Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16329 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang laki – laki 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan anemia. Hasil pengkajian, pasien mengeluh badan rasa lemah dan kepala sering rasa pusing, riwayat sering pingsan, bibir dan telapak tangan pucat. TD 110/70 mmHg, frekwensi nadi 110 x/menit, frekwensi napas 26 x/menit, suhu 36,70C. Hemoglobin 6 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. SDKI: Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Keterbatasan kemampuan fisik untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
b. SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas (10002)
Definisi: Kemampuan untuk meningkatkan aktivitas fisik tanpa kelelahan yang berlebihan.
c. SIKI: Manajemen Energi (3900)
Definisi: Pengaturan energi fisik dan mental untuk mempertahankan aktivitas yang diinginkan.
2. Diagnosa Keperawatan:
a. SDKI: Penurunan Volume Cairan (00027)
Definisi: Berkurangnya cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
b. SLKI: Peningkatan Volume Cairan (10004)
Definisi: Kemampuan untuk meningkatkan volume cairan dalam tubuh.
c. SIKI: Manajemen Cairan (4120)
Definisi: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Diagnosa Keperawatan:
a. SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (00204)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
b. SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan (10003)
Definisi: Kemampuan untuk meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan.
c. SIKI: Manajemen Perfusi (4062)
Definisi: Pengaturan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan anemia mengalami intoleransi aktivitas, penurunan volume cairan, dan gangguan perfusi jaringan perifer. Perawat harus fokus pada peningkatan toleransi aktivitas, peningkatan volume cairan, dan peningkatan perfusi jaringan untuk membantu pasien mencapai keseimbangan cairan dan peningkatan status fisiologis. -
Article No. 16330 | 28 Apr 2025
Klinis : Gangguan persepsi sensory
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan permintaan Anda:
**Diagnosa Keperawatan untuk Gangguan Persepsi Sensori**
**Kode DX: 00122**
**Diagnosa Keperawatan (SDKI):** *Gangguan Persepsi Sensori*
**Definisi:** Keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang diterima, disertai dengan respons yang tidak sesuai terhadap rangsangan sensori (visual, auditori, kinestetik, gustatori, taktil, atau olfaktori).
---
**Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode LO: 1601**
**Luaran:** *Persepsi Sensori Membaik*
**Indikator:**
1. Klien mampu mengidentifikasi stimulus dengan tepat (LO 160101).
2. Klien menunjukkan respons yang sesuai terhadap rangsangan (LO 160102).
3. Klien melaporkan penurunan distorsi persepsi (LO 160103).
---
**Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode LI: 3540**
**Intervensi:** *Manajemen Gangguan Sensori*
**Tindakan:**
1. **LI 354001:** Lakukan orientasi realitas (waktu, tempat, orang) secara berkala.
2. **LI 354002:** Minimalkan stimulus berlebihan (mis: redupkan lampu, kurangi kebisingan).
3. **LI 354003:** Gunakan alat bantu sensori (kacamata, alat pendengar) jika diperlukan.
4. **LI 354004:** Latih klien dalam teknik grounding (mis: menyentuh benda dengan tekstur berbeda).
---
**Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia):** Mendokumentasikan gangguan persepsi sebagai dasar intervensi.
2. **SLKI (Sistem Luaran Keperawatan Indonesia):** Mengukur progres adaptasi klien terhadap stimulus.
3. **SIKI (Sistem Intervensi Keperawatan Indonesia):** Tindakan spesifik untuk memodifikasi lingkungan atau meningkatkan pemrosesan sensori.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi VI*.
- PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi II*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi II*.
Format ini memenuhi kriteria akademis dengan menyertakan kode, definisi, dan referensi resmi PPNI. -
Article No. 16331 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang primigravida berusia 33 tahun dengan usia kehamilan 28+1 minggu datang dengan hipertensi berat, proteinuria berat, sakit kepala, pusing, dan gerakan janin yang berkurang. Selama perawatan di ICU, kondisi pasien memburuk dengan trombositopenia progresif, fungsi hati yang menurun, oligohidramnion, dan hambatan pertumbuhan janin (IUGR). Meskipun sudah mendapat pengobatan antihipertensi dan profilaksis kejang, kondisi biokimia dan klinis pasien semakin memburuk sehingga diputuskan untuk melakukan operasi caesar darurat pada usia kehamilan 28+6 minggu. Bayi lahir dengan berat badan rendah dan dipindahkan ke NICU, sedangkan pasien mengalami pemulihan bertahap pascaoperasi. Pemeriksaan histopatologi plasenta menunjukkan malperfusi plasenta, mengonfirmasi preeklamsia berat yang dipersulit sindrom HELLP. Apa intervensi dari diagnosa D. 0009 Perfusi perifer tidak efektif b. d vasospasme akibat preeklamsia berat dan sindrom
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
D.0009 Perfusi perifer tidak efektif b.d. vasospasme akibat preeklamsia berat dan sindrom HELLP
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi perifer membaik, yang ditandai dengan:
- Ekstremitas hangat, kering, dan berwarna merah muda
- Nadi perifer kuat dan berirama
- Kapiler refill <3 detik
- Tidak ada tanda-tanda sianosis atau pucat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian perfusi perifer secara komprehensif, meliputi:
- Pemeriksaan warna, suhu, dan kelembaban kulit ekstremitas
- Pemeriksaan nadi perifer
- Pemeriksaan kapiler refill
- Pemeriksaan tanda-tanda sianosis atau pucat
2. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen.
3. Pertahankan posisi pasien agar ekstremitas tidak menggantung untuk meningkatkan aliran darah.
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan pengantaran oksigen ke jaringan.
5. Lakukan tindakan untuk mengatasi vasospasme, seperti:
- Pemberian obat vasodilator sesuai resep (jika ada)
- Terapi panas lokal pada ekstremitas (jika tidak ada kontrain)
- Terapi relaksasi dan distraksi
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antihipertensi, antikonvulsan, dan obat-obatan lain yang diperlukan untuk mengontrol preeklamsia berat dan sindrom HELLP.
7. Pantau intake dan output, serta kadar elektrolit dan parameter laboratorium lainnya untuk mendeteksi komplikasi.
8. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi, pengobatan, dan tindakan keperawatan yang dilakukan.
9. Lakukan dokumentasi asuhan keperawatan secara komprehensif dan akurat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan D.0009 Perfusi perifer tidak efektif dipilih karena pasien mengalami vasospasme sebagai akibat dari preeklamsia berat dan sindrom HELLP. Vasospasme dapat menyebabkan penurunan perfusi perifer yang dapat mengancam viabilitas jaringan. Oleh karena itu, perawatan yang komprehensif diperlukan untuk memulihkan perfusi perifer dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Luaran/output yang diharapkan adalah perfusi perifer yang membaik, ditandai dengan ekstremitas yang hangat, kering, dan berwarna merah muda, nadi perifer yang kuat dan berirama, serta kapiler refill yang cepat. Hal ini menunjukkan perbaikan aliran darah ke jaringan perifer.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian perfusi perifer, pemantauan tanda-tanda vital, posisi pasien, pemberian oksigen, tindakan untuk mengatasi vasospasme, kolaborasi dengan tim medis, pemantauan intake-output dan parameter laboratorium, edukasi pasien/keluarga, serta dokumentasi asuhan keperawatan yang komprehensif. Tujuan utamanya adalah memulihkan perfusi perifer dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 16332 | 28 Apr 2025
Klinis : Data Subjektif - Klien merasa tidak berguna karena tidak dapat membantu keluarganya. - Klien merasa rendah diri karena penyakit yang dideritanya. - Klien sedih karena pondasinya. - Klien merasa malu dalam hubungan percintaan dengan kekasihnya. Data Objektif - Klien tampak murung. - Lebih banyak diam. - Nada bicara lambat. Masalah keperawatan. Gangguan konsep diri Harga diri rendah kronis.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) untuk kasus gangguan konsep diri: **harga diri rendah kronis** dengan pendekatan akademis:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis**
*(Kode SDKI: B.5.2.2)*
---
### **Penjelasan Singkat**
#### **1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)**
- **Kode:** B.5.2.2 (Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis)
- **Definisi:** Kondisi ketika individu mengalami evaluasi negatif yang menetap terhadap diri sendiri atau kemampuan diri, yang dimanifestasikan melalui perasaan tidak berharga, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan mencapai harapan.
- **Faktor Penyebab (Etiologi):**
- Penyakit kronis yang memengaruhi fungsi fisik/sosial.
- Kegagalan dalam peran atau hubungan interpersonal.
- Stigma sosial terhadap kondisi kesehatan.
#### **2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
- **Kode:** L.5.2.2 (Peningkatan Harga Diri)
- **Kriteria Luaran:**
- Klien mampu mengidentifikasi kelebihan diri (skala 3–4).
- Klien menyatakan penerimaan terhadap kondisi diri (skala 3–4).
- Klien berpartisipasi dalam aktivitas sosial (skala 2–3).
*(Skala: 1 = Tidak pernah, 5 = Selalu)*
#### **3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
- **Kode:** I.5.2.2.1 (Terapi Peningkatan Harga Diri)
- **Intervensi:**
- **Teknik *Positive Self-Talk*:** Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan pikiran positif tentang diri.
- **Psikoedukasi:** Jelaskan hubungan antara penyakit dan konsep diri untuk mengurangi distorsi kognitif.
- **Dukungan Sosial:** Fasilitasi keterlibatan keluarga dalam memberikan *reinforcement* positif.
- **Terapi Aktivitas Kelompok:** Dorong partisipasi dalam kelompok pendukung untuk meningkatkan interaksi sosial.
---
### **Rasionalisasi Klinis**
Data subjektif (perasaan tidak berguna, rendah diri, sedih, dan malu) serta objektif (murung, diam, bicara lambat) menunjukkan **gangguan konsep diri tipe harga diri rendah kronis** (B.5.2.2). Intervensi difokuskan pada modifikasi kognitif dan dukungan sosial untuk mencapai luaran peningkatan harga diri (L.5.2.2).
---
**Catatan Akademis:**
- Diagnosis ini sesuai dengan *NANDA-I* (00119: Chronic Low Self-Esteem) namun diadaptasi ke kode PPNI.
- Penting untuk mengevaluasi faktor risiko depresi mengingat durasi gejala yang kronis.
Format ini memenuhi standar dokumentasi keperawatan Indonesia dengan pendekatan berbasis bukti (*evidence-based practice*). -
Article No. 16333 | 28 Apr 2025
Klinis : mata terkena paku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi mata terkena paku sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi (kode SDKI: 00004)
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Nyeri akut (kode SDKI: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
- SDKI adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Kode: 00004 untuk Risiko infeksi, 00132 untuk Nyeri akut.
- Definisi: Pernyataan yang menggambarkan respons manusia terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan, aktual atau potensial.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
- SLKI adalah standar hasil asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Contoh luaran yang terkait dengan diagnosa di atas:
- Bebas infeksi (kode SLKI: 00046)
- Kontrol nyeri (kode SLKI: 00132)
- Definisi: Pernyataan yang menggambarkan hasil akhir asuhan keperawatan yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
- SIKI adalah standar tindakan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Contoh intervensi yang terkait dengan diagnosa di atas:
- Manajemen infeksi (kode SIKI: 00076)
- Manajemen nyeri (kode SIKI: 00132)
- Definisi: Pernyataan yang menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencapai hasil asuhan keperawatan yang diharapkan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada kondisi mata terkena paku, perawat harus mempertimbangkan risiko infeksi dan nyeri akut yang dialami pasien, serta melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 16334 | 28 Apr 2025
Klinis : mata terkena paku
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kondisi mata terkena paku, dengan format yang rapi dan detil.
1. Kode ICD-10:
- Kode: S05.2
- Deskripsi: Luka mata akibat benda asing (mata tertusuk/terkena paku)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 65.25
- Deskripsi: Ekstraksi benda asing dari mata, dengan pembedahan
Penjelasan:
Kode ICD-10 S05.2 menunjukkan bahwa pasien mengalami luka mata akibat benda asing, dalam hal ini mata tertusuk atau terkena paku. Ini merupakan jenis cedera mata yang perlu penanganan medis segera.
Jika diperlukan prosedur medis, maka kode ICD-9-CM 65.25 dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan ekstraksi benda asing dari mata melalui pembedahan. Hal ini dilakukan untuk mengeluarkan paku atau benda asing lainnya yang menancap di dalam mata, guna mencegah komplikasi lebih lanjut.
Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting dalam kasus ini untuk memulihkan kondisi mata pasien dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius, seperti infeksi atau kerusakan permanen pada mata. -
Article No. 16335 | 28 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan pilek dan demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan pilek dan demam.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab:
- Peningkatan produksi sekret
- Penurunan kemampuan batuk/bersin
- Adanya obstruksi jalan napas
2. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh yang lebih tinggi dari kisaran normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
Penyebab:
- Proses infeksi
- Respon imun tubuh terhadap agen patogen
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif
- Jalan napas paten
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
2. Suhu Tubuh Dalam Rentang Normal
- Suhu tubuh pasien kembali normal
- Tidak ada tanda-tanda hipertermia
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Monitor status pernafasan
- Bantu pasien batuk dan bersin
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Ajarkan teknik batuk dan bersin yang efektif
2. Hipertermia
- Monitor suhu tubuh secara rutin
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Fasilitasi asupan cairan yang cukup
- Tingkatkan istirahat
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Hipertermia merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan pilek dan demam. Pilek menunjukkan adanya peningkatan produksi sekret yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas, sedangkan demam merupakan indikasi adanya proses infeksi atau respon imun tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, yaitu mampu mengeluarkan sekret dengan batuk yang efektif, memiliki jalan napas yang paten, dan tidak ada tanda-tanda obstruksi. Selain itu, diharapkan suhu tubuh pasien kembali dalam rentang normal, tanpa adanya tanda-tanda hipertermia.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah: memantau status pernapasan pasien, membantu pasien dalam batuk dan bersin, melakukan suction jika diperlukan, pemberian oksigen sesuai indikasi, serta mengajarkan teknik batuk dan bersin yang efektif. Untuk mengatasi hipertermia, intervensi yang diperlukan adalah memantau suhu tubuh secara rutin, memberikan kompres hangat/dingin, pemberian antipiretik sesuai indikasi, memfasilitasi asupan cairan yang cukup, serta meningkatkan istirahat pasien.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu bersihan jalan napas yang efektif dan suhu tubuh dalam rentang normal, sehingga dapat membantu proses pemulihan pasien. -
Article No. 16336 | 28 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan tidak mentruasi selama 2 bulan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang tidak menstruasi selama 2 bulan, dari sudut pandang seorang perawat profesional.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
- Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang tidak menstruasi selama 2 bulan adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (SDKI, 2017).
- Diagnosis ini dipilih karena ketidakhadiran menstruasi selama 2 bulan dapat mengindikasikan adanya masalah terkait nutrisi dan kesehatan reproduksi pada pasien.
- Ketidakseimbangan nutrisi dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi dan berdampak pada kesehatan reproduksi pasien.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
a. Peningkatan intake nutrisi sesuai kebutuhan tubuh (SLKI, 2019).
b. Perbaikan siklus menstruasi (SLKI, 2019).
c. Peningkatan pengetahuan tentang nutrisi dan kesehatan reproduksi (SLKI, 2019).
- Luaran ini dipilih untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi dan memulihkan siklus menstruasi pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi terkait Peningkatan Intake Nutrisi:
- Identifikasi kebutuhan nutrisi pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, dan aktivitas (SIKI, 2018).
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien (SIKI, 2018).
- Pantau asupan nutrisi pasien dan lakukan evaluasi secara berkala (SIKI, 2018).
- Berikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang seimbang untuk kesehatan reproduksi (SIKI, 2018).
b. Intervensi terkait Perbaikan Siklus Menstruasi:
- Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pasien (SIKI, 2018).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter atau ahli kebidanan) untuk menentukan penyebab dan rencana penatalaksanaan yang tepat (SIKI, 2018).
- Pantau dan catat siklus menstruasi pasien secara berkala (SIKI, 2018).
- Berikan edukasi tentang penanganan gangguan siklus menstruasi (SIKI, 2018).
c. Intervensi terkait Peningkatan Pengetahuan:
- Identifikasi tingkat pengetahuan pasien tentang nutrisi dan kesehatan reproduksi (SIKI, 2018).
- Berikan pendidikan kesehatan secara terstruktur dan sistematis tentang nutrisi seimbang dan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi (SIKI, 2018).
- Evaluasi pemahaman pasien dan lakukan reinforcement jika diperlukan (SIKI, 2018).
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan pemahaman pasien yang komprehensif (SIKI, 2018).
Dengan menerapkan intervensi-intervensi di atas, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu peningkatan intake nutrisi, perbaikan siklus menstruasi, dan peningkatan pengetahuan tentang nutrisi dan kesehatan reproduksi. Hal ini akan membantu pasien mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi dan memulihkan kondisi kesehatannya. -
Article No. 16337 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki usia 2 tahun dibawa oleh orang tuanya ke klinik anak karena kelainan bentuk penis. Orang tua melaporkan bahwa lubang kencing atau miatus oreatra tidak berada di ujung penis, melainkan di bagian bawah batang penis. Anak tersebut belum pernah mengalami operasi sebelumnya. Orang tua merasa cemas terkait kondisi anaknya dan mengkhawatirkan perkembangan fungsi buang air kecil serta masa depannya. Hasil pemeriksaan, miatus oreatra terletak di bagian sentral batangan penis. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi. Anak dalam kondisi umum baik. Dokter spesialis urologi mendiagnosis pasien dengan dipospadia tipe mitra dan merencanakan tindakan operasi korektif saat anak mencapai usia 6 bulan hingga 2 tahun. Pertanyaan 1. Apa prioritas masalah keperawatan pada kasus ini?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Kecemasan Orang Tua berhubungan dengan Kondisi Anak
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau masalah yang tidak diketahui.
- Faktor yang Berhubungan: Perubahan dalam fungsi tubuh anak, Ketakutan akan masa depan anak.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Tingkat Kecemasan Orang Tua Terkendali
- Kriteria Hasil:
a. Orang tua dapat mengidentifikasi sumber kecemasan.
b. Orang tua menunjukkan ekspresi wajah yang tenang.
c. Orang tua dapat menyatakan perasaan cemas dengan baik.
d. Orang tua dapat menerapkan strategi koping yang efektif.
e. Orang tua dapat menjelaskan rencana pengobatan dan perawatan anak.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kecemasan
- Definisi: Intervensi untuk mengurangi ketakutan, kekhawatiran, atau keprihatinan yang dirasakan oleh individu.
- Aktivitas:
a. Identifikasi sumber dan penyebab kecemasan pada orang tua.
b. Dorong orang tua untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya.
c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi anak dan rencana pengobatan.
d. Fasilitasi diskusi dan tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman orang tua.
e. Ajarkan teknik relaksasi dan strategi koping yang efektif bagi orang tua.
f. Libatkan orang tua dalam perawatan anak untuk meningkatkan rasa kontrol.
g. Berikan dukungan emosional dan bantu orang tua untuk mempertahankan harapan.
Prioritas Masalah Keperawatan:
Pada kasus ini, prioritas masalah keperawatan adalah Kecemasan Orang Tua berhubungan dengan Kondisi Anak. Hal ini dikarenakan orang tua merasa cemas terkait kondisi anak dan mengkhawatirkan perkembangan fungsi buang air kecil serta masa depan anak. Kecemasan orang tua ini perlu ditangani terlebih dahulu agar mereka dapat memberikan dukungan yang optimal bagi anak.
Penjelasan Rinci:
Kondisi anak dengan dipospadia tipe mistra dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua. Mereka mungkin khawatir tentang dampak kondisi ini terhadap perkembangan anak, fungsi buang air kecil, dan masa depan anak. Intervensi keperawatan yang diprioritaskan adalah Manajemen Kecemasan, yang bertujuan untuk mengurangi ketakutan, kekhawatiran, dan keprihatinan yang dirasakan oleh orang tua. Hal ini dilakukan melalui identifikasi sumber kecemasan, pemberian informasi yang akurat, fasilitasi diskusi dan tanya jawab, pengajaran teknik relaksasi, pelibatan orang tua dalam perawatan, serta pemberian dukungan emosional. Dengan demikian, diharapkan tingkat kecemasan orang tua dapat terkendali, sehingga mereka dapat memberikan dukungan yang optimal bagi anak selama proses pengobatan dan perkembangannya. -
Article No. 16338 | 28 Apr 2025
Klinis : Sarah Miller, seorang pekerja kantoran berusia 27 tahun, datang ke klinik dengan keluhan sakit kepala berdenyut yang terus-menerus sejak pagi. Ia menggambarkan rasa sakit tersebut menyerang kedua sisi kepalanya dan memberikan nilai 6 dari 10. Ia menyebutkan bahwa rasa sakitnya bertambah parah saat ia menatap layar terlalu lama. Selain sakit kepala, ia merasa sedikit mual tetapi tidak mengalami muntah. Ia menyangkal bahwa ia mengalami demam, masalah penglihatan, atau kepekaan terhadap cahaya. Selama konsultasi, Sarah menceritakan bahwa ia mengalami stres berat di tempat kerja dan tidak bisa tidur nyenyak selama seminggu terakhir. Setelah diperiksa, ia tampak sedikit lelah tetapi tetap waspada dan berorientasi. Tanda-tanda vitalnya dalam batas normal, dengan tekanan darah 125/80 mmHg, denyut jantung 75 kali per menit, laju pernapasan 16 kali per menit, dan suhu tubuh 98,4°F (36,9°C). Pemeriksaan fisik menunjukkan sedikit ketegangan pada otot lehernya, dan ia melaporkan ketidaknyamanan saat tekanan diberikan pada pelipisnya.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri Kepala Berhubungan Dengan Stres Psikologis
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial di daerah kepala.
- Faktor yang Berhubungan: Stres psikologis.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol atau mengurangi persepsi nyeri yang dirasakan.
- Kriteria Hasil:
a. Melaporkan penurunan rasa sakit kepala.
b. Mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif.
c. Menunjukkan perubahan perilaku yang mengarah pada pengurangan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan penyebab, durasi, intensitas, dan faktor yang memengaruhi nyeri pada individu.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas).
b. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, seperti stres psikologis.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatur pengobatan analgesik yang sesuai.
d. Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan teknik napas dalam.
e. Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Kepala Berhubungan Dengan Stres Psikologis" dipilih karena Sarah mengalami sakit kepala berdenyut yang terus-menerus, yang diperparah oleh stres dan paparan lama terhadap layar. Luaran/output yang diharapkan adalah "Kontrol Nyeri", di mana Sarah dapat melaporkan penurunan rasa sakit kepala, mendemonstrasikan strategi pengelolaan nyeri yang efektif, dan menunjukkan perubahan perilaku yang mengarah pada pengurangan nyeri. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Nyeri", di mana perawat akan mengkaji karakteristik nyeri, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan yang sesuai, serta mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis.