Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18172 | 03 Jun 2025
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi ansietas, sesuai dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ansietas (Kode: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya yang tidak diketahui atau tidak dapat diidentifikasi.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00146
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya yang tidak diketahui atau tidak dapat diidentifikasi.
- Karakteristik Mayor: Gelisah, takut akan yang terburuk terjadi, sulit berkonsentrasi, tegang.
- Karakteristik Minor: Mudah terkejut, mengeluh tidak dapat tidur, perubahan pola napas, palpitasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1405
- Judul: Tingkat Kecemasan
- Definisi: Tingkat kecemasan individu yang dapat diamati dan diukur.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 5820
- Judul: Pengurangan Kecemasan
- Definisi: Meminimalkan perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya yang tidak diketahui atau tidak dapat diidentifikasi.
- Aktivitas Kunci: Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kecemasan, bantu klien untuk mengenali dan mengekspresikan perasaan cemas, lakukan teknik relaksasi, berikan informasi yang akurat tentang kondisi klien, libatkan keluarga untuk memberikan dukungan.
Dalam praktik keperawatan, diagnosa keperawatan "Ansietas" dan penerapan SDKI, SLKI, serta SIKI dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengelola kecemasan pada pasien. -
Article No. 18173 | 03 Jun 2025
Klinis : HARGA DIRI RENDAH
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi Harga Diri Rendah, sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah (KODE: 00120)
Definisi:
Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri yang negatif dan perasaan tidak berharga.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
KODE: 00120
Judul: Harga Diri Rendah
Definisi: Evaluasi diri yang negatif dan perasaan tidak berharga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
KODE: 1205
Judul: Harga Diri
Definisi: Penilaian individu terhadap dirinya sendiri sebagai sesuatu yang positif atau negatif dalam kaitannya dengan konsep diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
KODE: 6140
Judul: Peningkatan Harga Diri
Definisi: Membantu individu untuk meningkatkan penilaian positif terhadap diri sendiri.
Penjelasan singkat:
Harga Diri Rendah adalah suatu kondisi di mana individu memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri, merasa tidak berharga, dan memiliki konsep diri yang buruk. Diagnosa ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, lingkungan, atau gangguan mental lainnya.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Harga Diri Rendah mencakup:
1. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan harga diri rendah.
2. Membantu klien untuk mengenali kekuatan dan potensi positif dalam dirinya.
3. Memberikan dukungan emosional dan validasi atas perasaan klien.
4. Mengajarkan teknik-teknik untuk meningkatkan harga diri, seperti afirmasi positif dan manajemen stres.
5. Melibatkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan.
6. Merujuk klien ke profesional kesehatan mental jika diperlukan.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan klien dapat meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya sendiri dan mencapai harga diri yang lebih sehat. -
Article No. 18174 | 03 Jun 2025
Klinis : HARGA DIRI RENDAH
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah**
**Kode SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): D.0027**
**Definisi SDKI**: Persepsi negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang bersifat menetap, disertai perasaan tidak berharga, tidak mampu, atau tidak percaya diri.
---
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
Berikut luaran yang dapat dicapai untuk mengatasi *harga diri rendah*:
1. **Kode SLKI: L.14001** – **Peningkatan Harga Diri**
- Kriteria: Klien mampu mengidentifikasi kekuatan diri, mengekspresikan perasaan positif tentang diri, dan menunjukkan kepercayaan diri dalam interaksi sosial.
2. **Kode SLKI: L.14002** – **Penerimaan Diri**
- Kriteria: Klien mengakui kelebihan dan kekurangan diri secara realistis serta mengurangi pernyataan negatif tentang diri sendiri.
---
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
Intervensi yang direkomendasikan untuk mengatasi *harga diri rendah*:
1. **Kode SIKI: I.14001** – **Terapi Peningkatan Harga Diri**
- Tindakan:
- Membantu klien mengidentifikasi kekuatan dan pencapaian diri.
- Memberikan umpan balik positif terhadap kemajuan klien.
- Mendorong partisipasi dalam aktivitas yang meningkatkan rasa kompetensi.
2. **Kode SIKI: I.14003** – **Dukungan Psikososial**
- Tindakan:
- Menciptakan lingkungan yang mendukung dan tidak menghakimi.
- Melibatkan keluarga atau kelompok pendukung untuk memperkuat penerimaan diri klien.
---
**Penjelasan Singkat**
Harga diri rendah (*low self-esteem*) merupakan kondisi ketika individu mengalami evaluasi negatif terhadap diri sendiri, yang dapat memengaruhi fungsi psikologis dan sosial. Pendekatan keperawatan melalui **SDKI, SLKI, dan SIKI** bertujuan untuk memulihkan kepercayaan diri klien melalui identifikasi kekuatan, dukungan emosional, dan penguatan perilaku adaptif.
Referensi:
- *PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).*
*(Ditulis dalam format akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan.)* -
Article No. 18175 | 03 Jun 2025
Klinis : ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi ansietas, sesuai dengan permintaan Anda dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Ansietas (00146)
Definisi:
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang, dan perasaan ancaman atas bahaya yang tidak jelas penyebabnya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ansietas (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang, dan perasaan ancaman atas bahaya yang tidak jelas penyebabnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Kecemasan Terkendali (1211)
Definisi: Dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang dapat diterima.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Ansietas (5820)
Definisi: Meminimalkan pengalaman dan gejala ansietas pada pasien.
Penjelasan Singkat:
Ansietas adalah kondisi di mana individu mengalami perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tegang, dan perasaan ancaman atas bahaya yang tidak jelas penyebabnya. Diagnosa keperawatan ini berfokus pada pengidentifikasian dan pengelolaan ansietas yang dialami oleh pasien.
Tujuan keperawatan dalam kondisi ini adalah untuk mencapai tingkat kecemasan yang terkendali, di mana pasien dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang dapat diterima. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen ansietas, yaitu meminimalkan pengalaman dan gejala ansietas pada pasien.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi kondisi ansietas pada pasien. -
Article No. 18118 | 02 Jun 2025
Klinis : Seorang mahasiswi jurusan Teknik Lingkungan di salah satu universitas di Semarang yang bernama An. DFNA berusia 19 tahun memiliki riwayat penyakit asam lambung (Gerd). Kondisi ini sudah diderita selama 4 tahun sejak klien duduk di bangku SMP. Klien mengeluhkan lemas, mual dan merasakan nyeri pada perut kiri atas. Nyeri berlangsung secara hilang timbul dan terasa seperti ditusuk-tusuk. Skala nyeri yang dikeluhkan klien adalah 5/10. Asam lambung tersebut muncul ketika klien mengkonsumsi makanan pedas, asam, kopi jika dalam kondisi perut yang kosong. Sehingga klien juga harus mengkonsumsi obat RANITIDINE HCL untuk mengobatinya. Selain itu adanya stres / tekanan emosional juga mengakibatkan klien asam lambungnya kambuh. Stres ini disebabkan karena adanya kegiatan organisasi yang sering bertabrakan dengan tugas kuliahnya dan diadakan rutin setiap minggu. Klien kesusahan dalam mengatur waktunya dalam berorganisasi dan belajar. Klien juga mengaku mendapat perundungan verbal dari mantan kekasihnya selain itu masalah keluarga juga membuatnya sangat frustasi. Selain itu perselisihan dari kedua orang tuanya serta tuntutan akademik yang keras juga mengakibatkan klien merasakan stres dan tertekan. Kondisi tersebut menyebabkan beliau merasakan cemas (anxiety) dan klien memutuskan untuk menangangi masalah tersebut dengan pergi ke psikiater. Klien harus mengkonsumsi obat ALPRAZOLAM untuk membantu menenangkan emosi klien dan juga membantu mengatasi kesulitan tidur yang yang dirasakan. Selain itu, klien juga sering kali tidak fokus beraktivitas dan menurunnya nafsu makan sehingga mengakibatkan asam lambungnya juga kambuh. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan; TD: 120/80 mmHg, Nadi: 75x/menit, RR: 14/X menit, Suhu: 36,5 ºC.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien An. DFNA berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (asam lambung) ditandai dengan keluhan nyeri perut seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5/10.
2. Gangguan pola makan berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat kondisi asam lambung dan kecemasan, ditandai dengan penurunan nafsu makan.
3. Kecemasan berhubungan dengan stres/tekanan emosional akibat masalah organisasi, akademik, dan hubungan personal, ditandai dengan kesulitan tidur dan kesulitan berkonsentrasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Terkontrol: Klien dapat melaporkan nyeri berkurang (skala nyeri ? 3) dan mampu menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
2. Status Nutrisi: Adekuat: Klien dapat mempertahankan berat badan yang ideal dan tidak mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
3. Tingkat Kecemasan Terkendali: Klien dapat mengendalikan gejala kecemasan, seperti mampu tidur dengan baik dan berkonsentrasi dalam beraktivitas.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
a. Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi)
b. Kaji respon nyeri klien terhadap nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
d. Ajarkan teknik non-farmakologi (relaksasi, distraksi, dll) untuk mengurangi nyeri
2. Manajemen Nutrisi:
a. Kaji pola makan dan faktor-faktor yang memengaruhi nafsu makan
b. Kolaborasi pemberian nutrisi enteral/parenteral jika diperlukan
c. Berikan edukasi tentang diet yang sesuai untuk kondisi asam lambung
3. Manajemen Kecemasan:
a. Identifikasi penyebab kecemasan (stres, masalah organisasi, hubungan, dll)
b. Kaji tanda dan gejala kecemasan (kesulitan tidur, konsentrasi, dll)
c. Berikan terapi relaksasi (teknik pernapasan, visualisasi, dll) untuk mengurangi kecemasan
d. Kolaborasi pemberian terapi obat antiansietas sesuai indikasi
e. Berikan konseling untuk membantu klien mengatasi masalah yang menjadi sumber kecemasan
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu nyeri terkontrol, status nutrisi adekuat, dan tingkat kecemasan terkendali. Pendekatan holistik dengan melibatkan aspek fisik, psikologis, dan sosial diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang kompleks pada klien ini. -
Article No. 18119 | 02 Jun 2025
Klinis : Ny. M adalah pasien dengan diagnosa Ca Cervix stadium IIIB yang telah menjalani tiga siklus kemoterapi. Ia dirawat kembali ke rumah sakit karena mengeluhkan lemas, mual hebat, dan sariawan sejak 4 hari setelah kemoterapi terakhir. Pasien juga mengalami kerontokan rambut, kehilangan nafsu makan, dan mengatakan merasa “semakin tak berdaya” 3 siklus kemoterapi dijalani dengan protokol cisplatin-based. Setelah siklus ke-3, pasien mengalami penurunan berat badan 3 kg. Terjadi neutropenia ringan dan anemia pasca terapi. Klien belum siap menghadapi efek samping jangka panjang dan cenderung menarik diri. Klien mengatakan, “Saya merasa semakin lemah. Makanan tidak enak, semuanya pahit.” “Rambut saya rontok terus, saya jadi malu dilihat orang.” “Saya takut mati, tapi juga takut melanjutkan kemoterapi.” “Saya sudah capek, badan saya tidak sanggup lagi.“ BB: 46 kg (sebelumnya 49 kg), TD: 98/60 mmHg, N: 108 x/menit, RR: 22 x/menit, T: 37,4°C Konjungtiva anemis, lidah kering dan merah. Rambut rontok terlihat jelas di bantal dan pakaian. Luka sariawan pada mukosa mulut Hasil lab : Hb: 9,0 g/Dl, Leukosit: 3.200/mm³, Neutrofil: 41%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan mengenai Ny. M dengan diagnosa Ca Cervix stadium IIIB yang telah menjalani tiga siklus kemoterapi, berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dan kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan : Intoleransi Aktivitas (00rollback)
SDKI : Kapasitas berkurang untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik, mental, dan/atau psikososial
SLKI : Kemampuan pasien untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan
SIKI : Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pasien agar dapat melakukan dan menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan
2. Diagnosa Keperawatan : Risiko Malnutrisi (00002)
SDKI : Berisiko mengalami status gizi yang buruk atau tidak adekuat, yang dapat dipengaruhi oleh faktor biologi, psikologi, sosial, dan ekonomi
SLKI : Kemampuan pasien untuk mempertahankan status gizi yang adekuat
SIKI : Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pasien agar dapat mempertahankan status gizi yang adekuat
3. Diagnosa Keperawatan : Kelelahan (00093)
SDKI : Perasaan yang berkelanjutan dan tidak dapat diatasi berkaitan dengan berkurangnya energi fisik dan mental untuk melakukan aktivitas
SLKI : Kemampuan pasien untuk beristirahat dan memulihkan energi
SIKI : Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pasien agar dapat beristirahat dan memulihkan energi
4. Diagnosa Keperawatan : Perubahan Citra Tubuh (00118)
SDKI : Persepsi negatif atau tidak menerima perubahan penampilan fisik
SLKI : Kemampuan pasien untuk menerima perubahan penampilan fisik
SIKI : Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pasien agar dapat menerima perubahan penampilan fisik
5. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan (00146)
SDKI : Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya
SLKI : Kemampuan pasien untuk mengatasi rasa cemas
SIKI : Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pasien agar dapat mengatasi rasa cemas
Kode-kode diagnosa keperawatan di atas mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 18120 | 02 Jun 2025
Klinis : Gangguan perfusi jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi mengenai Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Gangguan Perfusi Jaringan" dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Jaringan
Kode Diagnosa: 00204
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat membahayakan kesehatan.
Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kode SDKI: D.0204
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat membahayakan kesehatan.
Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI):
Kode SLKI: I.0204
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat membahayakan kesehatan.
Sistem Klasifikasi Hasil Keperawatan Indonesia (SIKI):
Kode SIKI: H.0204
Definisi: Keadaan individu yang menunjukkan peningkatan atau pemulihan sirkulasi darah ke jaringan perifer sehingga tidak membahayakan kesehatan.
Dalam praktik keperawatan, diagnosis Gangguan Perfusi Jaringan mengindikasikan adanya penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, atau cedera. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, peningkatan aktivitas, pengaturan posisi, serta terapi oksigen dan cairan jika diperlukan. Tujuan akhirnya adalah untuk memulihkan perfusi jaringan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 18121 | 02 Jun 2025
Klinis : Gangguan perfusi jaringan serebral
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Gangguan perfusi jaringan serebral" dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Gangguan perfusi jaringan serebral" adalah:
1. Gangguan perfusi jaringan serebral
Kode: 10028
Definisi: Ketidakcukupan oksigen, nutrisi, dan/atau aliran darah ke otak yang dapat mengganggu fungsi neurologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan aliran darah serebral
Kode: 10028001
Definisi: Pengurangan aliran darah ke otak yang dapat mengakibatkan perubahan neurologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi jaringan serebral membaik
Kode: 10028001
Definisi: Kondisi di mana aliran darah dan oksigenasi ke otak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen perfusi serebral
Kode: 10028001
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan aliran darah dan oksigenasi ke otak.
Dalam kondisi "Gangguan perfusi jaringan serebral", fokus utama perawatan adalah untuk memastikan bahwa aliran darah dan oksigenasi ke otak dapat memenuhi kebutuhan metabolik. Perawat akan melakukan berbagai intervensi, seperti memantau tanda-tanda vital, mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, dan mengatur terapi medis yang sesuai, untuk membantu meningkatkan perfusi jaringan serebral dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 18122 | 02 Jun 2025
Klinis : perumpuan usia 75 tahun sempat mengalami penurunan kesadaran disertai dengan batuk 2 minggu yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien, yaitu perempuan usia 75 tahun yang sempat mengalami penurunan kesadaran disertai dengan batuk 2 minggu yang lalu, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Paru
Definisi: Penurunan aliran darah ke paru-paru yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan jaringan.
Tanda dan Gejala: Sesak napas, batuk, perubahan pola napas, dan penurunan saturasi oksigen.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas untuk menjaga jalan napas tetap bersih.
Tanda dan Gejala: Batuk tidak efektif, produksi sekret berlebih, dan perubahan bunyi napas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Paru:
a. Pasien menunjukkan peningkatan aliran darah ke paru-paru yang ditandai dengan perbaikan saturasi oksigen.
b. Pasien menunjukkan perbaikan pada gejala pernapasan, seperti berkurangnya sesak napas dan batuk.
c. Pasien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital yang terkait dengan perfusi paru-paru.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
a. Pasien dapat mengeluarkan sekret dari saluran napas secara efektif.
b. Pasien menunjukkan perbaikan pada bunyi napas, seperti berkurangnya suara napas tambahan.
c. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk bernapas dengan lancar.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Penurunan Perfusi Jaringan Paru:
a. Pemantauan tanda-tanda vital dan saturasi oksigen secara berkala.
b. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan suplai oksigen.
c. Pengaturan posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi paru-paru.
d. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga perfusi paru-paru.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penanganan komprehensif.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
a. Suction (penyedotan) sekret dari saluran napas secara efektif.
b. Pemberian bronkodilator atau mukolitik untuk membantu pengeluaran sekret.
c. Latihan batuk dan napas dalam untuk meningkatkan kemampuan batuk efektif.
d. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara mempertahankan bersihan jalan napas.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penanganan komprehensif.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan kondisi pasien secara holistik, melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan, serta berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 18123 | 02 Jun 2025
Klinis : coba buatkan implementasi tentang asuhan keperawatan nyeri akut berhubungan dengan patolotig dan seratakan kerangka aciuan dan algoritmanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta implementasi asuhan keperawatan nyeri akut berhubungan dengan patologi sesuai dengan permintaan Anda.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan patologi
Kode SDKI: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan yang dapat digunakan oleh perawat di Indonesia.
- Kode: 00132 (Nyeri akut berhubungan dengan patologi)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- Kode: 1410 (Kontrol Nyeri)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan rasa nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat.
- Kode: 1400 (Manajemen Nyeri)
- Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri.
Implementasi Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Berhubungan dengan Patologi:
Kerangka Acuan:
1. Pengkajian nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, faktor pencetus, dan skala nyeri.
2. Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap nyeri.
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk menentukan intervensi yang tepat.
4. Implementasi intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri.
5. Evaluasi efektivitas intervensi dan modifikasi rencana asuhan keperawatan jika diperlukan.
Algoritma:
1. Pengkajian nyeri
2. Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang berkontribusi
3. Perencanaan intervensi keperawatan
4. Implementasi intervensi
a. Pemberian analgesik
b. Teknik nonfarmakologis (relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dll.)
c. Edukasi dan konseling pasien/keluarga
5. Evaluasi efektivitas intervensi
6. Modifikasi rencana asuhan keperawatan jika diperlukan
Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan asuhan keperawatan nyeri akut berhubungan dengan patologi dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, penggunaan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis, serta edukasi pasien dan keluarga akan menjadi fokus utama dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal.