Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16230 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Hambatan Buang Air Besar
Definisi: Kemampuan yang terganggu untuk mengeluarkan feses secara teratur dari rektum.
Faktor yang berhubungan:
- Kelainan kongenital pada anus (atresia ani)
Karakteristik Definitif:
- Tidak dapat buang air besar sejak kelahiran
- Perut tampak membuncit
- Tidak ada bukti adanya buang air besar atau retensi tinja
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber stresor atau ancaman yang dirasakan.
Faktor yang berhubungan:
- Pengalaman pertama kali menghadapi kelainan kongenital pada anak
- Ketidakpastian mengenai prosedur bedah dan konsekuensi penyakit
Karakteristik Definitif:
- Orang tua cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anak
- Orang tua belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi Gastrointestinal
- Bayi dapat buang air besar secara normal setelah intervensi bedah
- Tidak ada komplikasi terkait kelainan anus (atresia ani)
2. Tingkat Kecemasan Menurun
- Orang tua dapat menunjukkan pengurangan tanda-tanda kecemasan
- Orang tua memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit anak
- Orang tua merasa lebih tenang dan siap menghadapi prosedur bedah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi
- Observasi dan pemantauan eliminasi gastrointestinal bayi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi bedah atresia ani
- Edukasi dan konseling bagi orang tua mengenai prosedur dan perawatan pasca bedah
2. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi dan klarifikasi sumber kecemasan orang tua
- Berikan informasi yang akurat dan komprehensif tentang kondisi bayi dan rencana perawatan
- Libatkan orang tua dalam perencanaan dan pengambilan keputusan asuhan keperawatan
- Berikan dukungan emosional dan psikologis bagi orang tua
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk konseling dan terapi jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang utama adalah Hambatan Buang Air Besar, karena bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir akibat kelainan kongenital pada anus (atresia ani). Diagnosa kedua adalah Kecemasan, karena orang tua mengalami kecemasan dan kekhawatiran terkait kondisi anak serta prosedur bedah yang akan dilakukan.
Luaran yang diharapkan adalah Eliminasi Gastrointestinal yang normal setelah intervensi bedah, serta penurunan tingkat kecemasan orang tua dengan pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit dan rencana perawatan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen eliminasi melalui observasi, kolaborasi dengan tim medis, serta edukasi bagi orang tua. Selain itu, juga diperlukan manajemen kecemasan dengan mengidentifikasi sumber kecemasan, memberikan informasi yang akurat, melibatkan orang tua dalam pengambilan keputusan, memberikan dukungan emosional, serta kolaborasi dengan tim kesehatan mental jika diperlukan.
Penekanan utama adalah pada pengelolaan masalah klinis (atresia ani) dan dukungan psikologis bagi orang tua, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mencapai luaran yang diharapkan secara holistik. -
Article No. 16231 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi bayi perempuan berusia 2 hari yang mengalami atresia ani, serta luaran dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Resiko Gangguan Integritas Kulit (00046)
- Berhubungan dengan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka.
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (00026)
- Berhubungan dengan tidak ditemukannya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran.
3. Kecemasan (00146)
- Berhubungan dengan orang tua yang sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Resiko Gangguan Integritas Kulit (00046)
- Integritas Kulit: Tidak Terganggu
- Kondisi Kulit: Tidak Terganggu
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (00026)
- Keseimbangan Cairan: Terpelihara
- Hidrasi: Memadai
3. Kecemasan (00146)
- Tingkat Kecemasan: Terkontrol
- Keterlibatan Keluarga dalam Perawatan: Meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Resiko Gangguan Integritas Kulit (00046)
- Perawatan Kulit
- Pencegahan Kerusakan Kulit
- Pemantauan Integritas Kulit
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (00026)
- Pemantauan Cairan
- Manajemen Cairan
- Pemberian Cairan
3. Kecemasan (00146)
- Manajemen Kecemasan
- Dukungan Emosional
- Edukasi Kesehatan
Untuk Resiko Gangguan Integritas Kulit, intervensi keperawatan difokuskan pada perawatan dan pemantauan kulit untuk mencegah kerusakan. Pada Resiko Ketidakseimbangan Cairan, intervensi berfokus pada pemantauan, manajemen, dan pemberian cairan untuk menjaga keseimbangan cairan dan hidrasi yang memadai. Sedangkan untuk Kecemasan, intervensi keperawatan diarahkan pada manajemen kecemasan, dukungan emosional, dan edukasi kesehatan untuk membantu orang tua mengelola kecemasan dan meningkatkan keterlibatan dalam perawatan.
Seluruh intervensi ini bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu integritas kulit yang tidak terganggu, keseimbangan cairan yang terpelihara, dan tingkat kecemasan yang terkontrol. Hal ini akan membantu memfasilitasi pemulihan bayi dan memberikan dukungan yang tepat bagi orang tua selama proses perawatan. -
Article No. 16237 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai kondisi pasien:
1. **Diagnosa Keperawatan**
- **Gangguan Eliminasi Feses** (SDKI Code: 00011)
*Penjelasan*: Kondisi atresia ani menyebabkan obstruksi mekanis pada saluran anus, sehingga bayi tidak dapat mengeluarkan feses secara normal.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Eliminasi Feses Memadai** (SLKI Code: 0701)
*Penjelasan*: Tujuan intervensi adalah memastikan eliminasi feses dapat dilakukan setelah tindakan bedah, dengan indikator:
- Tidak ada distensi abdomen
- Frekuensi BAB sesuai usia
- Konsistensi feses normal
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Manajemen Konstipasi** (SIKI Code: 0710)
*Penjelasan*: Intervensi meliputi:
- Kolaborasi persiapan bedah (kolostomi/operasi korektif)
- Pemantauan tanda vital dan distensi abdomen
- Edukasi orang tua tentang perawatan pasca-bedah
4. **Diagnosa Keperawatan Tambahan**
- **Ansietas Orang Tua** (SDKI Code: 00146)
*Penjelasan*: Orang tua menunjukkan kecemasan akibat ketidaktahuan tentang kondisi dan penanganan atresia ani.
5. **SLKI untuk Ansietas**
- **Koping Keluarga Meningkat** (SLKI Code: 1304)
*Penjelasan*: Luaran yang diharapkan:
- Orang tua memahami penjelasan tim medis
- Mengajukan pertanyaan terkait perawatan
6. **SIKI untuk Ansietas**
- **Edukasi Kesehatan** (SIKI Code: 5606)
*Penjelasan*: Intervensi meliputi:
- Memberikan informasi jelas tentang atresia ani dan prosedur bedah
- Melibatkan orang tua dalam perencanaan perawatan
**Catatan Akademis**:
- Atresia ani merupakan emergensi bedah neonatus yang memerlukan penanganan multidisiplin.
- Peran perawat mencakup aspek fisik (persiapan bedah, pemantauan) dan psikososial (dukungan keluarga).
- Dokumentasi SDKI/SLKI/SIKI harus sesuai pedoman PPNI untuk akuntabilitas asuhan. -
Article No. 16239 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai kondisi pasien:
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Eliminasi Feses (BAB) b/d Malformasi Kongenital (Atresia Ani)**
- **Kode SDKI:** 00011
- **Definisi (SDKI):** Ketidakmampuan mengeluarkan feses dari rektum hingga anus akibat obstruksi atau malformasi.
- **SLKI:**
- **Kode SLKI:** 0401 (Perbaikan Eliminasi Feses)
- **Indikator:**
- Pasien menunjukkan tanda-tanda pengeluaran feses pasca-operasi.
- Tidak ada distensi abdomen atau retensi tinja.
- **SIKI:**
- **Kode SIKI:** 3540 (Manajemen Konstipasi/Obstruksi)
- **Intervensi:**
- Kolaborasi persiapan tindakan bedah (kolostomi/operasi korektif).
- Pemantauan distensi abdomen dan tanda vital.
- Pendidikan kesehatan pada orang tua tentang perawatan pasca-operasi.
**2. Diagnosa Keperawatan:**
**Ansietas Orang Tua b/d Ketidaktahuan tentang Kondisi Anak dan Prosedur Bedah**
- **Kode SDKI:** 00146
- **Definisi (SDKI):** Perasaan gelisah, khawatir, atau ketakutan yang dialami orang tua akibat ancaman kesehatan pada anak.
- **SLKI:**
- **Kode SLKI:** 1402 (Pengurangan Ansietas)
- **Indikator:**
- Orang tua mampu menyatakan pemahaman tentang atresia ani dan rencana tindakan.
- Orang tua menunjukkan perilaku kooperatif selama perawatan.
- **SIKI:**
- **Kode SIKI:** 5820 (Edukasi Kesehatan)
- **Intervensi:**
- Jelaskan penyebab atresia ani, prosedur bedah, dan prognosis.
- Berikan dukungan emosional dan fasilitasi konseling jika diperlukan.
- Libatkan orang tua dalam perencanaan perawatan.
**3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d Hambatan Asimilasi Nutrien Pasca-Operasi**
- **Kode SDKI:** 00002
- **Definisi (SDKI):** Risiko asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat gangguan gastrointestinal.
- **SLKI:**
- **Kode SLKI:** 0201 (Pemeliharaan Status Nutrisi)
- **Indikator:**
- Berat badan bayi stabil/tidak turun signifikan.
- Toleransi pemberian nutrisi (ASI/formula) pasca-operasi.
- **SIKI:**
- **Kode SIKI:** 1100 (Manajemen Nutrisi)
- **Intervensi:**
- Pantau asupan dan output cairan/nutrisi.
- Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral jika diperlukan.
- Ajarkan orang tua teknik pemberian makan sesuai kondisi pasca-operasi.
**Catatan:**
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) digunakan untuk merumuskan diagnosa.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menentukan kriteria hasil yang diharapkan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menjadi panduan tindakan perawat.
- Prioritas intervensi: stabilisasi kondisi bayi (eliminasi dan nutrisi) sebelum mengatasi ansietas orang tua.
Semua kode dan definisi mengacu pada **PPNI Edisi Terkini**. -
Article No. 16241 | 25 Apr 2025
Klinis : 1. **Diagnosa Keperawatan**: Gangguan eliminasi fekal b/d malformasi kongenital (atresia ani) - **Kode SDKI**: 00011 - **Definisi SDKI**: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses dari rektum akibat kelainan struktural pada anus. - **SLKI yang Relevan**: - **Kode SLKI 0801**: Eliminasi fekal membaik setelah intervensi bedah dan perawatan. - **SIKI yang Relevan**: - **Kode SIKI 3520**: Pemantauan pola eliminasi. - **Kode SIKI 3522**: Manajemen konstipasi. Jangan gunakan ** 1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan eliminasi fekal b/d malformasi kongenital (atresia ani) - Kode SDKI: 00011 - Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses dari rektum akibat kelainan struktural pada anus. - SLKI yang Relevan: - Kode SLKI 0801: Eliminasi fekal membaik setelah intervensi bedah dan perawatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah penjelasan lengkap sesuai standar PPNI dalam format yang diminta:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan eliminasi fekal b/d malformasi kongenital (atresia ani)
- Kode SDKI: 00011
- Definisi SDKI: Ketidakmampuan individu untuk melakukan proses defekasi secara normal akibat kelainan anatomis bawaan pada anus (atresia ani), yang menghambat pengeluaran feses.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode SLKI 0801: Klien menunjukkan perbaikan eliminasi fekal pasca intervensi bedah dan manajemen keperawatan, ditandai dengan:
- Frekuensi defekasi sesuai usia
- Konsistensi feses normal
- Tidak ada distensi abdomen
- Tidak ada tanda retensi fekal
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode SIKI 3520: Pemantauan pola eliminasi
- Observasi frekuensi, volume, dan karakteristik feses
- Auskultasi bising usus
- Identifikasi tanda komplikasi (mis: obstruksi)
- Kode SIKI 3522: Manajemen konstipasi
- Kolaborasi pemberian laksatif sesuai indikasi
- Edukasi perawatan colostomy bila diperlukan
- Stimulasi digital sesuai protokol
Catatan:
- Intervensi disesuaikan dengan tipe atresia ani dan rencana terapi (bedah/paliatif).
- Evaluasi luaran harus mempertimbangkan perkembangan post-operasi dan adaptasi keluarga. -
Article No. 16242 | 25 Apr 2025
Klinis : 1. **Diagnosa Keperawatan**: Gangguan eliminasi fekal b/d malformasi kongenital (atresia ani) - **Kode SDKI**: 00011 - **Definisi SDKI**: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses dari rektum akibat kelainan struktural pada anus. - **SLKI yang Relevan**: - **Kode SLKI 0801**: Eliminasi fekal membaik setelah intervensi bedah dan perawatan. - **SIKI yang Relevan**: - **Kode SIKI 3520**: Pemantauan pola eliminasi. - **Kode SIKI 3522**: Manajemen konstipasi. Jangan gunakan ** 1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan eliminasi fekal b/d malformasi kongenital (atresia ani) - Kode SDKI: 00011 - Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses dari rektum akibat kelainan struktural pada anus. - SLKI yang Relevan: - Kode SLKI 0801: Eliminasi fekal membaik setelah intervensi bedah dan perawatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah penjelasan lengkap sesuai format yang diminta:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan eliminasi fekal b/d malformasi kongenital (atresia ani)
- Kode SDKI: 00011
- Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses dari rektum akibat kelainan struktural pada anus. Kondisi ini mengganggu proses defekasi normal karena adanya hambatan anatomis.
- SLKI yang Relevan:
- Kode SLKI 0801: Eliminasi fekal membaik setelah intervensi bedah dan perawatan. Kriteria hasil meliputi frekuensi defekasi teratur, konsistensi feses normal, dan tidak ada tanda retensi.
- SIKI yang Relevan:
- Kode SIKI 3520: Pemantauan pola eliminasi. Tindakan mencakup observasi frekuensi, volume, dan karakteristik feses.
- Kode SIKI 3522: Manajemen konstipasi. Intervensi meliputi pemberian laksatif, terapi nutrisi, dan edukasi perawatan kolostomi jika diperlukan.
Catatan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menegakkan diagnosa.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menetapkan tujuan yang ingin dicapai.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berisi tindakan spesifik untuk mencapai luaran.
Referensi:
PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik*. Edisi 1. -
Article No. 16243 | 25 Apr 2025
Klinis : SDKI | Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai kondisi pasien:
1. **Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
- **Gangguan Eliminasi Feses (00011)**
*Penjelasan:* Bayi mengalami ketidakmampuan buang air besar akibat atresia ani, ditandai dengan tidak adanya buang air besar sejak lahir dan anus tertutup.
- **Ansietas Orang Tua (00146)**
*Penjelasan:* Orang tua menunjukkan kecemasan terkait kondisi bayi, prosedur bedah, dan ketidaktahuan tentang penyakit.
2. **Luaran Keperawatan (SLKI):**
- **Fungsi Eliminasi Feses (0601)**
*Kriteria:* Setelah intervensi, diharapkan bayi dapat mencapai eliminasi feses normal melalui pembedahan dan perawatan lanjutan.
- **Koping Orang Tua (1703)**
*Kriteria:* Orang tua mampu memahami kondisi bayi, mengurangi kecemasan, dan berpartisipasi dalam perawatan.
3. **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
- **Manajemen Eliminasi Feses (0430)**
*Tindakan:* Kolaborasi dengan tim medis untuk persiapan bedah, pemantauan distensi abdomen, dan pemberian nutrisi sesuai kebutuhan.
- **Edukasi Kesehatan (5606)**
*Tindakan:* Memberikan penjelasan kepada orang tua tentang atresia ani, prosedur bedah, dan perawatan pascaoperasi.
- **Dukungan Emosional (5270)**
*Tindakan:* Memberikan dukungan psikologis untuk mengurangi ansietas orang tua melalui pendekatan terapeutik.
Kode dan terminologi mengacu pada standar PPNI. Intervensi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan keluarga. -
Article No. 16245 | 25 Apr 2025
Klinis : SDKI | Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah penjelasan lengkap sesuai format yang diminta:
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan eliminasi fekal b/d malformasi kongenital (atresia ani)
- Kode SDKI: 00011
- Definisi SDKI: Ketidakmampuan mengeluarkan feses akibat kelainan struktural pada anus. Kondisi ini menyebabkan obstruksi mekanis pada saluran gastrointestinal distal, menghambat proses defekasi normal.
2. Diagnosa Keperawatan: Ansietas orang tua b/d kurangnya pengetahuan tentang kondisi bayi dan prosedur bedah
- Kode SDKI: 00146
- Definisi SDKI: Perasaan khawatir yang dialami orang tua akibat ketidakpahaman mengenai diagnosis, prognosis, dan rencana penatalaksanaan atresia ani pada bayi.
SLKI yang Relevan:
- Kode SLKI 0801: Eliminasi fekal membaik pasca intervensi bedah
Kriteria hasil:
- Frekuensi defekasi sesuai usia setelah pembuatan kolostomi/rekonstruksi anus
- Konsistensi feses lunak
- Tidak terdapat distensi abdomen
- Kode SLKI 1302: Tingkat ansietas orang tua menurun
Kriteria hasil:
- Orang tua mampu menjelaskan prosedur bedah secara sederhana
- Mengajukan pertanyaan terkait perawatan pasca operasi
- Menunjukkan perilaku kooperatif selama perawatan
SIKI yang Relevan:
- Kode SIKI 3520: Pemantauan eliminasi fekal
Tindakan:
- Auskultasi bising usus tiap 4 jam
- Observasi tanda obstruksi (muntah hijau, distensi abdomen)
- Dokumentasi karakteristik drainase kolostomi
- Kode SIKI 5230: Edukasi kesehatan
Tindakan:
- Jelaskan patofisiologi atresia ani dengan bahasa sederhana
- Demonstrasikan perawatan stoma pra-operatif
- Berikan informasi jadwal konsultasi bedah digestif
- Kode SIKI 5820: Dukungan emosional
Tindakan:
- Validasi perasaan orang tua
- Fasilitasi sesi tanya jawab dengan tim bedah
- Rujuk ke psikolog anak bila diperlukan
Catatan Klinis:
- Atresia ani merupakan emergensi bedah neonatal yang memerlukan kolostomi sementara sebelum rekonstruksi definitif.
- Intervensi keperawatan pra-operatif fokus pada stabilisasi kondisi, prevensi komplikasi obstruksi, dan persiapan psikologis keluarga.
Referensi:
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1.
PPNI. (2018). Standar Luaran dan Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. -
Article No. 16246 | 25 Apr 2025
Klinis : doc 121 severe hyponatremia ec status epilepticus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah penjelasan akademis sesuai permintaan:
1. **Diagnosa Keperawatan**: Risiko ketidakseimbangan elektrolit (natrium) b/d gangguan neurologis (status epilepticus)
- **Kode SDKI**: 00025
- **Definisi SDKI**: Kondisi di mana terdapat ancaman gangguan keseimbangan natrium serum akibat aktivitas kejang berulang yang memengaruhi regulasi elektrolit. Status epilepticus dapat menyebabkan disregulasi hormon antidiuretik (SIADH) atau kehilangan natrium melalui diaforesis dan hiperventilasi.
2. **SLKI yang Relevan**:
- **Kode SLKI 0302**: Keseimbangan elektrolit natrium membaik.
- **Kriteria Luaran**:
- Kadar natrium serum dalam rentang normal (135–145 mEq/L).
- Tidak ada gejala neurologis (misalnya: disorientasi, kelemahan otot, atau kejang).
- Asupan dan output cairan seimbang.
3. **SIKI yang Relevan**:
- **Kode SIKI 2410**: Pemantauan kadar elektrolit.
- **Tindakan**:
- Pemeriksaan laboratorium natrium serum serial.
- Observasi tanda klinis hiponatremia (mual, sakit kepala, penurunan kesadaran).
- **Kode SIKI 2120**: Manajemen cairan.
- **Tindakan**:
- Restriksi cairan jika diperlukan (pada SIADH).
- Pemberian NaCl hipertonik 3% dengan pemantauan ketat (untuk kasus berat).
- **Kode SIKI 3540**: Edukasi kesehatan.
- **Tindakan**:
- Memberikan informasi tentang tanda hiponatremia dan pentingnya follow-up.
**Catatan Akademis**:
- **SDKI** mendefinisikan diagnosa berdasarkan etiologi (status epilepticus) dan manifestasi (hiponatremia).
- **SLKI** fokus pada stabilisasi kadar natrium dan pencegahan komplikasi neurologis.
- **SIKI** mencakup intervensi spesifik berbasis bukti, termasuk terapi cairan dan pemantauan laboratorium.
**Referensi**:
PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi I. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
*(Format disesuaikan dengan tone akademis dan persona perawat pakar)* -
Article No. 16247 | 25 Apr 2025
Klinis : doc 121 severe hyponatremia ec status epilepticus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona pakar keperawatan terkait diagnosa keperawatan untuk kasus **"Doc 121 Severe Hyponatremia ec Status Epilepticus"** berdasarkan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)**.
---
### **1. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)**
**Kode SDKI: D.0016**
**Gangguan Keseimbangan Elektrolit: Hiponatremia**
*Definisi:* Penurunan kadar natrium serum di bawah nilai normal (<135 mEq/L) yang mengakibatkan gangguan fungsi seluler dan neurologis.
*Faktor Penyebab (Etiologi):*
- Kehilangan natrium berlebihan (misal: diuresis, muntah).
- Overhidrasi (intake cairan berlebihan).
- Gangguan regulasi hormon (SIADH, insufisiensi adrenal).
- Efek samping obat (diuretik, antiepilepsi).
**Kode SDKI: D.0029**
**Risiko Cedera**
*Definisi:* Peningkatan kerentanan terhadap cedera fisik akibat kejang atau penurunan kesadaran.
*Faktor Risiko:*
- Kejang berulang (status epileptikus).
- Disorientasi/penurunan kesadaran.
- Hiponatremia berat (risiko edema serebral).
---
### **2. LUARAN KEPERAWATAN (SLKI)**
**Kode SLKI: L.14016**
**Keseimbangan Elektrolit Terkendali**
*Kriteria Evaluasi:*
- Kadar natrium serum dalam rentang normal (135–145 mEq/L).
- Tidak ada gejala neurologis (kejang, letargi, disorientasi).
- Tanda vital stabil.
**Kode SLKI: L.03003**
**Keselamatan Fisik Terjaga**
*Kriteria Evaluasi:*
- Pasien bebas dari cedera selama perawatan.
- Tidak ada episode kejang berulang.
- Penggunaan restrain/proteksi sesuai indikasi.
---
### **3. INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)**
**Kode SIKI: I.14016**
**Manajemen Keseimbangan Elektrolit**
*Tindakan:*
- Pantau kadar natrium serum setiap 4–6 jam.
- Batasi intake cairan sesuai protokol (misal: restriksi cairan 800–1000 mL/hari).
- Berikan NaCl hipertonik 3% (jika indikasi) dengan pemantauan ketat.
- Kolaborasi pemberian diuretik osmotik (misal: manitol) jika ada edema serebral.
**Kode SIKI: I.09003**
**Pencegahan Cedera**
*Tindakan:*
- Pasang *side rail* tempat tidur dan gunakan *soft restraint* jika diperlukan.
- Posisikan pasien *lateral* selama kejang.
- Hindari stimulasi berlebihan (cahaya, suara).
- Kolaborasi pemberian antiepilepsi (misal: lorazepam, levetiracetam).
---
### **Catatan Akademis**
- **Prioritas:** Koreksi hiponatremia harus dilakukan bertahap (≤10 mEq/L dalam 24 jam) untuk mencegah *osmotic demyelination syndrome*.
- **Pemantauan Neurologis:** Observasi GCS, refleks pupil, dan tanda peningkatan TIK.
- **Pendidikan Kesehatan:** Edukasi keluarga tentang tanda hiponatremia (mual, sakit kepala, kelemahan otot).
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 4*.
- PPNI. (2018). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis dan klinis. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, silakan ajukan pertanyaan tambahan.