Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21716 | 18 Sep 2025
Klinis : Ny. A mengeluh selera makan menurun, nyeri saat mengunyah, gigi seri depan atas tanggal 2, gigi geraham kiri bawah berlubang, gigi geraham kanan tanggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. A, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\textb Diagnosa Keperawatan:\par
\textb Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan ketidaknyamanan oral dan gangguan fungsi pengunyahan (Kode: B.3.1.1)\par
\par
\textb Penjelasan Singkat:\par
\par
\textb 1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):\par
Kode: B.3.1.1\par
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.\par
Faktor yang Berhubungan: Ketidaknyamanan oral (nyeri saat mengunyah, gigi berlubang) dan gangguan fungsi pengunyahan (kehilangan gigi).\par
\par
\textb 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\par
Kode: B.3.1.1.1 - Status Nutrisi membaik\par
Indikator:\par
- Asupan nutrisi oral meningkat\par
- Berat badan stabil atau meningkat sesuai target\par
- Nilai laboratorium terkait nutrisi dalam batas normal\par
\par
\textb 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\par
Kode: B.3.1.1.1 - Manajemen Nutrisi\par
Aktivitas:\par
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi\par
- Anjurkan diet dengan tekstur lunak atau cair\par
- Monitor asupan dan output nutrisi\par
- Berikan edukasi perawatan oral dan pentingnya nutrisi\par
\par
Kode: B.2.1.1.1 - Manajemen Nyeri\par
Aktivitas:\par
- Assess karakteristik dan intensitas nyeri\par
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi\par
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi\par
\par
Kode: B.1.1.1.1 - Edukasi Kesehatan\par
Aktivitas:\par
- Berikan informasi tentang perawatan gigi dan mulut\par
- Ajarkan teknik hygiene oral yang tepat\par
- Anjurkan kontrol rutin ke dokter gigi\par
\par
\textb Rekomendasi:\par
Perlu rujuk ke dokter gigi untuk penanganan masalah gigi (tambal gigi, gigi palsu) guna mengatasi penyebab utama gangguan nutrisi.\par
} -
Article No. 21717 | 18 Sep 2025
Klinis : Ny. A LANSIA mengeluh selera makan menurun, nyeri saat mengunyah, gigi seri depan atas tanggal 2, gigi geraham kiri bawah berlubang, gigi geraham kanan tanggal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Ny. A, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI:\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002) berhubungan dengan penurunan selera makan dan gangguan integritas gigi (nyeri saat mengunyah, gigi tanggal, dan gigi berlubang).\par
\par
\b PENJELASAN SDKI, SLKI, DAN SIKI:\b0\par
\par
\b 1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) - Kode: 00002\b0\par
\i Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh\i0\par
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.\par
Karakteristik utama: Penurunan berat badan, asupan makanan kurang dari kebutuhan harian, laporan asupan tidak adekuat, kelemahan otot pengunyah, dan masalah oral (misalnya nyeri, gigi tanggal, atau karies).\par
\par
\b 2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) - Kode: 1403\b0\par
\i Status Nutrisi\i0\par
Definisi: Kecukupan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.\par
Indikator yang dapat dimonitor:\par
- Asupan makanan dan cairan (140301)\par
- Berat badan (140302)\par
- Nilai laboratorium terkait nutrisi (140306)\par
- Kesehatan gigi dan mulut (140312)\par
\par
\b 3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) - Kode: 1120\b0\par
\i Manajemen Nutrisi\i0\par
Definisi: Memfasilitasi asupan nutrisi yang seimbang.\par
Aktivitas keperawatan yang dapat dilakukan:\par
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi (112004)\par
- Monitor asupan makanan dan cairan (112008)\par
- Anjurkan makanan dengan tekstur yang sesuai (lunak, cair) (112014)\par
- Kolaborasi dengan dokter atau dokter gigi untuk penanganan masalah gigi dan mulut (112020)\par
- Ajarkan teknik oral hygiene (112022)\par
\par
\b RINGKASAN:\b0\par
Masalah utama adalah gangguan nutrisi akibat masalah gigi dan mulut. Tujuannya adalah meningkatkan status nutrisi melalui intervensi manajemen nutrisi dan kolaborasi penanganan masalah oral.\par
} -
Article No. 21706 | 17 Sep 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \par
\pard\plain\ql\fi0\li0\ri0\sb0\sa0\itap0 \fs24\kerning2\f0\cf0 \outl0\strokewidth0 \strokec2 \uc0\u8232 \u8232 \b Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah analisis diagnosa keperawatan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan dugaan tuberkulosis paru:\b0 \line \line \b 1. Diagnosa Keperawatan Utama:\b0 \line \b \u1600 SDKI: B.1.1.1.1 - Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif\b0 \line \b \u1600 Definisi:\b0 Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan patensi jalan napas. \line \b \u1600 Faktor yang Berhubungan:\b0 \'b7 Peningkatan produksi sputum (dahak) yang kental dan purulen akibat infeksi \i Mycobacterium tuberculosis\i0 \'b7 Gangguan mekanisme pertahanan jalan napas (miselium silia) \'b7 Kelemahan otot pernapasan sekunder akibat kelelahan dan malnutrisi \line \b 2. Kriteria Hasil (SLKI):\b0 \line \b \u1600 SLKI: B.0101 - Status Pernapasan: Ventilasi\b0 \line \b \u1600 Indikator yang Diharapkan:\b0 \'b7 (B.010101) Frekuensi pernapasan dalam rentang normal \'b7 (B.010104) Irama pernapasan reguler \'b7 (B.010107) Tidak terdapat suara napas adventisius (mengi, ronki) atau suara napas adventisius berkurang \'b7 (B.010108) Tidak terdapat batuk atau batuk produktif efektif \line \b 3. Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0 \line \b \u1600 SIKI: B.2200 - Manajemen Jalan Napas\b0 \line \b \u1600 Aktivitas Keperawatan:\b0 \'b7 (B.220001) Kaji fungsi pernapasan (suara napas, frekuensi, irama, kedalaman) \'b7 (B.220002) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (misalnya, posisi semi-Fowler) \'b7 (B.220004) Ajarkan dan bantu teknik batuk efektif \'b7 (B.220008) Lakukan fisioterapi dada (postural drainage dan perkusi) jika diindikasikan \'b7 (B.220012) Kolaborasi pemberian obat mukolitik dan bronkodilator sesuai resep \line \line \b Diagnosa Keperawatan Pendukung:\b0 \line \b \u1600 SDKI: B.5.1.1 - Risiko Infeksi\b0 (Kode: 00004) terkait dengan adanya patogen virulen dan penurunan status imun. \line \b \u1600 SDKI: C.1.4.1 - Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh\b0 (Kode: 00002) terkait anoreksia, peningkatan metabolisme akibat proses infeksi, dan kelemahan. \line \line \b Catatan Penting:\b0 Penetapan diagnosa ini bersifat \i preliminary\i0 dan harus dikonfirmasi serta dikembangkan lebih lanjut melalui \i pengkajian keperawatan yang komprehensif\i0 secara langsung, termasuk anamnesis yang mendetail dan pemeriksaan fisik lengkap. Rencana asuhan keperawatan harus disusun secara \i holistik\i0 dan \i individual\i0 , dengan mempertimbangkan seluruh kebutuhan pasien. Intervensi kolaboratif, khususnya terkait \i regimen pengobatan anti-tuberkulosis (OAT)\i0 dan \i isolasi droplet\i0 , merupakan komponen kritis dalam manajemen kasus ini. \line \line } -
Article No. 21707 | 17 Sep 2025
Klinis : mual mutah dehidrasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.19041}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs24\lang1057 Berdasarkan kondisi klinis \i mual muntah dehidrasi\i0 , berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode:\b0 B.3.1.1\par
\b Label Diagnosa:\b0 Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\par
\b Definisi:\b0 Berisiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular.\par
\b STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI):\b0\par
\b Kode:\b0 L.040201\par
\b Label Luaran:\b0 Status Keseimbangan Cairan\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.\par
\b Indikator:\b0\par
\hich\af0\dbch\af0\loch\f0 - L.040201.001: Turgor kulit elastis\par
- L.040201.002: Membran mukosa lembab\par
- L.040201.003: Asupan dan haluan cairan seimbang\par
- L.040201.004: Berat badan stabil\par
- L.040201.005: Tidak ada rasa haus berlebihan\par
- L.040201.006: Urine output dalam batas normal\par
\b STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI):\b0\par
\b Kode:\b0 I.09220\par
\b Label Intervensi:\b0 Manajemen Mual Muntah\par
\b Definisi:\b0 Pencegahan dan penanganan mual dan muntah.\par
\b Aktivitas:\b0\par
\hich\af0\dbch\af0\loch\f0 - I.09220.001: Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah\par
- I.09220.002: Monitor frekuensi, durasi, dan volume muntah\par
- I.09220.003: Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi\par
- I.09220.004: Kolaborasi pemberian obat antiemetik sesuai indikasi\par
- I.09220.005: Anjurkan posisi semi-Fowler setelah makan\par
- I.09220.006: Anjurkan makan sedikit tapi sering\par
\b Kode:\b0 I.09010\par
\b Label Intervensi:\b0 Manajemen Keseimbangan Cairan\par
\b Definisi:\b0 Promosi keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi akibat kekurangan atau kelebihan cairan.\par
\b Aktivitas:\b0\par
\hich\af0\dbch\af0\loch\f0 - I.09010.001: Monitor tanda-tanda dehidrasi\par
- I.09010.002: Monitor intake dan output cairan\par
- I.09010.003: Anjurkan peningkatan asupan cairan oral (jika toleran)\par
- I.09010.004: Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena sesuai indikasi\par
- I.09010.005: Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)\par
\b PENJELASAN SINGKAT:\b0\par
Kondisi mual dan muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara signifikan, sehingga berisiko tinggi menimbulkan dehidrasi. Diagnosa keperawatan "Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan" dipilih karena kondisi ini menunjukkan kerentanan terhadap defisit cairan sebelum defisit tersebut benar-benar terjadi. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mencegah terjadinya dehidrasi (SLKI: Status Keseimbangan Cairan) melalui intervensi spesifik yang terfokus pada pengendalian mual muntah (Manajemen Mual Muntah) dan pemantauan serta pemeliharaan status hidrasi (Manajemen Keseimbangan Cairan). Pendekatan ini bersifat holistik, mencakup aspek edukasi, monitorisasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan outcomes keperawatan yang optimal.\par
} -
Article No. 21708 | 17 Sep 2025
Klinis : pasien mual mutah 2 hari lalu lemas dan dehidrasi, riwayat dm tidak suntik insulin 2 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \pard\fs24\qj Berdasarkan data klinis yang Anda berikan, berikut adalah analisis keperawatan yang disusun sesuai dengan standar asuhan keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
\b Diagnosa Keperawatan Utama:
\b 00002: Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\b0 berhubungan dengan kehilangan cairan aktif sekunder dari mual dan muntah.
\b\ul Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):\ul0
\b DX: 00002 - Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan
\b0 Definisi: Rentan terhadap penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari intravaskuler ke interstitial, atau intraseluler, yang dapat kompromi kesehatan. Status ini merupakan risiko dari dehidrasi, kehilangan cairan, atau overhidrasi.
Faktor Risiko (Pada kasus ini): \i Faktor biologis: muntah.\i0
\b\ul Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\ul0
\b LO: 1401 - Status Hidrasi
\b0 \trowd \trgaph0
\cellx1000 \cellx6000 \intbl Kriteria Luaran:\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl \cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 1. Turgor kulit baik\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 2. Membran mukosa lembab\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 3. Tidak ada rasa haus yang berlebihan\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 4. Keseimbangan asupan dan haluaran\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 5. Tekanan darah dalam rentang normal\cell
\row
\pard Nilai Luaran yang diharapkan: Meningkat (Score: 4 pada skala 1-5).
\b\ul Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\ul0
\b IC: 2120 - Manajemen Cairan
\b0 \trowd \trgaph0
\cellx1000 \cellx6000 \intbl Aktivitas Intervensi:\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl \cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 1. Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus).\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 2. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap 4-8 jam.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 3. Anjurkan intake cairan sesuai toleransi.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 4. Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena sesuai indikasi.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 5. Pantau nilai laboratorium terkait (elektrolit, hematokrit, gula darah).\cell
\row
\pard
\b Diagnosa Keperawatan Pendukung (Koleboratif):
\b Masalah Kolaboratif: \i Hiperglikemia\i0 sekunder dari ketidakpatuhan terapi insulin pada Diabetes Mellitus.
\b0 \ul Penjelasan:\ul0 Riwayat Diabetes Mellitus (DM) dan tidak menyuntikkan insulin selama 2 minggu merupakan faktor pencetus yang sangat signifikan. Hiperglikemia berat dapat menyebabkan gastroparesis (lambung lumpuh) yang memicu mual dan muntah. Muntah yang terjadi kemudian memperburuk hiperglikemia dan menyebabkan dehidrasi hiperosmolar, menciptakan siklus yang memperburuk kondisi pasien. Masalah ini memerlukan intervensi medis segera (seperti pemberian insulin) dan perawat berperan dalam memantau, mengelola, dan mengevaluasi respons pasien terhadap terapi tersebut.
\b Intervensi Kolaboratif (SIKI):
\b IC: 2120 - Manajemen Cairan (seperti di atas)
\b IC: 2620 - Manajemen Hiperglikemia
\b0 \trowd \trgaph0
\cellx1000 \cellx6000 \intbl Aktivitas Intervensi:\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl \cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 1. Pantau kadar gula darah secara berkala.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 2. Kolaborasi pemberian insulin sesuai program terapi.\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 3. Observasi tanda-tanda ketoasidosis diabetik atau status hiperglikemik hiperosmolar (SHH).\cell
\cellx1000 \cellx6000 \intbl 4. Ajarkan kembali pentingnya kepatuhan terapi insulin.\cell
\row
\pard
\b\fs24 \cf0 \kerning1\expnd0\expndtw0 \uldb \ulnone \strokec0 Kesimpulan:\b0 Kondisi pasien merupakan keadaan yang berpotensi membahayakan jiwa yang memerlukan penanganan cepat. Fokus intervensi keperawatan primer adalah mengatasi \i dehidrasi\i0 melalui manajemen cairan, sambil secara bersamaan berkolaborasi dengan tim medis untuk menangani penyebab utamanya, yaitu \i hiperglikemia\i0 . Pemantauan ketat terhadap status hidrasi dan kadar glukosa darah adalah kunci utama dalam manajemen asuhan keperawatan pada kasus ini.
\par
} -
Article No. 21709 | 17 Sep 2025
Klinis : pasien mual mutah 2 hari lalu lemas dan dehidrasi, riwayat dm tidak suntik insulin 2 minggu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \b0 Berdasarkan data klinis yang Anda berikan, berikut adalah analisis keperawatan yang disusun sesuai dengan standar asuhan keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
\b\fs24 \b0 \line \line
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN UTAMA\b0 \line
\b Kode SDKI: B.3.1.1\b0 - \i Intoleransi Aktivitas\i0 \line
\b Definisi:\b0 Kekurangan energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diperlukan atau yang diinginkan.
\b\fs20 \b0 \line
\b Data Penunjang Diagnosis:\b0
\tab - \i Subjektif:\i0 Keluhan lemas.
\tab - \i Objektif:\i0 Pasien mengalami mual muntah selama 2 hari dan dehidrasi, yang menyebabkan penurunan cadangan energi dan ketidakseimbangan elektrolit. Riwayat Diabetes Mellitus (DM) dengan manajemen yang tidak optimal (tidak suntik insulin selama 2 minggu) dapat menyebabkan kelelahan akibat hiperglikemia.
\b\fs24 \b0 \line \line
\b KRITERIA HASIL (SLKI)\b0 \line
\b Kode SLKI: L.04016\b0 - \i Kemandirian dalam Aktivitas\i0 \line
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
\b Indikator yang Diharapkan:\b0
\tab - L.04016.010: Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat kemampuannya.
\tab - L.04016.040: Pasien melaporkan peningkatan energi untuk beraktivitas.
\b\fs24 \b0 \line \line
\b INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)\b0 \line
\b Kode SIKI: J.4.2.2\b0 - \i Manajemen Energi\i0 \line
\b Definisi:\b0 Pengaturan penggunaan energi untuk memperlakukan atau mencegah kelelahan dan meningkatkan fungsi.
\b Tindakan Keperawatan yang Direkomendasikan:\b0
\tab - \b J.4.2.2.010:\b0 Kaji tingkat energi dan toleransi aktivitas pasien (skala 0-10).
\tab - \b J.4.2.2.030:\b0 Bantu pasien dalam mengidentifikasi aktivitas yang dapat memicu kelelahan.
\tab - \b J.4.2.2.050:\b0 Anjurkan teknik penghematan energi (contoh: duduk saat melakukan aktivitas, istirahat yang cukup).
\tab - \b J.4.2.2.090:\b0 Kolaborasi dengan tim gizi untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat sesuai toleransi.
\tab - \b J.4.2.2.170:\b0 Monitor tanda-tanda vital dan status hidrasi.
\b\fs24 \b0 \line \line
\b DIAGNOSIS DAN INTERVENSI PENUNJANG\b0 \line
Mengingat kompleksitas kondisi pasien, diagnosis keperawatan lain yang sangat mungkin muncul dan memerlukan intervensi paralel adalah:
\b 1. Kode SDKI: B.1.3\b0 - \i Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan\i0 \line
\b Kode SIKI: J.2.1.1\b0 - \i Manajemen Cairan\i0 \line
\b Rasional:\b0 Ditujukan untuk mengatasi dehidrasi akibat muntah yang berkepanjangan.
\b 2. Kode SDKI: B.5.1.1\b0 - \i Hiperglikemia\i0 \line
\b Kode SIKI: J.5.3.1\b0 - \i Manajemen Hiperglikemia\i0 \line
\b Rasional:\b0 Ditujukan untuk mengontrol kadar gula darah akibat ketidakpatuhan terapi insulin, yang dapat memperburuk lemas dan dehidrasi.
\b 3. Kode SDKI: B.4.1.1\b0 - \i Mual\i0 \line
\b Kode SIKI: J.4.1.1\b0 - \i Manajemen Mual\i0 \line
\b Rasional:\b0 Ditujukan untuk mengatasi penyebab utama dari lemas dan risiko dehidrasi.
\b\fs24 \b0 \line \line
\b CATATAN AKADEMIS:\b0 \line
Pendekatan asuhan keperawatan harus bersifat \i holistik\i0 dan \i komprehensif\i0 . Kondisi dehidrasi dan lemas merupakan masalah utama yang teramati, namun akar penyebabnya sangat mungkin berkaitan dengan hiperglikemia yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, intervensi keperawatan untuk manajemen energi (\b J.4.2.2\b0 ) harus dilaksanakan bersamaan dengan intervensi untuk manajemen cairan (\b J.2.1.1\b0 ) dan manajemen hiperglikemia (\b J.5.3.1\b0 ). Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital, kadar glukosa darah, dan balance cairan merupakan elemen kritis dalam keseluruhan rencana asuhan. Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 21710 | 17 Sep 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki berusia 33 tahun mengalami kelainan gaya berjalan dan gangguan keseimbangan postur pada usia 30 tahun. Keluhan utama: gerakan abnormal pada kedua tungkai atas dan bawah sejak 1 tahun yang lalu. Kesulitan berjalan selama 6 bulan. Kondisi umum: GCS 15/15, Fungsi Mental; Normal, Ekspresi wajah; wajah bertopeng, tanda vital; suhu; 98,2 F, denyut nadi; 78 denyut/menit, volume dan karakteristik pernapasan normal; 20 denyut/menit, teratur, tekanan darah; 120/70 mmHg, di kedua lengan, tinggi badan 154 cm, berat badan; 65 kg. Riwayat Penyakit Saat Ini: Pasien datang dengan gerakan ritmis abnormal pada tungkai atas dan tungkai bawah sejak 1 tahun. Gerakan ini dimulai pada bagian distal kedua tungkai atas secara bersamaan. Gerakan ini lebih terasa saat istirahat dan semakin parah saat bergerak. Baru-baru ini, tungkai bawah juga terpengaruh dan lebih terasa pada kedua ibu jari kaki. Pasien juga memiliki riwayat kesulitan berjalan berupa kesulitan memulai dan setelah mulai berjalan, ia membungkuk ke depan dengan langkah kecil dan cepat. Namun, ia menjadi kaku saat berputar dan cenderung jatuh ke depan (propulsi) dan ke belakang (retropulsi). Hal ini juga menyebabkan berkurangnya ayunan tangan. Tidak ada cedera akibat jatuh, gangguan memori, perubahan sensorik, perubahan perilaku, keluhan visual, kesulitan menelan, dan kelemahan pada salah satu bagian tubuh. Dalam 3 tahun berikutnya, gejalanya makin parah dan menimbulkan kekakuan, bradikinesia, gaya berjalan propulsif, tanda-tanda serebelum yang jelas seperti ataksia, ketidakseimbangan, kelelahan pada tungkai bawah, dan sering terjatuh. Penurunan kognitif juga diamati. Pasien mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan waktu luangnya untuk pekerjaan sosial dan kegiatan spiritual. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, kanker, asma, PPOK, TB, cedera dan kecelakaan, penyakit bedah, dan masalah kejiwaan. Riwayat keluarga: tidak ada riwayat penyakit serupa, hipertensi, diabetes, TB, atau asma dalam keluarga.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b \b0 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai standar PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) untuk kondisi pasien tersebut:
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b Kode: 00085\b0
\par \b Nama: Risiko Cedera\b0
\par \b Definisi:\b0 Rentan terhadap cedera fisik akibat kondisi internal atau eksternal yang dapat membahayakan kesehatan.
\par
\b Faktor Risiko (SDKI):\b0
\par - Gangguan keseimbangan postural (ataksia serebelum)
\par - Gaya berjalan abnormal (propulsi/retropulsi)
\par - Bradikinesia dan kekakuan otot
\par - Riwayat sering terjatuh
\par
\b Kriteria Hasil (SLKI):\b0
\par \b Kode: 1902\b0 - \i Perlindungan dari Cedera\i0
\par - Pasien bebas dari cedera fisik
\par - Mendemonstrasikan perilaku pencegahan jatuh
\par - Lingkungan fisik dimodifikasi untuk mengurangi bahaya
\par
\b Intervensi Keperawatan (SIKI):\b0
\par \b Kode: 6460\b0 - \i Pencegahan Jatuh\i0
\par - Mempertahankan lingkungan yang aman (pencahayaan adekuat, lantai tidak licin)
\par - Menggunakan alat bantu mobilitas sesuai indikasi
\par - Melakukan pendampingan selama ambulasi
\par - Edukasi keluarga tentang teknik pengawasan dan pencegahan jatuh
\par - Memantau tanda-tanda ketidakstabilan postural
\par
\b Rasional:\b0 Gejala ataksia serebelum, gangguan keseimbangan, dan riwayat jatuh menempatkan pasien pada risiko cedera tinggi. Intervensi difokuskan pada modifikasi lingkungan dan pengawasan untuk mencegah komplikasi fisik.
\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\qj \b Catatan:\b0 Diagnosa ini bersifat \i risiko\i0 sehingga tidak memerlukan data \i actual injury\i0, namun membutuhkan intervensi preventif yang komprehensif mengingat progresivitas kondisi neurologis pasien.
\par } -
Article No. 21711 | 17 Sep 2025
Klinis : ny. an mengalami konstipasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs24\lang1057 Berdasarkan kondisi Ny. An yang mengalami konstipasi, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\par
\textb Diagnosa Keperawatan:\par
\textb Kode: D.0016\par
\textb Label: Konstipasi\par
\par
\textb Penjelasan Singkat:\par
\par
\textb 1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):\par
Kode: D.0016 - Konstipasi\par
Definisi: Penurunan frekuensi defekasi disertai dengan pengeluaran feses yang keras dan kering, serta upaya mengejan yang berlebihan selama defekasi.\par
\par
\textb 2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\par
Kode: L.04021 - Status Eliminasi Feses\par
Definisi: Luaran yang diharapkan adalah klien dapat mencapai eliminasi feses yang adekuat dengan kriteria: frekuensi defekasi dalam rentang normal, konsistensi feses lunak, tidak ada upaya mengejan berlebihan, dan tidak adanya nyeri atau ketidaknyamanan saat defekasi.\par
\par
\textb 3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\par
Kode: I.11270 - Manajemen Konstipasi\par
Definisi: Intervensi untuk mencegah dan meringankan konstipasi melalui pemberian cairan yang adekuat, modifikasi diet (peningkatan serat), aktivitas fisik, dan pemberian laksatif sesuai indikasi.\par
\par
Demikian respons akademis yang disampaikan sesuai dengan standar PPNI.\par
} -
Article No. 21704 | 16 Sep 2025
Klinis : Pasien perempuan, 22 tahun dengan gangguan jiwa. Saat ini pasien mengamuk dan membenturkan dirinya di teralis kamar. Asupan nutrisi atau makanan selama shift pagi belum berhasil, pasien tidak mau makan. Mulut pasien terlihat kering.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \cf0 \uc1\f0 \b0 \fs24 \cf0 \pard\nowidctlpar\sl276\slmult1\qj Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia):\par
\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0 \par
\b Risiko Cedera\b0 (Kode: 0016) berhubungan dengan perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (membenturkan diri di teralis)\par
\par
\b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0 \par
\b Definisi:\b0 Status di mana individu berisiko mengalami cedera sebagai akibat dari kondisi lingkungan atau interaksi dengan lingkungan (PPNI, 2017).\par
\b Karakteristik Utama:\b0 Perilaku membahayakan diri, agitasi psikomotor, ketidakmampuan mengendalikan impuls.\par
\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 \par
\b Kode: 1902 - Pengendalian Perilaku Kekerasan\b0 \par
\b Indikator:\b0 \par
- 190201 - Mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan (Skala: 1-5)\par
- 190203 - Menggunakan strategi koping untuk mengontrol amarah (Skala: 1-5)\par
- 190204 - Tidak menyakiti diri sendiri/orang lain (Skala: 1-5)\par
\b Target Luaran:\b0 Peningkatan skala pada indikator terkait pengendalian perilaku.\par
\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 \par
\b Kode: 6490 - Manajemen Perilaku Kekerasan\b0 \par
\b Aktivitas:\b0 \par
- 6490A1 - Lakukan pendekatan dengan tenang dan tidak mengancam\par
- 6490A2 - Jauhkan objek yang berpotensi membahayakan\par
- 6490A4 - Berikan obat sesuai program terapi\par
- 6490A7 - Kolaborasi dengan tim kesehatan mental\par
\par
\b DIAGNOSA TAMBAHAN:\b0 \par
\b Defisit Perawatan Diri: Makan\b0 (Kode: 00108) berhubungan dengan penolakan intake nutrisi dan mukosa oral kering\par
\par
\b SDKI:\b0 \par
\b Definisi:\b0 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan kesehatan.\par
\par
\b SLKI:\b0 \par
\b Kode: 0405 - Status Nutrisi\b0 \par
\b Indikator:\b0 \par
- 040502 - Asupan makanan oral (Skala: 1-5)\par
- 040507 - Hidrasi (Skala: 1-5)\par
\par
\b SIKI:\b0 \par
\b Kode: 1120 - Manajemen Nutrisi\b0 \par
\b Aktivitas:\b0 \par
- 1120A1 - Monitor intake dan output nutrisi\par
- 1120A4 - Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral jika diperlukan\par
- 1120A9 - Berikan oral hygiene\par
\par
\b Catatan:\b0 Intervensi keperawatan harus dilakukan dengan pendekatan terapeutik, memprioritaskan keselamatan pasien, dan kolaborasi multidisiplin.\par
\par
\i \fs20 \cf2 Sumber: Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 2018-2020 PPNI\i0 \fs24 \cf0 \par
} -
Article No. 21705 | 16 Sep 2025
Klinis : terdapat luka sayatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi klien dengan luka sayatan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode:\b0 D.0016 \endash Kerusakan Integritas Jaringan\par
\b Definisi:\b0 Kerusakan pada membran mukosa, kornea, integumen, atau jaringan subkutan yang mengakibatkan terganggunya struktur dan fungsi jaringan.\par
\b STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI):\b0\par
\b Kode:\b0 L.14016 \endash Penyembuhan Luka: Tahap Penyembuhan\par
\b Definisi:\b0 Tingkat penyembuhan luka akibat trauma atau pembedahan.\par
\b Indikator:\par
1. L.14016.1: Kulit sekitar luka utuh\par
2. L.14016.2: Tidak ada drainage dari luka\par
3. L.14016.3: Tidak ada eritema pada luka\par
4. L.14016.4: Tidak ada edema pada luka\par
5. L.14016.5: Tidak ada nyeri pada luka\par
\b STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI):\b0\par
\b Kode:\b0 I.11250 \endash Perawatan Luka\par
\b Definisi:\b0 Membersihkan, mengeringkan, dan mempertahankan kondisi luka agar tetap lembab untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.\par
\b Aktivitas:\par
1. I.11250.1: Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka\par
2. I.11250.2: Lakukan teknik aseptik dan antiseptik\par
3. I.11250.3: Observasi karakteristik luka (lokasi, warna, ukuran, kedalaman, drainage, bau)\par
4. I.11250.4: Bersihkan luka dengan cairan antiseptik sesuai ketentuan\par
5. I.11250.5: Ganti balutan sesuai kebutuhan\par
6. I.11250.6: Kolaborasi pemberian analgesik jika diperlukan\par
7. I.11250.7: Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan luka\par
\b Penjelasan Singkat:\b0\par
Diagnosa \b Kerusakan Integritas Jaringan (D.0016)\b0 ditetapkan karena luka sayatan menyebabkan terputusnya kontinuitas kulit dan jaringan di bawahnya. Tujuan utamanya adalah mencapai \b Penyembuhan Luka (L.14016)\b0 yang optimal, ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti drainage, eritema, edema, dan nyeri. Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan utama yang dilakukan adalah \b Perawatan Luka (I.11250)\b0, yang berfokus pada pembersihan luka, penerapan balutan, pencegahan infeksi, dan edukasi kepada klien. Pendekatan ini bersifat holistik dan berstandar untuk memastikan keselamatan serta mempercepat proses penyembuhan klien.\par
}