Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18490 | 12 Jun 2025
Klinis : Pada saat dilakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 7 Januari 2025, pukul 08.00 WIB, keluarga Pasien mengatakan kalau Pasien sebelumnya banyak minum air dikarenakan ada acara keluarga dirumahnya, Pasien juga adalah Pasien CKD ST.5 dan HD rutin di instalasi hemodialisis RSUD Ade M DJoen Sintang. Tanda-tanda vital awal Pasien dengan GCS E5V5M6, dan dengan tanda-tanda vital tekanan darah 168/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 37 °C, RR 34 x/menit, SpO2 88%. Kemudian dilakukan pemasangan O2 dengan masker NRM 10 Lpm. Kemudian pada tanggal 7 Januari 2025 08.00 WIB Pasien dipindah ke ruang CENDANA 1 RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang. dengan hari rawatan pertama, Pasien mengeluh sesak napas, terdapat napas cuping hidung, adanya Penggunaan otot bantu pernapasan. Pasien mengatakan sering merasa haus dan tidak mampu mengontrol rasa ingin minum dan jumlah minumnya, mulut dan tengorokan terasa kering. Keluarga Pasien mengatakan kalau Pasien banyak mengkonsumsi air minum saat ada acara dirumahnya. Pasien tampak lemah dan hanya terbaring dengan posisi setengah duduk di atas tempat tidur Pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N18.5
- Deskripsi: Penyakit ginjal kronik stadium 5 (End-stage renal disease)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N18.5 untuk Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 (End-stage renal disease) dikarenakan pasien diketahui memiliki riwayat CKD ST.5 dan menjalani hemodialisis rutin di instalasi hemodialisis RSUD Ade M DJoen Sintang.
2. Kode ICD-9-CM 39.95 untuk Hemodialisis, karena pasien diketahui rutin menjalani hemodialisis di instalasi hemodialisis RSUD Ade M DJoen Sintang.
Selain itu, berdasarkan keluhan dan temuan pemeriksaan fisik, pasien juga mengalami:
- Sesak napas
- Napas cuping hidung
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Sering merasa haus dan tidak mampu mengontrol rasa ingin minum
- Mulut dan tenggorokan terasa kering
- Tampak lemah dan hanya terbaring dengan posisi setengah duduk di atas tempat tidur
Temuan-temuan ini dapat mengarahkan pada diagnosis sekunder, seperti:
- Gagal napas akut (Acute respiratory failure)
- Dehidrasi (Dehydration)
Namun, untuk menegakkan diagnosis sekunder tersebut, diperlukan evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter yang menangani pasien secara langsung. -
Article No. 18492 | 12 Jun 2025
Klinis : Pasien Wanita bernama Ny. Maya, dirawat dirumah sakit dengan keluhan demam sejak 2 hari lalu. Ia merasa tubuhnya panas, lemas, dan sedikit nyeri tenggorokan. Tidak ada keluhan batuk berat, pilek, atau diare. Pasien mengatakan sempat kehujanan saat pulang kerja. Perawat melakukan pemeriksaan TTV di dapatkan hasil tekanan darah 110 / 80, suhu 38,5 C, nadi 90 X/menit, pernapasan 20 X/menit, dan tenggorokan tampak kemerahan ringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, beserta kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia (00007)
2. Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Hipertermia (1804)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh pada kisaran normal.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Demam (3900)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas kisaran normal.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Hipertermia (00007) didasarkan pada gejala klinis yang dialami oleh pasien, yaitu demam sejak 2 hari lalu, suhu tubuh 38,5°C, dan keluhan tubuh panas. Tujuan dari perawatan adalah Kontrol Hipertermia (1804), yaitu mempertahankan suhu tubuh pasien pada kisaran normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Demam (3900), yaitu tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas kisaran normal. -
Article No. 18493 | 12 Jun 2025
Klinis : DS: ? Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terbuka karena tergesek-gesek selimut saat tidur. ? Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terkena percikan air saat buang air. Do: ? Luka terbalut kasa terkelupas karena tersenggol-senggol ? Luka jahitan belum sepenuhnya mengering
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Terima kasih atas pertanyaan Anda. Berikut adalah analisis saya mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Faktor yang Berhubungan:
- Gesekan/Trauma
- Kelembaban yang berlebihan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Penyembuhan Luka
Definisi: Pemulihan struktur dan fungsi kulit yang normal atau mendekati normal setelah terjadi kerusakan.
Kriteria Hasil:
- Luka tertutup dengan baik
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Proses penyembuhan luka berjalan dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka
- Lakukan penilaian luka (lokasi, ukuran, kedalaman, tanda-tanda infeksi)
- Bersihkan luka dengan cairan antiseptik atau salin
- Aplikasikan balutan yang sesuai untuk menjaga kelembaban luka
- Ganti balutan secara teratur sesuai indikasi
2. Manajemen Cairan
- Pantau masukan dan pengeluaran cairan
- Pertahankan kelembaban kulit yang adekuat
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka yang benar
- Informasikan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan
- Motivasi pasien untuk menjaga kebersihan dan keutuhan kulit
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Integritas Kulit Terganggu dipilih karena pasien mengalami kerusakan struktur dan fungsi kulit, yaitu luka jahitan pada tumit yang terbuka akibat gesekan dan iritasi air. Faktor yang berhubungan adalah gesekan/trauma saat tidur dan kelembaban yang berlebihan saat buang air.
Luaran yang diharapkan adalah Integritas Kulit: Penyembuhan Luka, di mana luka akan tertutup dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan proses penyembuhan luka berjalan dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Perawatan Luka untuk menilai dan merawat luka secara optimal, Manajemen Cairan untuk menjaga kelembaban kulit yang adekuat, serta Edukasi Pasien dan Keluarga untuk memastikan mereka dapat melakukan perawatan luka dengan benar dan mengenali tanda-tanda infeksi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 18494 | 12 Jun 2025
Klinis : DS: ? Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terbuka karena tergesek-gesek selimut saat tidur. ? Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terkena percikan air saat buang air. Do: ? Luka terbalut kasa terkelupas karena tersenggol-senggol ? Luka jahitan belum sepenuhnya mengering
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Integritas Kulit Terganggu
- DS: Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terbuka karena tergesek-gesek selimut saat tidur, dan luka jahitan pada tumit terkena percikan air saat buang air.
- DO: Luka terbalut kasa terkelupas karena tersenggol-senggol, dan luka jahitan belum sepenuhnya mengering.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Penyembuhan Luka
- Kriteria Hasil:
1) Luka menunjukkan penyembuhan yang memadai
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi
3) Luka menutup dan menyatu dengan baik
4) Tidak ada drainage atau eksudat pada luka
5) Nyeri luka berkurang
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka
- Kaji karakteristik luka (lokasi, ukuran, kedalaman, warna, drainase, dan tanda-tanda infeksi)
- Bersihkan luka sesuai prosedur
- Aplikasikan balutan luka yang sesuai (kasa steril, hydrocolloid, dll.)
- Pertahankan lingkungan luka yang lembab untuk mendukung penyembuhan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka yang benar
2. Manajemen Nyeri
- Kaji intensitas, frekuensi, karakteristik, dan lokasi nyeri
- Berikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (kompres hangat, distraksi, dll.)
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
3. Pencegahan Infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka
- Gunakan teknik aseptik saat melakukan perawatan luka
- Pantau tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, eritema, edema, drainase purulent)
- Berikan antibiotik topikal atau sistemik sesuai indikasi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Integritas Kulit Terganggu dipilih karena sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki luka jahitan pada tumit yang terbuka dan belum sepenuhnya mengering. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada integritas kulit.
Luaran yang diharapkan adalah Integritas Kulit: Penyembuhan Luka, dengan kriteria hasil yang mencakup penyembuhan luka yang memadai, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka menutup dan menyatu dengan baik, tidak ada drainage atau eksudat, serta nyeri luka berkurang.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi. Perawatan luka bertujuan untuk membantu proses penyembuhan luka, manajemen nyeri untuk mengurangi rasa sakit yang dialami pasien, dan pencegahan infeksi untuk mencegah komplikasi yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan kondisi luka pasien dapat membaik dan mencapai luaran yang diharapkan, yaitu penyembuhan luka yang optimal. -
Article No. 18495 | 12 Jun 2025
Klinis : ? Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terbuka karena tergesek-gesek selimut saat tidur. ? Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terkena percikan air saat buang air. Do: ? Luka terbalut kasa terkelupas karena tersenggol-senggol ? Luka jahitan belum sepenuhnya mengering ? Luka terbalut kasa terbuka di tumit kiri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, kami akan memberikan solusi atas kondisi pasien yang Anda deskripsikan sesuai dengan standar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan gesekan/friksi.
Kondisi ini sesuai dengan keluhan pasien yang mengatakan luka jahitan pada tumit terbuka karena tergesek-gesek selimut saat tidur dan luka jahitan pada tumit terkena percikan air saat buang air.
2. Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan luka terbuka.
Kondisi ini sesuai dengan temuan klinis, yaitu luka terbalut kasa terkelupas karena tersenggol-senggol, luka jahitan belum sepenuhnya mengering, dan luka terbalut kasa terbuka di tumit kiri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Integritas Kulit Terganggu:
a. Risiko luka berkurang
b. Proses penyembuhan luka membaik
c. Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
2. Integritas Kulit Terganggu:
a. Luka tertutup
b. Proses penyembuhan luka membaik
c. Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Integritas Kulit Terganggu:
a. Perawatan luka: Membersihkan luka, mengganti balutan, dan melakukan perawatan sesuai prosedur
b. Manajemen aktivitas: Memodifikasi aktivitas dan posisi untuk mengurangi gesekan/friksi pada luka
c. Edukasi pasien: Mengajarkan pasien tentang cara merawat luka dan mencegah terjadinya gesekan/friksi pada luka
2. Integritas Kulit Terganggu:
a. Perawatan luka: Membersihkan luka, mengganti balutan, dan melakukan perawatan sesuai prosedur
b. Manajemen rasa nyeri: Memberikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi rasa nyeri
c. Edukasi pasien: Mengajarkan pasien tentang cara merawat luka dan mencegah terjadinya komplikasi
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai didasarkan pada keluhan dan temuan klinis pasien. Risiko Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan gesekan/friksi karena luka jahitan pada tumit terbuka akibat tergesek-gesek selimut saat tidur dan terkena percikan air saat buang air. Integritas Kulit Terganggu berhubungan dengan luka terbuka karena luka terbalut kasa terkelupas, luka jahitan belum sepenuhnya mengering, dan luka terbalut kasa terbuka di tumit kiri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup pengurangan risiko luka, perbaikan proses penyembuhan luka, dan pencegahan komplikasi lebih lanjut. Untuk Risiko Integritas Kulit Terganggu, diharapkan risiko luka berkurang, proses penyembuhan luka membaik, dan tidak terjadi komplikasi. Untuk Integritas Kulit Terganggu, diharapkan luka tertutup, proses penyembuhan luka membaik, dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) meliputi perawatan luka, manajemen aktivitas, edukasi pasien, dan manajemen rasa nyeri. Perawatan luka dilakukan untuk membersihkan luka, mengganti balutan, dan melakukan perawatan sesuai prosedur. Manajemen aktivitas bertujuan untuk memodifikasi aktivitas dan posisi untuk mengurangi gesekan/friksi pada luka. Edukasi pasien diberikan untuk mengajarkan pasien tentang cara merawat luka dan mencegah terjadinya gesekan/friksi atau komplikasi. Manajemen rasa nyeri dilakukan dengan memberikan analgesik sesuai indikasi untuk mengurangi rasa nyeri.
Demikian penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang diperlukan dalam menangani kondisi pasien. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 18496 | 12 Jun 2025
Klinis : Kasus : Seorang pasien perempuan, Ny. A (56 tahun), dirawat di ruang rawat inap RS setelah masuk IGD dengan keluhan pusing hebat disertai lemas. Pasien memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun yang dikontrol dengan Amlodipine 5 mg sekali sehari, serta Diabetes Mellitus tipe 2 yang diobati dengan Metformin 500 mg dua kali sehari. Pemeriksaan awal menunjukkan tekanan darah 180/100 mmHg dan kadar glukosa darah sewaktu 280 mg/dL. Selama perawatan, dokter memutuskan untuk mengubah regimen terapi hipertensi dengan menambahkan Captopril 12,5 mg tiga kali sehari dan memberikan Insulin Regular secara subkutan 3 kali sehari sesuai kebutuhan kadar glukosa darah (Sliding Scale). Informasi terkait sediaan obat: Amlodipine dalam bentuk tablet tersedia dalam sediaan 5 mg, Captopril dalm bentuk tablet tersedia dalam sediaan 25 mg, Metformin dalam bentuk tablet tersedia dalam sediaan 500 mg, Insulin Regular dalam bentuk Vial memiliki konsentrasi 100 unit/mL. Perawat bertanggung jawab dalam memantau efek obat, memastikan pemberian obat yang benar, serta memberikan edukasi kepada pasien mengenai regimen obat yang baru. Pasien melaporkan mual setelah mengonsumsi Metformin dan merasa khawatir terhadap injeksi insulin yang perlu dilakukan secara mandiri setelah pulang nanti.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI: 10045)
2. Risiko Ketidakefektifan Terapi Obat (SDKI: 10046)
3. Kecemasan (SDKI: 10005)
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI: 10045)
Definisi: Berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah yang dapat menimbulkan komplikasi.
Faktor risiko: Diabetes Mellitus, regimen pengobatan, stres, aktivitas fisik.
2. Risiko Ketidakefektifan Terapi Obat (SDKI: 10046)
Definisi: Berisiko mengalami efek samping atau komplikasi akibat penggunaan obat-obatan.
Faktor risiko: Riwayat reaksi obat yang tidak diinginkan, polifarmasi, peningkatan atau penurunan fungsi fisiologis.
3. Kecemasan (SDKI: 10005)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya atau masalah di masa depan.
Faktor yang mempengaruhi: Perubahan status kesehatan, ancaman integritas diri, lingkungan yang tidak dikenal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah (SLKI: 10041)
2. Efektivitas Terapi Obat (SLKI: 10042)
3. Tingkat Kecemasan (SLKI: 10004)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah (SIKI: 10041)
2. Manajemen Terapi Obat (SIKI: 10042)
3. Manajemen Kecemasan (SIKI: 10004) -
Article No. 18497 | 12 Jun 2025
Klinis : pasien post operasi caesar dengan luka di perut, skala nyeri 5
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien post operasi caesar dengan luka di perut dan skala nyeri 5, maka:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O82
- Deskripsi: Kelahiran melalui operasi caesar
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 74.0
- Deskripsi: Seksio sesarea
Penjelasan:
Pasien dalam kasus ini telah menjalani operasi caesar (seksio sesarea), yang diklasifikasikan dalam kode ICD-10 O82 (Kelahiran melalui operasi caesar). Prosedur seksio sesarea sendiri memiliki kode ICD-9-CM 74.0.
Pasien juga mengeluhkan adanya luka di perut akibat prosedur operasi caesar yang telah dilakukan. Skala nyeri yang dilaporkan adalah 5, menunjukkan adanya rasa sakit yang cukup signifikan pada area luka operasi.
Sebagai dokter atau perekam medis, pemantauan yang cermat terhadap kondisi pasien, pemberian analgesik yang tepat, serta perawatan luka yang baik sangat penting untuk membantu proses penyembuhan pasien pasca operasi caesar. -
Article No. 18498 | 12 Jun 2025
Klinis : pasien post operasi caesar dengan luka di perut, skala nyeri 5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi pasien post operasi caesar dengan luka di perut, skala nyeri 5, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul secara tiba-tiba atau bertahap, dengan intensitas ringan hingga berat, yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
- SIKI: Manajemen nyeri, yaitu mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang memengaruhi nyeri serta menerapkan strategi yang tepat untuk mengurangi nyeri.
2. Risiko infeksi (00004)
- SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Pasien tidak mengalami infeksi selama perawatan.
- SIKI: Pencegahan infeksi, yaitu mencegah atau meminimalkan risiko infeksi pada pasien.
3. Risiko gangguan integritas kulit (00047)
- SDKI: Rentan terhadap kerusakan, perubahan, atau gangguan pada epidermis dan/atau lapisan dermis.
- SLKI: Pasien tidak mengalami kerusakan atau gangguan integritas kulit selama perawatan.
- SIKI: Perawatan luka, yaitu memelihara, melindungi, dan memperbaiki kerusakan pada kulit dan/atau jaringan.
Penjelasan singkat:
1. Nyeri akut (00132):
- Pasien mengalami nyeri di area luka operasi caesar dengan skala nyeri 5.
- Tujuan: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
- Intervensi: Manajemen nyeri, seperti identifikasi dan pengelolaan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, serta penerapan strategi yang tepat untuk mengurangi nyeri.
2. Risiko infeksi (00004):
- Pasien rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen akibat luka operasi caesar.
- Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi selama perawatan.
- Intervensi: Pencegahan infeksi, seperti meminimalkan risiko infeksi pada pasien.
3. Risiko gangguan integritas kulit (00047):
- Pasien rentan terhadap kerusakan, perubahan, atau gangguan pada epidermis dan/atau lapisan dermis akibat luka operasi caesar.
- Tujuan: Pasien tidak mengalami kerusakan atau gangguan integritas kulit selama perawatan.
- Intervensi: Perawatan luka, seperti memelihara, melindungi, dan memperbaiki kerusakan pada kulit dan/atau jaringan. -
Article No. 18432 | 11 Jun 2025
Klinis : pasien sering buang air kecil terus menus dan sering haus , luka lama sembuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan gejala sering buang air kecil, rasa haus berlebihan, dan luka yang lama sembuh, dengan kemungkinan mengarah pada **Diabetes Melitus**.
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI Code: D.0018)**
*Definisi:* Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang diperlukan untuk fungsi fisiologis normal.
*Etiologi:* Hiperglikemia pada Diabetes Melitus menyebabkan diuresis osmotik (peningkatan frekuensi berkemih) dan dehidrasi, yang memicu rasa haus berlebihan (polidipsia).
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI):**
1. **Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tercapai (SLKI Code: L.14001)**
- Kriteria:
- Asupan cairan adekuat.
- Turgor kulit normal.
- Frekuensi berkemih dalam batas normal.
- Kadar glukosa darah terkontrol.
2. **Penyembuhan Luka Optimal (SLKI Code: L.08001)**
- Kriteria:
- Proses granulasi jaringan luka meningkat.
- Tidak ada tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):**
1. **Manajemen Cairan (SIKI Code: I.11001)**
- Monitor tanda vital (TD, nadi, suhu).
- Observasi tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa kering).
- Anjurkan asupan cairan sesuai kebutuhan (2-3 L/hari).
- Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena jika diperlukan.
2. **Manajemen Hiperglikemia (SIKI Code: I.25001)**
- Monitor kadar glukosa darah secara berkala.
- Edukasi pasien tentang diet diabetes (karbohidrat kompleks, rendah gula).
- Kolaborasi pemberian insulin/antidiabetik oral sesuai resep.
3. **Perawatan Luka (SIKI Code: I.08001)**
- Lakukan perawatan luka steril (pembersihan, debridemen jika perlu).
- Gunakan dressing yang sesuai (hidrogel/antimikroba untuk luka diabetik).
- Ajarkan pasien teknik perawatan luka mandiri.
---
### **Catatan Akademis:**
- **Patofisiologi:** Hiperglikemia menyebabkan diuresis osmotik ? poliuria ? polidipsia ? dehidrasi. Gangguan mikrosirkulasi dan neuropati memperlambat penyembuhan luka.
- **Evidence-Based Practice:** Penelitian menunjukkan bahwa kontrol glikemik ketat (HbA1c <7%) mengurangi risiko komplikasi luka diabetik (ADA, 2023).
---
### **Persona Pakar:**
Sebagai perawat, penting untuk:
1. **Prioritaskan intervensi** stabilisasi cairan dan elektrolit sebelum fokus pada manajemen luka.
2. **Kolaborasi multidisiplin** dengan dokter, ahli gizi, dan podiatris untuk tatalaksana holistik.
3. **Edukasi pasien** tentang pemantauan glukosa mandiri dan tanda-tanda hipoglikemia/hiperglikemia.
Jika diperlukan penyesuaian lebih spesifik (misal: pasien dengan komorbiditas), kode SDKI/SLKI/SIKI tambahan dapat diintegrasikan.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 18433 | 11 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien tersebut adalah tuberkulosis paru. Berikut kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru, dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak diklasifikasikan di tempat lain
- Penjelasan: Prosedur bronkoskopi mungkin dilakukan untuk memperoleh spesimen sputum atau jaringan paru untuk pemeriksaan mikrobiologis dan histologis dalam rangka konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru.
Selain itu, tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah:
- Rontgen toraks untuk mendeteksi lesi di paru
- Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi bakteri Mycobacterium tuberculosis
- Terapi antibiotik antituberkulosis sesuai protokol pengobatan tuberkulosis
Diagnosis tuberkulosis paru membutuhkan konfirmasi dengan pemeriksaan penunjang yang lebih lanjut. Tatalaksana yang tepat dan segera diperlukan untuk mencegah komplikasi dan penyebaran infeksi.