Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18350 | 07 Jun 2025
Klinis : pasien dengan keluhan BAB darah sudah 4 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan BAB darah selama 4 hari.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini adalah "Diare". Diare merupakan kondisi dimana pasien mengalami BAB cair atau encer lebih dari 3 kali dalam sehari, disertai dengan darah dalam tinja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi bakteri, virus, parasit, malabsorpsi, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Restorasi Cairan dan Elektrolit: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan dan elektrolit yang memadai, seperti turgor kulit normal, membran mukosa lembab, dan tanda-tanda vital stabil.
2. Kontrol Tanda dan Gejala Diare: Pasien menunjukkan penurunan frekuensi BAB encer dan darah dalam tinja.
3. Pemeliharaan Status Nutrisi: Pasien mempertahankan intake nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
4. Peningkatan Kenyamanan: Pasien menunjukkan tingkat kenyamanan yang meningkat, seperti berkurangnya rasa sakit perut, tenesmus, dan gejala lainnya.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring Cairan dan Elektrolit:
- Pantau tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan laju pernapasan.
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi status cairan dan elektrolit.
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan untuk mengatasi dehidrasi.
2. Manajemen Diare:
- Identifikasi penyebab diare dan faktor-faktor yang memperberat kondisi.
- Berikan diet yang sesuai, seperti makanan yang mudah dicerna dan kaya serat.
- Berikan obat-obatan antidiare atau antispasmodik sesuai instruksi dokter.
- Ajarkan teknik pencegahan penularan, seperti cuci tangan yang benar.
3. Optimalisasi Status Nutrisi:
- Lakukan evaluasi status nutrisi, termasuk riwayat makan dan berat badan.
- Berikan makanan yang kaya nutrisi dan mudah dicerna.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai.
- Pantau asupan nutrisi dan berat badan secara berkala.
4. Peningkatan Kenyamanan:
- Berikan analgesik atau antispasmodik untuk mengurangi nyeri perut.
- Ajarkan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk mengatasi gejala.
- Berikan kenyamanan fisik, seperti pengaturan posisi yang nyaman.
- Berikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu restorasi cairan dan elektrolit, kontrol tanda dan gejala diare, pemeliharaan status nutrisi, dan peningkatan kenyamanan. Pengawasan dan evaluasi yang ketat sangat penting untuk memastikan efektivitas asuhan keperawatan dan perbaikan kondisi pasien. -
Article No. 18351 | 07 Jun 2025
Klinis : Tn. H, seorang pria berusia 65 tahun, didiagnosis menderita kanker prostat stadium IV dua tahun yang lalu. Dalam enam bulan terakhir, sel kanker telah bermetastasis ke tulang belakang, tulang panggul, dan tulang panjang ekstremitas bawah. Sejak metastasis teridentifikasi, pasien mulai mengalami nyeri hebat yang hampir tidak pernah mereda, terutama di area punggung bawah, panggul, dan paha kanan. Nyeri semakin parah ketika bergerak atau duduk dalam waktu lama. Skala nyeri mencapai 9 dari 10. Pasien sebelumnya aktif sebagai pensiunan guru dan sangat mandiri. Namun kini, aktivitas sehari-harinya sangat terbatas. Ia lebih sering terbaring dan membutuhkan bantuan untuk mandi dan berpakaian. Pasien mengeluh sulit tidur karena nyeri, kehilangan nafsu makan, serta perasaan tidak berdaya. Pasien telah dilakukan terapi opioid yang dapat menurunkan nyeri, namun menimbulkan efek samping seperti mengantuk berlebihan, konstipasi berat, dan rasa tidak nyaman di perut. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan pasien dalam kondisi lemah, tampak kurus, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 88x/menit, dan suhu tubuh 36,5°C. TB 170 cm BB 65 kg sebelum sakit, setelah sakit BB menjadi 52 kg. Ekspresi wajah menunjukkan ketegangan dan kesakitan. Palpasi pada area lumbal dan panggul menimbulkan reaksi nyeri tajam. Pasien mengatakan bahwa rasa sakitnya seperti "ditusuk-tusuk dari dalam". Pasien mengalami kesedihan mendalam, sering kali menangis ketika berbicara tentang kematiannya. Ia merasa sebagai beban bagi istrinya yang merawatnya penuh waktu. Hubungan dengan anak-anaknya membaik karena mereka sering mengunjunginya, namun pasien masih menunjukkan perasaan takut, cemas, dan marah terhadap penyakitnya. Ia menyatakan ketakutan untuk mati dalam keadaan kesakitan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Tn. H, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses penyakit kanker prostat stadium IV yang bermetastasis ke tulang.
2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penurunan kemampuan fungsional akibat nyeri hebat dan progresi penyakit.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri hebat dan efek samping terapi opioid.
4. Risiko Malnutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, dan penurunan berat badan.
5. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan akan kematian dan beban bagi keluarga.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Kronis: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri dan meningkatnya kemampuan untuk mengendalikan nyeri.
2. Ketidakberdayaan: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
3. Pola Tidur: Pasien melaporkan peningkatan kualitas dan kuantitas tidur.
4. Status Nutrisi: Pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan asupan nutrisi yang adekuat.
5. Tingkat Kecemasan: Pasien melaporkan penurunan tingkat kecemasan dan mampu mengungkapkan perasaannya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri Kronis:
- Identifikasi karakteristik, lokasi, frekuensi, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengaturan terapi analgesik yang optimal.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi komplementer.
2. Peningkatan Keberdayaan:
- Fasilitasi pasien untuk terlibat dalam perawatan diri sesuai kemampuan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk meningkatkan kemampuan mobilisasi.
- Libatkan keluarga dalam perawatan dan aktivitas pasien.
3. Peningkatan Pola Tidur:
- Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur, seperti nyeri dan efek samping obat.
- Berikan intervensi nonfarmakologis untuk meningkatkan kualitas tidur, seperti manajemen lingkungan dan teknik relaksasi.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengaturan terapi farmakologi yang sesuai.
4. Peningkatan Status Nutrisi:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi asupan nutrisi, seperti anoreksia dan mual.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Berikan intervensi untuk meningkatkan nafsu makan dan asupan nutrisi, seperti pemberian suplemen nutrisi.
5. Manajemen Kecemasan:
- Identifikasi sumber-sumber kecemasan, seperti ketakutan akan kematian dan beban bagi keluarga.
- Berikan dukungan psikologis dan emosional, serta bimbing pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan perawatan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk penanganan farmakologis jika diperlukan.
Catatan: Intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individual pasien, serta dilakukan secara kolaboratif dengan tenaga kesehatan lainnya. -
Article No. 18352 | 07 Jun 2025
Klinis : pasien mengeluh mual ketika makan, muntah -
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien mengeluh mual ketika makan dan muntah, maka berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Mual (Nausea)
Kode SDKI: 10.02.02
Definisi: Perasaan tidak nyaman yang memaksa ingin muntah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10.02.02
Definisi: Perasaan tidak nyaman yang memaksa ingin muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10.02.02.01
Definisi: Pasien menunjukkan perasaan tidak nyaman yang memaksa ingin muntah berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10.02.02.01
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk mengatasi perasaan tidak nyaman yang memaksa ingin muntah pada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat akan melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan, merencanakan dan melaksanakan intervensi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 18354 | 07 Jun 2025
Klinis : DO: Tn. P terdiagnosis asma Ny. TR terdiagnosis diabetes mellitus DS: Tn. P mengatakan bahwa dirinya ingin sesekali ketika pergi keluar rumah, anggota keluarga dapat hadir secara lengkap Tn. P mengatakan bahwa cucunya senang mengantar beliau dan Ny. TR berobat, periksa kesehatan secara rutin, hingga menunggu Tn. P opname di rumah sakit beberapa waktu yang lalu Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan selalu diambil melalui diskusi bersama Tn. P mengatakan setiap terjadi perbedaan pendapat, mereka selalu berusaha mencari jalan tengah yang diterima kedua pihak, fokus mengontrol emosi negatif yang muncul dari masalah, dan mencari petunjuk dengan beribadah. diagnosa keluarga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Untuk Tn. P dengan asma:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Intoleransi Aktivitas
c. Manajemen Kesehatan Keluarga
2. Untuk Ny. TR dengan diabetes mellitus:
a. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
b. Risiko Gula Darah Tidak Stabil
c. Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Untuk Tn. P dengan asma:
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
b. Toleransi Aktivitas Meningkat
c. Manajemen Kesehatan Keluarga Memadai
2. Untuk Ny. TR dengan diabetes mellitus:
a. Manajemen Kesehatan Efektif
b. Gula Darah Terkendali
c. Kepatuhan Regimen Terapeutik
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Tn. P dengan asma:
a. Pantau fungsi pernafasan
b. Berikan edukasi tentang manajemen asma
c. Fasilitasi keikutsertaan keluarga dalam perawatan
2. Untuk Ny. TR dengan diabetes mellitus:
a. Ajarkan manajemen diri dalam perawatan diabetes
b. Pantau dan beri intervensi untuk menjaga gula darah
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk terapi yang tepat
d. Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk Tn. P dengan asma adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, dan Manajemen Kesehatan Keluarga. Sedangkan untuk Ny. TR dengan diabetes mellitus adalah Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan, Risiko Gula Darah Tidak Stabil, dan Ketidakpatuhan Regimen Terapeutik.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI) adalah tercapainya kondisi yang optimal bagi kedua pasien. Untuk Tn. P, diharapkan bersihan jalan napas menjadi efektif, toleransi aktivitas meningkat, dan manajemen kesehatan keluarga menjadi memadai. Untuk Ny. TR, diharapkan manajemen kesehatan menjadi efektif, gula darah terkendali, dan kepatuhan regimen terapeutik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) meliputi pemantauan, edukasi, fasilitasi keikutsertaan keluarga, pelatihan manajemen diri, kolaborasi dengan tim kesehatan, dan pemberian dukungan emosional. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi kesehatan masing-masing.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pendekatan yang berfokus pada keluarga dan peningkatan kemandirian pasien menjadi penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 18355 | 07 Jun 2025
Klinis : pijat laktasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Pola Menyusui (00104)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi pola menyusui yang efektif.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00104
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi pola menyusui yang efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1808
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan atau memfasilitasi pola menyusui yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 5606
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk membantu ibu menyusui dalam mempertahankan atau memfasilitasi pola menyusui yang efektif.
Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai diagnosa keperawatan ini. Pijat laktasi merupakan salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk membantu ibu menyusui dalam mempertahankan atau memfasilitasi pola menyusui yang efektif. Pijat laktasi dapat membantu meningkatkan produksi ASI, melancarkan aliran ASI, dan mengurangi nyeri pada payudara. -
Article No. 18356 | 07 Jun 2025
Klinis : sakit tulang sudah 2 tahun, kadang kaki terasa dingin dan kepala sakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu sakit tulang sudah 2 tahun, kadang kaki terasa dingin, dan kepala sakit, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis (00133)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (nyeri).
- SLKI: Manajemen Nyeri (10030)
- SIKI: Manajemen Nyeri (10030.0)
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan dalam lingkungan yang normal.
- SLKI: Manajemen Aktivitas (10002)
- SIKI: Manajemen Aktivitas (10002.0)
3. Gangguan Perfusi Perifer (00204)
- SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas.
- SLKI: Manajemen Perfusi Jaringan (10028)
- SIKI: Manajemen Perfusi Jaringan (10028.0)
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kronis (00133):
- Klien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang sudah berlangsung selama 2 tahun.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan manajemen lingkungan.
2. Intoleransi Aktivitas (00092):
- Klien mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan dalam lingkungan yang normal, seperti aktivitas sehari-hari.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Aktivitas, seperti perencanaan dan pengaturan aktivitas, serta pemberian bantuan yang sesuai.
3. Gangguan Perfusi Perifer (00204):
- Klien mengalami penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas, yang ditandai dengan kaki terasa dingin.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Perfusi Jaringan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, peningkatan sirkulasi, dan penanganan faktor penyebab.
Kode dan definisi masing-masing intervensi keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 18357 | 07 Jun 2025
Klinis : Sesekali asam lambung naik, nyeri ulu hati, terasa panas sampai tenggorokan dan rasa asam, skala 6-7,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan Peristaltik (00197)
Definisi: Penurunan kemampuan usus untuk memindahkan isi usus secara teratur.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00197
Definisi: Penurunan kemampuan usus untuk memindahkan isi usus secara teratur.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS-0198
Definisi: Pemulihan fungsi peristaltik usus yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP-0216
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memulihkan fungsi peristaltik usus yang efektif.
Penjelasan singkat:
Kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu sesekali asam lambung naik, nyeri ulu hati, terasa panas sampai tenggorokan dan rasa asam, dengan skala 6-7, mengarah pada diagnosa keperawatan Ketidakefektifan Peristaltik. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakseimbangan asam lambung, stres, atau makanan yang tidak sesuai. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memperbaiki pola makan, mengelola stres, dan memonitor gejala-gejala yang muncul. -
Article No. 18358 | 07 Jun 2025
Klinis : Sesekali asam lambung naik, nyeri ulu hati, terasa panas sampai tenggorokan dan rasa asam, skala 6-7,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Kondisi Klien:**
Sesekali asam lambung naik, nyeri ulu hati (skala nyeri 6-7), sensasi panas hingga tenggorokan, dan rasa asam.
### **Diagnosa Keperawatan (SDKI):**
**Kode: 00046 – Nyeri Akut** *(berhubungan dengan refluks asam lambung yang menyebabkan iritasi esofagus dan ulu hati)*
**Penjelasan SDKI:**
Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat (skala 0–10), dan durasi kurang dari 3 bulan. Pada kasus ini, nyeri ulu hati (skala 6-7) dan sensasi panas akibat refluks asam memenuhi kriteria diagnosa ini.
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Kode: 1403 – Tingkat Nyeri**
**Indikator:**
- **140301** – Skala nyeri menurun (target: ?3 dalam 24–48 jam).
- **140302** – Ekspresi wajah rileks (tidak meringis/mengernyit).
- **140303** – Klien melaporkan peningkatan kenyamanan.
**Penjelasan SLKI:**
Luaran ini mengukur efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan akibat refluks asam. Target utama adalah menurunkan skala nyeri melalui manajemen gejala dan modifikasi gaya hidup.
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**Kode: 2310 – Manajemen Nyeri**
**Aktivitas:**
- **231015** – Ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ketegangan.
- **231024** – Anjurkan posisi semi-Fowler setelah makan untuk mencegah refluks.
- **231032** – Pantau respons klien terhadap terapi farmakologi (antasida/PPI sesuai resep).
**Kode: 5618 – Edukasi Pasien**
**Aktivitas:**
- **561802** – Berikan informasi tentang pemicu refluks (makanan pedas, kopi, alkohol).
- **561815** – Anjurkan makan porsi kecil tapi sering untuk mengurangi tekanan lambung.
**Penjelasan SIKI:**
Intervensi difokuskan pada pengendalian nyeri melalui pendekatan farmakologis dan non-farmakologis, serta pencegahan kekambuhan melalui edukasi.
---
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 5, PPNI (2023).*
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 4, PPNI (2023).*
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 4, PPNI (2023).*
**Catatan Akademis:**
Diagnosa ini bersifat holistik, mempertimbangkan aspek biopsikososial klien. Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan efektivitas intervensi dan adaptasi rencana keperawatan. -
Article No. 18359 | 07 Jun 2025
Klinis : sesak nafas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai kondisi sesak nafas berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Sesak Nafas:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi sesak nafas adalah "Pola Napas Tidak Efektif" (SDKI, 2017). Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Karakteristik definisi ini mencakup gejala-gejala sesak nafas, seperti napas dangkal, napas cepat, ortopnea, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Keadaan di mana pasien dapat melakukan inspirasi dan ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.
2. Bebas Distres Pernapasan: Keadaan di mana pasien bebas dari sensasi sulit bernapas atau kekurangan napas.
3. Fungsi Pernapasan Membaik: Keadaan di mana terjadi peningkatan kinerja sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan pemantauan jalan napas
- Berikan oksigenasi, jika diperlukan
- Lakukan suction, jika diperlukan
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik, jika diperlukan
2. Manajemen Ventilasi
- Lakukan pemantauan pola napas
- Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
- Berikan posisi semi-fowler atau fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
- Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik, jika diperlukan
3. Manajemen Kenyamanan
- Berikan intervensi untuk mengurangi kecemasan dan distres pernapasan
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika diperlukan
- Fasilitasi istirahat yang adekuat
4. Edukasi Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen sesak napas
- Ajarkan teknik relaksasi dan penggunaan alat bantu pernapasan, jika diperlukan
- Dorong kepatuhan terhadap regimen terapi
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Pola Napas Tidak Efektif merupakan diagnosis keperawatan yang sesuai karena mencakup gejala-gejala sesak napas, seperti napas dangkal, napas cepat, ortopnea, dan penggunaan otot bantu pernapasan. Diagnosis ini menggambarkan adanya ketidakefektifan dalam proses inspirasi dan/atau ekspirasi, sehingga ventilasi tidak adekuat.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Tujuan ini menggambarkan keberhasilan intervensi keperawatan dalam memulihkan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat bagi pasien.
2. Bebas Distres Pernapasan: Tujuan ini menggambarkan keberhasilan intervensi keperawatan dalam mengurangi sensasi sulit bernapas atau kekurangan napas yang dialami pasien.
3. Fungsi Pernapasan Membaik: Tujuan ini menggambarkan keberhasilan intervensi keperawatan dalam meningkatkan kinerja sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas: Intervensi ini bertujuan untuk memastikan jalan napas pasien tetap terbuka dan bebas dari sumbatan, serta memberikan oksigenasi yang adekuat.
2. Manajemen Ventilasi: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas ventilasi pasien, baik melalui tindakan mandiri maupun kolaborasi dengan pemberian terapi ventilasi mekanik.
3. Manajemen Kenyamanan: Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan distres pernapasan yang dialami pasien, serta memfasilitasi istirahat yang adekuat.
4. Edukasi Kesehatan: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga mengenai manajemen sesak napas, serta mendorong kepatuhan terhadap regimen terapi.
Penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif diharapkan dapat membantu mencapai luaran/output yang diharapkan, sehingga dapat memperbaiki kondisi sesak napas yang dialami pasien. -
Article No. 18287 | 06 Jun 2025
Klinis : Pasien datang karena BAB hitam sejak 4 hari, BAB hitam 1 hari sekali, konsistensi lunak, lender -, darah segar -. Lemas , nyaeri perut ulu hati . pasien memiliki riw sering konsumsi jamu dan enervon C sejak 5 tahun yang lalu. Muntah -, mual . RPD: Riwayat HT (-), DM (-). Riwayat alergi obat: -
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal
Definisi: Situasi di mana individu berisiko mengalami kehilangan darah dari saluran pencernaan.
Karakteristik Definisi: Adanya riwayat sering konsumsi jamu dan enervon C, BAB hitam, darah segar.
2. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Karakteristik Definisi: Nyeri perut ulu hati.
3. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
Karakteristik Definisi: Lemas.
Luaran/Output SLKI:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Tidak ada perdarahan gastrointestinal baru
- Tidak ada penurunan kadar hemoglobin
2. Nyeri Akut
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien dapat mengendalikan nyeri dengan bantuan
- Pasien dapat beraktivitas tanpa hambatan nyeri
3. Intoleransi Aktivitas
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih
- Pasien memiliki energi yang cukup untuk berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Risiko Perdarahan Gastrointestinal
- Pantau tanda-tanda vital secara rutin
- Pantau perdarahan gastrointestinal (warna, jumlah, konsistensi feses)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan diagnostik dan pengobatan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang risiko perdarahan gastrointestinal dan tanda-tandanya
- Anjurkan pasien untuk menghentikan konsumsi jamu dan obat-obatan yang dapat menyebabkan perdarahan
2. Nyeri Akut
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, kualitas, intensitas, frekuensi)
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (relaksasi, distraksi)
- Monitor efektivitas intervensi nyeri
- Dorong pasien untuk melaporkan keluhan nyeri
3. Intoleransi Aktivitas
- Lakukan penilaian tingkat energi dan toleransi aktivitas pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya
- Anjurkan istirahat yang cukup setelah aktivitas
- Berikan edukasi tentang manajemen energi dan penjadwalan aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penunjang (misalnya suplemen)
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan. Risiko Perdarahan Gastrointestinal diidentifikasi karena adanya riwayat konsumsi jamu dan enervon C yang dapat meningkatkan risiko perdarahan, serta gejala BAB hitam yang mengindikasikan kemungkinan perdarahan saluran cerna. Nyeri Akut diidentifikasi karena adanya keluhan nyeri perut ulu hati. Intoleransi Aktivitas diidentifikasi karena adanya keluhan lemas yang menunjukkan ketidakmampuan pasien untuk mentolerir aktivitas fisik.
Luaran/output SLKI merupakan tujuan yang ingin dicapai setelah pemberian asuhan keperawatan. Untuk Risiko Perdarahan Gastrointestinal, tujuannya adalah menjaga tanda-tanda vital dalam batas normal, mencegah perdarahan gastrointestinal baru, dan mempertahankan kadar hemoglobin. Untuk Nyeri Akut, tujuannya adalah mengurangi nyeri, memungkinkan pasien mengendalikan nyeri, dan memfasilitasi aktivitas tanpa hambatan nyeri. Untuk Intoleransi Aktivitas, tujuannya adalah memungkinkan pasien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih dan memiliki energi yang cukup untuk berpartisipasi dalam perawatan kesehatan.
Intervensi keperawatan SIKI merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai luaran/output yang diharapkan. Untuk Risiko Perdarahan Gastrointestinal, intervensi fokus pada pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan perdarahan, kolaborasi dengan dokter, edukasi pasien, dan anjuran untuk menghentikan konsumsi jamu dan obat-obatan yang dapat menyebabkan perdarahan. Untuk Nyeri Akut, intervensi fokus pada identifikasi karakteristik nyeri, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, pengajaran teknik manajemen nyeri non-farmakologis, pemantauan efektivitas intervensi, dan dorongan kepada pasien untuk melaporkan keluhan nyeri. Untuk Intoleransi Aktivitas, intervensi fokus pada penilaian tingkat energi dan toleransi aktivitas, bantuan dalam aktivitas sehari-hari, anjuran istirahat yang cukup, edukasi tentang manajemen energi dan penjadwalan aktivitas, serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penunjang.