Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16311 | 27 Apr 2025
Klinis : penurunan curah jantung b.d perubahan afterload decompensasi cordis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload decompensasi cordis:
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Curah Jantung (00029)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan Curah Jantung (00029)
Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Perfusi Jaringan Perifer (1005)
Definisi: Kecukupan aliran darah ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Perfusi Jantung (6540)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat.
Kode:
SDKI: 00029
SLKI: 1005
SIKI: 6540
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Penurunan Curah Jantung" menggambarkan kondisi ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan afterload akibat decompensasi cordis.
Luaran keperawatan yang diharapkan adalah "Perfusi Jaringan Perifer" yang menggambarkan kecukupan aliran darah ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Perfusi Jantung" yang bertujuan untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat. -
Article No. 16312 | 27 Apr 2025
Klinis : sesak nafas, lemas , oedema pada decompensasi jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan hormat saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi sesak nafas, lemas, dan edema akibat decompensasi jantung.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
3. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi: Kelebihan cairan isotonik yang disimpan dalam kompartemen intraselular dan/atau ekstraselular.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Kode: 00031
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
3. Kelebihan Volume Cairan (00026)
Kode: 00026
Definisi: Kelebihan cairan isotonik yang disimpan dalam kompartemen intraselular dan/atau ekstraselular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bersihan Jalan Napas (0410)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bebas dari sumbatan.
2. Toleransi Aktivitas (0005)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa menimbulkan gejala yang tidak diinginkan.
3. Keseimbangan Cairan (0601)
Definisi: Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
Definisi: Memfasilitasi pembersihan dan menjaga jalan napas yang terbuka.
2. Manajemen Aktivitas (0200)
Definisi: Membantu klien untuk merencanakan, melakukan, dan mempertahankan aktivitas fisik.
3. Manajemen Cairan (4120)
Definisi: Memantau dan mengatur keseimbangan cairan untuk mencegah atau mengatasi defisit atau kelebihan cairan.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami sesak napas, lemas, dan edema akibat decompensasi jantung. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, dan Kelebihan Volume Cairan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen Jalan Napas, Manajemen Aktivitas, dan Manajemen Cairan. -
Article No. 16313 | 27 Apr 2025
Klinis : sesak nafas, lemas , oedema pada decompensasi jantung
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi decompensasi jantung dengan gejala sesak nafas, lemas, dan edema:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Karakteristik Definisi: Sesak napas, irama napas tidak teratur, penggunaan otot bantu napas, dan dispnea.
b. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Karakteristik Definisi: Lemas, kelelahan, dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
c. Kelebihan Volume Cairan (00026)
- Definisi: Akumulasi cairan yang berlebihan dalam ruang interstisial dan/atau rongga tubuh.
- Karakteristik Definisi: Edema pada ekstremitas bawah, ascites, dan peningkatan berat badan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan bernapas yang memenuhi kebutuhan ventilasi.
- Kriteria Hasil:
1) Frekuensi napas dalam rentang normal.
2) Irama napas teratur.
3) Tidak terdapat dispnea.
4) Penggunaan otot bantu napas minimal.
b. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kriteria Hasil:
1) Melakukan aktivitas harian tanpa kelelahan yang berlebihan.
2) Mampu menyelesaikan aktivitas tanpa dibantu.
3) Tidak mengalami sesak napas saat beraktivitas.
c. Volume Cairan Terkendali
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang diperlukan oleh tubuh.
- Kriteria Hasil:
1) Tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah.
2) Berat badan stabil.
3) Tidak terdapat tanda-tanda kelebihan cairan, seperti ascites.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Pola Napas Tidak Efektif:
- Manajemen Jalan Napas
- Mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
- Memantau karakteristik napas.
- Mengajarkan teknik pernapasan yang efektif.
- Manajemen Oksigenasi
- Memantau status oksigenasi.
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Mengajarkan teknik batuk efektif.
b. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Energi
- Mengidentifikasi penyebab intoleransi aktivitas.
- Mengatur periode istirahat dan aktivitas.
- Mengajarkan teknik konservasi energi.
- Peningkatan Aktivitas
- Meningkatkan aktivitas secara bertahap.
- Memberikan bantuan dalam melakukan aktivitas.
- Memantau tanda-tanda intoleransi aktivitas.
c. Kelebihan Volume Cairan:
- Manajemen Cairan
- Memantau asupan dan output cairan.
- Memberikan intervensi untuk mengurangi retensi cairan.
- Mengajarkan strategi untuk mengendalikan asupan cairan.
- Pemantauan Tanda Vital
- Memantau tanda-tanda kelebihan cairan, seperti edema dan peningkatan berat badan.
- Mengkaji perubahan tanda vital yang terkait dengan kelebihan cairan.
- Mengkaji efektivitas intervensi yang dilakukan.
Kesimpulan, asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur diperlukan untuk mengatasi kondisi decompensasi jantung dengan gejala sesak napas, lemas, dan edema. Diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diberikan harus saling terkait dan bertujuan untuk memperbaiki pola napas, meningkatkan toleransi aktivitas, dan mengendalikan volume cairan. Hal ini akan membantu pasien mencapai kondisi yang optimal dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 16314 | 27 Apr 2025
Klinis : penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi penurunan curah jantung akibat perubahan afterload adalah "Penurunan Curah Jantung". Diagnosa ini menggambarkan kondisi klien yang mengalami penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung dalam satu menit, yang disebabkan oleh perubahan afterload atau resistensi pembuluh darah perifer.
Penurunan curah jantung dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah perubahan afterload. Afterload merupakan beban yang harus dilawan oleh jantung saat memompa darah ke seluruh tubuh. Perubahan afterload, baik peningkatan maupun penurunan, dapat menyebabkan penurunan curah jantung. Dalam kasus ini, adanya perubahan afterload menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga curah jantung menurun.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah pemberian asuhan keperawatan, luaran/output yang diharapkan adalah:
a. Peningkatan curah jantung
Curah jantung merupakan volume darah yang dipompa oleh jantung dalam satu menit. Luaran yang diharapkan adalah peningkatan curah jantung sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di seluruh tubuh.
b. Stabilisasi tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh diharapkan dapat distabilkan sesuai dengan rentang normal, seiring dengan peningkatan curah jantung.
c. Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung
Luaran yang diharapkan adalah tidak ditemukan tanda-tanda kegagalan jantung, seperti edema, dispnea, ortopnea, dan lainnya.
d. Peningkatan aktivitas sehari-hari
Dengan peningkatan curah jantung, diharapkan klien dapat meningkatkan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan adalah:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
Pemantauan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh secara berkala sangat penting untuk mengevaluasi kondisi klien dan efektivitas intervensi.
b. Manajemen cairan dan elektrolit
Pemberian cairan dan elektrolit yang adekuat dapat membantu meningkatkan volume darah dan perfusi jaringan, sehingga dapat meningkatkan curah jantung.
c. Pemberian terapi oksigen
Pemberian oksigen dapat membantu meningkatkan oksigenasi jaringan, sehingga mengurangi beban kerja jantung.
d. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraktilitas jantung, menurunkan afterload, atau memperbaiki fungsi jantung lainnya, sesuai dengan kondisi klien.
e. Edukasi dan konseling
Edukasi dan konseling kepada klien dan keluarga mengenai kondisi, prognosis, dan gaya hidup yang harus diubah untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan.
f. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
Kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, fisioterapis, dan tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam penanganan klien, untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus penurunan curah jantung akibat perubahan afterload. Jangan ragu untuk bertanya jika ada hal yang kurang jelas. -
Article No. 16315 | 27 Apr 2025
Klinis : penurunan curah jantung b.d perubahan afterload slki siki
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi penurunan curah jantung yang disebabkan oleh perubahan afterload:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi penurunan curah jantung yang disebabkan oleh perubahan afterload adalah:
a. Penurunan Curah Jantung (SDKI: 2021)
Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Penyebab: Perubahan afterload, yaitu peningkatan tahanan pembuluh darah perifer yang menyebabkan hambatan aliran darah dari ventrikel ke aorta.
2. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
a. Perfusi Jaringan Efektif (SLKI: 2019)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat ke jaringan tubuh.
Kriteria hasil:
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal
2) Perubahan warna kulit, suhu, dan turgor kulit yang normal
3) Tidak ada tanda-tanda hipovolemia atau hipervolemia
4) Tidak ada tanda-tanda gangguan perfusi jaringan
b. Stabilitas Hemodinamik (SLKI: 2019)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
Kriteria hasil:
1) Irama jantung reguler
2) Tekanan darah dalam batas normal
3) Oksigenasi jaringan yang adekuat
4) Tidak ada tanda-tanda gagal jantung
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan:
a. Manajemen Sirkulasi (SIKI: 2018)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi kardiovaskular.
Aktivitas:
1) Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2) Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi afterload (mis. stres, nyeri, demam)
3) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatur pengobatan yang dapat memengaruhi afterload, seperti vasodilator atau diuretik
4) Berikan posisi berbaring atau semifowler untuk meningkatkan preload
5) Pantau masukan dan pengeluaran cairan serta berat badan
b. Manajemen Hemodinamik (SIKI: 2018)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi kardiovaskular.
Aktivitas:
1) Monitor tanda-tanda vital secara berkala
2) Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi afterload (mis. stres, nyeri, demam)
3) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatur pengobatan yang dapat memengaruhi afterload, seperti vasodilator atau diuretik
4) Lakukan pengkajian fungsi jantung (mis. EKG, ekokardiografi)
5) Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan
Demikian penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi penurunan curah jantung yang disebabkan oleh perubahan afterload. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 16316 | 27 Apr 2025
Klinis : manajemen himodinamik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi manajemen hemodinamik.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi manajemen hemodinamik adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer". Kondisi ini ditandai dengan penurunan atau peningkatan aliran darah ke jaringan perifer, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan tekanan darah, penurunan curah jantung, atau gangguan kontrol vasomotor. Pasien dengan kondisi manajemen hemodinamik berisiko mengalami penurunan perfusi jaringan, yang dapat berdampak pada fungsi organ dan status kesehatan secara keseluruhan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh, dalam batas normal.
2. Perfusi Jaringan Adekuat: Pasien menunjukkan peningkatan aliran darah ke jaringan perifer, yang ditandai dengan peningkatan suhu ekstremitas, pengisian kapiler yang normal, dan warna kulit yang sehat.
3. Tidak Terjadi Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi yang terkait dengan gangguan hemodinamik, seperti gagal jantung, syok, atau kerusakan organ.
4. Pemahaman Pasien: Pasien dan keluarga memahami pentingnya pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan, dan perawatan yang tepat untuk mencapai stabilitas hemodinamik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur, termasuk tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh.
- Pantau saturasi oksigen dan isyarat perfusi perifer, seperti warna kulit, pengisian kapiler, dan suhu ekstremitas.
- Lakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda-tanda gangguan perfusi jaringan.
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Pertahankan keseimbangan cairan yang adekuat melalui pemberian cairan intravena atau pembatasan asupan cairan, sesuai dengan kondisi pasien.
- Monitor asupan dan pengeluaran cairan, serta elektrolit serum untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Pertimbangkan pemberian diuretik atau vasoaktif obat-obatan, jika diperlukan, untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik.
3. Optimalisasi Fungsi Kardiovaskular
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk menentukan intervensi yang tepat, seperti pemberian obat-obatan atau tindakan medis, untuk memperbaiki fungsi kardiovaskular.
- Lakukan pemantauan ketat terhadap efek pengobatan dan respons pasien.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan untuk mencapai stabilitas hemodinamik.
4. Manajemen Risiko Komplikasi
- Identifikasi faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi hemodinamik, seperti perubahan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi, dan lakukan intervensi pencegahan yang sesuai.
- Pantau tanda-tanda awal komplikasi dan lakukan tindakan keperawatan yang tepat untuk mencegah atau mengatasi komplikasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengelola komplikasi yang mungkin terjadi.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, perawat dapat membantu pasien dengan kondisi manajemen hemodinamik untuk mencapai stabilitas hemodinamik, perfusi jaringan yang adekuat, dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 16317 | 27 Apr 2025
Klinis : Seorang pria berusia 58 tahun dengan riwayat merokok seratus pak selama setahun, riwayat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Sekitar dua tahun yang lalu lidah pasien sudah mulai nampak ada warna merah dan hitam namun tidak segera mencari pertolongan medis. Ia terus merokok. Sekitar enam bulan yang lalu pasien berobat setelah muncul tanda dan gejala seperti berikut ini: Perasaan bahwa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan. Kesulitan mengunyah atau menelan. Kesulitan menggerakkan lidah. Kesulitan mengartikulasikan kata lidah Mati rasa. Hasil pemeriksaan menunjukkan karsinoma skuamosa oral dari dua pertiga anterior lidah dan lantai mulut yang telah menyebar ke kelenjar getah bening servikal. Ia diobati dengan reseksi bedah pada lidah reseksi luas tulang dan jaringan lunak. Keganasan tumbuh: Keganasan berkembang dengan cepat meskipun pengobatan telah didapatkan dan menghasilkan nekrosis jaringan luas yang mengakibatkan gejala tambahan. Komunikasi sudah tidak dapat dipahami dengan baik. Kehilangan gigi secara ekstensif disertai dengan rusaknya lidah sehingga sangat sulit untuk menelan Cacat wajah yang parah Nyeri ulkus non-nekrotik yang tinggi. Sakit wajah. Pengoabatan yang diberikan: Metadon (50 mg tiga kali sehari), morfin sulfat (50 mg setiap empat jam,) untuk nyeri haloperidol (0,5 mg setiap enam jam) untuk mual dan muntah lorazepam (0,5 mg setiap empat jam) untuk kegelisahan Kondisi pasien semakin parah sehinga mendapatkan terapi tambahan konversi dari metadon oral ke infus morfin (6 mg / jam) anestesi terkontrol pasien (PCA) infus morfin sulfat 2 mg setiap 15 menit sesuai kebutuhan lorazepam (0,5 mg setiap 4 jam); gel metronidazol yang dioleskan ke jaringan ulserasi pada wajah (untuk mengendalikan infeksi lokal dan dengan demikian bau busuknya) oksigen melalui kanula hidung; dan kipas angin dengan lembut meniup wajahnya. Gejala memburuk: Pasien sangat menderita dan ini menyebabkan penderitaan yang parah bagi istri tercintanya dan anak-anak tercinta yang tidak tahan melihatnya menderita dengan cara ini. Karena rasa sakit yang tidak dapat diatasi dan refrakter terhadap semua tindakan paliatif, sedasi paliatif diajukan sebagai pendekatan manusiawi dan welas asih untuk menghilangkan penderitaannya. Setelah penjelasan prosedurnya, dia dan keluarganya dengan mudah menyetujui sedasi paliatif yang dalam dan terus-menerus. Dokumen informed consent ditandatangani dan sebuah catatan yang menjelaskan indikasi dan rencana untuk sedasi paliatif dicatat di tabel pasien bolus midazolam 4-mg kemudian diberikan, dilanjutkan dengan infus subkutan terus menerus sebesar 1.5 mg midazolam per jam. Skala Sedasi Ramsay digunakan untuk memantau kedalaman sedasi, dan dosis midazolam dititrasi ke atas untuk mempertahankan tingkat sedasi yang dalam (bolus 4 mg setiap 30-60 menit, sesuai kebutuhan, digunakan, dengan infus terus menerus meningkat. dengan 0,5 mg / jam setelah setiap bolus). Ia dibius dalam waktu 10 menit, namun setelah 30 menit ia masih terangsang dengan stimulasi verbal dan mengeluhkan rasa sakit. Jadi bolus kedua midazolam diberikan dan infusnya meningkat menjadi 2 mg / jam. Titrasi berlanjut selama beberapa jam berikutnya sampai dia sangat terbius, dengan dosis 5 mg / jam yang dibutuhkan untuk mempertahankan obat penenang dalam dan terus-menerus. Dia meninggal 4 hari kemudian
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien adalah:
1. Nyeri kronik berhubungan dengan karsinoma skuamosa oral yang menyebar ke kelenjar getah bening servikal.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan menelan.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan jaringan pada lidah dan wajah.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan nekrotik.
5. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit yang buruk dan ancaman kematian.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Kronik
- Pasien melaporkan nyeri terkontrol
- Pasien mampu menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif
- Tingkat nyeri menurun ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh pasien
2. Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi
- Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat melalui makanan yang dimodifikasi
- Berat badan pasien stabil atau meningkat
3. Komunikasi Efektif
- Pasien mampu mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya dengan menggunakan teknik komunikasi alternatif
- Keluarga mampu memahami dan berkomunikasi dengan pasien
4. Bebas Infeksi
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada jaringan nekrotik
- Tidak ada peningkatan tanda-tanda inflamasi
5. Kecemasan Terkendali
- Pasien mampu menggunakan teknik manajemen kecemasan yang efektif
- Pasien melaporkan tingkat kecemasan yang menurun
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Kronik
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai dengan resep
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi, terapi musik, dll.)
- Monitoring efektivitas intervensi manajemen nyeri
2. Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi
- Lakukan pengkajian status nutrisi pasien
- Berikan makanan yang mudah ditelan dan bernutrisi tinggi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana nutrisi yang sesuai
- Pantau asupan nutrisi dan berat badan pasien
3. Komunikasi Efektif
- Identifikasi kemampuan komunikasi pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik komunikasi alternatif (tulisan, gambar, papan komunikasi, dll.)
- Fasilitasi interaksi antara pasien dan keluarga
- Kolaborasi dengan terapis wicara untuk intervensi yang lebih spesifik
4. Bebas Infeksi
- Lakukan perawatan luka secara rutin
- Berikan antibiotik sesuai resep
- Pantau tanda-tanda infeksi pada jaringan nekrotik
- Kolaborasi dengan tim perawatan luka untuk perawatan yang optimal
5. Kecemasan Terkendali
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif
- Berikan obat anti-kecemasan sesuai resep
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan (relaksasi, visualisasi, dll.)
- Berikan dukungan emosional dan psikologis pada pasien dan keluarga
- Kolaborasi dengan konselor/psikolog untuk intervensi yang lebih spesifik
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang dirumuskan di atas sejalan dengan kondisi klinis pasien dan bertujuan untuk mengelola nyeri, memenuhi kebutuhan nutrisi, memfasilitasi komunikasi, mencegah infeksi, dan mengendalikan kecemasan. Setiap intervensi diberikan dengan mempertimbangkan pendekatan komprehensif dan kolaboratif untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 16318 | 27 Apr 2025
Klinis : Asuhan keperawatan untuk kasus Seorang laki-laki, Tn. Uj, berusia 57 tahun, datang dengan keluhan kencing berdarah dan tidak dapat buang air kecil selama kurang lebih enam bulan. Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien didiagnosis menderita karsinoma kandung kemih. Pada bulan Juni 2023, pasien menjalani operasi dengan prosedur pembuatan stoma. Jenis operasi yang dilakukan meliputi radikal sistektomi, pembuatan urostomi, serta kolostomi sementara. Dalam proses perawatan, ditemukan permasalahan bahwa pasien dan keluarganya belum memahami cara merawat stoma, terutama karena adanya dua kantong stoma yang terpasang. Selain itu, terdapat iritasi pada kulit di sekitar stoma (peristomal). Oleh karena itu, dilakukan tindakan edukasi mengenai perawatan stoma yang benar kepada pasien dan keluarganya. Hasil intervensi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan stoma secara mandiri. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran pasien dalam kondisi compos mentis (CM). Tanda-tanda vital tercatat tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi 86 kali per menit, frekuensi napas 18 kali per menit, dan suhu badan 36°C. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan stoma tipe end kolostomi dengan ukuran diameter 3 cm, tinggi 2 cm, panjang 32 cm, berwarna merah, dan mengeluarkan feses bertekstur padat. Jahitan masih terdapat pada area urostomi dengan lokasi stoma di rectus abdominis lower sinistra. Tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi seperti granuloma, prolaps, retraksi, maupun hernia peristomal. Skor SACS (Stoma Assessment and Complication Score) tercatat 2.0 dengan kategori L1 T2. Pasien menggunakan kantung kolostomi tipe one-piece, flat, cut to fit, transparan, dan drainable. Untuk urostomi, terpasang kantung urostomi tipe one-piece, flat, cut to fit, transparan, dan drainable. Masalah yang ditemukan adalah adanya komplikasi berupa iritasi kulit peristomal dan kurangnya pengetahuan pasien tentang tata cara penggantian kantong stoma.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus Tn. Uj yang mengalami karsinoma kandung kemih dengan tindakan radikal sistektomi, pembuatan urostomi, dan kolostomi sementara.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembedahan radikal sistektomi dan pembuatan stoma (SDKI: Intoleransi Aktivitas)
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau yang dibutuhkan pada tingkat yang diharapkan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit peristomal (SDKI: Kerusakan Integritas Kulit)
Kode: 00046
Definisi: Kerusakan epidermis dan/atau dermis.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan stoma (SDKI: Defisit Pengetahuan)
Kode: 00126
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan untuk berfungsi secara efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas (Kode: 00592)
2. Integritas Kulit (Kode: 00405)
3. Peningkatan Pengetahuan (Kode: 00844)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Toleransi Aktivitas:
- Terapi aktivitas (Kode: 4310)
- Manajemen energi (Kode: 0180)
- Monitoring aktivitas dan latihan (Kode: 0200)
2. Perawatan Luka:
- Perawatan luka stoma (Kode: 3660)
- Perawatan kulit (Kode: 3584)
- Manajemen iritasi kulit (Kode: 3590)
3. Edukasi Kesehatan:
- Edukasi perawatan stoma (Kode: 5618)
- Edukasi manajemen perawatan stoma (Kode: 5622)
- Peningkatan pengetahuan (Kode: 5602)
Penjelasan singkat:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembedahan radikal sistektomi dan pembuatan stoma. Pasien membutuhkan intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas, seperti terapi aktivitas, manajemen energi, dan monitoring aktivitas dan latihan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit peristomal. Pasien membutuhkan perawatan luka stoma, perawatan kulit, dan manajemen iritasi kulit untuk memperbaiki integritas kulit.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan stoma. Pasien membutuhkan edukasi perawatan stoma, manajemen perawatan stoma, dan peningkatan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dalam merawat stoma. -
Article No. 16319 | 27 Apr 2025
Klinis : Data subjektif objektif, etiologi, Implementasi dan Evaluasi sesuai 3S untuk kasus Seorang laki-laki, Tn. Uj, berusia 57 tahun, datang dengan keluhan kencing berdarah dan tidak dapat buang air kecil selama kurang lebih enam bulan. Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien didiagnosis menderita karsinoma kandung kemih. Pada bulan Juni 2023, pasien menjalani operasi dengan prosedur pembuatan stoma. Jenis operasi yang dilakukan meliputi radikal sistektomi, pembuatan urostomi, serta kolostomi sementara. Dalam proses perawatan, ditemukan permasalahan bahwa pasien dan keluarganya belum memahami cara merawat stoma, terutama karena adanya dua kantong stoma yang terpasang. Selain itu, terdapat iritasi pada kulit di sekitar stoma (peristomal). Oleh karena itu, dilakukan tindakan edukasi mengenai perawatan stoma yang benar kepada pasien dan keluarganya. Hasil intervensi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan stoma secara mandiri. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran pasien dalam kondisi compos mentis (CM). Tanda-tanda vital tercatat tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi 86 kali per menit, frekuensi napas 18 kali per menit, dan suhu badan 36°C. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan stoma tipe end kolostomi dengan ukuran diameter 3 cm, tinggi 2 cm, panjang 32 cm, berwarna merah, dan mengeluarkan feses bertekstur padat. Jahitan masih terdapat pada area urostomi dengan lokasi stoma di rectus abdominis lower sinistra. Tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi seperti granuloma, prolaps, retraksi, maupun hernia peristomal. Skor SACS (Stoma Assessment and Complication Score) tercatat 2.0 dengan kategori L1 T2. Pasien menggunakan kantung kolostomi tipe one-piece, flat, cut to fit, transparan, dan drainable. Untuk urostomi, terpasang kantung urostomi tipe one-piece, flat, cut to fit, transparan, dan drainable. Masalah yang ditemukan adalah adanya komplikasi berupa iritasi kulit peristomal dan kurangnya pengetahuan pasien tentang tata cara penggantian kantong stoma.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI untuk kasus Tn. Uj:
---
### **Diagnosa Keperawatan Utama**
**1. Gangguan Integritas Kulit (SDKI: 2.3) terkait iritasi peristomal sekunder akibat paparan urine/feses**
- **Subjektif**: Keluhan nyeri/gatal di sekitar stoma
- **Objektif**: Eritema, lecet, atau ekskoriasi kulit peristomal (Skor SACS: 2.0 kategori L1 T2)
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode: 2.3.1**: Penyembuhan luka/lesi kulit
- Kriteria:
- Kulit peristomal bebas iritasi dalam 7 hari
- Tidak ada tanda infeksi (rubor, kalor, dolor)
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode: 2.3.1.1**: Perawatan kulit peristomal
- Tindakan:
- Bersihkan area dengan larutan pH-balanced
- Aplikasikan barrier film/cream (contoh: zinc oxide)
- Evaluasi ukuran kantung stoma untuk mencegah kebocoran
---
### **2. Defisit Pengetahuan (SDKI: 5.1) terkait perawatan stoma ganda**
- **Subjektif**: Pasien/keluarga menyatakan "belum paham cara ganti kantong"
- **Objektif**: Ketidakmampuan mendemonstrasikan teknik penggantian kantung
**SLKI**
- **Kode: 5.1.2**: Peningkatan pengetahuan pasien
- Kriteria:
- Pasien mampu menjelaskan langkah perawatan stoma
- Keluarga dapat mendemonstrasikan penggantian kantung secara mandiri
**SIKI**
- **Kode: 5.1.2.1**: Edukasi perawatan stoma
- Tindakan:
- Ajarkan teknik pengukuran stoma & pemotongan flange
- Latih penggunaan kantong one-piece drainable
- Berikan booklet panduan visual
---
### **Implementasi & Evaluasi (3S)**
1. **Stimulus**
- Demonstrasi langsung perawatan stoma
- Gunakan model simulasi stoma untuk latihan
2. **Support**
- Libatkan perawat stomaterapi
- Berikan kontak darurat jika terjadi kebocoran
3. **Feedback**
- Evaluasi kemampuan pasien melalui *return demonstration*
- Pantau kepatuhan penggunaan alat (frekuensi penggantian kantung)
---
### **Catatan Akademis**
- **Patofisiologi**: Iritasi peristomal terjadi akibat enzim proteolitik dalam urine/feses yang merusak *stratum corneum* (Ratliff, 2015).
- **Evidence-Based Practice**: Edukasi terstruktur meningkatkan kemandirian pasien ostomi (Cheng et al., 2020).
Format ini memenuhi standar dokumentasi PPNI dengan pendekatan holistik (biopsikososial). Kode SDKI/SLKI/SIKI mengacu pada *Nursing Standards* edisi 2021. -
Article No. 16320 | 27 Apr 2025
Klinis : Implementasi dan Evaluasi sesuai 3S untuk kasus Seorang laki-laki, Tn. Uj, berusia 57 tahun, datang dengan keluhan kencing berdarah dan tidak dapat buang air kecil selama kurang lebih enam bulan. Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien didiagnosis menderita karsinoma kandung kemih. Pada bulan Juni 2023, pasien menjalani operasi dengan prosedur pembuatan stoma. Jenis operasi yang dilakukan meliputi radikal sistektomi, pembuatan urostomi, serta kolostomi sementara. Dalam proses perawatan, ditemukan permasalahan bahwa pasien dan keluarganya belum memahami cara merawat stoma, terutama karena adanya dua kantong stoma yang terpasang. Selain itu, terdapat iritasi pada kulit di sekitar stoma (peristomal). Oleh karena itu, dilakukan tindakan edukasi mengenai perawatan stoma yang benar kepada pasien dan keluarganya. Hasil intervensi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan stoma secara mandiri. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran pasien dalam kondisi compos mentis (CM). Tanda-tanda vital tercatat tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi 86 kali per menit, frekuensi napas 18 kali per menit, dan suhu badan 36°C. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan stoma tipe end kolostomi dengan ukuran diameter 3 cm, tinggi 2 cm, panjang 32 cm, berwarna merah, dan mengeluarkan feses bertekstur padat. Jahitan masih terdapat pada area urostomi dengan lokasi stoma di rectus abdominis lower sinistra. Tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi seperti granuloma, prolaps, retraksi, maupun hernia peristomal. Skor SACS (Stoma Assessment and Complication Score) tercatat 2.0 dengan kategori L1 T2. Pasien menggunakan kantung kolostomi tipe one-piece, flat, cut to fit, transparan, dan drainable. Untuk urostomi, terpasang kantung urostomi tipe one-piece, flat, cut to fit, transparan, dan drainable. Masalah yang ditemukan adalah adanya komplikasi berupa iritasi kulit peristomal dan kurangnya pengetahuan pasien tentang tata cara penggantian kantong stoma.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus Tn. Uj berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Integritas Kulit (SDKI Code: 00226)**
**Definisi:**
Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal, termasuk iritasi kulit peristomal.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Paparan feses/urin pada kulit peristomal akibat kebocoran kantong stoma.
- Kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit sekitar stoma.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Penyembuhan Luka (SLKI Code: 1403)**
**Indikator:**
- Kulit sekitar stoma bebas dari eritema (L1).
- Tidak ada tanda infeksi (L2).
- Pasien mampu mendemonstrasikan perawatan kulit peristomal (L3).
**Skala Pengukuran:**
- **1 (Buruk)** → Iritasi berat dengan ulserasi.
- **2 (Cukup)** → Eritema sedang.
- **3 (Baik)** → Kulit utuh, minimal eritema.
- **4 (Sangat Baik)** → Kulit sehat tanpa iritasi.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Edukasi Perawatan Stoma (SIKI Code: 5616)**
**Tindakan:**
- Ajarkan teknik pembersihan kulit peristomal dengan larutan pH-balanced.
- Demonstrasikan penggantian kantong stoma dengan teknik aseptik.
- Anjurkan penggunaan barrier film/protektif untuk mencegah iritasi.
**Monitoring:**
- Evaluasi kondisi kulit setiap penggantian kantong.
- Pantau tanda infeksi (nyeri, bengkak, pus).
---
### **4. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Kurang Pengetahuan (SDKI Code: 00126)**
**Definisi:**
Ketidakmampuan pasien/keluarga mengidentifikasi atau menerapkan informasi terkait perawatan stoma.
**Luaran (SLKI Code: 1402):** **Pengetahuan Perawatan Kesehatan**
- Pasien menyebutkan langkah perawatan stoma (L1).
- Pasien mendemonstrasikan penggantian kantong secara mandiri (L2).
**Intervensi (SIKI Code: 5520):** **Edukasi Kesehatan**
- Gunakan media visual (video/brosur) untuk menjelaskan perawatan stoma.
- Lakukan role-play penggantian kantong.
---
### **Evaluasi 3S (Sistemik, Simpel, Simetris):**
1. **Sistemik:**
- Pastikan intervensi mencakup aspek fisik (iritasi kulit) dan psikososial (kecemasan pasien).
2. **Simpel:**
- Gunakan bahasa sederhana dalam edukasi dan bagi prosedur menjadi langkah kecil.
3. **Simetris:**
- Libatkan keluarga dalam setiap sesi edukasi untuk konsistensi perawatan di rumah.
---
### **Catatan Akademis:**
- **Kode SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada *Panduan PPNI Edisi Terkini*.
- **Skor SACS 2.0 (L1T2)** menunjukkan risiko komplikasi rendah, tetapi memerlukan monitoring ketat.
- **Kolaborasi dengan tim nutrisi** untuk manajemen konsistensi feses guna mengurangi iritasi.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis dan klinis.