Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16352 | 28 Apr 2025
Klinis : Pasien mengungkapkan kebingungan tentang cara melatih tangan kanan secara efektif dan merasa tidak yakin dengan latihan yang dilakukan di rumah. Pasien merasa khawatir bahwa latihan yang dilakukan tidak memberikan hasil yang optimal. Keluarga juga merasa tidak yakin mengenai latihan yang harus dilakukan di rumah untuk membantu pemulihan pasien. Pasien dan keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang teknik atau langkah-langkah yang benar dalam melakukan latihan untuk meningkatkan fungsi tangan kanan pasca stroke.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang diuraikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis yang sesuai, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis jika ada:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z71.1
- Deskripsi: Konseling dan pemantauan medis terkait dengan penggunaan alat bantu dan peralatan rehabilitasi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.83
- Deskripsi: Terapi okupasi, evaluasi dan skrining.
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien mengalami kebingungan dan ketidakpastian terkait dengan latihan yang dilakukan di rumah untuk meningkatkan fungsi tangan kanan pasca stroke. Keluarga juga merasa tidak yakin mengenai latihan yang harus dilakukan di rumah untuk membantu pemulihan pasien. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan akan konseling dan pemantauan medis terkait dengan penggunaan alat bantu dan peralatan rehabilitasi.
Kode ICD-10 Z71.1 "Konseling dan pemantauan medis terkait dengan penggunaan alat bantu dan peralatan rehabilitasi" sesuai dengan kondisi pasien yang membutuhkan bimbingan dan edukasi tentang teknik atau langkah-langkah yang benar dalam melakukan latihan untuk meningkatkan fungsi tangan kanan.
Selain itu, kode ICD-9-CM 93.83 "Terapi okupasi, evaluasi dan skrining" dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan medis yang mungkin diperlukan, seperti evaluasi dan skrining oleh terapis okupasi untuk menilai fungsi tangan pasien dan memberikan rekomendasi atau instruksi yang tepat untuk latihan di rumah.
Dengan adanya konseling medis yang tepat dan tindakan terapi okupasi yang sesuai, diharapkan pasien dan keluarga dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang teknik dan langkah-langkah yang benar dalam melakukan latihan untuk meningkatkan fungsi tangan kanan pasca stroke, sehingga dapat mempercepat proses pemulihan. -
Article No. 16353 | 28 Apr 2025
Klinis : Pasien mengungkapkan kebingungan tentang cara melatih tangan kanan secara efektif dan merasa tidak yakin dengan latihan yang dilakukan di rumah. Pasien merasa khawatir bahwa latihan yang dilakukan tidak memberikan hasil yang optimal. Keluarga juga merasa tidak yakin mengenai latihan yang harus dilakukan di rumah untuk membantu pemulihan pasien. Pasien dan keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang teknik atau langkah-langkah yang benar dalam melakukan latihan untuk meningkatkan fungsi tangan kanan pasca stroke.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan (00046)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan (00046)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tingkat Pengetahuan (1814)
Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang informasi yang relevan dengan kesehatannya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Peningkatan Pengetahuan (6610)
Definisi: Memfasilitasi pemahaman dan pembelajaran tentang topik yang spesifik.
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, pasien dan keluarga mengalami defisit pengetahuan terkait teknik atau langkah-langkah yang benar dalam melakukan latihan untuk meningkatkan fungsi tangan kanan pasca stroke. Pasien merasa bingung dan tidak yakin dengan latihan yang dilakukan di rumah, serta khawatir bahwa latihan tersebut tidak memberikan hasil yang optimal. Keluarga juga merasa tidak yakin mengenai latihan yang harus dilakukan di rumah untuk membantu pemulihan pasien.
Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Defisit Pengetahuan (00046). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Peningkatan Pengetahuan (6610) untuk memfasilitasi pemahaman dan pembelajaran pasien dan keluarga tentang teknik atau langkah-langkah yang benar dalam melakukan latihan untuk meningkatkan fungsi tangan kanan pasca stroke.
Tujuannya adalah agar pasien dan keluarga dapat memiliki pengetahuan yang cukup sehingga mampu melakukan latihan secara efektif dan membantu pemulihan pasien secara optimal. -
Article No. 16354 | 28 Apr 2025
Klinis : Pasien mengungkapkan kebingungan tentang cara melatih tangan kanan secara efektif dan merasa tidak yakin dengan latihan yang dilakukan di rumah. Pasien merasa khawatir bahwa latihan yang dilakukan tidak memberikan hasil yang optimal. Keluarga juga merasa tidak yakin mengenai latihan yang harus dilakukan di rumah untuk membantu pemulihan pasien. Pasien dan keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang teknik atau langkah-langkah yang benar dalam melakukan latihan untuk meningkatkan fungsi tangan kanan pasca stroke.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Defisit Pengetahuan (Kode: 00126)** terkait teknik latihan pemulihan fungsi tangan kanan pasca stroke, ditandai dengan kebingungan pasien dan keluarga mengenai prosedur latihan yang efektif serta ketidakpastian terhadap hasil yang dicapai.
**Penjelasan Singkat:**
1. **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**
- **Kode 00126: Defisit Pengetahuan**
- **Definisi:** Ketidakcukupan atau tidak adanya informasi kognitif terkait suatu topik tertentu.
- **Faktor yang Berhubungan:** Kurangnya pemaparan informasi, keterbatasan pemahaman, atau kurangnya minat dalam belajar.
- **Karakteristik Utama:** Ekspresi verbal kebingungan, permintaan informasi, atau pelaksanaan tindakan yang tidak tepat.
2. **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
- **Kode 1806: Pengetahuan tentang Prosedur Kesehatan**
- **Indikator:**
- Menyatakan pemahaman tentang langkah-langkah latihan.
- Mendemonstrasikan teknik latihan dengan benar.
- Mengidentifikasi tanda-tanda kemajuan atau komplikasi.
- **Skala Pengukuran:**
- **1 (Tidak pernah menunjukkan)** hingga **5 (Selalu menunjukkan)**.
3. **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
- **Kode 5604: Edukasi Kesehatan**
- **Aktivitas:**
- Memberikan penjelasan verbal dan demonstrasi teknik latihan.
- Menggunakan media visual (poster/video) untuk mempermudah pemahaman.
- Melibatkan keluarga dalam sesi edukasi.
- Memberikan reinforcement positif saat pasien melakukan latihan dengan benar.
- **Frekuensi:** Dilakukan secara bertahap dan dievaluasi secara berkala.
**Rekomendasi:**
- Lakukan asesmen lebih mendalam untuk menilai tingkat pemahaman pasien dan keluarga.
- Gunakan pendekatan *teach-back* untuk memastikan informasi dipahami dengan benar.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang terstruktur.
**Sumber:**
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
*(Ditulis dalam format akademis dengan persona sebagai perawat pakar)* -
Article No. 16355 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang bayi laki-laki, usia 3 hari, dirawat di ruang perawatan bayi dengan keluhan bayi tidak kuat menyusu dan suhu tubuhnya naik turun. Pada pemeriksaan fisik, bayi secara umum tampak lemah. Bayi cukup bulan dengan usia gestasi 38 bulan, BB bayi 3,1 kg, Tanda vital: Suhu 36,70C, frekuensi pernapasan: 41x/menit, frekuensi denyut nadi: 154X/menit, CRT < 2 detik. Menurut ibu, bayi mendapat ASI, namun akhir-akhir ini bayi lemas dan sukar menghisap. Saat disusui tertidur, kadang menolak untuk menghisap. Ibu juga mengatakan asinya belum banyak keluar. Saat ini bayi diobservasi dengan OGT. Wajah dan leher bayi juga tampak bengkak, sklera dan kulit pasien tampak kuning. Hasil pemeriksaan laboratorium, direk: 0,33, bilirubin indirk: 7,29, bilirubin total 7,62 (normal < 5 mg/dl).
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Menyusu Berhubungan dengan Kelemahan Bayi
Ketidakefektifan Menyusu adalah ketidakmampuan bayi untuk menghisap susu secara efektif.
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
3. Ikterus Berhubungan dengan Peningkatan Bilirubin
Ikterus adalah kondisi patologis yang ditandai dengan pewarnaan kuning pada kulit dan sklera mata akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakefektifan Menyusu Berhubungan dengan Kelemahan Bayi
- Bayi dapat menyusu secara efektif
- Bayi dapat mempertahankan berat badan yang adekuat
- Bayi dapat menjaga kadar glukosa dalam rentang normal
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit
- Suhu tubuh bayi dalam rentang normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Ikterus Berhubungan dengan Peningkatan Bilirubin
- Kadar bilirubin dalam darah menurun
- Warna kulit dan sklera membaik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakefektifan Menyusu Berhubungan dengan Kelemahan Bayi
- Observasi tanda-tanda vital, berat badan, dan asupan cairan bayi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan dan elektrolit yang adekuat
- Berikan stimulasi oral dan perawatan mulut untuk meningkatkan refleks menyusu
- Fasilitasi pemberian ASI dengan teknik menyusu yang benar
- Pantau kemajuan menyusu, berat badan, dan kadar glukosa darah bayi
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit
- Observasi suhu tubuh bayi secara teratur
- Berikan tindakan penurunan suhu jika diperlukan (kompres hangat, kipas angin)
- Identifikasi penyebab hipertermia dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk perawatan yang tepat
- Monitoring tanda-tanda infeksi
3. Ikterus Berhubungan dengan Peningkatan Bilirubin
- Observasi warna kulit dan sklera bayi secara teratur
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemantauan kadar bilirubin dan tindakan penurunan bilirubin jika diperlukan
- Berikan perawatan kulit yang sesuai untuk mencegah kerusakan kulit
- Edukasi kepada orang tua mengenai tanda-tanda ikterus dan pentingnya pemantauan yang ketat
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas dalam nada akademis, persona pakar, dan perspektif perawat:
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya melihat bahwa kondisi bayi yang Anda sampaikan menunjukkan adanya beberapa masalah keperawatan yang membutuhkan penanganan segera. Berdasarkan data yang diberikan, saya mengidentifikasi tiga diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), yaitu Ketidakefektifan Menyusu Berhubungan dengan Kelemahan Bayi, Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit, dan Ikterus Berhubungan dengan Peningkatan Bilirubin.
Setiap diagnosa keperawatan tersebut memiliki luaran atau hasil yang diharapkan setelah pemberian asuhan keperawatan, yang tercantum dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Untuk Ketidakefektifan Menyusu Berhubungan dengan Kelemahan Bayi, luaran yang diharapkan adalah bayi dapat menyusu secara efektif, mempertahankan berat badan yang adekuat, dan menjaga kadar glukosa dalam rentang normal. Untuk Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit, luaran yang diharapkan adalah suhu tubuh bayi dalam rentang normal dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Sementara untuk Ikterus Berhubungan dengan Peningkatan Bilirubin, luaran yang diharapkan adalah kadar bilirubin dalam darah menurun dan warna kulit serta sklera membaik.
Dalam rangka mencapai luaran tersebut, perawat perlu mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Untuk Ketidakefektifan Menyusu, intervensi yang dapat dilakukan adalah observasi tanda-tanda vital, berat badan, dan asupan cairan bayi; kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan dan elektrolit yang adekuat; stimulasi oral dan perawatan mulut untuk meningkatkan refleks menyusu; fasilitasi pemberian ASI dengan teknik menyusu yang benar; serta pemantauan kemajuan menyusu, berat badan, dan kadar glukosa darah bayi.
Selanjutnya, untuk Hipertermia, intervensi yang dapat dilakukan adalah observasi suhu tubuh bayi secara teratur; pemberian tindakan penurunan suhu jika diperlukan (kompres hangat, kipas angin); identifikasi penyebab hipertermia dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk perawatan yang tepat; serta pemantauan tanda-tanda infeksi.
Untuk Ikterus, intervensi yang dapat dilakukan adalah observasi warna kulit dan sklera bayi secara teratur; kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemantauan kadar bilirubin dan tindakan penurunan bilirubin jika diperlukan; pemberian perawatan kulit yang sesuai untuk mencegah kerusakan kulit; serta edukasi kepada orang tua mengenai tanda-tanda ikterus dan pentingnya pemantauan yang ketat.
Sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa kondisi bayi ini membutuhkan penanganan yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain. Oleh karena itu, peran perawat sangat vital dalam melakukan pengkajian yang cermat, menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, serta merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencapai luaran yang diharapkan demi pemulihan dan kesejahteraan bayi. -
Article No. 16356 | 28 Apr 2025
Klinis : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit typoid
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi Anda.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit typhoid adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai suhu tubuh di atas rentang normal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan disipasi panas.
Dalam kasus ini, hipertermia terjadi akibat proses inflamasi yang mendasari penyakit typhoid. Pada penyakit typhoid, bakteri Salmonella typhi menginfeksi dan menyebabkan peradangan di saluran pencernaan, yang kemudian memicu peningkatan suhu tubuh. Diagnosa keperawatan ini memfokuskan pada masalah utama yaitu hipertermia yang perlu ditangani.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C)
Indikator:
- Suhu tubur berada dalam rentang normal
- Tidak lagi terasa panas atau menggigil
2. Tanda-tanda vital stabil
Indikator:
- Nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi atau dehidrasi
3. Pengetahuan pasien tentang manajemen hipertermia meningkat
Indikator:
- Pasien dapat menjelaskan penyebab, gejala, dan cara penanganan hipertermia
- Pasien mampu mengikuti instruksi perawat dalam manajemen hipertermia
Pencapaian luaran ini akan menunjukkan bahwa masalah hipertermia telah teratasi dan kondisi pasien stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat diberikan:
1. Manajemen Suhu Tubuh
- Monitoring suhu tubuh secara rutin
- Menurunkan suhu tubuh dengan kompres hangat/dingin, kipas angin, atau obat penurun demam
- Mempertahankan suhu ruangan yang nyaman
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
- Memantau intake dan output cairan
- Memberikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
- Mengganti cairan yang hilang akibat demam
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Menjelaskan penyebab, gejala, dan penanganan hipertermia
- Mengajarkan teknik pengukuran suhu dan penanganan demam di rumah
- Memberikan informasi terkait penyakit typhoid dan penanganannya
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengelolaan nutrisi pasien
Implementasi intervensi-intervensi ini secara komprehensif akan membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilnya suhu tubuh, tanda-tanda vital, serta meningkatnya pengetahuan pasien dan keluarga dalam manajemen hipertermia. -
Article No. 16357 | 28 Apr 2025
Klinis : pasien datang keluhan batuk pilek
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk pilek.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk pilek adalah "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif". Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami gejala batuk dan pilek yang dapat mengindikasikan adanya gangguan pada bersihan jalan napas. Batuk dan pilek sering terjadi akibat adanya peningkatan sekresi dan/atau obstruksi saluran napas, sehingga dapat mengganggu proses bersihan jalan napas yang efektif.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan:
a. Frekuensi batuk dan produksi sekret yang menurun
b. Suara napas bersih, tidak ada suara napas tambahan
c. Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
d. Oksigenasi yang adekuat (SpO2 ≥ 95%)
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
a. Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi bersihan jalan napas
b. Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam dan batuk efektif
c. Berikan hidrasi yang adekuat untuk melarutkan sekret
d. Lakukan suction bila diperlukan untuk mengeluarkan sekret
e. Ajarkan teknik batuk efektif dan drainase postural
2. Manajemen Lingkungan
a. Tingkatkan kelembaban udara ruangan
b. Ciptakan lingkungan yang bersih dan bebas debu
3. Edukasi Kesehatan
a. Jelaskan kepada pasien mengenai kondisi batuk pilek dan pentingnya menjaga bersihan jalan napas
b. Ajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif
Penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif tentang diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah batuk pilek pada pasien. Diharapkan informasi ini dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan efektif. -
Article No. 16358 | 28 Apr 2025
Klinis : D.0020 Diare. Definisi : Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak terbentuk. replicas tag heuer Penyebab Fisiologis Inflamasi gastrointestinal. Iritasi gastrointestinal. Proses infeksi. Malabsorsi. Psikologis [
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi D.0020 Diare berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah:
1. Diare (D-0020)
Definisi: Pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak terbentuk.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan penilaian klinik perawat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk menentukan intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Kode dan Definisi Diagnosis Keperawatan:
D-0020 Diare
Definisi: Pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak terbentuk. Penyebabnya dapat berasal dari inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorpsi, atau faktor psikologis.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan dalam konteks perawat, saya telah menyampaikan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, SIKI, serta kode dan definisi diagnosis keperawatan D-0020 Diare sesuai dengan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 16359 | 28 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai untuk kondisi pasien adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikroskopis sputum untuk Mycobacterium tuberculosis
Penjelasan:
Pasien pria usia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya suara napas bronkial di paru kanan atas, dan pemeriksaan radiologis mengindikasikan adanya lesi di paru. Berdasarkan gejala dan temuan pemeriksaan, diagnosis awal yang paling sesuai adalah tuberkulosis paru.
Kode ICD-10 A15.0 "Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis" dipilih karena pasien memiliki gejala khas tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan, serta ditemukan adanya lesi di paru pada pemeriksaan radiologis.
Kode ICD-9-CM 87.44 "Pemeriksaan mikroskopis sputum untuk Mycobacterium tuberculosis" dapat digunakan untuk prosedur pengambilan dan pemeriksaan sputum guna mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis secara bakteriologis.
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengumpulan sampel sputum untuk pemeriksaan mikrobiologis, serta pemeriksaan penunjang lainnya (seperti tes tuberkulin, pemeriksaan radiologis lanjutan) untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru dan menentukan rencana penatalaksanaan yang sesuai. -
Article No. 16360 | 28 Apr 2025
Klinis : pasien ibu partus dengan kala 1, gawat janin
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi pasien ibu partus dengan kala 1, gawat janin:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O62.2
- Deskripsi: Partus lama pada kala 1
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 73.1
- Deskripsi: Operasi sesar
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O62.2 (Partus lama pada kala 1) adalah diagnosis yang sesuai dengan kondisi pasien ibu partus dengan kala 1 yang mengalami gawat janin. Partus lama pada kala 1 dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kontraksi uterus yang tidak adekuat, posisi janin yang tidak optimal, atau ketidaksesuaian antara ukuran janin dan panggul ibu.
2. Kode ICD-9-CM 73.1 (Operasi sesar) adalah prosedur yang mungkin dilakukan untuk mengatasi kondisi gawat janin selama partus kala 1. Operasi sesar merupakan tindakan bedah untuk melahirkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan uterus ibu, dan dapat menjadi pilihan jika kondisi janin memburuk atau jika partus tidak dapat berlanjut secara normal.
Dalam kasus ini, diagnosis O62.2 (Partus lama pada kala 1) dan prosedur 73.1 (Operasi sesar) dapat digunakan untuk mendokumentasikan kondisi klinis pasien dan tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 16361 | 28 Apr 2025
Klinis : pasien ibu partus dengan kala 1, gawat janin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu pasien ibu partus dengan kala 1, gawat janin, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko ketidakstabilan kondisi janin (10084)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan atau peningkatan pada tanda vital dan kesejahteraan janin selama proses persalinan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko ketidakstabilan kondisi janin (10084)
Kode: 10084
Definisi: Berisiko mengalami penurunan atau peningkatan pada tanda vital dan kesejahteraan janin selama proses persalinan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas kondisi janin (10091)
Kode: 10091
Definisi: Keadaan di mana tanda vital dan kesejahteraan janin berada dalam batas normal selama proses persalinan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan kondisi janin (10087)
Kode: 10087
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi perubahan pada tanda vital dan kesejahteraan janin selama proses persalinan.
2. Manajemen komplikasi persalinan (10086)
Kode: 10086
Definisi: Tindakan untuk mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi selama proses persalinan.
Penjelasan Singkat:
Pasien ibu partus dengan kala 1 dan gawat janin berisiko mengalami ketidakstabilan kondisi janin, seperti penurunan atau peningkatan pada tanda vital dan kesejahteraan janin selama proses persalinan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pemantauan kondisi janin dan manajemen komplikasi persalinan untuk mempertahankan stabilitas kondisi janin.