Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16413 | 29 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit punggung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit punggung, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00132
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS 01802
Definisi: Bebas dari sensasi yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: IP 00132
Definisi: Pencegahan, pengurangan, dan pengelolaan rasa sakit untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami keluhan sakit punggung, yang merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132). Tujuan dari asuhan keperawatan adalah agar pasien bebas dari sensasi yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman (LS 01802), yang dicapai melalui pencegahan, pengurangan, dan pengelolaan rasa sakit untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas hidup (IP 00132). -
Article No. 16414 | 29 Apr 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sakit punggung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan sakit punggung, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien.
- SIKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien.
2. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
- SDKI: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disengaja dan terkoordinasi, baik dari satu atau lebih ekstremitas, torso, dan/atau seluruh badan.
- SLKI: Tindakan untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan fisik pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan fisik pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Cedera (00035)
- SDKI: Peningkatan risiko cedera fisik akibat interaksi individu dengan lingkungan.
- SLKI: Tindakan untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera pada pasien.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera pada pasien.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut (00132): Pasien mengalami rasa sakit di area punggung yang terjadi secara tiba-tiba dan memerlukan penanganan segera. Tujuannya adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien.
2. Gangguan Mobilitas Fisik (00085): Pasien mengalami keterbatasan dalam gerakan fisik akibat rasa sakit di punggung, sehingga memerlukan tindakan untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan fisik pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Cedera (00035): Kondisi sakit punggung yang dialami pasien dapat meningkatkan risiko cedera, sehingga diperlukan tindakan untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera pada pasien. -
Article No. 16415 | 29 Apr 2025
Klinis : Refleks sucking (+) namun lemah Gerakan bayi kurang aktif Tidak dilakukan IMD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
D.0073 Ketidakefektifan Menyusu (Ineffective Breastfeeding)
Definisi:
Ketidakmampuan bayi untuk mempertahankan pola menyusu yang efektif selama menyusu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
K.0001 Refleks Menyusu (+) Tapi Lemah
K.0002 Gerakan Bayi Kurang Aktif
K.0003 Tidak Dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.0028 Menyusu Efektif
L.0029 Peningkatan Berat Badan Bayi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.0007 Dukungan Menyusu
I.0008 Manajemen Laktasi
I.0009 Perawatan Bayi Baru Lahir
Penjelasan singkat:
Diagnosa Keperawatan "Ketidakefektifan Menyusu" mengacu pada kondisi bayi yang memiliki refleks menyusu yang lemah, gerakan bayi yang kurang aktif, dan tidak dilakukannya Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Tujuan keperawatan yang diharapkan adalah bayi dapat menyusu secara efektif dan mengalami peningkatan berat badan.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan menyusu, manajemen laktasi, dan perawatan bayi baru lahir untuk membantu bayi mencapai pola menyusu yang efektif. -
Article No. 16416 | 29 Apr 2025
Klinis : severe hidrocephalus communicans
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi severe hidrocephalus communicans.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi severe hidrocephalus communicans adalah:
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan cairan serebrospinal.
Pada kondisi severe hidrocephalus communicans, terjadi penumpukan cairan serebrospinal di dalam ventrikel otak yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dapat memengaruhi perfusi jaringan serebral dan menimbulkan berbagai gejala neurologis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi jaringan serebral membaik, yang ditandai dengan:
a. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran).
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu).
c. Tidak ada kelainan neurologis (kesadaran normal, fungsi motorik dan sensorik normal).
2. Keluarga mampu merawat pasien dengan efektif, yang ditandai dengan:
a. Keluarga memahami kondisi pasien dan proses perawatan.
b. Keluarga mampu melakukan tindakan perawatan sesuai instruksi.
c. Keluarga dapat mengidentifikasi tanda-tanda komplikasi dan melaporkannya segera.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan dan penatalaksanaan intrakranial:
a. Pantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran).
b. Lakukan pengukuran tekanan intrakranial, jika memungkinkan.
c. Berikan posisi semifowler untuk menurunkan tekanan intrakranial.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis (diuretik, kortikosteroid) jika diperlukan.
2. Manajemen cairan dan elektrolit:
a. Pantau intake dan output cairan pasien.
b. Pertahankan status hidrasi yang adekuat.
c. Pantau kadar elektrolit (natrium, kalium, kalsium) dan lakukan koreksi jika diperlukan.
3. Edukasi dan dukungan keluarga:
a. Berikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien, proses perawatan, dan komplikasi yang mungkin terjadi.
b. Dorong keluarga untuk terlibat aktif dalam perawatan pasien.
c. Berikan dukungan emosional kepada keluarga untuk meningkatkan kemampuan merawat pasien.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Perubahan perfusi jaringan serebral" dipilih karena severe hidrocephalus communicans menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat mengganggu perfusi jaringan serebral. Luaran yang diharapkan adalah memulihkan perfusi jaringan serebral dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat pasien. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup pemantauan dan penatalaksanaan intrakranial, manajemen cairan dan elektrolit, serta edukasi dan dukungan keluarga. Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi, mempertahankan fungsi neurologis, dan memastikan keluarga dapat merawat pasien dengan efektif. -
Article No. 16417 | 29 Apr 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus tersebut, sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas** *(Kode: D.0015)*
**Penjelasan:**
Gangguan pertukaran gas terkait dengan proses inflamasi dan kerusakan jaringan paru akibat infeksi *Mycobacterium tuberculosis*, ditandai dengan sesak napas, suara napas bronkial, dan lesi pada rontgen.
#### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
**Perbaikan Pertukaran Gas** *(Kode: L.01015)*
**Kriteria Luaran:**
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit).
- Saturasi oksigen (SpO₂) ≥95%.
- Tidak ada sianosis atau penggunaan otot bantu napas.
- Pasien melaporkan penurunan sesak napas.
#### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
**Manajemen Jalan Napas** *(Kode: I.05001)*
**Intervensi:**
- Monitor frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Berikan oksigen tambahan jika diperlukan.
- Kolaborasi pemberian terapi obat antituberkulosis (OAT).
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Intoleransi Aktivitas** *(Kode: D.0006)*
**Penjelasan:**
Penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari akibat kelemahan, demam, dan hipoksia sekunder akibat tuberkulosis paru.
#### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
**Peningkatan Toleransi Aktivitas** *(Kode: L.03006)*
**Kriteria Luaran:**
- Pasien mampu melakukan aktivitas harian secara bertahap tanpa sesak berat.
- Denyut nadi dan pernapasan stabil setelah aktivitas.
- Pasien melaporkan peningkatan energi.
#### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
**Manajemen Energi** *(Kode: I.08001)*
**Intervensi:**
- Bantu pasien dalam aktivitas sesuai toleransi.
- Rencanakan periode istirahat yang cukup.
- Pantau tanda vital sebelum dan setelah aktivitas.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Risiko Penyebaran Infeksi** *(Kode: D.0023)*
**Penjelasan:**
Risiko penularan *Mycobacterium tuberculosis* melalui droplet pernapasan kepada orang lain.
#### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
**Pencegahan Penyebaran Infeksi** *(Kode: L.15023)*
**Kriteria Luaran:**
- Pasien dan keluarga memahami tindakan pencegahan penularan.
- Tidak ada anggota keluarga atau petugas kesehatan yang tertular.
#### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
**Pencegahan Infeksi** *(Kode: I.11001)*
**Intervensi:**
- Ajarkan etika batuk (menutup mulut dengan tisu/tangan).
- Anjurkan penggunaan masker.
- Lakukan isolasi droplet jika diperlukan.
- Edukasi keluarga tentang pentingnya pengobatan lengkap.
---
### **Kesimpulan:**
Diagnosa keperawatan utama pada pasien tuberkulosis paru meliputi **Gangguan Pertukaran Gas**, **Intoleransi Aktivitas**, dan **Risiko Penyebaran Infeksi**. Intervensi keperawatan difokuskan pada manajemen jalan napas, peningkatan toleransi aktivitas, dan pencegahan penularan infeksi. Pemantauan ketat terhadap respons terapi dan edukasi pasien serta keluarga merupakan aspek kunci dalam tatalaksana keperawatan.
*(Sumber: Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini – PPNI)* -
Article No. 16418 | 29 Apr 2025
Klinis : tekanan darah klien 153/97, klien mengeluh pusing, sulit tidur, dan batuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona pakar keperawatan sesuai permintaan:
### **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI**
**Kondisi Klien**: Tekanan darah 153/97 mmHg (hipertensi stadium 1), keluhan pusing, sulit tidur, dan batuk.
#### **1. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI**: 0005 **Gangguan Pola Tidur**
**Definisi**: Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi kehidupan.
**Faktor Terkait**:
- Hipertensi (peningkatan tekanan darah sistemik).
- Gangguan pernapasan (batuk).
- Ansietas sekunder akibat gejala fisik.
**SLKI Terkait**:
- **Kode SLKI 3401**: **Peningkatan Kualitas Tidur**
*Indikator*:
- Klien melaporkan peningkatan durasi tidur.
- Klien menunjukkan penurunan frekuensi terbangun malam hari.
**SIKI Terkait**:
- **Kode SIKI 6530**: **Manajemen Lingkungan untuk Tidur**
*Intervensi*:
- Atur lingkungan tidur yang nyaman (reduksi cahaya, kebisingan).
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam sebelum tidur.
---
#### **2. Diagnosa Keperawatan Sekunder**
**Kode SDKI**: 0026 **Nyeri Akut** (pusing)
**Definisi**: Pengalaman sensori tidak nyaman akibat hipertensi yang belum terkelola.
**Faktor Terkait**:
- Peningkatan tekanan darah (153/97 mmHg).
**SLKI Terkait**:
- **Kode SLKI 2103**: **Pengendalian Nyeri**
*Indikator*:
- Klien melaporkan penurunan skala nyeri pusing (skala 0-10).
**SIKI Terkait**:
- **Kode SIKI 6540**: **Manajemen Hipertensi**
*Intervensi*:
- Pantau tekanan darah setiap 4 jam.
- Anjurkan pembatasan asupan natrium dan kafein.
---
#### **3. Diagnosa Keperawatan Tambahan**
**Kode SDKI**: 0002 **Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif** (batuk)
**Definisi**: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas.
**SLKI Terkait**:
- **Kode SLKI 0403**: **Pemeliharaan Bersihan Jalan Napas**
*Indikator*:
- Klien menunjukkan bunyi napas jernih pada auskultasi.
**SIKI Terkait**:
- **Kode SIKI 3180**: **Manajemen Batuk**
*Intervensi*:
- Ajarkan teknik batuk efektif.
- Berikan hidrasi adekuat untuk mengencerkan sekret.
---
### **Catatan Akademis**
- **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**: Digunakan untuk menetapkan masalah keperawatan berdasarkan assessment.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**: Menetapkan tujuan/hasil yang diharapkan.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**: Tindakan spesifik untuk mencapai luaran.
**Referensi**:
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Edisi 2.
---
*[Format RTF sengaja disederhanakan untuk memudahkan integrasi ke sistem dokumentasi elektronik.]* -
Article No. 16419 | 29 Apr 2025
Klinis : tekanan darah klien 153/97, klien mengeluh pusing, sulit tidur, dan batuk
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu tekanan darah klien 153/97, klien mengeluh pusing, sulit tidur, dan batuk, maka dapat diberikan kode diagnosis ICD-10 dan kode prosedur/tindakan medis ICD-9-CM sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99284
- Deskripsi: Perawatan di unit gawat darurat, level 4, memerlukan pengambilan keputusan yang komprehensif dan peningkatan manajemen perawatan pasien.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I10 untuk Hipertensi esensial (primer):
- Tekanan darah klien 153/97 menunjukkan adanya hipertensi, yaitu tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
- Hipertensi esensial (primer) adalah hipertensi tanpa penyebab yang jelas, yang merupakan kondisi paling umum ditemukan.
- Gejala yang dialami klien, seperti pusing, sulit tidur, dan batuk, dapat terkait dengan hipertensi.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 99284 untuk Perawatan di unit gawat darurat, level 4:
- Kode ini digunakan untuk mencatat tindakan atau prosedur yang dilakukan di unit gawat darurat terhadap pasien dengan kondisi hipertensi yang disertai gejala pusing, sulit tidur, dan batuk.
- Perawatan level 4 mengindikasikan bahwa klien memerlukan pengambilan keputusan yang komprehensif dan peningkatan manajemen perawatan.
- Tindakan yang mungkin dilakukan di unit gawat darurat dapat meliputi pemantauan tanda vital, pemberian pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah, serta penanganan gejala pusing, sulit tidur, dan batuk.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini akan digunakan oleh dokter, perekam medis, atau tenaga kesehatan lainnya untuk mendokumentasikan diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien. -
Article No. 16420 | 29 Apr 2025
Klinis : Gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi yang Anda sebutkan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F53.0
- Deskripsi: Postpartum depresi, ringan
Penjelasan:
- Kode F53.0 dalam ICD-10 merujuk pada kondisi depresi ringan yang terjadi setelah melahirkan, sering disebut juga sebagai "baby blues".
- Kondisi ini berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, yang dapat menyebabkan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab yang jelas.
- Gejala biasanya muncul dalam beberapa hari atau minggu setelah melahirkan dan cenderung membaik dalam waktu 2 minggu.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk tindakan medis pada kondisi "baby blues". Penanganan utama biasanya berupa dukungan emosional, konseling, dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
Secara umum, kondisi "baby blues" dapat ditangani dengan pendekatan non-farmakologis, seperti:
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien
- Melibatkan keluarga dan lingkungan terdekat untuk membantu ibu beradaptasi dengan peran barunya
- Memberikan edukasi tentang normalnya perubahan mood dan emosi setelah melahirkan
- Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup dan nutrisi yang baik
- Memberikan konseling atau terapi ringan jika gejala berlanjut atau memburuk
Apabila gejala semakin berat atau berlangsung lama, maka dapat dipertimbangkan untuk memberikan intervensi farmakologis sesuai dengan penilaian dan rekomendasi dari tenaga kesehatan yang berwenang. -
Article No. 16421 | 29 Apr 2025
Klinis : Gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab" adalah "Gangguan Proses Pikir Positif". Diagnosa ini mencerminkan adanya perubahan emosi dan pikiran negatif yang dialami ibu setelah melahirkan, yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Peningkatan Rasa Nyaman Emosional: Klien mampu menunjukkan ekspresi wajah dan perilaku yang positif, memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi, dan merasa lebih tenang dan nyaman secara emosional.
2. Penurunan Kecemasan: Klien mampu mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan, menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, dan melaporkan perasaan cemas yang berkurang.
3. Peningkatan Kemampuan Koping: Klien mampu mengidentifikasi sumber stres, menggunakan strategi koping yang efektif, dan melaporkan peningkatan kemampuan untuk mengatasi situasi sulit.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Terapi Kognitif: Melakukan assessment terhadap pola pikir negatif klien, membantu klien mengidentifikasi pemikiran irrasional, dan mendorong klien untuk mengganti dengan pemikiran yang lebih adaptif dan positif.
2. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam, visualisasi, atau terapi musik untuk membantu klien mengelola stres dan kecemasan.
3. Dukungan Emosional: Memberikan empati, validasi, dan dorongan positif kepada klien, serta melibatkan keluarga atau significant others dalam memberikan dukungan.
4. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi tentang baby blues, perubahan hormonal, dan peran baru sebagai ibu untuk meningkatkan pemahaman klien.
5. Manajemen Stres: Membantu klien mengidentifikasi sumber stres, mengembangkan strategi koping yang efektif, dan menerapkan teknik manajemen stres.
Dengan kombinasi intervensi tersebut, diharapkan klien dapat meningkatkan rasa nyaman emosional, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kemampuan koping dalam menghadapi perubahan dan tantangan sebagai ibu baru. -
Article No. 16422 | 29 Apr 2025
Klinis : Gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) yang berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, ditandai dengan perasaan sedih, cemas, dan menangis tanpa sebab.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Rasa Nyaman: Emosional (00146)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00146
Definisi: Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan terkait dengan suasana hati atau respons emosional.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1208
Definisi: Individu menunjukkan suasana hati yang sesuai dan mampu mengelola emosi dengan tepat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6120
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk membantu individu dalam mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi secara sehat.
Dalam konteks ini, perawat akan melakukan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk membantu klien mengatasi gangguan rasa nyaman emosional (baby blues) yang berhubungan dengan perubahan hormonal dan peran baru sebagai ibu, seperti memberikan dukungan emosional, mengajarkan teknik manajemen stres, dan mengidentifikasi serta mengatasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi kondisi emosional klien.