Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16223 | 25 Apr 2025
Klinis : Bab darah seminggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Bab darah seminggu":
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan Menstruasi Berlebihan (SDKI)
Definisi: Keluarnya darah melewati vagina yang lebih banyak dari normal selama menstruasi.
2. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mendapatkan bantuan untuk memelihara kesehatan.
3. Defisit Perawatan Diri (SDKI)
Definisi: Keterbatasan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Perdarahan Menstruasi
Tujuan: Pasien dapat mengelola perdarahan menstruasi secara efektif.
Intervensi: Identifikasi penyebab perdarahan, pantau tanda-tanda vital, edukasi tentang manajemen perdarahan, dll.
2. Manajemen Kesehatan
Tujuan: Pasien dapat mengelola kesehatannya secara efektif.
Intervensi: Identifikasi faktor yang memengaruhi kesehatan, dorong partisipasi dalam perawatan kesehatan, edukasi tentang kesehatan, dll.
3. Perawatan Diri
Tujuan: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
Intervensi: Identifikasi kemampuan dan keterbatasan pasien, latih keterampilan perawatan diri, sediakan alat bantu, dll.
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Kontrol Perdarahan
2. Perilaku Sehat
3. Kemandirian Perawatan Diri
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal (Perdarahan Menstruasi Berlebihan). Hal ini dapat memengaruhi kondisi kesehatan dan kemampuan pasien dalam merawat diri. Intervensi keperawatan diarahkan pada manajemen perdarahan, pengelolaan kesehatan, dan peningkatan kemandirian perawatan diri. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengelola perdarahan menstruasi, meningkatkan perilaku sehat, dan melakukan perawatan diri secara mandiri. -
Article No. 16224 | 25 Apr 2025
Klinis : Bab darah seminggu feses hitam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perdarahan Gastrointestinal
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu bab darah selama seminggu dan feses berwarna hitam, dapat mengindikasikan adanya risiko perdarahan gastrointestinal. Perdarahan gastrointestinal dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti ulkus peptikum, varises esofagus, atau tumor saluran cerna.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Perdarahan Gastrointestinal
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perdarahan dari saluran cerna
Standar Label Keperawatan Indonesia (SLKI):
Tujuan:
1. Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan aktif
2. Pasien dapat mempertahankan status hemodinamik yang stabil
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda perdarahan
2. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan pemeriksaan diagnostik (misalnya endoskopi, kolonoskopi)
3. Berikan dukungan nutrisi dan cairan sesuai kebutuhan
4. Edukasi pasien dan keluarga mengenai risiko perdarahan dan tindakan pencegahan
Sebagai perawat, saya akan memastikan pasien mendapatkan pemeriksaan diagnostik yang tepat, memonitor tanda-tanda vital dan perdarahan, serta memberikan perawatan dan edukasi yang sesuai untuk mengelola risiko perdarahan gastrointestinal. -
Article No. 16225 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dengan berat badan 39 kg dirujuk dari RS swasta ke RSUD dr. Harjono dengan keluhan sesak nafas dan bengkak pada kedua kaki 3 hari terakhir. Sesak nafas dirasakan hilang timbul dan menimbulkan rasa nyeri tiap kambuh. Pasien juga mengalami demam naik turun sejak 2 hari sebelumnya yang membaik dengan pemberian paracetamol. Keluhan lain berupa mual disertai muntah, batuk berdahak, dan nyeri di bagian ulu hati. Tidak ada riwayat kejang sejak lahir hingga sekarang. Buang air kecil 3 hari terakhir diakui hanya 2 sampai 3 kali sehari dengan urin berwarna pekat seperti teh. Buang air besar masih dalam batas normal. Riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa pasien terdiagnosa scabies 6 minggu sebelumnya. Pasien merupakan santri suatu pondok pesantren yang identik dengan kehidupan komunal dan angka kejadian scabies yang tinggi. Didapatkan makula hiperpigmentasi disertai skuama kasar disertai krusta akibat sering digaruk. Lesi bekas scabies tersebar di perut, punggung bagian bawah, serta kedua ekstremitas. Keluhan gatal saat masuk rumah sakit sudah tidak dirasakan. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien lemah namun masih dengan kesadaran baik. Tekanan darah 90/60 mmHg dan laju pernafasan 26 kali per menit. Saturasi oksigen 98%. Auskultasi paru menunjukkan penurunan suara dasar vesikuler dan rhonki basah halus pada paru-paru kanan. Hal ini dibuktikan dengan gambaran efusi pleura kanan dari foto X-Ray thoraks. Terdapat pitting edema pada kedua tungkai dan penurunan output urin mencapai 0.26 ml/kgBB/jam. Penghitungan Glomerular Filtration Rate dengan Rumus Schwartz menghasilkan angka GFR 16.9 ml/min/1.73 m2. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan leukositosis mencapai 34,700/μl, peningkatan neutrofil 31,300/μl, peningkatan ureum sebanyak 75.8 mg/dl, peningkatan BUN 35.4 mg/dl, dan peningkatan serum kreatinin sebanyak 1.52 mg/dl. Urinalisis menunjukkan proteinuria ++ dan hematuria. Pasien juga mengalami imbalans elektrolit berupa hiponatremia dan hiperkalemia dengan kadar natrium 136 mEq/l dan kalium 5.9 mEq/l. Penurunan GFR yang sangat signifikan, peningkatan serum kreatinin dan adanya gangguan elektrolit menjadi alasan penegakan diagnosis gagal ginjal akut et causa GNAPS. Regimen pengobatan pada pasien ini meliputi pemberian obat injeksi ceftriaxone 2×1 g dan dexamethasone 3×5 mg untuk mengobati peradangan yang ditandai dengan leukositosis, furosemide 3×20 mg sebagai diuretik untuk mengurangi edema dan mengatasi sesak nafas, ondansetron 3×4 mg sebagai anti muntah, natrium bikarbonat 3×1 tablet dan kalitake 4×1 sachet diberikan untuk memperbaiki kondisi imbalans elektrolit, asam amino 3×1 tablet juga diberikan untuk kondisi insufisiensi ginjal dengan GFR dibawah 50. Terapi simtomatik untuk nyeri ulu hati, batuk, dan obat topikal scabies juga diberikan. Pasien menunjukkan respon baik terhadap terapi, edema tungkai dan sesak nafas berkurang, proteinuria dan hematuria teratasi dan output urin semakin mendekati normal. Pada hari rawat ketujuh, pasien mengalami perubahan status mental disertai kejang tanpa provokasi. Proteinuria kembali menjadi ++ dan terdapat hematuria. Terapi tambahan untuk kejang dan neuroproteksi diberikan menggunakan fenobarbital 3×50 mg, piracetam 2 gram terbagi dalam 3 dosis, dan maintenance menggunakan midazolam 1 mg. Antibiotik ditingkatkan dengan menggunakan meropenem, pemberian kalitake dan natrium bikarbonat dihentikan. Setelah evaluasi dan monitoring ketat, pada hari ke-14 pasien menunjukkan perbaikan klinis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
2. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal
3. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
4. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
5. Gangguan Mobilitas Fisik
6. Gangguan Tidur
7. Risiko Infeksi
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Keadaan dimana individu mengalami ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi yang dapat mengakibatkan perubahan kadar gas darah.
- SLKI: Menurunnya kemampuan individu untuk melakukan pertukaran gas yang optimal.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mempertahankan pertukaran gas yang optimal.
2. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal
- SDKI: Keadaan dimana individu mengalami penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal.
- SLKI: Menurunnya kapasitas ginjal untuk mempertahankan fungsi filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu mempertahankan fungsi ginjal yang optimal.
3. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
- SDKI: Keadaan dimana individu mengalami ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam cairan tubuh.
- SLKI: Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam cairan tubuh.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu mempertahankan keseimbangan elektrolit yang optimal.
4. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
- SDKI: Keadaan dimana individu berisiko mengalami kerusakan pada struktur dan fungsi kulit.
- SLKI: Gangguan pada kemampuan individu untuk mempertahankan integritas kulit.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu mempertahankan integritas kulit yang optimal.
5. Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Keadaan dimana individu mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja.
- SLKI: Penurunan kemampuan individu untuk melakukan pergerakan yang disengaja.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu mempertahankan mobilitas fisik yang optimal.
6. Gangguan Tidur
- SDKI: Keadaan dimana individu mengalami perubahan kualitas dan/atau kuantitas tidur.
- SLKI: Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan pola tidur yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu mempertahankan pola tidur yang optimal.
7. Risiko Infeksi
- SDKI: Keadaan dimana individu berisiko mengalami invasi dan multiplikasi mikroorganisme patogen.
- SLKI: Ketidakmampuan individu untuk mencegah atau mengatasi infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu mencegah atau mengatasi infeksi. -
Article No. 16226 | 25 Apr 2025
Klinis : demam sejak hari minggu HP 5, batuk grok grok demam naik turun muntah 1 kali hari rabu dini hari sejak hari minggu os lemas, minum berkurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (SDKI)
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas normal (>37,5°C).
- Faktor yang Berhubungan: Infeksi (seperti virus atau bakteri).
- Gejala dan Tanda: Demam, menggigil, peningkatan laju pernapasan dan denyut nadi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang Berhubungan: Anoreksia, penurunan nafsu makan, mual/muntah.
- Gejala dan Tanda: Berat badan menurun, asupan makanan dan cairan berkurang.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari akibat keterbatasan energi.
- Faktor yang Berhubungan: Penyakit, kelemahan fisik.
- Gejala dan Tanda: Kelelahan, kelemahan, aktivitas terbatas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Dengan memahami SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berpedoman pada praktik keperawatan berbasis bukti. -
Article No. 16227 | 25 Apr 2025
Klinis : Atresia ani
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai kondisi Atresia ani, sesuai dengan struktur yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Atresia ani berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Gangguan Eliminasi Fekal". Kondisi ini ditandai dengan adanya obstruksi pada saluran pencernaan sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk buang air besar secara normal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Pola Eliminasi: Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi fekal yang normal.
2. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan selama proses penyembuhan.
3. Pengetahuan: Pasien dan keluarga memahami kondisi Atresia ani dan dapat berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan:
1. Manajemen Eliminasi
- Monitor pola eliminasi fekal pasien
- Fasilitasi prosedur pembedahan untuk koreksi atresia ani
- Kolaborasi dengan tim medis dalam penanganan atresia ani
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan pasca operasi
2. Manajemen Kenyamanan
- Berikan analgesik sesuai dengan rekomendasi tim medis
- Lakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan
- Motivasi pasien untuk beristirahat dan berkontribusi dalam perawatan diri
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan informasi tentang kondisi atresia ani, prognosis, dan rencana perawatan
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik perawatan luka operasi dan perawatan ostomi (jika ada)
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan
Penjelasan Rinci:
Atresia ani adalah suatu kondisi kongenital di mana terdapat obstruksi atau tidak adanya lubang anus pada bayi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan eliminasi fekal yang serius dan memerlukan penanganan medis segera. Diagnosa keperawatan "Gangguan Eliminasi Fekal" menggambarkan kondisi ini dengan jelas, di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk buang air besar secara normal.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup perbaikan pola eliminasi fekal, peningkatan kenyamanan pasien, serta peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai kondisi atresia ani. Hal ini penting untuk mendukung proses penyembuhan, mengurangi komplikasi, dan memastikan pasien dapat mengelola kondisinya secara mandiri setelah pemulihan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen eliminasi, manajemen kenyamanan, dan edukasi kesehatan. Manajemen eliminasi bertujuan untuk memantau dan mendukung proses eliminasi fekal, baik sebelum maupun setelah operasi koreksi. Manajemen kenyamanan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dialami pasien. Sementara itu, edukasi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga mengenai kondisi atresia ani, serta mempersiapkan mereka untuk perawatan berkelanjutan.
Melalui pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim medis, diharapkan pasien dengan atresia ani dapat mencapai luaran yang optimal dan memiliki kualitas hidup yang baik. -
Article No. 16228 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi yang diberikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Konstipasi berhubungan dengan atresia ani
Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan frekuensi, kesulitan, atau ketidakmampuan dalam defekasi.
Etiologi: Adanya kelainan struktural pada daerah anus yang menyebabkan obstruksi pada saluran pencernaan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pengeluaran Feses
- Kriteria hasil: Bayi dapat mengeluarkan feses secara normal sesuai usia.
- Indikator:
a. Frekuensi buang air besar sesuai usia
b. Konsistensi feses normal
c. Tekanan saat defekasi normal
2. Pengetahuan Orang Tua: Penyakit Anak
- Kriteria hasil: Orang tua menunjukkan pemahaman yang baik tentang penyakit anak, termasuk penyebab, prognosis, dan proses perawatan.
- Indikator:
a. Orang tua dapat menjelaskan penyebab atresia ani
b. Orang tua dapat menjelaskan prognosis dan rencana perawatan anak
c. Orang tua dapat menjelaskan peran mereka dalam perawatan anak
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Konstipasi
- Tujuan: Memfasilitasi pengeluaran feses secara normal pada bayi dengan atresia ani.
- Aktivitas:
a. Lakukan observasi kebiasaan buang air besar bayi, termasuk frekuensi, konsistensi, dan volume feses.
b. Berikan makanan dan cairan yang sesuai untuk memfasilitasi pengeluaran feses.
c. Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian laksatif atau enema, jika diperlukan.
d. Edukasikan orang tua tentang manajemen konstipasi pada bayi dengan atresia ani.
2. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang penyakit anak dan proses perawatannya.
- Aktivitas:
a. Jelaskan penyebab, prognosis, dan rencana perawatan atresia ani pada bayi.
b. Diskusikan peran orang tua dalam perawatan anak, termasuk pemantauan tanda-tanda komplikasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan.
c. Fasilitasi sesi tanya jawab dan diskusi dengan orang tua untuk memastikan pemahaman yang baik.
d. Berikan materi edukasi tertulis untuk referensi orang tua.
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi bayi dengan atresia ani. Sebagai perawat, tujuan utama adalah memfasilitasi pengeluaran feses normal, serta meningkatkan pengetahuan dan keterlibatan orang tua dalam perawatan anak. -
Article No. 16229 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Konstipasi Neonatal (SDKI)
2. Kecemasan Orang Tua (SDKI)
3. Kurang Pengetahuan (SDKI)
Penjelasan Singkat:
1. Konstipasi Neonatal (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk buang air besar secara teratur pada bayi baru lahir.
- Faktor Risiko: Atresia ani, anomali kongenital saluran pencernaan.
- Tanda dan Gejala: Perut yang membuncit, tidak ada tanda-tanda buang air besar.
- Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Memantau eliminasi bayi
- Memberikan nutrisi yang sesuai
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi bedah yang diperlukan
2. Kecemasan Orang Tua (SDKI)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang dialami oleh orang tua terkait kondisi kesehatan anak.
- Faktor Risiko: Kondisi bayi yang membutuhkan intervensi medis, kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan perawatan anak.
- Tanda dan Gejala: Gelisah, takut, khawatir.
- Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Memberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang kondisi anak dan rencana perawatan
- Mendukung dan mendampingi orang tua selama proses perawatan
- Melibatkan orang tua dalam perawatan anak
3. Kurang Pengetahuan (SDKI)
- Definisi: Kurangnya atau tidak adanya informasi kognitif yang dibutuhkan oleh orang tua terkait kondisi anak.
- Faktor Risiko: Kondisi anak yang jarang terjadi, kurangnya paparan informasi yang jelas dan lengkap.
- Tanda dan Gejala: Orang tua belum memahami penyebab dan konsekuensi dari kondisi anak.
- Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Memberikan edukasi yang komprehensif tentang kondisi anak, penyebab, dan penatalaksanaannya
- Memastikan orang tua memahami informasi yang diberikan
- Mendorong orang tua untuk aktif mencari informasi tambahan jika diperlukan
Dalam pendekatan SIKI, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Manajemen Konstipasi
- Manajemen Kecemasan
- Edukasi Kesehatan
Tujuan akhirnya adalah membantu bayi dan orang tua mencapai outcome yang optimal melalui kolaborasi tim medis dan dukungan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 16230 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Hambatan Buang Air Besar
Definisi: Kemampuan yang terganggu untuk mengeluarkan feses secara teratur dari rektum.
Faktor yang berhubungan:
- Kelainan kongenital pada anus (atresia ani)
Karakteristik Definitif:
- Tidak dapat buang air besar sejak kelahiran
- Perut tampak membuncit
- Tidak ada bukti adanya buang air besar atau retensi tinja
2. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber stresor atau ancaman yang dirasakan.
Faktor yang berhubungan:
- Pengalaman pertama kali menghadapi kelainan kongenital pada anak
- Ketidakpastian mengenai prosedur bedah dan konsekuensi penyakit
Karakteristik Definitif:
- Orang tua cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anak
- Orang tua belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Eliminasi Gastrointestinal
- Bayi dapat buang air besar secara normal setelah intervensi bedah
- Tidak ada komplikasi terkait kelainan anus (atresia ani)
2. Tingkat Kecemasan Menurun
- Orang tua dapat menunjukkan pengurangan tanda-tanda kecemasan
- Orang tua memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit anak
- Orang tua merasa lebih tenang dan siap menghadapi prosedur bedah
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Eliminasi
- Observasi dan pemantauan eliminasi gastrointestinal bayi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk intervensi bedah atresia ani
- Edukasi dan konseling bagi orang tua mengenai prosedur dan perawatan pasca bedah
2. Manajemen Kecemasan
- Identifikasi dan klarifikasi sumber kecemasan orang tua
- Berikan informasi yang akurat dan komprehensif tentang kondisi bayi dan rencana perawatan
- Libatkan orang tua dalam perencanaan dan pengambilan keputusan asuhan keperawatan
- Berikan dukungan emosional dan psikologis bagi orang tua
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental untuk konseling dan terapi jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan yang utama adalah Hambatan Buang Air Besar, karena bayi tidak dapat buang air besar sejak lahir akibat kelainan kongenital pada anus (atresia ani). Diagnosa kedua adalah Kecemasan, karena orang tua mengalami kecemasan dan kekhawatiran terkait kondisi anak serta prosedur bedah yang akan dilakukan.
Luaran yang diharapkan adalah Eliminasi Gastrointestinal yang normal setelah intervensi bedah, serta penurunan tingkat kecemasan orang tua dengan pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit dan rencana perawatan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen eliminasi melalui observasi, kolaborasi dengan tim medis, serta edukasi bagi orang tua. Selain itu, juga diperlukan manajemen kecemasan dengan mengidentifikasi sumber kecemasan, memberikan informasi yang akurat, melibatkan orang tua dalam pengambilan keputusan, memberikan dukungan emosional, serta kolaborasi dengan tim kesehatan mental jika diperlukan.
Penekanan utama adalah pada pengelolaan masalah klinis (atresia ani) dan dukungan psikologis bagi orang tua, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mencapai luaran yang diharapkan secara holistik. -
Article No. 16231 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan beberapa diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi bayi perempuan berusia 2 hari yang mengalami atresia ani, serta luaran dan intervensi keperawatan yang diperlukan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Resiko Gangguan Integritas Kulit (00046)
- Berhubungan dengan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka.
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (00026)
- Berhubungan dengan tidak ditemukannya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran.
3. Kecemasan (00146)
- Berhubungan dengan orang tua yang sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Resiko Gangguan Integritas Kulit (00046)
- Integritas Kulit: Tidak Terganggu
- Kondisi Kulit: Tidak Terganggu
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (00026)
- Keseimbangan Cairan: Terpelihara
- Hidrasi: Memadai
3. Kecemasan (00146)
- Tingkat Kecemasan: Terkontrol
- Keterlibatan Keluarga dalam Perawatan: Meningkat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Resiko Gangguan Integritas Kulit (00046)
- Perawatan Kulit
- Pencegahan Kerusakan Kulit
- Pemantauan Integritas Kulit
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (00026)
- Pemantauan Cairan
- Manajemen Cairan
- Pemberian Cairan
3. Kecemasan (00146)
- Manajemen Kecemasan
- Dukungan Emosional
- Edukasi Kesehatan
Untuk Resiko Gangguan Integritas Kulit, intervensi keperawatan difokuskan pada perawatan dan pemantauan kulit untuk mencegah kerusakan. Pada Resiko Ketidakseimbangan Cairan, intervensi berfokus pada pemantauan, manajemen, dan pemberian cairan untuk menjaga keseimbangan cairan dan hidrasi yang memadai. Sedangkan untuk Kecemasan, intervensi keperawatan diarahkan pada manajemen kecemasan, dukungan emosional, dan edukasi kesehatan untuk membantu orang tua mengelola kecemasan dan meningkatkan keterlibatan dalam perawatan.
Seluruh intervensi ini bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu integritas kulit yang tidak terganggu, keseimbangan cairan yang terpelihara, dan tingkat kecemasan yang terkontrol. Hal ini akan membantu memfasilitasi pemulihan bayi dan memberikan dukungan yang tepat bagi orang tua selama proses perawatan. -
Article No. 16237 | 25 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi perempuan berusia 2 hari, dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tidak dapat buang air besar sejak kelahirannya. Bayi ini dilahirkan dengan berat badan lahir 2,8 kg dan kondisi fisik secara umum tampak stabil, meskipun terlihat ada keluhan pada perut yang sedikit membuncit. Tidak ditemukan adanya buang air besar (BAB) atau tanda-tanda retensi tinja setelah 24 jam kelahiran. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya anomali pada daerah anus yang berupa kelainan struktural, di mana anus tampak tertutup tanpa saluran terbuka. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh tim medis, bayi tersebut didiagnosis dengan atresia ani. Kondisi ini memerlukan intervensi bedah. Orang tua sangat cemas dan khawatir mengenai kelainan yang dialami anaknya, serta prosedur bedah yang akan dilakukan. Mereka belum sepenuhnya memahami penyebab dan konsekuensi dari penyakit ini
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai kondisi pasien:
1. **Diagnosa Keperawatan**
- **Gangguan Eliminasi Feses** (SDKI Code: 00011)
*Penjelasan*: Kondisi atresia ani menyebabkan obstruksi mekanis pada saluran anus, sehingga bayi tidak dapat mengeluarkan feses secara normal.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Eliminasi Feses Memadai** (SLKI Code: 0701)
*Penjelasan*: Tujuan intervensi adalah memastikan eliminasi feses dapat dilakukan setelah tindakan bedah, dengan indikator:
- Tidak ada distensi abdomen
- Frekuensi BAB sesuai usia
- Konsistensi feses normal
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Manajemen Konstipasi** (SIKI Code: 0710)
*Penjelasan*: Intervensi meliputi:
- Kolaborasi persiapan bedah (kolostomi/operasi korektif)
- Pemantauan tanda vital dan distensi abdomen
- Edukasi orang tua tentang perawatan pasca-bedah
4. **Diagnosa Keperawatan Tambahan**
- **Ansietas Orang Tua** (SDKI Code: 00146)
*Penjelasan*: Orang tua menunjukkan kecemasan akibat ketidaktahuan tentang kondisi dan penanganan atresia ani.
5. **SLKI untuk Ansietas**
- **Koping Keluarga Meningkat** (SLKI Code: 1304)
*Penjelasan*: Luaran yang diharapkan:
- Orang tua memahami penjelasan tim medis
- Mengajukan pertanyaan terkait perawatan
6. **SIKI untuk Ansietas**
- **Edukasi Kesehatan** (SIKI Code: 5606)
*Penjelasan*: Intervensi meliputi:
- Memberikan informasi jelas tentang atresia ani dan prosedur bedah
- Melibatkan orang tua dalam perencanaan perawatan
**Catatan Akademis**:
- Atresia ani merupakan emergensi bedah neonatus yang memerlukan penanganan multidisiplin.
- Peran perawat mencakup aspek fisik (persiapan bedah, pemantauan) dan psikososial (dukungan keluarga).
- Dokumentasi SDKI/SLKI/SIKI harus sesuai pedoman PPNI untuk akuntabilitas asuhan.