Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18200 | 03 Jun 2025
Klinis : Bayi prematur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baiklah, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi bayi prematur.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Untuk kondisi bayi prematur, diagnosis keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Gangguan Perkembangan Neonatus: Prematuritas
Definisi: Kondisi bayi yang lahir sebelum 37 minggu gestasi yang dapat menyebabkan masalah fisiologis dan perkembangan.
Faktor yang Berhubungan: Usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lahir rendah, penyakit maternal, komplikasi kehamilan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada bayi prematur, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Stabilitas Fisiologis Neonatus
- Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Bayi dapat mempertahankan pola napas dan kardiovaskular yang stabil.
- Bayi dapat mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus
- Bayi dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai usia koreksional.
- Bayi dapat mencapai perkembangan neurologis yang optimal.
3. Kemampuan Menyusui Neonatus
- Bayi dapat melakukan proses menyusu dengan efektif.
- Bayi dapat mempertahankan berat badan sesuai target.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan untuk bayi prematur adalah:
1. Manajemen Lingkungan
- Atur suhu, kelembaban, dan cahaya lingkungan sesuai kebutuhan bayi.
- Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk bayi.
2. Manajemen Nutrisi
- Berikan nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan bayi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
- Pantau asupan dan output cairan bayi.
3. Manajemen Respiratory
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan bayi.
- Pertahankan pola napas yang stabil.
- Lakukan tindakan suportif pernapasan jika diperlukan.
4. Manajemen Keamanan
- Lakukan pencegahan infeksi dengan menerapkan prosedur aseptik.
- Lakukan pemantauan tanda-tanda vital dan gejala komplikasi secara berkala.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola komplikasi yang mungkin terjadi.
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi bayi prematur. Sebagai perawat, saya akan terus memantau dan melakukan evaluasi terhadap kondisi bayi untuk memastikan tercapainya tujuan asuhan keperawatan yang optimal. -
Article No. 18201 | 03 Jun 2025
Klinis : Reflek menghisap belum ada
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi "Reflek menghisap belum ada" dari perspektif seorang perawat pakar.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Reflek menghisap belum ada" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Ketidakefektifan Menelan". Ketidakefektifan Menelan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menelan makanan atau cairan secara aman dan efektif dari mulut ke lambung.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Kemampuan Menelan: Pasien menunjukkan kemampuan menelan makanan dan cairan dengan aman dan efektif.
2. Intake Nutrisi: Pasien menunjukkan asupan nutrisi yang adekuat.
3. Risiko Aspirasi: Pasien menunjukkan risiko aspirasi yang minimal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan:
1. Manajemen Jalan Napas:
- Memantau jalan napas dan status pernapasan pasien
- Memposisikan pasien secara optimal untuk memfasilitasi menelan
- Memberikan suction oral jika diperlukan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih
2. Manajemen Nutrisi:
- Menilai kemampuan menelan pasien
- Memilih makanan dan minuman yang sesuai dengan kemampuan menelan pasien
- Mengatur kecepatan dan volume pemberian makanan/minuman
- Memantau intake nutrisi dan hidrasi pasien
3. Pencegahan Aspirasi:
- Memantau tanda-tanda aspirasi seperti batuk, tersedak, atau perubahan saturasi oksigen
- Melatih teknik menelan yang aman
- Mengatur posisi pasien selama makan/minum
- Mempertahankan jalan napas yang bersih
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Menelan" dipilih karena pasien mengalami kondisi di mana reflek menghisap belum ada, yang merupakan salah satu tanda gangguan menelan. Hal ini dapat menyebabkan risiko aspirasi dan pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan berfokus pada pemulihan kemampuan menelan, pemenuhan nutrisi yang adekuat, dan pencegahan risiko aspirasi. Pasien diharapkan dapat menelan makanan dan cairan dengan aman dan efektif, mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, serta memiliki risiko aspirasi yang minimal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen jalan napas, manajemen nutrisi, dan pencegahan aspirasi. Perawat akan memantau jalan napas, mengatur posisi dan pemberian makanan/minuman, serta melatih teknik menelan yang aman untuk mengembalikan kemampuan menelan pasien dan mencegah komplikasi.
Melalui intervensi yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat pulih dan mencapai luaran yang diinginkan, yaitu kemampuan menelan yang efektif, pemenuhan nutrisi yang adekuat, dan risiko aspirasi yang minimal. -
Article No. 18202 | 03 Jun 2025
Klinis : Reflek menghisap belum ada Bayi prematur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi prematur dengan reflek menghisap yang belum ada adalah "Ketidakefektifan Menelan" (SDKI, 2017). Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan bayi untuk menelan makanan secara efektif, yang menyebabkan risiko gangguan nutrisi dan cairan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan luaran/output yang dapat dicapai adalah "Kemampuan Menelan Teratasi" (SLKI, 2019). Indikator keberhasilan dapat diukur melalui kriteria hasil seperti: bayi dapat menelan makanan dengan adekuat, tidak terjadi aspirasi, serta tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi dan cairan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran "Kemampuan Menelan Teratasi", intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Monitoring Nutrisi: Memantau asupan dan output nutrisi bayi, serta mendeteksi tanda-tanda malnutrisi atau dehidrasi.
2. Manajemen Menelan: Mengatur posisi bayi saat makan, memberikan makan dengan metode yang sesuai, serta mengkaji dan mengoptimalkan refleks menelan bayi.
3. Manajemen Jalan Napas: Memastikan jalan napas bayi tetap terbuka dan bebas dari sekret, serta mencegah aspirasi.
4. Kolaborasi dengan Ahli Gizi: Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi bayi prematur, serta memantau respons terhadap intervensi nutrisi.
5. Edukasi Orang Tua: Memberikan edukasi dan dukungan kepada orang tua mengenai manajemen menelan dan kebutuhan nutrisi bayi prematur.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Ketidakefektifan Menelan" sangat sesuai untuk kondisi bayi prematur dengan reflek menghisap yang belum ada. Pada bayi prematur, fungsi menelan yang belum matang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengkoordinasikan proses menelan, sehingga berisiko mengalami aspirasi, kekurangan nutrisi, dan dehidrasi. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang ditujukan untuk memantau, mengatur, dan mengoptimalkan kemampuan menelan bayi menjadi sangat penting.
Luaran yang diharapkan, yaitu "Kemampuan Menelan Teratasi", menggambarkan kondisi ideal di mana bayi dapat menelan makanan secara efektif, tidak terjadi aspirasi, dan terpenuhi kebutuhan nutrisi serta cairan. Indikator keberhasilan dapat diukur melalui kriteria hasil seperti asupan nutrisi yang adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi atau dehidrasi, serta tidak ditemukan tanda-tanda aspirasi.
Intervensi keperawatan yang komprehensif, meliputi monitoring nutrisi, manajemen menelan, manajemen jalan napas, kolaborasi dengan ahli gizi, serta edukasi orang tua, bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Melalui intervensi-intervensi ini, diharapkan bayi prematur dapat memperoleh asuhan keperawatan yang optimal dalam mengatasi masalah ketidakefektifan menelan, sehingga dapat mencapai kemampuan menelan yang efektif dan terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan cairan. -
Article No. 18203 | 03 Jun 2025
Klinis : Reflek menghisap asi belum ada Bayi prematur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "Reflek menghisap ASI belum ada" pada bayi prematur adalah "Ketidakefektifan Menyusu" (SDKI, 2017). Diagnosa ini menggambarkan ketidakmampuan bayi untuk menyusu secara efektif akibat imaturitas sistem neurologis dan perkembangan otot-otot oral yang belum sempurna pada bayi prematur.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bayi akan menunjukkan refleks menghisap yang efektif dalam waktu 3-5 hari setelah intervensi keperawatan.
2. Bayi akan mencapai pola menyusu yang teratur dalam waktu 1 minggu setelah intervensi keperawatan.
3. Berat badan bayi akan meningkat sesuai dengan kurva pertumbuhan normal dalam waktu 2 minggu setelah intervensi keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemberian makan melalui selang nasogastrik atau orogastrik:
- Tujuan: Memastikan asupan nutrisi yang adekuat pada bayi prematur yang belum mampu menyusu secara efektif.
- Aktivitas: Memasang selang nasogastrik atau orogastrik, memantau volume dan kecepatan pemberian makan, serta melakukan pencatatan.
2. Stimulasi refleks menghisap:
- Tujuan: Meningkatkan kesiapan bayi untuk menyusu secara efektif.
- Aktivitas: Memberikan stimulasi taktil pada daerah perioral, menyentuh lidah dan langit-langit mulut bayi, serta memposisikan bayi dalam posisi semi-fowler saat pemberian makan.
3. Edukasi dan dukungan pada orang tua:
- Tujuan: Mempersiapkan orang tua untuk dapat menyusui bayi secara efektif setelah refleks menghisap berkembang.
- Aktivitas: Memberikan edukasi tentang teknik menyusui yang benar, memfasilitasi kontak kulit-ke-kulit antara bayi dan orang tua, serta memberikan dukungan emosional pada orang tua.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan bayi prematur dapat mencapai pola menyusu yang efektif dan memperoleh nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan dan perkembangannya. -
Article No. 18204 | 03 Jun 2025
Klinis : Subgaleal Hematoma
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang [dokter/perekam medik] dalam merespons permintaan Anda, berikut adalah informasi yang dapat saya berikan terkait kondisi Subgaleal Hematoma:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S00.03
- Deskripsi: Subgaleal hematoma, akibat cedera kepala traumatis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 02.11
- Deskripsi: Drainase subgaleal hematoma
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 S00.03 menggambarkan kondisi subgaleal hematoma, yang merupakan kumpulan darah di bawah aponeurosis (kulit kepala). Kondisi ini umumnya terjadi akibat cedera kepala traumatis, seperti benturan atau pukulan di kepala.
2. Jika diperlukan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah drainase subgaleal hematoma, yang memiliki kode ICD-9-CM 02.11. Prosedur ini bertujuan untuk mengeluarkan darah yang terkumpul di bawah kulit kepala dan mengurangi tekanan pada jaringan sekitarnya.
Kode-kode ini dapat digunakan untuk pencatatan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan dalam menangani kondisi subgaleal hematoma pada pasien. -
Article No. 18205 | 03 Jun 2025
Klinis : Nyeri Akut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang profesional kesehatan, saya akan memberikan informasi mengenai kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang terkait dengan kondisi "Nyeri Akut" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk "Nyeri Akut". Manajemen nyeri akut biasanya melibatkan pemberian analgesik, terapi fisik, intervensi non-farmakologis, dan penanganan penyebab yang mendasarinya.
"Nyeri Akut" merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti cedera, penyakit, atau prosedur medis. Kode ICD-10 R52 digunakan untuk mengkodekan nyeri yang tidak terspesifikasi, termasuk nyeri akut. Manajemen nyeri akut umumnya bertujuan untuk mengelola dan menghilangkan rasa sakit, serta mengatasi penyebab yang mendasarinya. Pendekatan penanganan dapat mencakup pemberian obat-obatan analgesik, terapi fisik, intervensi non-farmakologis, seperti kompres dingin/hangat, stimulasi saraf transkutaneus (TENS), dan teknik relaksasi. Selain itu, identifikasi dan penanganan penyebab yang mendasari juga merupakan bagian penting dalam manajemen nyeri akut. -
Article No. 18206 | 03 Jun 2025
Klinis : nyari post operasi hernia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu nyeri post operasi hernia, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52.1
- Deskripsi: Nyeri kronis pascaoperasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 53.00-53.17
- Deskripsi: Reparasi hernia inguinal, femoralis, umbilikus, atau laparoskopik, yang mencakup berbagai teknik operasi untuk mengoreksi defek pada dinding abdomen yang menyebabkan hernia.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R52.1 (Nyeri kronis pascaoperasi) digunakan untuk mengkodekan keluhan nyeri yang muncul setelah prosedur operasi, dalam hal ini operasi hernia. Nyeri pascaoperasi dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama dan menjadi kronis, sehingga perlu penanganan yang tepat.
2. Kode ICD-9-CM 53.00-53.17 mencakup berbagai prosedur reparasi hernia, termasuk hernia inguinal, femoralis, umbilikus, atau dengan pendekatan laparoskopik. Pemilihan kode yang spesifik bergantung pada lokasi hernia dan teknik operasi yang dilakukan.
Sebagai dokter atau perekam medis, penting untuk memastikan dokumentasi yang lengkap dan akurat terkait kondisi pasien dan tindakan medis yang dilakukan, sehingga kode diagnosis dan prosedur dapat ditentukan dengan tepat. Hal ini berguna untuk keperluan klinis, administratif, serta pelaporan dan analisis data kesehatan. -
Article No. 18207 | 03 Jun 2025
Klinis : klien mengatakan merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara dengan tingkat pendidikan lulus sekolah dasar. klien sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak perempuan di poso. klien mempunyai toko bangunan di rumahnya. klien mengatakan menggunakan THD, awal pemakaian karena di tawari oleh karyawannya dengan tujuan pemakaian untuk hubungan seksual dengan istrinya pada bulan april. frekuensi pemakaian setiap 2 hari sekali, klien tidak memahami jenis obat yang dia konsumsi yang dia tau efek yanmg di timbulkan saat berhubungan dengan istrinya. klien di tangkap oleh polisi dari bnnk karena adanya laporan pembahasan shabu di tokonya, klien bingung dan hanya mengikuti prosedur dan akan dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh pihak bnnk. saat ini klien merasa sedih dengan kondisinya karena harus pisah dengan anak dan istrinya serta khawatir istrinya repot jika harus mengurus ketiga anaknya dan toko.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan dengan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI, serta kodenya, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketergantungan Zat
- SDKI: Ketergantungan Zat (10025)
- Definisi: Pola penggunaan zat yang menyebabkan gangguan atau distres secara signifikan dalam fungsi sosial, okupasional, atau aktivitas lainnya.
- SLKI: Terapi Penggunaan Zat (30236)
- SIKI: Manajemen Penggunaan Zat (H0202)
2. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan (10006)
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau masalah di masa depan.
- SLKI: Terapi Kecemasan (30007)
- SIKI: Manajemen Kecemasan (H0105)
3. Diagnosa Keperawatan: Berduka
- SDKI: Berduka (10003)
- Definisi: Reaksi emosional dan fisik terhadap kehilangan yang signifikan.
- SLKI: Terapi Berduka (30005)
- SIKI: Dukungan Berduka (H0102)
Dalam kondisi ini, klien menghadapi beberapa tantangan, yaitu ketergantungan zat, kecemasan akibat kondisi hukum yang sedang dihadapi, serta duka atas perpisahan dengan keluarga. Perawat perlu memberikan intervensi yang komprehensif untuk membantu klien mengatasi masalah-masalah tersebut, seperti terapi penggunaan zat, manajemen kecemasan, dan dukungan berduka. -
Article No. 18208 | 03 Jun 2025
Klinis : klien mengatakan merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara dengan tingkat pendidikan lulus sekolah dasar. klien sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak perempuan di poso. klien mempunyai toko bangunan di rumahnya. klien mengatakan menggunakan Trihexyphenidyl, awal pemakaian karena di tawari oleh karyawannya dengan tujuan pemakaian untuk hubungan seksual dengan istrinya pada bulan april. frekuensi pemakaian setiap 2 hari sekali, klien tidak memahami jenis obat yang dia konsumsi yang dia tau efek yanmg di timbulkan saat berhubungan dengan istrinya. klien di tangkap oleh polisi dari bnnk karena adanya laporan pembahasan shabu di tokonya, klien bingung dan hanya mengikuti prosedur dan akan dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh pihak bnnk. saat ini klien merasa sedih dengan kondisinya karena harus pisah dengan anak dan istrinya serta khawatir istrinya repot jika harus mengurus ketiga anaknya dan toko.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penyalahgunaan Zat (Kode: 00038)
Definisi: Pola penggunaan zat yang menyebabkan gangguan atau distres signifikan secara klinis.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketergantungan Zat (Kode: 10001)
Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan pola penggunaan zat yang menyebabkan gangguan atau distres signifikan secara klinis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Penggunaan Zat (Kode: 10001)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan penggunaan zat secara tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Penggunaan Zat (Kode: 10001)
Definisi: Serangkaian kegiatan untuk membantu individu mengendalikan penggunaan zat secara tepat.
Penjelasan Singkat:
Klien menunjukkan pola penggunaan Trihexyphenidyl yang tidak sesuai dengan tujuan pengobatan, yaitu untuk meningkatkan hubungan seksual dengan istrinya. Klien tidak memahami jenis obat yang dikonsumsi dan efek yang ditimbulkan. Selain itu, klien juga terlibat dalam dugaan penyalahgunaan narkoba di tempat usahanya. Kondisi ini menunjukkan adanya penyalahgunaan zat yang memerlukan intervensi keperawatan untuk membantu klien mengendalikan penggunaan zat secara tepat. -
Article No. 18209 | 03 Jun 2025
Klinis : klien mengatakan merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara dengan tingkat pendidikan lulus sekolah dasar. klien sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak perempuan di poso. klien mempunyai toko bangunan di rumahnya. klien mengatakan menggunakan Trihexyphenidyl, awal pemakaian karena di tawari oleh karyawannya dengan tujuan pemakaian untuk hubungan seksual dengan istrinya pada bulan april. frekuensi pemakaian setiap 2 hari sekali, klien tidak memahami jenis obat yang dia konsumsi yang dia tau efek yanmg di timbulkan saat berhubungan dengan istrinya. klien di tangkap oleh polisi dari bnnk karena adanya laporan pembahasan shabu di tokonya, klien bingung dan hanya mengikuti prosedur dan akan dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh pihak bnnk. saat ini klien merasa sedih dengan kondisinya karena harus pisah dengan anak dan istrinya serta khawatir istrinya repot jika harus mengurus ketiga anaknya dan toko.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Ansietas (SDKI: 00007)** terkait ketidakpastian situasi hukum dan perpisahan dengan keluarga, dimanifestasikan oleh perasaan sedih dan kekhawatiran terhadap kondisi keluarga.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) – Kode 00007: Ansietas**
- **Definisi:** Perasaan tidak nyaman atau ketakutan akibat antisipasi terhadap ancaman yang sumbernya tidak spesifik.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Ketidakpastian situasi (proses hukum, pemeriksaan BNNK).
- Perpisahan dengan keluarga.
- Kekhawatiran terhadap tanggung jawab keluarga (istri dan anak).
- **Manifestasi:** Klien melaporkan perasaan sedih, khawatir, dan kebingungan.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – Kode 1401: Tingkat Ansietas**
- **Indikator yang Diharapkan:**
- Klien mampu mengidentifikasi penyebab ansietas (SK: 140101).
- Klien melaporkan penurunan perasaan cemas (SK: 140102).
- Klien menunjukkan strategi koping adaptif (SK: 140104).
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) – Kode 5230: Manajemen Ansietas**
- **Intervensi Utama:**
- Berikan dukungan emosional dan pendekatan terapeutik (IK: 523001).
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, grounding) (IK: 523004).
- Kolaborasi dengan tim kesehatan mental jika diperlukan (IK: 523006).
**Diagnosa Tambahan:**
**Defisit Pengetahuan (SDKI: 00126)** terkait penggunaan obat Trihexyphenidyl dan risiko penyalahgunaan zat, dimanifestasikan oleh ketidaktahuan klien tentang jenis obat dan efek sampingnya.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI – Kode 00126: Defisit Pengetahuan**
- **Definisi:** Ketidakcukupan informasi kognitif terkait topik spesifik.
- **Faktor yang Berhubungan:**
- Kurangnya edukasi tentang obat dan efek samping.
- Penggunaan obat tanpa indikasi medis.
- **Manifestasi:** Klien tidak memahami jenis obat yang dikonsumsi dan hanya mengetahui efek sementara pada hubungan seksual.
2. **SLKI – Kode 1803: Pengetahuan tentang Pengobatan**
- **Indikator yang Diharapkan:**
- Klien menyebutkan jenis obat dan efek sampingnya (SK: 180301).
- Klien memahami risiko penyalahgunaan zat (SK: 180302).
3. **SIKI – Kode 5516: Edukasi Kesehatan**
- **Intervensi Utama:**
- Berikan informasi tentang Trihexyphenidyl (indikasi, efek samping, bahaya penyalahgunaan) (IK: 551601).
- Diskusikan alternatif perilaku sehat dalam hubungan suami-istri (IK: 551603).
**Rekomendasi:**
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan jiwa untuk penanganan ansietas dan edukasi obat.
- Dukungan keluarga (jika memungkinkan) untuk mengurangi beban psikologis klien.
*(Sumber: Buku SDKI, SLKI, SIKI Edisi 4 – PPNI, 2020)*