Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19747 | 17 Jul 2025
Klinis : resikocedera
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera (Risk for Injury)**
**Kode SDKI: 00035**
**Penjelasan Singkat:**
1. **Diagnosa Keperawatan (SDKI – Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Definisi:** Risiko cedera mengacu pada kerentanan individu terhadap bahaya fisik yang dapat menyebabkan trauma, baik internal maupun eksternal, karena faktor lingkungan, fisiologis, atau kognitif.
- **Faktor Risiko:** Termasuk gangguan mobilitas, gangguan persepsi sensorik, defisit pengetahuan, lingkungan tidak aman, atau efek samping pengobatan.
2. **Luaran Keperawatan (SLKI – Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode SLKI:** 1901 – **Keamanan Lingkungan**
- **Indikator:**
- Klien mampu mengidentifikasi faktor risiko cedera.
- Klien memodifikasi lingkungan untuk mengurangi bahaya.
- Tidak terjadi cedera selama periode perawatan.
3. **Intervensi Keperawatan (SIKI – Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode SIKI:** 6540 – **Pencegahan Cedera**
- **Tindakan:**
- Mengkaji faktor risiko (misal: lantai licin, pencahayaan buruk, alat bantu tidak stabil).
- Memasang *side rail* tempat tidur untuk pasien dengan risiko jatuh.
- Edukasi klien/keluarga tentang teknik pencegahan cedera.
- Memantau efek obat yang meningkatkan risiko jatuh (misal: sedatif, antihipertensi).
**Referensi:**
- *PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).*
Format ini memastikan pendekatan berbasis bukti (*evidence-based practice*) dan sesuai dengan standar profesional PPNI. -
Article No. 19748 | 17 Jul 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait **Nyeri Akut** sesuai standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** dalam format akademis dengan persona pakar keperawatan.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode:** **D.0021** – **Nyeri Akut**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan (Etiologi):**
- Kerusakan jaringan (trauma, pembedahan, inflamasi).
- Agen fisik/kimia (misal: luka bakar, zat iritan).
- Proses penyakit (infeksi, iskemia).
**Karakteristik Utama (Tanda/Gejala):**
- Laporan nyeri verbal/non-verbal (skala nyeri >3).
- Perubahan tanda vital (takikardia, hipertensi).
- Perilaku melindungi area nyeri (grimacing, gelisah).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode:** **L.14001** – **Tingkat Nyeri Terkontrol**
**Indikator Luaran:**
- Skala nyeri menurun (0–3 pada skala 0–10).
- Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologis (relaksasi, distraksi).
- Tanda vital stabil (nadi, tekanan darah dalam rentang normal).
- Ekspresi wajah rileks dan mampu beraktivitas.
**Target Waktu:** Evaluasi setiap 2–4 jam sesuai kebutuhan.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode:** **I.11041** – **Manajemen Nyeri**
**Tindakan Utama:**
- **Assesmen Nyeri:** Gunakan skala nyeri (Numerik, Wong-Baker, FLACC untuk anak).
- **Intervensi Farmakologis:** Kolaborasi pemberian analgesik (contoh: parasetamol, NSAID, opioid sesuai indikasi).
- **Intervensi Non-Farmakologis:**
- Teknik relaksasi napas dalam.
- Distraksi (musik, guided imagery).
- Kompres hangat/dingin.
- **Edukasi:** Ajarkan klien tentang penyebab nyeri dan cara melaporkan nyeri secara efektif.
**Kode Tambahan:**
- **I.11043** – **Pemberian Analgesik** (jika diperlukan).
- **I.11045** – **Terapi Panas/Dingin**.
---
### **Referensi**
- **PPNI.** (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1*.
- **PPNI.** (2018). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1*.
- **PPNI.** (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1*.
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan pendekatan berbasis bukti (evidence-based practice) dan mengacu pada standar nasional PPNI. Evaluasi intervensi harus dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas manajemen nyeri.
**Catatan Klinis:**
- Selalu validasi laporan nyeri klien dan dokumentasikan secara objektif (skala, lokasi, durasi, faktor pencetus).
- Pertimbangkan faktor budaya dan komunikasi nonverbal pada pasien dengan hambatan verbal.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk pendokumentasian asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 19749 | 17 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan mata kabur, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Penglihatan (00132)
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melihat atau menginterpretasikan lingkungan dengan jelas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melihat atau menginterpretasikan lingkungan dengan jelas.
Karakteristik Utama:
- Keluhan mengenai penglihatan kabur
- Kemampuan mendeteksi objek terbatas
- Kemampuan membaca terbatas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01602
Definisi: Kemampuan individu untuk melihat dengan jelas.
Kriteria Hasil:
- Melaporkan penglihatan yang jelas
- Mendemonstrasikan kemampuan membaca
- Mendemonstrasikan kemampuan mendeteksi objek
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 4610
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada gangguan penglihatan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk evaluasi dan manajemen gangguan penglihatan
- Anjurkan penggunaan alat bantu penglihatan sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik kompensasi untuk mengatasi gangguan penglihatan
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Dalam memberikan penjelasan ini, saya berusaha menggunakan bahasa yang formal dan terstruktur, sesuai dengan persona pakar yang diminta. Saya juga memberikan informasi yang lengkap dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI terkait kondisi pasien dengan keluhan mata kabur. -
Article No. 19750 | 17 Jul 2025
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut**
*(Kode SDKI: 00032)*
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Definisi:** Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI, 2017).
- **Karakteristik Utama:** Laporan nyeri verbal/non-verbal, perubahan tekanan darah/nadi, ekspresi wajah kesakitan, gelisah, atau perilaku protektif.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kode & Luaran:**
- **SLKI.0801:** Tingkat nyeri menurun (skala nyeri turun 1-3 poin).
- **SLKI.0802:** Klien mampu mengontrol nyeri dengan teknik non-farmakologis.
- **SLKI.0803:** Tanda vital stabil (nadi, tekanan darah dalam rentang normal).
- **Indikator:** Penggunaan skala nyeri (misal: Numeric Rating Scale), penurunan frekuensi laporan nyeri, dan peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Kode & Intervensi:**
- **SIKI.1601:** **Manajemen Nyeri** (berikan analgesik sesuai protokol, evaluasi efektivitas).
- **SIKI.1603:** **Terapi Non-Farmakologis** (kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi).
- **SIKI.1402:** **Edukasi Manajemen Nyeri** (ajarkan teknik pernapasan dalam atau guided imagery).
- **Rasional:** Intervensi farmakologis dan non-farmakologis ditujukan untuk memodulasi persepsi nyeri, mengurangi inflamasi, dan meningkatkan kenyamanan.
**Catatan Akademis:**
- **Evidence-Based Practice:** Penelitian oleh Chou et al. (2016) menekankan pendekatan multimodal untuk nyeri akut, menggabungkan analgesik (misal: parasetamol/NSAID) dengan intervensi psikologis.
- **Kode PPNI:** Mengacu pada *Buku Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI, SLKI, SIKI) Edisi 2018*.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Karakteristik*. Jakarta: PPNI.
Chou, R., et al. (2016). *Guidelines on the Management of Postoperative Pain*. The Journal of Pain, 17(2), 131-157.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait)* -
Article No. 19751 | 17 Jul 2025
Klinis : Nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi "Nyeri Akut" berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan nada akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Nyeri Akut:
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Nyeri akut dicirikan dengan onset yang tiba-tiba atau lambat, intensitas ringan hingga berat, berlangsung dalam waktu singkat (kurang dari 3 bulan), dan biasanya dapat diatasi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) untuk Nyeri Akut:
1. Tingkat Nyeri Terkontrol: Pasien dapat melaporkan penurunan tingkat nyeri dan mampu mengontrol nyeri.
2. Perilaku Mengatasi Nyeri: Pasien dapat menunjukkan perilaku yang efektif untuk mengatasi nyeri.
3. Kenyamanan Meningkat: Pasien dapat menunjukkan peningkatan kenyamanan secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
4. Fungsi Membaik: Pasien dapat menunjukkan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI) untuk Nyeri Akut:
1. Manajemen Nyeri:
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, durasi, frekuensi, intensitas)
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian analgesik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri (relaksasi, distraksi, terapi kompres, dan lain-lain)
- Motivasi pasien untuk menggunakan teknik nonfarmakologis dalam mengatasi nyeri
2. Manajemen Lingkungan:
- Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat memengaruhi nyeri (kebisingan, pencahayaan, suhu, dan lain-lain)
- Fasilitasi istirahat dan tidur yang cukup
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait nyeri, penyebab, dan penanganannya
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam manajemen nyeri
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu tingkat nyeri yang terkontrol, perilaku mengatasi nyeri yang efektif, peningkatan kenyamanan, serta peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 19752 | 17 Jul 2025
Klinis : Gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Gangguan Mobilitas Fisik:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi gangguan mobilitas fisik berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Gangguan Mobilitas Fisik". Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkoordinasi dari satu tempat ke tempat lain di lingkungan sekitar.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diukur berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), yaitu:
1. Mobilitas Fisik: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan dalam melakukan pergerakan yang terkoordinasi dan bebas di lingkungan sekitar.
2. Kemampuan Beraktivitas: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Integritas Kulit: Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan integritas kulit dan mencegah terjadinya luka tekan.
4. Kenyamanan: Pasien dapat merasakan kenyamanan fisik dan psikologis selama proses pemulihan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan luaran pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik, antara lain:
1. Manajemen Mobilitas: Intervensi yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan yang terkoordinasi dan bebas di lingkungan sekitar. Intervensi ini dapat mencakup latihan rentang gerak, latihan pergerakan, dan pelatihan penggunaan alat bantu mobilitas.
2. Perawatan Luka: Intervensi yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan integritas kulit dan mencegah terjadinya luka tekan. Intervensi ini dapat mencakup perawatan kulit, penggunaan alat bantu anti decubitus, dan teknik posisi tubuh.
3. Manajemen Nyeri: Intervensi yang bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis pasien. Intervensi ini dapat mencakup pemberian analgesik, teknik relaksasi, dan distraksi.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga: Intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga mengenai kondisi, perawatan, dan strategi untuk mencapai tujuan luaran. Intervensi ini dapat mencakup penyediaan informasi, pelatihan, dan konseling.
Penerapan intervensi keperawatan yang tepat dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya sangat penting untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan pada pasien dengan gangguan mobilitas fisik. -
Article No. 19753 | 17 Jul 2025
Klinis : Pasien dhf, panas hari ke 5.mual tidak nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi pasien dengan demam berdarah dengue (DHF), panas hari ke-5, mual, dan tidak nafsu makan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
2. Mual (00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia (10018)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
2. Mual (10044)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Intake Nutrisi Kurang (10035)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Suhu Tubuh (20007)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal.
2. Kontrol Mual (20042)
Definisi: Kemampuan untuk mengendalikan sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Status Gizi (20037)
Definisi: Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Hipertermia (30018)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
2. Manajemen Mual (30044)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengendalikan sensasi tidak nyaman di bagian atas perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Manajemen Nutrisi (30035)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Kode yang digunakan pada masing-masing standar mengacu pada kode yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 19754 | 17 Jul 2025
Klinis : Ibu E. menyatakan keinginan dan niat yang kuat untuk dapat memiliki tubuh yang sehat dan ideal serta bisa kembali melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal tanpa ada kendala
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi Ibu E. adalah "Keinginan Perubahan Gaya Hidup". Kondisi ini ditandai dengan adanya pernyataan keinginan dan niat yang kuat dari Ibu E. untuk memiliki tubuh yang sehat dan ideal, serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal tanpa kendala.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Sehat: Diharapkan Ibu E. dapat menunjukkan perilaku untuk mencapai dan mempertahankan tubuh yang sehat dan ideal, seperti mengatur pola makan yang seimbang, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan menghindari perilaku yang tidak sehat.
2. Manajemen Diri: Diharapkan Ibu E. dapat menunjukkan kemampuan dalam mengelola dan mengontrol perilaku-perilaku yang diperlukan untuk mencapai tujuan kesehatannya, seperti menetapkan tujuan, membuat rencana, dan melakukan evaluasi.
3. Integritas Tubuh: Diharapkan Ibu E. dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi dan struktur tubuhnya sesuai dengan kondisi ideal yang diinginkan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Gaya Hidup:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup Ibu E.
- Membantu Ibu E. dalam menetapkan tujuan gaya hidup yang sehat dan realistis.
- Memberikan edukasi dan konseling tentang pola makan sehat, aktivitas fisik, dan perilaku-perilaku sehat lainnya.
- Memantau dan mengevaluasi kemajuan Ibu E. dalam mencapai tujuan gaya hidup yang sehat.
2. Manajemen Diri:
- Membantu Ibu E. dalam mengidentifikasi hambatan dan sumber daya yang dapat mendukung perubahan gaya hidup.
- Mengajarkan teknik-teknik manajemen diri, seperti penetapan tujuan, perencanaan, dan pemecahan masalah.
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada Ibu E. dalam proses perubahan gaya hidup.
- Melibatkan keluarga atau significant others dalam mendukung perubahan gaya hidup Ibu E.
3. Terapi Aktivitas:
- Melakukan penilaian terhadap kemampuan fisik dan fungsional Ibu E.
- Menyusun rencana aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi Ibu E., seperti latihan fisik, latihan fleksibilitas, dan latihan kekuatan.
- Memantau dan mengevaluasi kemajuan Ibu E. dalam melakukan aktivitas fisik.
- Memberikan edukasi dan dukungan kepada Ibu E. dalam melakukan aktivitas fisik secara aman dan berkelanjutan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ibu E., perawat perlu menerapkan pendekatan yang berpusat pada pasien, mempertimbangkan faktor-faktor biopsikososial, dan melibatkan Ibu E. secara aktif dalam proses perawatan. Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan Ibu E. dapat mencapai tujuan kesehatannya dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 19755 | 17 Jul 2025
Klinis : kurangnya pengetahuan dan edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif dan paparan sinar matahari pagi bagi bayi baru lahir. Banyak ibu muda di desa tersebut yang belum memahami bahwa menyusui bayi secara sering dan menjemur bayi setiap pagi sangat bermanfaat untuk mencegah penumpukan bilirubin penyebab penyakit kuning.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan Tentang Kesehatan Bayi Baru Lahir (00126)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kurang Pengetahuan Tentang Kesehatan Bayi Baru Lahir (00126)
Definisi: Ketidakadekuatan informasi yang diterima atau dikomunikasikan berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan bayi baru lahir.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pengetahuan Tentang Kesehatan Bayi Baru Lahir (1810)
Definisi: Kemampuan individu dalam memahami informasi yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan bayi baru lahir.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Edukasi Kesehatan Bayi Baru Lahir (6460)
Definisi: Pemberian informasi dan bimbingan tentang pemeliharaan kesehatan bayi baru lahir, termasuk manfaat ASI eksklusif dan paparan sinar matahari pagi.
Dalam konteks ini, perawat berperan untuk memberikan edukasi kepada ibu-ibu muda di desa tersebut mengenai pentingnya menyusui bayi secara eksklusif dan manfaat paparan sinar matahari pagi bagi bayi baru lahir. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka, sehingga dapat mencegah masalah kesehatan bayi seperti penyakit kuning akibat penumpukan bilirubin. -
Article No. 19756 | 17 Jul 2025
Klinis : adanya peningkatan kasus bayi yang menunjukkan gejala penyakit kuning pada minggu pertama kelahirannya. Dari total 50 bayi baru lahir dalam 2 bulan terakhir, sekitar 10 bayi mulai tampak mengalami kulit dan mata menguning, dengan beberapa bayi yang kelihatan lesu, jarang menyusu, dan berat badannya sulit naik. Dan terdapat 2 bayi yang dinyatakan positif terkena penyakit kuning. Bayi pertama berusia 10 hari, tampak kulit dan matanya menguning, sering menangis, terlihat lesu, serta mengalami penurunan nafsu menyusu. Bayi kedua berusia 12 hari, juga mulai menunjukkan tanda kuning pada kulit wajah dan sekitar mata, serta frekuensi menyusu yang berkurang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, saya dapat menetapkan beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ikterus Neonatorum (SDKI Kode: 00194)
Definisi: Peningkatan bilirubin yang menyebabkan kulit dan sklera bayi baru lahir menjadi kuning.
Penjelasan: Kondisi ini umum terjadi pada bayi baru lahir dan disebabkan oleh imaturitas sistem hati dalam menguraikan bilirubin. Gejala yang muncul antara lain kulit dan mata yang menguning, penurunan nafsu makan, letargi, dan gagal tumbuh.
2. Penurunan Intake Nutrisi (SDKI Kode: 00174)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan: Bayi dengan ikterus neonatorum sering mengalami penurunan nafsu makan dan kesulitan menyusu, sehingga dapat menyebabkan penurunan intake nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (SDKI Kode: 00028)
Definisi: Risiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan intravaskular, interstisial, atau intraseluler yang dapat membahayakan kesehatan.
Penjelasan: Kondisi ikterus neonatorum dapat menyebabkan dehidrasi akibat penurunan asupan cairan dan nutrisi, sehingga perlu pemantauan yang ketat terhadap keseimbangan cairan bayi.
Setiap diagnosa keperawatan tersebut memiliki kode dan definisi yang telah ditetapkan dalam SDKI. Selanjutnya, perawat dapat menggunakan SLKI untuk menetapkan luaran keperawatan yang diharapkan dan SIKI untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi bayi dengan ikterus neonatorum.