Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16456 | 29 Apr 2025
Klinis : Ny. Y memperhatikan bahwa suaminya Tn X usia 61 tahun selalu merasa haus dan sering ke kamar mandi untuk BAK pada malam hari. Tidak ada yang bisa mengingat sudah berapa lama sejak perubahan pada Tn X ini dimulai. Ny Y menyatakan bahwa kejadian itu sudah lama berlangsung dan tampak semakin buruk sehingga mereka memilih untuk membawa suaminya ke IGD hari ini. Ditambah lagi dengan adanya luka dengan bau khas di plantar kaki Tn X, setelah dilakukan pengukuran luka tersebut panjngnya 5 cm, lebar 3 cm dengan dalam 2 cm. luka terasa perih saat dikaji dengan skala nyeri 5, seperti tertusuk jarung, nyeri terasa saat luka tersentuk. Luka berwarna merah, kuning dan sedikit tampak kecoklatan, dari hasil analisis perawat luka masuk dalam grade 2 luka diabetes. Tn X mengeluh mual dan muntah selama dua hari. Glukosa darahnya 380 mg/dL. Jadi Tn. X baru saja didiagnosa menderita diabetes. hemoglobin A1C-nya adalah 8,3%. Dengan tinggi badan 158 cm dan berat badan 80 kg maka Tn X masuk dalam kategori obesitas tingkat 2. Tn X mengaku bahwa dia tidak melakukan olahraga secara teratur. Dia belum mengikuti diet khusus selama di rumah selama ini. Dia taruh di meja makan Dia menyatakan bahwa, "Saya makan apa pun a pun yang istri saya makan, Tn X dihadapkan pada pilihan oleh dokter untuk me oral atau insulin untuk menurunkan mengkonsumsi obat menurunkan gula darahnya. Selain itu perawat menyarankan agar In X melakukan perubahan gaya hidup ke arah gaya hidup sehat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang sesuai dengan kondisi Tn. X berdasarkan data klinis yang diberikan:
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Glukosa Darah (SDKI Code: D.0016)**
**Definisi:** Kondisi di mana kadar glukosa darah tidak berada dalam rentang normal karena ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi atau menggunakan insulin secara efektif.
**Data Pendukung:**
- Glukosa darah: 380 mg/dL (hiperglikemia)
- HbA1c: 8,3% (kontrol glikemik buruk)
- Gejala: poliuria, polidipsia, mual, muntah
- Riwayat obesitas (IMT: 32,0 – Obesitas Tingkat 2)
- Kurang aktivitas fisik dan pola makan tidak terkontrol
---
### **2. Luaran yang Diharapkan (SLKI):**
**Kontrol Glukosa Darah Meningkat (SLKI Code: L.14015)**
**Kriteria Evaluasi:**
- Kadar glukosa darah dalam rentang target (70-180 mg/dL)
- Gejala hiperglikemia (polidipsia, poliuria) berkurang
- Pemahaman tentang manajemen diabetes meningkat
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**a. Edukasi Manajemen Diabetes (SIKI Code: I.15220)**
- Memberikan penjelasan tentang pentingnya diet seimbang, aktivitas fisik, dan pemantauan glukosa darah.
- Menjelaskan tanda-tanda hiperglikemia dan hipoglikemia.
- Mendiskusikan pilihan terapi (obat oral/insulin) dan kepatuhan pengobatan.
**b. Manajemen Luka Diabetes (SIKI Code: I.09039)**
- Melakukan perawatan luka sesuai protokol (pembersihan, debridemen jika diperlukan, dressing sesuai kondisi luka).
- Memantau tanda infeksi (bau, warna, nyeri).
- Memberikan edukasi tentang perawatan kaki untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
**c. Dukungan Perubahan Gaya Hidup (SIKI Code: I.15221)**
- Menyusun rencana diet rendah gula dan tinggi serat.
- Mendorong aktivitas fisik bertahap sesuai kemampuan.
- Memantau berat badan dan memberikan konseling nutrisi.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**a. Risiko Infeksi (SDKI Code: D.0021)** terkait luka diabetes grade 2.
**b. Nyeri Akut (SDKI Code: D.0019)** terkait luka dengan skala nyeri 5.
**c. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI Code: D.0013)** terkait ketidakpatuhan terhadap rekomendasi gaya hidup sehat.
---
### **Kesimpulan:**
Tn. X memerlukan pendekatan holistik meliputi manajemen glikemik, perawatan luka, edukasi kesehatan, dan modifikasi gaya hidup. Intervensi keperawatan harus difokuskan pada peningkatan kepatuhan, pencegahan komplikasi, dan pemantauan berkala.
*(Sumber: PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini.)*
---
**Catatan:** Perlu kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan fisioterapis untuk penanganan optimal. -
Article No. 16457 | 29 Apr 2025
Klinis : 1. Ansietas pada anggota keluarga
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah rincian yang Anda minta:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi: Ansietas pada anggota keluarga
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah "Ansietas Situasional". Ansietas Situasional didefinisikan sebagai respons emosional yang tidak menyenangkan terhadap krisis atau perubahan yang dirasakan pada diri sendiri atau anggota keluarga, yang ditandai dengan perasaan tidak nyaman atau khawatir, ketegangan, dan gejala fisiologis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
1. Tingkat Ansietas Terkendali
- Klien/keluarga dapat mengidentifikasi penyebab ansietas.
- Klien/keluarga dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas.
- Tanda-tanda vital klien/keluarga dalam batas normal.
2. Keterlibatan Keluarga Meningkat
- Keluarga dapat mengidentifikasi peran dan tanggung jawabnya dalam membantu klien.
- Keluarga dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk memberikan dukungan emosional.
- Keluarga dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
1. Manajemen Ansietas
- Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi ansietas.
- Latih teknik relaksasi (misalnya, teknik napas dalam, distraksi, visualisasi).
- Berikan informasi tentang penyakit, perawatan, dan prognosis untuk mengurangi ketidakpastian.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
2. Dukungan Emosional
- Identifikasi sumber dan jenis dukungan yang dibutuhkan oleh klien/keluarga.
- Fasilitasi keluarga untuk memberikan dukungan emosional dan praktis.
- Berikan penguatan positif atas upaya yang dilakukan klien/keluarga.
- Kolaborasi dengan profesi lain (misalnya, psikolog, konselor) jika diperlukan.
3. Manajemen Komunikasi
- Kembangkan komunikasi terapeutik dengan klien/keluarga.
- Berikan kesempatan kepada klien/keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatirannya.
- Pastikan adanya umpan balik dua arah dalam komunikasi.
- Gunakan teknik komunikasi yang sesuai dengan kondisi klien/keluarga.
Penjelasan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang dipilih, yaitu Ansietas Situasional, sesuai dengan kondisi anggota keluarga yang mengalami kecemasan atau kekhawatiran terkait dengan situasi atau perubahan yang dihadapi. Luaran/Output yang diharapkan fokus pada pengendalian ansietas dan peningkatan keterlibatan keluarga, yang merupakan tujuan penting dalam asuhan keperawatan. Intervensi Keperawatan yang dipilih mencakup manajemen ansietas, dukungan emosional, dan manajemen komunikasi, yang bertujuan untuk membantu klien/keluarga mengatasi ansietas, meningkatkan dukungan, dan memfasilitasi komunikasi yang efektif. -
Article No. 16384 | 28 Apr 2025
Klinis : Selama 10 tahun terakhir, Tn. D memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus per hari. Merokok bagi Tn. D merupakan identitas sebagai laki-laki sejati dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena jika tidak merokok, ia merasa mulutnya pahit. Bahkan, Tn. D lebih memilih menahan lapar daripada menahan keinginan merokok. Karena kesibukan bekerja, ia jarang berolahraga. Dalam satu minggu terakhir, Tn. D mengeluhkan batuk bersputum yang sering kambuh terutama saat cuaca dingin, disertai nyeri pada dada, pundak, punggung, dan lengan kiri. Ia juga mengalami penurunan berat badan dalam sebulan terakhir. Saat pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi nadi 96 kali/menit dengan irama reguler dan teraba kuat, serta frekuensi respirasi 24 kali/menit yang cepat dan dangkal. Saturasi oksigen saat istirahat pada udara ruangan menunjukkan angka 90%, mengindikasikan hipoksemia ringan. Suhu tubuh tercatat 37,5°C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Kebiasaan merokok, batuk bersputum, dan penurunan saturasi oksigen.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan energi.
Penyebab: Batuk bersputum, nyeri dada, punggung, dan lengan kiri, serta penurunan berat badan.
3. Kecemasan
Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
Penyebab: Kesulitan menghentikan kebiasaan merokok dan ketakutan akan dampak negatif kesehatan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Batuk dan ekspektorasi lender berkurang
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada sesak napas
- Suara napas normal
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Mampu melakukan aktivitas rutin tanpa kelelahan berlebih
- Tidak ada nyeri dada, punggung, atau lengan kiri saat beraktivitas
- Tidak ada penurunan berat badan
3. Kecemasan Terkendali
- Mampu mengidentifikasi penyebab kecemasan
- Mengungkapkan perasaan cemas secara terbuka
- Menunjukkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan
- Tidak menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang berlebihan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Monitoring status pernapasan (frekuensi, irama, dan kedalaman napas)
- Manajemen jalan napas (suction, oksigenasi, dan terapi inhalasi)
- Latihan batuk efektif dan terapi pernapasan
- Edukasi tentang bahaya merokok dan manfaat berhenti merokok
2. Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Asesmen toleransi aktivitas dan gejala yang timbul
- Manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan berlebih
- Terapi latihan dan program rehabilitasi
- Edukasi tentang pacing aktivitas dan pengelolaan gejala
3. Kecemasan Terkendali:
- Asesmen tingkat kecemasan dan faktor penyebabnya
- Terapi relaksasi dan teknik manajemen stres
- Konseling untuk membantu mengidentifikasi dan mengelola kecemasan
- Edukasi tentang koping yang efektif untuk mengatasi kecemasan
Penjelasan rinci:
Sebagai perawat, saya menganalisis kondisi Tn. D berdasarkan informasi yang diberikan. Kebiasaan merokok, batuk bersputum, nyeri dada, punggung, dan lengan kiri, serta penurunan berat badan mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang perlu ditangani secara komprehensif. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, Intoleransi Aktivitas, dan Kecemasan.
Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, Toleransi Aktivitas Meningkat, dan Kecemasan Terkendali. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan intervensi keperawatan yang mencakup manajemen jalan napas, terapi latihan, pengelolaan aktivitas, serta intervensi psikologis seperti terapi relaksasi dan konseling.
Penanganan yang tepat dan kolaboratif antara perawat, pasien, dan tim kesehatan lainnya diharapkan dapat membantu Tn. D mencapai hasil yang optimal, meningkatkan kualitas hidupnya, dan mengurangi risiko komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 16385 | 28 Apr 2025
Klinis : Selama 10 tahun terakhir, Tn. D memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus per hari. Merokok bagi Tn. D merupakan identitas sebagai laki-laki sejati dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena jika tidak merokok, ia merasa mulutnya pahit. Bahkan, Tn. D lebih memilih menahan lapar daripada menahan keinginan merokok. Karena kesibukan bekerja, ia jarang berolahraga. Dalam satu minggu terakhir, Tn. D mengeluhkan batuk bersputum yang sering kambuh terutama saat cuaca dingin, disertai nyeri pada dada, pundak, punggung, dan lengan kiri. Ia juga mengalami penurunan berat badan dalam sebulan terakhir. Saat pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi nadi 96 kali/menit dengan irama reguler dan teraba kuat, serta frekuensi respirasi 24 kali/menit yang cepat dan dangkal. Saturasi oksigen saat istirahat pada udara ruangan menunjukkan angka 90%, mengindikasikan hipoksemia ringan. Suhu tubuh tercatat 37,5°C.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kondisi Tn. D, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **Diagnosa Keperawatan Utama:**
**Gangguan Pertukaran Gas (00030)**
**Definisi:**
Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat kerusakan membran alveolus-kapiler, yang dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok jangka panjang dan gangguan pernapasan akut.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kerusakan membran alveolus-kapiler akibat merokok kronis
- Peningkatan produksi sputum dan inflamasi saluran napas
- Hipoksemia (SpO₂ 90%)
**Tanda dan Gejala Mayor:**
- Dispnea (frekuensi napas 24 kali/menit, cepat dan dangkal)
- Hipoksemia (SpO₂ 90%)
- Batuk produktif dengan sputum
- Nyeri dada
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
**Kode SLKI 0201: Perbaikan Pertukaran Gas**
**Kriteria Evaluasi:**
- Saturasi oksigen (SpO₂) dalam rentang normal (≥95%)
- Frekuensi pernapasan 12–20 kali/menit
- Tidak ada keluhan sesak napas atau nyeri dada
- Batuk berkurang atau terkontrol
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
**Kode SIKI 3400: Manajemen Jalan Napas**
**Tindakan Keperawatan:**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan
- Auskultasi suara napas untuk mengidentifikasi adanya wheezing atau ronki
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan dalam
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan
**Kode SIKI 3410: Manajemen Pernapasan**
**Tindakan Keperawatan:**
- Posisikan pasien semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi
- Pantau saturasi oksigen secara berkala
- Anjurkan hidrasi adekuat untuk mengencerkan sekret
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**1. Risiko Ketidakefektifan Koping (00069)**
**Faktor yang Berhubungan:**
- Ketergantungan pada rokok sebagai mekanisme koping
- Persepsi bahwa merokok adalah identitas maskulin
**Intervensi:**
- **SIKI 5230: Dukungan Perubahan Perilaku**
- Diskusikan dampak merokok terhadap kesehatan
- Rujuk ke program berhenti merokok
**2. Intoleransi Aktivitas (00092)**
**Faktor yang Berhubungan:**
- Penurunan kapasitas oksigenasi (hipoksemia)
- Kelemahan fisik akibat penurunan berat badan
**Intervensi:**
- **SIKI 0802: Manajemen Energi**
- Atur jadual aktivitas dengan periode istirahat
- Latihan bertahap sesuai toleransi
---
### **Kesimpulan:**
Kondisi Tn. D memerlukan pendekatan holistik dengan fokus utama pada **Gangguan Pertukaran Gas** akibat merokok kronis dan gejala hipoksemia. Intervensi keperawatan harus mencakup manajemen jalan napas, edukasi berhenti merokok, dan peningkatan toleransi aktivitas. Pemantauan saturasi oksigen dan pola pernapasan harus dilakukan secara berkala untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).* Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
---
*Catatan: Rekomendasi intervensi dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi klinis pasien dan hasil pemeriksaan penunjang (misalnya: radiologi toraks atau spirometri).* -
Article No. 16386 | 28 Apr 2025
Klinis : Selama 10 tahun terakhir, Tn. D memiliki kebiasaan merokok sekitar 1 bungkus per hari. Merokok bagi Tn. D merupakan identitas sebagai laki-laki sejati dan kebiasaan ini sulit dihentikan karena jika tidak merokok, ia merasa mulutnya pahit. Bahkan, Tn. D lebih memilih menahan lapar daripada menahan keinginan merokok. Karena kesibukan bekerja, ia jarang berolahraga. Dalam satu minggu terakhir, Tn. D mengeluhkan batuk bersputum yang sering kambuh terutama saat cuaca dingin, disertai nyeri pada dada, pundak, punggung, dan lengan kiri. Ia juga mengalami penurunan berat badan dalam sebulan terakhir. Saat pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi nadi 96 kali/menit dengan irama reguler dan teraba kuat, serta frekuensi respirasi 24 kali/menit yang cepat dan dangkal. Saturasi oksigen saat istirahat pada udara ruangan menunjukkan angka 90%, mengindikasikan hipoksemia ringan. Suhu tubuh tercatat 37,5°C.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif dan mencegah komplikasi.
Penyebab: Mukus berlebihan dan merokok.
2. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
Penyebab: Penurunan kapasitas fungsional dan kelemahan.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penyebab: Penurunan berat badan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator: Bebas dari sputum, irama napas normal, dan tidak ada retraksi.
- Target: Klien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
2. Toleransi Aktivitas Membaik
- Indikator: Durasi aktivitas meningkat, tidak ada tanda-tanda intoleransi, dan tidak ada keluhan kelelahan.
- Target: Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami intoleransi.
3. Status Nutrisi Membaik
- Indikator: Berat badan stabil atau meningkat, kadar hemoglobin dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
- Target: Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas
- Manajemen Jalan Napas: Mengatur posisi tidur dan mengurangi kelelahan, menggunakan terapi oksigen jika perlu.
- Manajemen Sekresi: Mengajarkan teknik batuk efektif, melakukan suction jika perlu, dan kolaborasi untuk pemberian bronkodilator.
- Edukasi Berhenti Merokok: Memberikan konseling dan dukungan untuk berhenti merokok.
2. Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Manajemen Aktivitas: Menyusun rencana latihan fisik yang sesuai, memantau tanda-tanda intoleransi, dan memberikan istirahat yang cukup.
- Manajemen Energi: Mengajarkan teknik manajemen energi dan konservasi energi.
- Edukasi Gaya Hidup Sehat: Memberikan edukasi tentang manfaat olahraga dan pentingnya berhenti merokok.
3. Peningkatan Status Nutrisi
- Manajemen Nutrisi: Mengevaluasi asupan nutrisi, menyusun rencana makan yang sesuai, dan kolaborasi dengan ahli gizi jika perlu.
- Pemantauan Status Nutrisi: Memantau berat badan, kadar hemoglobin, dan tanda-tanda malnutrisi.
- Edukasi Gizi: Memberikan edukasi tentang pentingnya nutrisi yang adekuat dan memotivasi klien untuk memperbaiki pola makan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan. Tone yang digunakan adalah akademis, dengan persona sebagai seorang pakar perawat. -
Article No. 16327 | 28 Apr 2025
Klinis : Another Diagnostic algorithm of pleural effusion
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait dengan "Another Diagnostic algorithm of pleural effusion":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R09.1
- Deskripsi: Efusi pleura
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 34.91
- Deskripsi: Torakosentesis, aspirasi cairan dari rongga pleura
Penjelasan:
Dalam menangani efusi pleura, selain pemeriksaan fisik dan radiologi, diperlukan pendekatan diagnostik yang lebih komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya. Kode ICD-10 R09.1 (Efusi pleura) digunakan untuk mengkodekan kondisi ini. Jika diperlukan, prosedur torakosentesis (kode ICD-9-CM 34.91) dapat dilakukan untuk mengambil sampel cairan pleura dan melakukan analisis lebih lanjut untuk menentukan etiologi efusi.
Pendekatan diagnostik yang komprehensif dapat meliputi:
- Anamnesis yang detail terkait gejala, riwayat penyakit, paparan, dan faktor risiko
- Pemeriksaan fisik yang saksama, termasuk pemeriksaan perkusi dan auskultasi dada
- Pemeriksaan penunjang seperti radiografi dada, ultrasonografi, dan CT scan dada
- Analisis cairan pleura hasil torakosentesis, meliputi pemeriksaan biokimia, sitologi, dan mikrobiologi
- Pertimbangan diagnosis banding berdasarkan hasil pemeriksaan, seperti efusi transudatif atau eksudatif, infeksi, keganasan, atau penyakit autoimun
Dengan pendekatan diagnostik yang komprehensif, diharapkan dapat ditemukan penyebab efusi pleura yang mendasari sehingga dapat diberikan penanganan yang tepat. -
Article No. 16328 | 28 Apr 2025
Klinis : sakit mata, merah pedih . gatal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu: sakit mata, merah pedih, dan gatal.
1. Kode ICD-10:
- Kode: H10.1
- Deskripsi: Konjungtivitis akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.11
- Deskripsi: Pemberian obat tetes mata
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 H10.1 (Konjungtivitis akut) sesuai dengan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu mata merah, pedih, dan gatal. Konjungtivitis akut adalah peradangan pada membran mukosa yang melapisi bola mata dan kelopak mata bagian dalam, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, alergi, atau iritasi.
2. Kode ICD-9-CM 95.11 (Pemberian obat tetes mata) adalah tindakan yang sering dilakukan untuk mengatasi kondisi konjungtivitis akut. Penatalaksanaan biasanya meliputi pemberian obat tetes mata yang mengandung antiinflamasi, antibiotik, atau antihistamin, tergantung pada penyebab dan keparahan kondisi.
Pemilihan kode diagnosis dan prosedur yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat dan perawatan pasien yang sesuai. -
Article No. 16329 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang laki – laki 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan anemia. Hasil pengkajian, pasien mengeluh badan rasa lemah dan kepala sering rasa pusing, riwayat sering pingsan, bibir dan telapak tangan pucat. TD 110/70 mmHg, frekwensi nadi 110 x/menit, frekwensi napas 26 x/menit, suhu 36,70C. Hemoglobin 6 g/dL.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. SDKI: Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Keterbatasan kemampuan fisik untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
b. SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas (10002)
Definisi: Kemampuan untuk meningkatkan aktivitas fisik tanpa kelelahan yang berlebihan.
c. SIKI: Manajemen Energi (3900)
Definisi: Pengaturan energi fisik dan mental untuk mempertahankan aktivitas yang diinginkan.
2. Diagnosa Keperawatan:
a. SDKI: Penurunan Volume Cairan (00027)
Definisi: Berkurangnya cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
b. SLKI: Peningkatan Volume Cairan (10004)
Definisi: Kemampuan untuk meningkatkan volume cairan dalam tubuh.
c. SIKI: Manajemen Cairan (4120)
Definisi: Pengaturan masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
3. Diagnosa Keperawatan:
a. SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer (00204)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
b. SLKI: Peningkatan Perfusi Jaringan (10003)
Definisi: Kemampuan untuk meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan.
c. SIKI: Manajemen Perfusi (4062)
Definisi: Pengaturan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan anemia mengalami intoleransi aktivitas, penurunan volume cairan, dan gangguan perfusi jaringan perifer. Perawat harus fokus pada peningkatan toleransi aktivitas, peningkatan volume cairan, dan peningkatan perfusi jaringan untuk membantu pasien mencapai keseimbangan cairan dan peningkatan status fisiologis. -
Article No. 16330 | 28 Apr 2025
Klinis : Gangguan persepsi sensory
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan permintaan Anda:
**Diagnosa Keperawatan untuk Gangguan Persepsi Sensori**
**Kode DX: 00122**
**Diagnosa Keperawatan (SDKI):** *Gangguan Persepsi Sensori*
**Definisi:** Keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang diterima, disertai dengan respons yang tidak sesuai terhadap rangsangan sensori (visual, auditori, kinestetik, gustatori, taktil, atau olfaktori).
---
**Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode LO: 1601**
**Luaran:** *Persepsi Sensori Membaik*
**Indikator:**
1. Klien mampu mengidentifikasi stimulus dengan tepat (LO 160101).
2. Klien menunjukkan respons yang sesuai terhadap rangsangan (LO 160102).
3. Klien melaporkan penurunan distorsi persepsi (LO 160103).
---
**Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode LI: 3540**
**Intervensi:** *Manajemen Gangguan Sensori*
**Tindakan:**
1. **LI 354001:** Lakukan orientasi realitas (waktu, tempat, orang) secara berkala.
2. **LI 354002:** Minimalkan stimulus berlebihan (mis: redupkan lampu, kurangi kebisingan).
3. **LI 354003:** Gunakan alat bantu sensori (kacamata, alat pendengar) jika diperlukan.
4. **LI 354004:** Latih klien dalam teknik grounding (mis: menyentuh benda dengan tekstur berbeda).
---
**Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (Sistem Diagnosa Keperawatan Indonesia):** Mendokumentasikan gangguan persepsi sebagai dasar intervensi.
2. **SLKI (Sistem Luaran Keperawatan Indonesia):** Mengukur progres adaptasi klien terhadap stimulus.
3. **SIKI (Sistem Intervensi Keperawatan Indonesia):** Tindakan spesifik untuk memodifikasi lingkungan atau meningkatkan pemrosesan sensori.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi VI*.
- PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi II*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi II*.
Format ini memenuhi kriteria akademis dengan menyertakan kode, definisi, dan referensi resmi PPNI. -
Article No. 16331 | 28 Apr 2025
Klinis : Seorang primigravida berusia 33 tahun dengan usia kehamilan 28+1 minggu datang dengan hipertensi berat, proteinuria berat, sakit kepala, pusing, dan gerakan janin yang berkurang. Selama perawatan di ICU, kondisi pasien memburuk dengan trombositopenia progresif, fungsi hati yang menurun, oligohidramnion, dan hambatan pertumbuhan janin (IUGR). Meskipun sudah mendapat pengobatan antihipertensi dan profilaksis kejang, kondisi biokimia dan klinis pasien semakin memburuk sehingga diputuskan untuk melakukan operasi caesar darurat pada usia kehamilan 28+6 minggu. Bayi lahir dengan berat badan rendah dan dipindahkan ke NICU, sedangkan pasien mengalami pemulihan bertahap pascaoperasi. Pemeriksaan histopatologi plasenta menunjukkan malperfusi plasenta, mengonfirmasi preeklamsia berat yang dipersulit sindrom HELLP. Apa intervensi dari diagnosa D. 0009 Perfusi perifer tidak efektif b. d vasospasme akibat preeklamsia berat dan sindrom
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
D.0009 Perfusi perifer tidak efektif b.d. vasospasme akibat preeklamsia berat dan sindrom HELLP
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi perifer membaik, yang ditandai dengan:
- Ekstremitas hangat, kering, dan berwarna merah muda
- Nadi perifer kuat dan berirama
- Kapiler refill <3 detik
- Tidak ada tanda-tanda sianosis atau pucat
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian perfusi perifer secara komprehensif, meliputi:
- Pemeriksaan warna, suhu, dan kelembaban kulit ekstremitas
- Pemeriksaan nadi perifer
- Pemeriksaan kapiler refill
- Pemeriksaan tanda-tanda sianosis atau pucat
2. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, terutama tekanan darah, nadi, dan saturasi oksigen.
3. Pertahankan posisi pasien agar ekstremitas tidak menggantung untuk meningkatkan aliran darah.
4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk meningkatkan pengantaran oksigen ke jaringan.
5. Lakukan tindakan untuk mengatasi vasospasme, seperti:
- Pemberian obat vasodilator sesuai resep (jika ada)
- Terapi panas lokal pada ekstremitas (jika tidak ada kontrain)
- Terapi relaksasi dan distraksi
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antihipertensi, antikonvulsan, dan obat-obatan lain yang diperlukan untuk mengontrol preeklamsia berat dan sindrom HELLP.
7. Pantau intake dan output, serta kadar elektrolit dan parameter laboratorium lainnya untuk mendeteksi komplikasi.
8. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi, pengobatan, dan tindakan keperawatan yang dilakukan.
9. Lakukan dokumentasi asuhan keperawatan secara komprehensif dan akurat.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan D.0009 Perfusi perifer tidak efektif dipilih karena pasien mengalami vasospasme sebagai akibat dari preeklamsia berat dan sindrom HELLP. Vasospasme dapat menyebabkan penurunan perfusi perifer yang dapat mengancam viabilitas jaringan. Oleh karena itu, perawatan yang komprehensif diperlukan untuk memulihkan perfusi perifer dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Luaran/output yang diharapkan adalah perfusi perifer yang membaik, ditandai dengan ekstremitas yang hangat, kering, dan berwarna merah muda, nadi perifer yang kuat dan berirama, serta kapiler refill yang cepat. Hal ini menunjukkan perbaikan aliran darah ke jaringan perifer.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian perfusi perifer, pemantauan tanda-tanda vital, posisi pasien, pemberian oksigen, tindakan untuk mengatasi vasospasme, kolaborasi dengan tim medis, pemantauan intake-output dan parameter laboratorium, edukasi pasien/keluarga, serta dokumentasi asuhan keperawatan yang komprehensif. Tujuan utamanya adalah memulihkan perfusi perifer dan mencegah komplikasi lebih lanjut.