (SIKI):
1. Manajemen Syok
2. Manajemen Cairan
3. Manajemen Anemia
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengelola risiko syok pada anemia ibu dan anak. -
Article No. 16179 | 24 Apr 2025
Klinis : Resiko syok pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi risiko syok pada anemia ibu dan anak, dengan nada akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosis Keperawatan:
Risiko Syok Berhubungan dengan Penurunan Volume Cairan Intravaskular Sekunder Akibat Anemia pada Ibu dan Anak
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Syok: Keadaan yang menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya gangguan sirkulasi darah yang dapat mengancam kehidupan akibat penurunan volume cairan intravaskular.
Faktor yang Berhubungan: Penurunan volume cairan intravaskular sekunder akibat anemia pada ibu dan anak.
2. SLKI (Standar Label Keperawatan Indonesia):
Stabilitas Hemodinamik: Kemampuan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat melalui pengaturan sirkulasi darah.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Pemantauan Tanda-tanda Vital: Mengkaji secara berkala kondisi sirkulasi darah, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
b. Manajemen Cairan: Memberikan cairan intravena atau oral untuk mempertahankan volume cairan intravaskular yang adekuat.
c. Pemberian Terapi Anemia: Memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
d. Edukasi Pencegahan Syok: Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda awal syok dan tindakan segera yang perlu dilakukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencegah terjadinya syok pada pasien dengan anemia, sehingga stabilitas hemodinamik dapat dipertahankan. -
Article No. 16180 | 24 Apr 2025
Klinis : Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan
Definisi:
Keterbatasan informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu, seperti kondisi kesehatan, penanganan penyakit, prosedur, dan informasi lainnya yang diperlukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.
Faktor Terkait:
- Kurangnya paparan terhadap informasi
- Salah persepsi
- Kurangnya minat atau motivasi
Karakteristik Mayor:
- Meminta penjelasan atau informasi tambahan
- Mengungkapkan misinterpretasi informasi
- Gagal mengikuti instruksi
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Domain: Persepsi Kesehatan/Pemeliharaan Kesehatan
- Kelas: Pengetahuan Kesehatan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran: Pengetahuan Kesehatan
- Indikator:
1. Menjelaskan penyebab anemia pada ibu dan anak
2. Menyebutkan tanda dan gejala anemia pada ibu dan anak
3. Menjelaskan perawatan diri dalam mencegah anemia pada ibu dan anak
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi:
1. Manajemen Edukasi Kesehatan
2. Konseling Kesehatan
3. Pengajaran: Proses Penyakit
Penjelasan singkat:
Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak merupakan keterbatasan informasi kognitif yang terkait dengan penyebab, tanda dan gejala, serta perawatan diri dalam mencegah anemia pada ibu dan anak. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya paparan terhadap informasi, salah persepsi, atau kurangnya minat dan motivasi. Perawat dapat memberikan intervensi berupa manajemen edukasi kesehatan, konseling kesehatan, dan pengajaran proses penyakit untuk meningkatkan pengetahuan klien terkait anemia pada ibu dan anak. -
Article No. 16181 | 24 Apr 2025
Klinis : Defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi defisit pengetahuan pada anemia ibu dan anak.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang anemia ibu dan anak.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Defisit Pengetahuan didefinisikan sebagai keterbatasan kognitif yang disebabkan oleh kurangnya informasi atau familiaritas dengan topik tertentu.
- Dalam kasus ini, pasien memiliki keterbatasan pengetahuan terkait anemia pada ibu dan anak.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dengan diagnosa ini adalah peningkatan pengetahuan pasien tentang anemia ibu dan anak.
- Pasien dapat menunjukkan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab, gejala, pencegahan, dan penatalaksanaan anemia pada ibu dan anak.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Edukasi kesehatan: memberikan informasi dan penjelasan tentang anemia, termasuk penyebab, gejala, dampak, dan cara pencegahan serta penatalaksanaannya.
b. Konseling: membantu pasien memahami kondisi anemia dan menyusun rencana untuk meningkatkan pengetahuan dan mengatasi defisit pengetahuan.
c. Fasilitasi kelompok edukasi: mengorganisir sesi edukasi kelompok untuk berbagi informasi dan pengalaman terkait anemia pada ibu dan anak.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, atau tenaga kesehatan lain untuk memberikan informasi yang komprehensif kepada pasien.
Dengan menggunakan kerangka SDKI - SLKI - SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, dan intervensi yang sistematis untuk mengatasi defisit pengetahuan pada pasien dengan anemia ibu dan anak.