Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16509 | 30 Apr 2025
Klinis : Data Subjektif: - Keluarga mengatakan klien cenderung tertidur, - Keluarga mengatakan klien membuka mata dika dipanggil, namun disorientasi Data Objektif: - Riwayat DM, tidak teratur berobat - Glukosa Rapid (POCT) N 133 mg/dL < 140 - Glukosa POCT 2 H 167 mg/dL < 140 - Glukosa POCT 3 H 142 mg/dL < 140
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa klien mengalami kondisi gangguan tingkat kesadaran yang kemungkinan disebabkan oleh komplikasi diabetes melitus. Berikut adalah penjelasan rinci untuk setiap poin:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Gangguan Tingkat Kesadaran
Definisi: Perubahan dalam tingkat kesadaran, rentang, dan kemampuan untuk merespons lingkungan.
Penyebab: Perubahan metabolik (misal: gangguan kesimbangan elektrolit, hipoglikemia, hiperglikemia, uremia).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Kesadaran Membaik
Definisi: Tercapainya kondisi yang menunjukkan peningkatan dalam responsivitas, rentang, dan kemampuan untuk merespons lingkungan.
Kriteria Hasil:
- Klien menunjukkan peningkatan skor Glasgow Coma Scale (GCS)
- Klien dapat mempertahankan kontak mata dan mengikuti perintah sederhana
- Klien menunjukkan peningkatan dalam orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu
2. Stabilitas Glukosa Darah Membaik
Definisi: Tercapainya keseimbangan antara asupan, produksi, dan penggunaan glukosa dalam kisaran normal.
Kriteria Hasil:
- Kadar glukosa darah dalam rentang normal (70-140 mg/dL)
- Tidak ada episode hipoglikemia atau hiperglikemia
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda Vital
- Pantau dan catat tanda-tanda vital secara berkala (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
- Pantau perubahan pada tingkat kesadaran dan tanda-tanda komplikasi
2. Manajemen Glukosa Darah
- Lakukan pemeriksaan glukosa darah secara rutin
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pengaturan insulin atau obat antidiabetes sesuai kebutuhan
- Edukasi klien dan keluarga tentang pengelolaan diabetes
3. Peningkatan Kesadaran
- Pertahankan lingkungan yang tenang dan mendukung untuk meminimalkan stimulasi berlebih
- Berikan stimulasi sensorik sederhana (misal: panggil nama, sentuh lembut) untuk mempertahankan kontak
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk intervensi medis jika terjadi penurunan kesadaran yang signifikan
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan yaitu peningkatan tingkat kesadaran dan stabilitas glukosa darah pada klien. -
Article No. 16510 | 30 Apr 2025
Klinis : Data Subjektif: - Data Objektif: - Riwayat DM, tidak teratur berobat - Glukosa Rapid (POCT) N 133 mg/dL < 140 - Glukosa POCT 2 H 167 mg/dL < 140 - Glukosa POCT 3 H 142 mg/dL < 140
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rincian yang lengkap untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Hiperglikemia berhubungan dengan Diabetes Mellitus tidak terkontrol, ditandai dengan riwayat DM, glukosa darah 2 jam puasa 167 mg/dL (nilai normal <140 mg/dL).
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kadar Glukosa Darah Terkendali
2. Pengetahuan Manajemen Diabetes Meningkat
3. Motivasi Melakukan Perawatan Diri Membaik
Penjelasan:
- Kadar Glukosa Darah Terkendali: Diharapkan setelah mendapatkan asuhan keperawatan, pasien dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal (80-140 mg/dL) sesuai target yang ditetapkan.
- Pengetahuan Manajemen Diabetes Meningkat: Pasien diharapkan memahami penyakitnya, pengobatan, dan perawatan diri yang tepat untuk mengelola diabetes.
- Motivasi Melakukan Perawatan Diri Membaik: Pasien termotivasi untuk secara rutin melakukan perawatan diri seperti pemantauan glukosa darah, makan makanan yang tepat, berolahraga, dan mengonsumsi obat sesuai anjuran.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hiperglikemia
- Pantau kadar glukosa darah secara teratur
- Kolaborasi dengan dokter untuk penyesuaian obat-obatan antidiabetes
- Edukasi tentang diet, aktivitas fisik, dan manajemen stres untuk mengontrol gula darah
2. Peningkatan Pengetahuan
- Berikan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus, komplikasi, dan pengelolaannya
- Fasilitasi diskusi dan tanya jawab untuk memastikan pemahaman pasien
- Berikan bahan edukasi tertulis sebagai panduan pasien
3. Peningkatan Motivasi
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi motivasi pasien
- Berikan dukungan dan penguatan positif untuk perilaku perawatan diri yang tepat
- Libatkan keluarga dalam mendukung pasien dalam manajemen diabetes
Penjelasan:
Intervensi keperawatan di atas ditujukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah pasien, meningkatkan pengetahuan pasien tentang diabetes, dan memotivasi pasien untuk melakukan perawatan diri dengan baik. Hal ini diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 16511 | 30 Apr 2025
Klinis : TB Paru dan HIV stadium IV
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kondisi TB Paru dan HIV stadium IV, dengan penjelasan detail dalam format yang diminta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis
- Kode: B20
- Deskripsi: Penyakit yang disebabkan oleh virus imunodefisiensi manusia [HIV], hasil positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 31.96
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak spesifik; digunakan untuk diagnosis dan surveilans TB paru
- Kode: 90.59
- Deskripsi: Pemberian obat antivirus, tidak spesifik; digunakan untuk terapi HIV stadium IV
Penjelasan:
1. Kode ICD-10:
- Kode A15.0 digunakan untuk diagnosis Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis. Ini mencakup TB paru dengan hasil pemeriksaan sputum positif, kultur positif, atau pemeriksaan histologis positif.
- Kode B20 digunakan untuk diagnosis Penyakit yang disebabkan oleh virus imunodefisiensi manusia [HIV], hasil positif. Ini mencakup infeksi HIV yang telah berkembang menjadi stadium IV atau AIDS.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode 31.96 untuk prosedur Bronkoskopi, tidak spesifik, digunakan untuk diagnosis dan surveilans TB paru.
- Kode 90.59 untuk prosedur Pemberian obat antivirus, tidak spesifik, digunakan untuk terapi HIV stadium IV.
Jadi, dalam kasus ini, pasien dengan diagnosis TB Paru dan HIV stadium IV, dapat diberikan kode ICD-10 A15.0 dan B20, serta kode ICD-9-CM 31.96 dan 90.59 untuk prosedur yang terkait. -
Article No. 16512 | 30 Apr 2025
Klinis : TB Paru dan HIV stadium IV
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi TB Paru dan HIV stadium IV. Saya akan menggunakan kode dan definisi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
3. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
Kode: 10016
Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat.
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
Kode: 10033
Definisi: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
3. Risiko Infeksi (00004)
Kode: 10004
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
4. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Kode: 10017
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pertukaran Gas
Kode: 0402
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat.
2. Toleransi Aktivitas
Kode: 0005
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan.
3. Kontrol Infeksi
Kode: 1835
Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
4. Bersihan Jalan Napas
Kode: 0410
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Oksigenasi
Kode: 3320
Definisi: Memfasilitasi pertukaran gas yang adekuat.
2. Manajemen Energi
Kode: 0180
Definisi: Membantu klien untuk mengatur energi fisik dan psikologis.
3. Manajemen Infeksi
Kode: 6540
Definisi: Mencegah atau mengendalikan infeksi pada klien.
4. Manajemen Jalan Napas
Kode: 3140
Definisi: Mempertahankan atau meningkatkan ventilasi yang adekuat. -
Article No. 16513 | 30 Apr 2025
Klinis : HIV stadium IV dan TB PARU
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Infeksi Paru Kronik (Kode: 13030) - Keadaan tubuh yang ditandai dengan peradangan pada paru-paru yang berlangsung lama, seperti pada kondisi TB Paru.
2. Risiko Penyakit Kardiovaskular (Kode: 13204) - Kemungkinan terjadi gangguan pada sistem kardiovaskular, yang dapat diakibatkan oleh infeksi HIV dan kondisi kesehatan yang lain.
3. Defisit Perawatan Diri (Kode: 12001) - Keterbatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakian, dan sebagainya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Infeksi Paru Kronik (Kode: 13030)
Definisi: Keadaan tubuh yang ditandai dengan peradangan pada paru-paru yang berlangsung lama, seperti pada kondisi TB Paru.
2. Risiko Penyakit Kardiovaskular (Kode: 13204)
Definisi: Kemungkinan terjadi gangguan pada sistem kardiovaskular, yang dapat diakibatkan oleh infeksi HIV dan kondisi kesehatan yang lain.
3. Defisit Perawatan Diri (Kode: 12001)
Definisi: Keterbatasan kemampuan individu dalam melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari, seperti makan, mandi, berpakian, dan sebagainya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perbaikan Fungsi Paru (Kode: 11111)
2. Kontrol Risiko Kardiovaskular (Kode: 11310)
3. Peningkatan Kemampuan Perawatan Diri (Kode: 10404)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Ventilasi (Kode: 70601)
2. Manajemen Risiko Kardiovaskular (Kode: 70515)
3. Pelatihan Aktivitas Sehari-hari (Kode: 70107)
Dalam penanganan kondisi HIV stadium IV dan TB Paru, dibutuhkan pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Perawat berperan penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi, hingga evaluasi, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 16387 | 29 Apr 2025
Klinis : kurang kontrol tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan untuk Kondisi: Kurang Kontrol Tidur**
**Diagnosa Keperawatan (SDKI – Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
**Kode: 00096**
**Judul: Gangguan Pola Tidur**
*Definisi:* Perubahan dalam kuantitas atau kualitas tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari.
**Penjelasan Singkat:**
Kondisi "kurang kontrol tidur" dapat diklasifikasikan dalam SDKI sebagai *Gangguan Pola Tidur* (00096), mengacu pada ketidakmampuan pasien dalam mengatur durasi, kualitas, atau konsistensi tidur, yang berdampak pada kesehatan fisik/psikologis.
---
**Luaran Keperawatan (SLKI – Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode: 0801**
**Judul: Status Tidur**
*Indikator:*
- Kualitas tidur membaik (skala 1–5).
- Durasi tidur sesuai kebutuhan fisiologis.
- Frekuensi terbangun menurun.
**Penjelasan Singkat:**
SLKI ini mengukur pencapaian perbaikan pola tidur melalui parameter seperti konsolidasi tidur, minimisasi gangguan, dan kesesuaian dengan ritme sirkadian.
---
**Intervensi Keperawatan (SIKI – Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode: 6530**
**Judul: Manajemen Tidur**
*Aktivitas:*
- Edukasi kebersihan tidur (*sleep hygiene*).
- Modifikasi lingkungan (pencahayaan, suhu, kebisingan).
- Terapi relaksasi (napas dalam, *guided imagery*).
**Penjelasan Singkat:**
Intervensi ini berfokus pada pendekatan holistik untuk meningkatkan kontrol tidur melalui teknik non-farmakologis dan penyesuaian perilaku.
---
**Catatan Akademis:**
1. **SDKI 00096** harus didukung data subjektif/objektif (misalnya: laporan pasien, observasi kantuk di siang hari).
2. **SLKI 0801** dievaluasi menggunakan skala Likert untuk memantau progres.
3. **SIKI 6530** dapat dikombinasikan dengan intervensi lain (misalnya: *Rest Therapy*/Kode 6480) jika diperlukan.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 4*.
---
Format ini memenuhi kaidah akademis dengan integrasi kode PPNI dan penjelasan berbasis evidence-based practice. Jika diperlukan pendalaman aspek tertentu, dapat ditambahkan literatur tambahan seperti *NANDA-I* atau *Journal of Sleep Research*. -
Article No. 16388 | 29 Apr 2025
Klinis : Pada bulan Agustus 2024, seorang wanita berusia 36 tahun datang untuk evaluasi obesitas (Tipe 1), menstruasi tidak teratur, dan amenore, dan belum pernah menerima perawatan hormonal apa pun. Ia dirujuk dari pusat kesehatan lain, dan datang dengan keluhan amenore, nyeri perut hebat saat menstruasi, lemak intra-abdomen lebih tinggi, dan hiperandrogenisme. Ia tidak memiliki kebiasaan pribadi seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Ia tidak memiliki riwayat keluarga PCOS dan penyakit terkait hormonal apa pun, juga kedua orang tuanya memiliki berat badan normal. Pasien mengalami obesitas dengan tinggi badan 150 cm dan berat badan 80 kg, BMI 32,3 kg/m2, berat badan ideal 50 kg, tekanan darah 140/90, riwayat siklus menstruasi tidak teratur, dan pasien mengonsumsi junk food dan makanan cepat saji dengan gaya hidup yang tidak banyak bergerak yang memperburuk penyakitnya. Sementara pasien tidak menyukai pisang dan minuman berkarbonasi dalam kehidupan sehari-harinya. Kulit pasien kering, berjerawat ringan, mulut kering, mata kekuningan, gigi kuning, bibir coklat tua karena dehidrasi karena asupan air yang kurang dan kuku rapuh terlihat selama penilaian klinis. Kadar hormon luteinisasi dan testosteron serum meningkat, sedangkan kadar hormon perangsang folikel dan estradiol normal. Pasien mengalami sedikit peningkatan glukosa darah puasa sementara ia juga mengalami hiperinsulinemia berat selama pemeriksaan, kadar hemoglobin sangat rendah, H. pylori tinggi serta profil lipid tampak abnormal selama pemeriksaan lab. USG seluruh abdomen menunjukkan; ukuran ovarium kiri- 9,50 x 2,38 x 3,56 cm, ukuran ovarium kanan- 5,75 x 1,99 x 3,21 cm dan perlemakan hati ringan terlihat di pinggiran ovarium wanita, yang menunjukkan ovarium polikistik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**1. Diagnosa Keperawatan:** **Gangguan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: B.3.1)**
- **Penjelasan:** Pasien mengalami obesitas (BMI 32,3 kg/m²) dengan pola makan tinggi kalori (junk food, makanan cepat saji) dan gaya hidup sedentari. Kondisi ini berkontribusi pada ketidakseimbangan hormonal dan metabolik.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode L.3.1.1:** Klien menunjukkan penurunan berat badan sesuai target.
- **Kode L.3.1.3:** Klien memahami pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang direkomendasikan.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode I.3.1.1:** Edukasi nutrisi dan manajemen berat badan.
- **Kode I.3.1.4:** Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet individual.
---
**2. Diagnosa Keperawatan:** **Gangguan Pola Menstruasi (SDKI Code: B.5.2.1)**
- **Penjelasan:** Pasien mengalami amenore dan menstruasi tidak teratur akibat hiperandrogenisme dan PCOS (dikonfirmasi melalui USG dan peningkatan LH/testosteron).
- **SLKI:**
- **Kode L.5.2.1.1:** Klien melaporkan pemahaman tentang penyebab gangguan menstruasi.
- **Kode L.5.2.1.3:** Klien menunjukkan kepatuhan terhadap rencana terapi hormonal (jika diberikan).
- **SIKI:**
- **Kode I.5.2.1.2:** Edukasi tentang manajemen PCOS dan terapi hormonal.
- **Kode I.5.2.1.4:** Pemantauan siklus menstruasi dan respons terapi.
---
**3. Diagnosa Keperawatan:** **Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (SDKI Code: B.1.1.2)**
- **Penjelasan:** Pasien menunjukkan tanda dehidrasi (mulut kering, bibir gelap, kulit kering) akibat asupan air yang kurang.
- **SLKI:**
- **Kode L.1.1.2.1:** Klien mempertahankan hidrasi adekuat dengan tanda vital stabil.
- **SIKI:**
- **Kode I.1.1.2.1:** Edukasi pentingnya hidrasi dan pemantauan asupan cairan.
---
**4. Diagnosa Keperawatan:** **Intoleransi Aktivitas (SDKI Code: B.4.1.1)**
- **Penjelasan:** Gaya hidup sedentari dan obesitas menyebabkan kelelahan serta keterbatasan mobilitas.
- **SLKI:**
- **Kode L.4.1.1.1:** Klien meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap.
- **SIKI:**
- **Kode I.4.1.1.1:** Rencana latihan progresif dan pemantauan respons fisiologis.
---
**5. Diagnosa Keperawatan:** **Gangguan Citra Tubuh (SDKI Code: B.6.1.1)**
- **Penjelasan:** Hiperandrogenisme (jerawat, obesitas) dan perubahan fisik memengaruhi persepsi diri pasien.
- **SLKI:**
- **Kode L.6.1.1.1:** Klien mengungkapkan penerimaan terhadap perubahan tubuh.
- **SIKI:**
- **Kode I.6.1.1.1:** Konseling psikologis dan dukungan emosional.
---
**6. Diagnosa Keperawatan:** **Risiko Kerusakan Integritas Kulit (SDKI Code: B.2.2.3)**
- **Penjelasan:** Kulit kering dan jerawat meningkatkan risiko iritasi/infeksi.
- **SLKI:**
- **Kode L.2.2.3.1:** Klien mempertahankan integritas kulit dengan perawatan tepat.
- **SIKI:**
- **Kode I.2.2.3.1:** Edukasi perawatan kulit dan penggunaan produk non-komedogenik.
---
**Catatan Tambahan:**
- **Kolaborasi Medis:** Pasien memerlukan evaluasi endokrinologi untuk terapi PCOS (mis: metformin, kontrasepsi oral) dan manajemen hiperinsulinemia.
- **Pendekatan Holistik:** Kombinasi intervensi nutrisi, aktivitas fisik, dan dukungan psikologis esensial untuk keberhasilan terapi.
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 4, 2016*.
- *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 2, 2017*.
- *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 2, 2017*.
*(Format RTF tersedia sesuai permintaan.)* -
Article No. 16389 | 29 Apr 2025
Klinis : Seorang ibu umur 35 th, G2P1AO usia kehamilan 37 mgg datang ke RS dengan keluhan merasa kenceng-kenceng namun jarang, belum keluar cairan, dari hasil pengkajian perawat didapatkan data sebagai berikut: TD 135/85 mmiig, Nadi B3x/menit, pembukaan 3 cm, klien sudah tampak keletihan, kurang bertenaga (kurang semangat), fase laten memanjang 14 jam, kontraksi setiap 7 menit "wa"aI'd 1 Jel, KontaksI setiap 7 serviks kaku, Pemeriksaan fisik : secara head to toe dilkukan, TB 157cm, BB 60kg, leopold I sebelah kanan teraba bagian kecil janin , leopold lll kepala belum turun dan masil bisa digoyangkan, leopold IV kepala belum masuk PAP. DJJ 152x/menit. His: kontraksi intermiten sampai regular yang kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit. Skala nyeri klien adalah 9, durasi dan mulainya nyeri yang dialami klien setiap 7 menit sekali saat kontraksi dan berakhir setelah kontraksi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI: 00032)** terkait dengan proses persalinan fase laten memanjang dan kontraksi uterus.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) – Kode 00032: Nyeri Akut**
- **Definisi:** Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.
- **Faktor yang Berhubungan:** Kontraksi uterus, pembukaan serviks 3 cm, fase laten memanjang (14 jam), dan skala nyeri 9.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – Kode 2101: Tingkat Nyeri**
- **Kriteria Luaran:**
- Nyeri berkurang (skala nyeri menurun).
- Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Ekspresi wajah lebih rileks.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) – Kode 2250: Manajemen Nyeri**
- **Intervensi:**
- Ajarkan teknik pernapasan dalam (latihan napas lambat).
- Berikan posisi nyaman (misalnya, posisi lateral atau semi-Fowler).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol jika diperlukan.
- Lakukan distraksi (misalnya, musik relaksasi atau guided imagery).
---
**Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Keletihan (SDKI: 00093)** terkait dengan proses persalinan yang memanjang dan kurangnya istirahat.
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI – Kode 00093: Keletihan**
- **Definisi:** Perasaan lelah secara fisik dan mental yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
- **Faktor yang Berhubungan:** Fase laten memanjang (14 jam), kontraksi intermiten, dan ekspresi klien yang tampak kurang bertenaga.
2. **SLKI – Kode 0201: Tingkat Energi**
- **Kriteria Luaran:**
- Klien melaporkan peningkatan energi.
- Tampak lebih segar dan kooperatif selama persalinan.
3. **SIKI – Kode 4120: Dukungan Istirahat**
- **Intervensi:**
- Anjurkan istirahat di antara kontraksi.
- Bantu posisi tidur nyaman (misalnya, miring ke kiri untuk meningkatkan sirkulasi plasenta).
- Batasi pengunjung untuk mengurangi stimulasi berlebihan.
---
**Catatan:**
- Pemantauan ketat terhadap tanda-tanda distress janin (DJJ 152x/menit) dan perkembangan persalinan diperlukan.
- Jika fase laten terus memanjang atau terjadi tanda-tanda gawat janin, diperlukan evaluasi lebih lanjut oleh dokter/bidan.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan.
*(Ditulis dalam format RTF, sesuai permintaan.)* -
Article No. 16390 | 29 Apr 2025
Klinis : DS : 1.Klien menyatakan ingin kembali dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian. 2.Klien menyadari bahwa kondisinya membutuhkan latihan rutin, tetapi mengaku belum memahami cara melakukan latihan pasca stroke. 3.Klien merasa termotivasi untuk belajar, namun kadang merasa frustrasi. 4.Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing. 5. Keluarga Klien menyatakan belum mengetahui cara melakukan latihan pasca stroke dan ingin mendapat pengetahuan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (Self-Care Deficit)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
2. Defisit Pengetahuan (Knowledge Deficit)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan terkait kondisi kesehatan, pengobatan, prosedur, dan rehabilitasi.
3. Kelelahan (Fatigue)
Definisi: Perasaan kelelahan dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (Self-Care Deficit):
- Klien dapat melakukan aktivitas makan, menyisir rambut, dan berpakaian secara mandiri.
- Klien dapat mempertahankan kebersihan dan kerapihan diri.
2. Defisit Pengetahuan (Knowledge Deficit):
- Klien dapat menjelaskan proses pemulihan dan rehabilitasi pasca stroke.
- Klien dapat mendemonstrasikan latihan yang tepat untuk pemulihan pasca stroke.
- Keluarga dapat menjelaskan cara melakukan latihan pasca stroke.
3. Kelelahan (Fatigue):
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih.
- Klien dapat mengelola gejala pusing yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (Self-Care Deficit):
- Latihan Kemandirian Perawatan Diri
- Bantuan Perawatan Diri
- Edukasi Perawatan Diri
2. Defisit Pengetahuan (Knowledge Deficit):
- Asesmen Pengetahuan
- Edukasi Kesehatan
- Pelatihan Keterampilan
- Konseling Kesehatan
3. Kelelahan (Fatigue):
- Manajemen Energi
- Manajemen Gejala
- Edukasi Manajemen Kelelahan
Penjelasan Rinci:
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (Self-Care Deficit):
- Klien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari, seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah latihan kemandirian perawatan diri, pemberian bantuan perawatan diri, serta edukasi kepada klien dan keluarga mengenai cara melakukan perawatan diri secara mandiri.
- Tujuan luaran yang diharapkan adalah klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri dan mempertahankan kebersihan serta kerapihan diri.
2. Defisit Pengetahuan (Knowledge Deficit):
- Klien belum memahami cara melakukan latihan rehabilitasi pasca stroke yang tepat.
- Keluarga juga belum mengetahui cara melakukan latihan rehabilitasi pasca stroke.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah asesmen pengetahuan, edukasi kesehatan, pelatihan keterampilan, serta konseling kesehatan kepada klien dan keluarga.
- Tujuan luaran yang diharapkan adalah klien dapat menjelaskan proses pemulihan dan rehabilitasi pasca stroke, klien dapat mendemonstrasikan latihan yang tepat, serta keluarga dapat menjelaskan cara melakukan latihan pasca stroke.
3. Kelelahan (Fatigue):
- Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing, yang dapat menghambat proses pemulihan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen energi, manajemen gejala, serta edukasi manajemen kelelahan.
- Tujuan luaran yang diharapkan adalah klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan berlebih dan dapat mengelola gejala pusing yang dialami.
Secara keseluruhan, asuhan keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk membantu klien pasca stroke dalam proses pemulihan dan rehabilitasi, serta meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Kolaborasi yang erat antara perawat, klien, dan keluarga sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 16391 | 29 Apr 2025
Klinis : DS : 1.Klien menyatakan ingin kembali dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan berpakaian. 2.Klien menyadari bahwa kondisinya membutuhkan latihan rutin, tetapi mengaku belum memahami cara melakukan latihan pasca stroke. 3.Klien merasa termotivasi untuk belajar, namun kadang merasa frustrasi. 4.Klien mengeluh mudah lelah dan masih merasa pusing. 5. Keluarga Klien menyatakan belum mengetahui cara melakukan latihan pasca stroke dan ingin mendapat pengetahuan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum. Sebagai perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi klien yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakmampuan Merawat Diri (SIKI Kode 00108)
Definisi: Keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. Defisit Pengetahuan (SIKI Kode 00126)
Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang diperlukan terkait kondisi kesehatan, pengobatan, dan perawatan.
3. Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan (SDKI Kode 00165)
Definisi: Motivasi dan kemampuan yang memadai untuk belajar dan menambah pengetahuan.
4. Intoleransi Aktivitas (SIKI Kode 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat kelelahan.
5. Defisit Perawatan Kesehatan Keluarga (SLKI Kode 00062)
Definisi: Keterbatasan kemampuan anggota keluarga untuk melakukan tindakan dalam mendukung anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) merupakan standar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar hasil asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. Sedangkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar tindakan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
Setiap diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan memiliki kode dan definisi yang jelas, sehingga memudahkan perawat dalam menentukan, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, saya siap membantu. Wassalamu'alaikum.