Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18393 | 10 Jun 2025
Klinis : Kejang demam sederhana
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi kejang demam sederhana.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang demam sederhana adalah "Resiko Cedera Berhubungan dengan Peningkatan Suhu Tubuh". Kondisi ini ditandai dengan adanya demam tinggi yang dapat memicu terjadinya kejang. Pasien berisiko mengalami cedera, seperti jatuh, terluka, atau kehilangan kesadaran, selama episode kejang.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
2. Tidak mengalami cedera selama episode kejang.
3. Menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen demam dan pencegahan kejang.
4. Menunjukkan penurunan kecemasan terkait episode kejang.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Demam
- Mengkaji suhu tubuh pasien secara rutin.
- Memberikan obat penurun demam sesuai instruksi dokter.
- Mengompres pasien untuk menurunkan suhu tubuh.
- Memberikan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
2. Pencegahan Cedera
- Menempatkan pasien di tempat yang aman dan nyaman.
- Menjaga agar tidak ada benda keras atau tajam di sekitar pasien.
- Menyediakan alat keselamatan, seperti matras, untuk mencegah cedera saat kejang.
- Memantau pasien secara ketat selama episode kejang.
3. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi tentang penyebab dan penanganan kejang demam.
- Mengajarkan teknik manajemen demam di rumah.
- Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang perlu segera dilaporkan.
4. Manajemen Kecemasan
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien dan keluarga.
- Mengidentifikasi dan mengatasi sumber kecemasan pasien.
- Melibatkan keluarga dalam perawatan untuk meningkatkan rasa aman pasien.
Penjelasan di atas menggambarkan pendekatan komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk mencegah komplikasi, meningkatkan pengetahuan pasien, dan mengurangi kecemasan terkait kondisi kejang demam sederhana. -
Article No. 18394 | 10 Jun 2025
Klinis : Kejang demam sederhana dengan hipertermi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi kejang demam sederhana dengan hipertermi.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh di atas 38°C akibat proses infeksi.
Definisi: Keadaan di mana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas 38°C.
Batasan karakteristik: Suhu tubuh di atas 38°C, kulit hangat, wajah kemerahan, menggigil.
2. Risiko kejang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Definisi: Rentan mengalami kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh.
Faktor risiko: Riwayat kejang demam, usia 6 bulan - 5 tahun, peningkatan suhu tubul.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh dalam batas normal
- Kriteria hasil: Suhu tubuh 36,5°C - 37,5°C.
- Indikator: Suhu tubuh menurun, kulit terasa sejuk, anak tidak menggigil.
2. Tidak terjadi kejang
- Kriteria hasil: Tidak terjadi kejang selama perawatan.
- Indikator: Anak tidak mengalami kejang, tanda-tanda vital stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen hipertermia
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu
- Berikan antipiretik sesuai indikasi
- Tingkatkan asupan cairan
- Jaga lingkungan tetap nyaman
2. Pencegahan kejang
- Identifikasi tanda-tanda awal kejang
- Berikan obat antiepilepsi sesuai indikasi
- Ciptakan lingkungan yang aman dan tenang
- Edukasi keluarga tentang penanganan saat kejang
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan suhu tubuh pasien dapat kembali normal dan kejang dapat dicegah, sehingga luaran yang diharapkan dapat tercapai. Perawat berperan penting dalam memantau kondisi pasien, memberikan intervensi yang tepat, serta melibatkan keluarga dalam penatalaksanaan pasien. -
Article No. 18395 | 10 Jun 2025
Klinis : Kejang demam sederhana dengan hipertermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi kejang demam sederhana dengan hipertermi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang (NANDA-I kode 00200)
Definisi: Keadaan rentan mengalami kontraksi otot yang tidak terkendali dan berulang.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 02021
- Definisi: Keadaan rentan mengalami kontraksi otot yang tidak terkendali dan berulang.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00200
- Definisi: Pasien bebas dari kejang selama masa perawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 01501
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kejang.
2. Hipertermia (NANDA-I kode 00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
SDKI:
- Kode: 02020
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
SLKI:
- Kode: 00007
- Definisi: Suhu tubuh dalam batas normal selama masa perawatan.
SIKI:
- Kode: 01503
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Penjelasan singkat:
Kejang demam sederhana dengan hipertermi merupakan kondisi di mana pasien mengalami kontraksi otot yang tidak terkendali dan berulang, serta peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Kejang dan Hipertermia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pencegahan dan penanganan kejang, serta upaya penurunan suhu tubuh yang meningkat. -
Article No. 18396 | 10 Jun 2025
Klinis : Kejang demam sederhana dengan hipertermi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis yang disusun sesuai dengan permintaan Anda:
**Diagnosa Keperawatan untuk Kejang Demam Sederhana dengan Hipertermi**
**1. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode DX: 00007**
**Hipertermi** *(Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal akibat proses penyakit atau faktor eksternal)*
**Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):**
Hipertermi pada kejang demam sederhana terjadi akibat disregulasi suhu tubuh sekunder dari infeksi atau inflamasi. Kriteria mayor meliputi suhu tubuh >38°C (aksila) atau >38,5°C (rektal), kulit kemerahan, dan peningkatan frekuensi nadi.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
**Kode LO: 0801**
**Kontrol Suhu Tubuh**
- Kriteria evaluasi:
- Suhu tubuh kembali ke rentang normal (36,5–37,5°C) dalam 24–48 jam.
- Tidak ada komplikasi (dehidrasi, kejang berulang).
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
**Kode IN: 3920**
**Manajemen Hipertermi**
- Intervensi:
- Kompres hangat/tepid sponge bath (hindari alkohol/es).
- Pemberian antipiretik sesuai protokol (contoh: parasetamol 10–15 mg/kgBB).
- Monitor intake-output cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Observasi tanda vital tiap 2–4 jam.
---
**2. Diagnosa Keperawatan Sekunder**
**Kode DX: 00151**
**Risiko Cedera** *(Berhubungan dengan aktivitas kejang yang tidak terkontrol)*
**SDKI:**
Faktor risiko meliputi durasi kejang >5 menit, riwayat kejang sebelumnya, dan penurunan kesadaran.
**SLKI:**
**Kode LO: 1902**
**Keamanan Fisik**
- Kriteria: Pasien bebas dari trauma fisik selama/epasca kejang.
**SIKI:**
**Kode IN: 6540**
**Pengawasan Kejang**
- Intervensi:
- Posisi lateral selama kejang.
- Hindari restrain.
- Catat durasi dan karakteristik kejang.
---
**3. Diagnosa Tambahan**
**Kode DX: 00146**
**Ansietas Orang Tua** *(Respons emosional terhadap kondisi anak)*
**SDKI:**
Ditandai dengan verbalisasi kekhawatiran, ekspresi wajah tegang, atau pertanyaan berulang.
**SLKI:**
**Kode LO: 1401**
**Koping Keluarga**
- Kriteria: Orang tua mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan memahami penatalaksanaan kejang demam.
**SIKI:**
**Kode IN: 5230**
**Edukasi Kesehatan**
- Intervensi:
- Ajarkan teknik kompres dan pemberian antipiretik.
- Jelaskan tanda bahaya (kejang >5 menit, leher kaku).
---
**Catatan Akademis:**
- Rekomendasi intervensi harus disesuaikan dengan *evidence-based practice* dan kebijakan institusi.
- Kode SDKI/SLKI/SIKI mengacu pada *PPNI Edisi 2017–2020*.
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan klinis dan akademis Anda. -
Article No. 18397 | 10 Jun 2025
Klinis : diare
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis diare dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis non-infeksi, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.93
- Deskripsi: Penyedotan usus (Intestinal suction)
Penjelasan:
Kode ICD-10 K52.9 (Gastroenteritis dan kolitis non-infeksi, tidak dispesifikasi) digunakan untuk menegakkan diagnosis diare yang tidak disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Kondisi ini dapat terjadi akibat faktor-faktor seperti alergi makanan, reaksi obat, atau penyebab lain yang belum teridentifikasi.
Kode ICD-9-CM 45.93 (Penyedotan usus) merujuk pada tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi diare, yaitu dengan melakukan penyedotan cairan atau isi usus untuk memberikan dukungan cairan dan elektrolit bagi pasien. Prosedur ini dilakukan melalui selang yang dimasukkan ke dalam usus (nasogastrik atau rektum) untuk mengeluarkan kelebihan cairan, mengatasi dehidrasi, dan memperbaiki keseimbangan elektrolit. -
Article No. 18398 | 10 Jun 2025
Klinis : dada debar2 dialami os memberat sejak 2hari ini, os lemas (+) gampang lelah jika aktivitas, mual (+) tidak mau makan, demam dan meriang (+) batuk (-) sesak nafas (+). nyeri kaki (+) kaki bengkak (-). BAK & BAB (+) N. sebelumnya os sudah berobat, namun keluhan tdk berkurang. Riwayat Penyakit Dahulujantung bengkak, DM OSens : CM TD : 75/43 HR : 83x RR : 24x Temp : 39C SPO2 : 91% VAS : 8
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang disajikan, berikut adalah diagnosis keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung dan pembuluh darah yang dapat membahayakan kesehatan.
Faktor yang Berhubungan: Penyakit jantung, diabetes mellitus, edema.
Tanda dan Gejala: Dada berdebar-debar, lemas, mudah lelah, mual, demam, sesak napas, nyeri kaki.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Kardiovaskular
Definisi: Kemampuan jantung dan pembuluh darah untuk mempertahankan aliran darah yang adekuat ke jaringan tubuh.
Kriteria Hasil:
- Tanda vital dalam batas normal (TD 100-140/60-90 mmHg, HR 60-100 x/menit, RR 12-20 x/menit, Temp 36,5-37,5°C)
- Oksigenasi darah adekuat (SpO2 ? 95%)
- Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung (tidak ada edema, dada tidak berdebar-debar, tidak ada sesak napas)
- Tidak ada nyeri dada atau gejala lain yang menunjukkan iskemia jantung
- Tingkat aktivitas sesuai dengan kemampuan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kardiovaskular
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi jantung dan pembuluh darah.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
- Pantau intake dan output cairan
- Berikan posisi yang meningkatkan aliran darah ke jantung
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat-obatan kardiovaskular
- Berikan edukasi tentang manajemen aktivitas dan istirahat yang tepat
- Kolaborasi pemeriksaan diagnostik yang diperlukan (EKG, ekokardiografi, dll.)
2. Manajemen Demam
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau suhu tubuh secara teratur
- Berikan kompres hangat atau dingin untuk menurunkan demam
- Berikan cairan oral atau parenteral sesuai kebutuhan
- Berikan obat penurun demam sesuai indikasi
3. Manajemen Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Aktivitas Keperawatan:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Gunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi, dll.)
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen nyeri
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah diberikan. Diharapkan intervensi keperawatan yang dirancang dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah kesehatan pasien secara holistik. -
Article No. 18399 | 10 Jun 2025
Klinis : Dr. Ji Eun Shin: Seorang pria berusia 66 tahun dirawat di rumah sakit ini karena diare, penurunan berat badan, dan hipotensi. Pasien dalam kondisi sehat hingga sebulan sebelum masuk rumah sakit ini, dan mengonsumsi obat untuk penyakit yang mendasarinya seperti hipertensi dan diabetes. Diare terjadi empat minggu sebelum masuk rumah sakit ini. Diarenya encer, 4 hingga 5 kali sehari, bahkan di malam hari, dan disertai nyeri perut ringan yang menyebar tanpa nyeri tekan. Dia tidak memiliki alergi yang diketahui dan tidak memiliki riwayat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau daging mentah. Dia tidak mengonsumsi obat baru. Gejalanya memburuk pada hari kunjungan, yang diikuti oleh kelemahan umum yang parah dan penurunan berat badan sebesar 4 kg. Saat diperiksa, suhunya 35,1°C, denyut jantung 99 kali per menit, tekanan darah 66/29 mmHg, laju pernapasan 20 kali per menit, dan saturasi oksigen 100% saat ia menghirup udara sekitar. Kulitnya kering dan kedua ekstremitasnya dingin. Suara paru-parunya jernih, dan ada sedikit nyeri tekan pada perut. Ia mengeluhkan kelemahan umum, tetapi kesadarannya cukup waspada untuk berkomunikasi. Tidak ada temuan khusus dalam hitung darah lengkap. Dalam kimia darah, nitrogen urea (117,6 mg per desiliter) dan kreatinin (11,62 mg per desiliter) meningkat. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit ginjal kronis, dan tidak ada temuan abnormal yang terlihat dalam hasil laboratorium sebelumnya yang dilakukan tiga bulan sebelum masuk rumah sakit. Selain itu, glukosa serum adalah 204 mg per desiliter dan total badan keton adalah 909,8 ?mol per liter. Dalam panel gas darah arteri, pH adalah 6,985 dan HCO3 diukur di bawah 10 mmol per liter, yang menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang parah menyertainya. Anion gap dihitung pada 22,3 mmol per liter;
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan dengan menggunakan format SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kekurangan volume cairan (SDKI: 00027)
- Definisi: Kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Kode SLKI: 00901 Keseimbangan Cairan
- Kode SIKI: 6350 Manajemen Cairan
b. Ketidakseimbangan elektrolit (SDKI: 00195)
- Definisi: Perubahan dalam komposisi dan konsentrasi elektrolit yang dapat mengganggu fungsi fisiologis.
- Kode SLKI: 00605 Keseimbangan Elektrolit
- Kode SIKI: 6440 Manajemen Elektrolit
c. Asidosis metabolik (SDKI: 00403)
- Definisi: Penurunan pH darah dan peningkatan kadar asam di dalam tubuh akibat gangguan metabolisme.
- Kode SLKI: 00907 Keseimbangan Asam-Basa
- Kode SIKI: 6680 Manajemen Asam-Basa
d. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (SDKI: 00132)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Kode SLKI: 00210 Kontrol Nyeri
- Kode SIKI: 1400 Manajemen Nyeri
e. Intoleransi aktivitas (SDKI: 00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menoleransi atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
- Kode SLKI: 00005 Toleransi Aktivitas
- Kode SIKI: 0180 Manajemen Energi
Penjelasan singkat:
- Kekurangan volume cairan: Terjadi karena diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
- Ketidakseimbangan elektrolit: Terjadi akibat gangguan homeostasis elektrolit, yang ditandai dengan peningkatan nitrogen urea dan kreatinin.
- Asidosis metabolik: Disebabkan oleh akumulasi asam dalam tubuh akibat diare dan dehidrasi, ditandai dengan penurunan pH darah dan HCO3.
- Gangguan rasa nyaman: Nyeri perut ringan yang menyebar tanpa nyeri tekan.
- Intoleransi aktivitas: Terjadi karena kelemahan umum dan penurunan berat badan yang signifikan. -
Article No. 18400 | 10 Jun 2025
Klinis : Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada bahu kiri dan dada kiri sejak 2 hari SMRS. Pasien pasca terjatuh dari atas genteng. Klien dengan riwayat hipertensi dan jantung. RIWAYAT PENGOBATAN Bisoprolol1x5, Nospirinol, Amlodipin 1x10, Candesartan 1x16, Nitrokaf 1x2,5, Simvastatin 1x2,5 Fenofibrate 1x100mg, ISDN1x5 k/p Pemeriksaan lokal pada bahu kiri: Look: pembengkakan (+), memar (+) Feel: pasien mengeluh nyeri saat ditekan, VAS 4, CRT < 2 detik Move: gerakan sendi bahu terbatas karena nyeri Haemoglobin 11.8 g/dL Hematokrit 37.2 % Leukosit 8.8 ribu/ uL Trombosit 363 ribu/ uL Eritrosit 4.15 juta/ uL MCV 89.6 fL MCH 28.4 pg MCHC 31.7 g/ dL H Glukosa sewaktu 130 mg/ dL Ureum darah 47.0 mg/ dl Kreatinin darah 1.23 mg/ dL H HS Troponin T 13 ng/ L Natrium 142 mmol/ L Kalium 3.7 mmol/ L Klorida 112 mmol/ L H THORAX AP/ PA Kardiomegali dengan gambaran awal edema paru, Elongasi dan kalsifikasi aorta, stqa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera traumatik pada bahu kiri dan dada kiri, ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bahu kiri dan dada kiri, pembengkakan, memar, dan gerakan sendi bahu yang terbatas.
2. Risiko ketidakstabilan hemodinamik berhubungan dengan riwayat hipertensi dan penyakit jantung, ditandai dengan adanya kardiomegali, awal edema paru, elongasi dan kalsifikasi aorta, serta peningkatan hs-Troponin T.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan cedera traumatik, ditandai dengan adanya pembengkakan dan memar pada bahu kiri.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
- Pasien melaporkan penurunan intensitas nyeri dari VAS 4 menjadi VAS 2 atau kurang.
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan rentang gerak sendi bahu kiri.
- Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi pada luka.
2. Stabilitas Hemodinamik:
- Tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, dan suhu) berada dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda gagal jantung atau edema paru yang memburuk.
- Kadar hs-Troponin T menurun secara bertahap.
3. Bebas Infeksi:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka, seperti peningkatan suhu, kemerahan, bengkak, atau discharge purulent.
- Hasil pemeriksaan laboratorium (leukosit, trombosit) dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor yang mempengaruhi).
- Berikan analgetik sesuai dengan instruksi medis.
- Ajarkan teknik distraksi, relaksasi, dan kompres dingin untuk mengurangi nyeri.
- Fasilitasi mobilisasi dan pergerakan sendi bahu sesuai toleransi pasien.
2. Manajemen Hemodinamik:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan cardiovaskular sesuai resep.
- Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (hs-Troponin T, elektrolit) secara berkala.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit jantung dan pentingnya kepatuhan pengobatan.
3. Pencegahan Infeksi:
- Lakukan perawatan luka secara aseptik.
- Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, kemerahan, bengkak, discharge purulent) secara berkala.
- Berikan antibiotik sesuai instruksi medis jika diperlukan.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemeriksaan laboratorium (leukosit, trombosit) secara berkala.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka dan pencegahan infeksi.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan memperoleh perawatan yang optimal. -
Article No. 18401 | 10 Jun 2025
Klinis : An. N dan An. S memiliki BMI underweight Ny. S, An. S, An. I memiliki riwayat penyakit maag An. I pernah menjalani operasi apendisitis Keluarga mengatakan mulai mengubah pola makan dengan mengurangi garam dan minyak/santan setelah Tn N di diagnosa hiperlipid dan hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bagi An. N dan An. S yang memiliki BMI underweight, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Defisit Nutrisi (00002). Kondisi ini ditandai dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Pasien dengan BMI underweight berisiko mengalami kekurangan zat gizi, termasuk protein, vitamin, dan mineral.
2. Bagi Ny. S, An. S, dan An. I yang memiliki riwayat penyakit maag, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Kronis (00133). Kondisi ini ditandai dengan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut. Pasien dengan riwayat penyakit maag berisiko mengalami nyeri kronis pada saluran pencernaan.
3. Bagi An. I yang pernah menjalani operasi apendisitis, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi (00004). Kondisi ini ditandai dengan peningkatan risiko terinfeksi oleh organisme patogen. Pasien yang telah menjalani prosedur pembedahan berisiko mengalami komplikasi infeksi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bagi pasien dengan Defisit Nutrisi, luaran yang diharapkan adalah Peningkatan Berat Badan (1004), yang ditandai dengan peningkatan berat badan sesuai dengan rentang yang diharapkan. Pasien diharapkan dapat mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
2. Bagi pasien dengan Nyeri Kronis, luaran yang diharapkan adalah Kontrol Nyeri (1605), yang ditandai dengan kemampuan pasien untuk mengontrol nyeri yang dirasakan. Pasien diharapkan dapat mengelola nyeri yang dirasakan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
3. Bagi pasien dengan Risiko Infeksi, luaran yang diharapkan adalah Pencegahan Infeksi (1922), yang ditandai dengan tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi. Pasien diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi infeksi setelah prosedur pembedahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bagi pasien dengan Defisit Nutrisi:
a. Intervensi Asuhan Gizi (6650): melakukan pengkajian status gizi, menetapkan tujuan peningkatan berat badan, serta merencanakan dan mengevaluasi intervensi gizi yang sesuai.
b. Intervensi Manajemen Nutrisi (1100): memantau asupan nutrisi, memberikan edukasi terkait kebutuhan nutrisi, dan memfasilitasi pemberian nutrisi yang adekuat.
c. Intervensi Konseling Gizi (5246): memberikan konseling dan dukungan kepada pasien dan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Bagi pasien dengan Nyeri Kronis:
a. Intervensi Manajemen Nyeri (1400): melakukan pengkajian nyeri, menentukan strategi pengelolaan nyeri, dan memantau efektivitas intervensi.
b. Intervensi Terapi Relaksasi (6040): mengajarkan teknik relaksasi kepada pasien untuk membantu mengelola nyeri.
c. Intervensi Edukasi Kesehatan (5510): memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, manajemen, dan pencegahan nyeri.
3. Bagi pasien dengan Risiko Infeksi:
a. Intervensi Pencegahan Infeksi (6540): menjaga kebersihan dan sterilitas lingkungan, melakukan perawatan luka, serta memantau tanda-tanda infeksi.
b. Intervensi Edukasi Kesehatan (5510): memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan dan meningkatkan kepatuhan dalam perawatan luka.
c. Intervensi Konseling (5240): memberikan konseling dan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan motivasi dalam mencegah terjadinya infeksi.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai hasil yang optimal dalam asuhan keperawatan. -
Article No. 18402 | 10 Jun 2025
Klinis : An. N dan An. S memiliki BMI underweight, Ny. S, An. S, An. I memiliki riwayat penyakit maag, An. I pernah menjalani operasi apendisitis, Keluarga mengatakan mulai mengubah pola makan dengan mengurangi garam dan minyak/santan setelah Tn N di diagnosa hiperlipid dan hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah analisis saya:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kondisi ini sesuai dengan adanya BMI underweight pada An. N dan An. S, serta riwayat penyakit maag pada Ny. S, An. S, dan An. I.
2. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
- Kondisi ini sesuai dengan adanya riwayat penyakit maag pada Ny. S, An. S, dan An. I, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Gangguan Citra Tubuh
- Kondisi ini sesuai dengan adanya BMI underweight pada An. N dan An. S, yang dapat mempengaruhi citra tubuh mereka.
4. Risiko Ketidakstabilan Hemodinamik
- Kondisi ini sesuai dengan adanya riwayat hiperlipid dan hipertensi pada Tn. N, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Terpenuhi
- Indikator: Berat badan sesuai, Asupan nutrisi adekuat, Tidak ada keluhan terkait gangguan pencernaan.
2. Keseimbangan Elektrolit
- Indikator: Kadar elektrolit dalam rentang normal, Tanda-tanda vital stabil.
3. Citra Tubuh Positif
- Indikator: Klien merasa nyaman dengan penampilan fisiknya, Tidak ada keluhan terkait citra tubuh.
4. Stabilitas Hemodinamik
- Indikator: Tekanan darah, denyut jantung, dan parameter hemodinamik lainnya dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Pengkajian status nutrisi, Pemberian diet yang sesuai, Edukasi pola makan yang sehat.
2. Manajemen Elektrolit
- Pemantauan kadar elektrolit, Pemberian terapi elektrolit jika diperlukan, Edukasi terkait menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Terapi Peningkatan Citra Tubuh
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi citra tubuh, Konseling dan terapi kognitif-behavioral, Promosi peningkatan harga diri.
4. Manajemen Kardiovaskular
- Pemantauan tanda-tanda vital, Pemberian obat-obatan sesuai resep, Edukasi tentang gaya hidup sehat.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, terdapat beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai. Pertama, adanya BMI underweight pada An. N dan An. S, serta riwayat penyakit maag pada Ny. S, An. S, dan An. I, menunjukkan risiko ketidakseimbangan nutrisi. Kedua, riwayat penyakit maag dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Ketiga, BMI underweight pada An. N dan An. S dapat mempengaruhi citra tubuh mereka. Keempat, riwayat hiperlipid dan hipertensi pada Tn. N dapat menyebabkan risiko ketidakstabilan hemodinamik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, tujuan utamanya adalah:
1. Keseimbangan Nutrisi: Memastikan berat badan sesuai, asupan nutrisi adekuat, dan tidak ada keluhan terkait gangguan pencernaan.
2. Keseimbangan Elektrolit: Menjaga kadar elektrolit dalam rentang normal dan tanda-tanda vital stabil.
3. Citra Tubuh Positif: Memastikan klien merasa nyaman dengan penampilan fisiknya dan tidak ada keluhan terkait citra tubuh.
4. Stabilitas Hemodinamik: Mempertahankan tekanan darah, denyut jantung, dan parameter hemodinamik lainnya dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi: Melakukan pengkajian status nutrisi, memberikan diet yang sesuai, dan memberikan edukasi pola makan yang sehat.
2. Manajemen Elektrolit: Memantau kadar elektrolit, memberikan terapi elektrolit jika diperlukan, dan memberikan edukasi terkait menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Terapi Peningkatan Citra Tubuh: Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi citra tubuh, melakukan konseling dan terapi kognitif-behavioral, serta mempromosikan peningkatan harga diri.
4. Manajemen Kardiovaskular: Memantau tanda-tanda vital, memberikan obat-obatan sesuai resep, dan memberikan edukasi tentang gaya hidup sehat.
Dengan intervensi yang komprehensif dan berfokus pada kebutuhan masing-masing klien, diharapkan dapat dicapai luaran yang diinginkan dan membantu klien mencapai kondisi kesehatan yang optimal.