Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 21724 | 20 Sep 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan sulit bicara dan sulit menggerakkan ekstermitas kanan. pasien mengatakan pernah terkena serangan stroke 4 tahun yang lalu. pasien dibawa ke igd, setelah pemeriksaan didapatkan TD 140/80, N : 84, RR 20, S 36.4. setelah dilakukan pemeriksaan lab didapatkan hasil kolesterol tinggi 500
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs24 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI sesuai standar PPNI:
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan neuromuskuler (Riwayat stroke, kelemahan ekstremitas kanan)
\par \b Kode:\b0 00085
\par \b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode:\b0 0400 - \i Mobilitas\i0
\par \b Kriteria Luaran:\b0
\par - Pergerakan tubuh terkontrol (0400.1)
\par - Kekuatan otot ekstremitas (0400.2)
\par - Keseimbangan tubuh (0400.3)
\par - Kemampuan melakukan aktivitas fungsional (0400.4)
\par \b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode:\b0 0840 - \i Terapi Aktivitas\i0
\par \b Intervensi:\b0
\par - Latihan Rentang Gerak (0840.1)
\par - Latihan Transfer dan Ambulasi (0840.2)
\par - Terapi Okupasi (0840.3)
\par - Monitoring Toleransi Aktivitas (0840.4)
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Gangguan Komunikasi Verbal b.d kerusakan neuromuskuler (Sulit bicara)
\par \b Kode:\b0 00051
\par \b SLKI:\b0
\par \b Kode:\b0 0301 - \i Komunikasi\i0
\par \b Kriteria Luaran:\b0
\par - Kemampuan menyampaikan pesan (0301.1)
\par - Kemampuan memahami pesan (0301.2)
\par - Ketepatan penggunaan kata (0301.3)
\par \b SIKI:\b0
\par \b Kode:\b0 4970 - \i Terapi Komunikasi\i0
\par \b Intervensi:\b0
\par - Latihan Wicara (4970.1)
\par - Penggunaan Alat Bantu Komunikasi (4970.2)
\par - Teknik Komunikasi Alternatif (4970.3)
\par
\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak b.d hipertensi dan hiperkolesterolemia (TD 140/80, kolesterol 500)
\par \b Kode:\b0 00073
\par \b SLKI:\b0
\par \b Kode:\b0 1301 - \i Status Sirkulasi\i0
\par \b Kriteria Luaran:\b0
\par - Tekanan darah dalam rentang normal (1301.1)
\par - Denyut nadi perifer teraba (1301.2)
\par \b SIKI:\b0
\par \b Kode:\b0 2010 - \i Pengendalian Tekanan Darah\i0
\par \b Intervensi:\b0
\par - Monitoring Tekanan Darah (2010.1)
\par - Edukasi Manajemen Hipertensi (2010.2)
\par - Kolaborasi Terapi Farmakologi (2010.3)
\par
\b Catatan:\b0 Diagnosa keperawatan ini bersifat tentatif dan memerlukan validasi lebih lanjut melalui pengkajian yang komprehensif. Penatalaksanaan harus disesuaikan dengan kondisi terkini pasien dan dalam koordinasi dengan tim kesehatan lainnya.
} -
Article No. 21725 | 20 Sep 2025
Klinis : pasien mempunyai riwayat stroke 4 tahun yang lalu, saat ini pasien dengan kesadaran composmentis GCS 456
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi pasien dengan riwayat stroke 4 tahun yang lalu dan status kesadaran compos mentis (GCS 15), berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI PPNI:\par
\b 1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak\b0 (Kode: 00073)\par
\b SDKI (Slki/Siki):\b0 \par
- \b SDKI:\b0 Risiko penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kerusakan neurologis lebih lanjut.\par
- \b SLKI:\b0 Mempertahankan perfusi serebral adekuat dengan tanda-tanda neurologis stabil (GCS 15, tidak ada defisit motorik/sensorik baru).\par
- \b SIKI:\b0 Pemantauan neurologis berkala, manajemen faktor risiko (tekanan darah, gula darah), dan edukasi pasien/keluarga tentang tanda-tanda deteriorasi neurologis.\par
\par
\b 2. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan mengenai Kondisi, Prognosis, dan Pengobatan\b0 (Kode: 00126)\par
\b SDKI (Slki/Siki):\b0 \par
- \b SDKI:\b0 Ketidakadekuatan informasi atau pemahaman mengenai penyakit stroke, pencegahan kekambuhan, dan penatalaksanaan jangka panjang.\par
- \b SLKI:\b0 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang kondisi, pengobatan, dan strategi pencegahan kekambuhan.\par
- \b SIKI:\b0 Edukasi kesehatan tentang manajemen faktor risiko (diet, aktivitas fisik, kepatuhan pengobatan), serta evaluasi pemahaman pasien/keluarga.\par
\par
\b 3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Disfungsi Mobilitas Fisik\b0 (Kode: 00085)\par
\b SDKI (Slki/Siki):\b0 \par
- \b SDKI:\b0 Risiko keterbatasan kemampuan pergerakan independen akibat dampak residual stroke.\par
- \b SLKI:\b0 Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas fungsional sesuai kemampuan pasien.\par
- \b SIKI:\b0 Latihan rentang gerak, ambulasi sesuai toleransi, dan pencegahan komplikasi imobilisasi (seperti kontraktur atau trombosis).\par
\par
\b 4. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan\b0 (Kode: 00026) \i(jika terdapat tanda edema atau gangguan eliminasi)\i0\par
\b SDKI (Slki/Siki):\b0 \par
- \b SDKI:\b0 Peningkatan retensi cairan yang dapat memperberat kondisi hemodinamik dan neurologis.\par
- \b SLKI:\b0 Keseimbangan cairan tercapai dengan tanda vital stabil dan tidak ada edema.\par
- \b SIKI:\b0 Pemantauan balance cairan, pembatasan asupan natrium, dan kolaborasi pemberian diuretik jika diperlukan.\par
\par
Catatan: Penetapan diagnosa keperawatan harus didasarkan pada pengkajian holistik, termasuk kondisi residual stroke, faktor komorbid, dan kebutuhan pasien. Rekomendasi ini bersifat umum dan perlu disesuaikan dengan data klinis lengkap.\par
} -
Article No. 21726 | 20 Sep 2025
Klinis : pasien mempunyai riwayat stroke 4 tahun yang lalu, saat ini pasien dengan kesadaran composmentis GCS 456
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;\red0\green128\blue0;\red128\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi pasien dengan riwayat stroke 4 tahun yang lalu dan status kesadaran compos mentis (GCS 15), berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan beserta penjelasan singkat sesuai standar PPNI (SDKI, SLKI, SIKI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\cf2\b Gangguan Mobilitas Fisik\cf0\b0 (Kode SDKI: B.3.1)\par
\cf3\b Definisi:\cf0\b0 Kondisi dimana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan pergerakan fisik secara mandiri.\par
\cf3\b Faktor Risiko/Karakteristik:\cf0\b0 Riwayat stroke (4 tahun) yang dapat menyebabkan kelemahan/kelumpuhan ekstremitas, gangguan koordinasi, atau spastisitas.\par
\b SLKI (STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA):\b0\par
\cf2\b Mobilitas\cf0\b0 (Kode SLKI: L.04010)\par
\cf3\b Kriteria Hasil:\cf0\b0\par
- \'95 Pergerakan ekstremitas bertambah (L.04010.010)\par
- \'95 Kekuatan otot ekstremitas membaik (L.04010.020)\par
- \'95 Kemampuan berjalan meningkat (L.04010.050)\par
- \'95 Kemandirian dalam aktivitas mobilitas tercapai (L.04010.070)\par
\b SIKI (STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA):\b0\par
\cf2\b Latihan Rentang Gerak\cf0\b0 (Kode SIKI: I.09037)\par
\cf3\b Tindakan Keperawatan:\cf0\b0\par
- \'95 Ajarkan teknik latihan rentang gerak aktif/pasif (I.09037.010)\par
- \'95 Bantu pasien dalam melakukan latihan pergerakan sendi (I.09037.020)\par
- \'95 Monitor respons pasien terhadap latihan (I.09037.050)\par
- \'95 Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi (I.09037.070)\par
\cf2\b Manajemen Latihan\cf0\b0 (Kode SIKI: I.09029)\par
\cf3\b Tindakan Keperawatan:\cf0\b0\par
- \'95 Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas (I.09029.010)\par
- \'95 Rencanakan program latihan progresif (I.09029.030)\par
- \'95 Ajarkan teknik konservasi energi (I.09029.050)\par
- \'95 Berikan reinforcement positif terhadap kemajuan pasien (I.09029.070)\par
\cf4\b Catatan:\cf0\b0 GCS 456 biasanya menunjukkan nilai 15 (compos mentis) dengan pembagian: 4 untuk mata, 5 untuk verbal, dan 6 untuk motorik. Aspek "tone=akademis, persona=pakar" mengindikasikan perlunya pendekatan edukasi yang komprehensif dan kolaboratif dengan pasien.\par
} -
Article No. 21727 | 20 Sep 2025
Klinis : pasien dengan diagnosa dispepsia mengeluh nyeri perut dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN\b0\fs24\par
\par
\b Pasien dengan Dispepsia yang Mengeluh Nyeri Perut dan Demam\b0\par
\par
\b 1. DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode:\b0 D.0016 \b Nyeri Akut\b0\par
\b Definisi:\b0 Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.\par
\par
\b 2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode:\b0 D.0028 \b Hipertermia\b0\par
\b Definisi:\b0 Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.\par
\par
\b 3. STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI):\b0\par
\b D.0016 Nyeri Akut:\b0\par
- Karakteristik utama: Melaporkan nyeri, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi nadi, perilaku berhati-hati, ekspresi wajah kesakitan\par
- Karakteristik tambahan: Gelisah, menangis, fokus pada diri sendiri, perubahan posisi tubuh untuk menghindari nyeri\par
\par
\b D.0028 Hipertermia:\b0\par
- Karakteristik utama: Kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal, takikardia, takipnea\par
- Karakteristik tambahan: Kejang, berkeringat, mengigil, penurunan kesadaran\par
\par
\b 4. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI):\b0\par
\b L.04015 Kontrol Nyeri:\b0\par
- Kriteria hasil: Menyatakan nyeri terkontrol, menunjukkan teknik relaksasi, mempertahankan tingkat nyeri yang dapat diterima\par
- Indikator: Skala nyeri, ekspresi wajah, tanda vital, kemampuan istirahat/tidur\par
\par
\b L.1402 Termoregulasi:\b0\par
- Kriteria hasil: Suhu tubuh dalam rentang normal, kulit hangat dan kering, tidak ada menggigil\par
- Indikator: Pengukuran suhu, warna kulit, tingkat keringat, kenyamanan termal\par
\par
\b 5. STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA (SIKI):\b0\par
\b I.08230 Manajemen Nyeri:\b0\par
- Aktivitas: Ajarkan teknik nonfarmakologis (nafas dalam, distraksi), kolaborasi pemberian analgesik, evaluasi efektivitas intervensi\par
- Monitor: Skala nyeri, respons terhadap terapi, efek samping pengobatan\par
\par
\b I.0820 Manajemen Hipertermia:\b0\par
- Aktivitas: Kompres hangat/dingin, tirah baring, kolaborasi pemberian antipiretik, pertahankan intake cairan\par
- Monitor: Suhu tubuh, tanda vital, status hidrasi, respons terapi\par
\par
\b 6. REKOMENDASI IMPLEMENTASI:\b0\par
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif (PQRST)\par
- Monitor suhu tubuh setiap 4 jam\par
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis sesuai indikasi\par
- Edukasi pasien tentang manajemen gejala di rumah\par
- Dokumentasi respons terhadap intervensi yang diberikan\par
\par
\b Catatan:\b0 Penetapan diagnosis keperawatan harus didasarkan pada pengkajian komprehensif dan validasi data yang akurat. Intervensi disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan kebijakan institusi.\par
} -
Article No. 21728 | 20 Sep 2025
Klinis : Gangguan perfusi jaringan serebral b.d. interupsi aliran darah otak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN\b0\fs24
\b Kode\b0: 0002
\b Diagnosa\b0: Gangguan perfusi jaringan serebral b.d. interupsi aliran darah otak
\b\fs28 PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\b SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) - Kode 0002\b0:
Gangguan perfusi jaringan serebral merupakan kondisi ketidakefektifan sirkulasi darah ke otak yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan. Fokus utama pada kondisi ini adalah penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak akibat gangguan aliran darah, dengan faktor terkait berupa interupsi aliran darah otak yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis seperti stroke, emboli, atau trombosis.
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)\b0:
\b Kode\b0: 2701 - \b Status sirkulasi: otak\b0
\b Indikator\b0:
- Tingkat kesadaran (Skala 1-5)
- Fungsi kognitif (Skala 1-5)
- Kekuatan motorik (Skala 1-5)
- Sensori (Skala 1-5)
- Tanda-tanda neurologis fokal (Skala 1-5)
- Tekanan darah (Skala 1-5)
- Denyut nadi (Skala 1-5)
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)\b0:
\b Kode\b0: 2620 - \b Pemantauan neurologis\b0
\b Aktivitas\b0:
- Monitor status neurologis setiap 2-4 jam sesuai kondisi
- Kaji tingkat kesadaran menggunakan skala GCS
- Observasi perubahan tanda vital
- Monitor fungsi motorik dan sensorik
- Kaji pupil (size, equality, reaction to light)
- Observasi adanya tanda-tanda peningkatan TIK
- Dokumentasi temuan neurologis secara komprehensif
\b Kode\b0: 0800 - \b Manajemen perfusi jaringan\b0
\b Aktivitas\b0:
- Pertahankan posisi kepala netral (30° elevasi)
- Monitor tekanan darah dan nadi secara berkala
- Hindari maneuver valsava dan fleksi leher berlebihan
- Kolaborasi pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan
- Monitor balance cairan (intake-output)
- Kolaborasi pemberian medikasi sesuai program terapi
\par
\b Catatan Klinis\b0: Implementasi intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan dilakukan melalui pendekatan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya. Pemantauan neurologis yang ketat dan dokumentasi yang akurat merupakan aspek kritis dalam manajemen gangguan perfusi serebral.
\par
} -
Article No. 21729 | 20 Sep 2025
Klinis : Risiko aspirasi b.d. gangguan reflek menelan (disfagia)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 \b0 Berdasarkan kondisi klien dengan \b risiko aspirasi b.d. gangguan refleks menelan (disfagia)\b0 , berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar PPNI:
\par
\b DIAGNOSIS KEPERAWATAN:\b0
\par Risiko Aspirasi b.d. gangguan refleks menelan (disfagia)
\par \b Kode DX:\b0 00039
\par
\b\i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):\i0\b0
\par \b Definisi:\b0 Berisiko mengalami masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam trakeobronkial akibat ketidakefektifan atau tidak adanya mekanisme perlindungan jalan napas.
\par \b Faktor Risiko:\b0 Gangguan menelan, penurunan refleks batuk/gag, gangguan kesadaran, adanya selang nasogastrik/endotrakeal.
\par
\b\i Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):\i0\b0
\par \b Kode:\b0 0901 - \b Status Pernapasan\b0
\par \b Definisi Luaran:\b0 Kepatenan dan kemudahan pertukaran udara pada alveoli-kapiler.
\par \b Indikator:\b0
\par - \b 090104 - Bunyi napas bersih\b0 (mengindikasikan tidak adanya sekret/dahak di jalan napas)
\par - \b 090108 - Tidak ada sianosis\b0 (mengindikasikan tidak terjadi hipoksia)
\par - \b 090114 - Tidak ada bunyi napas tambahan (mengi/ronkhi/stridor)\b0 (mengindikasikan tidak terjadi obstruksi atau aspirasi)
\par - \b 090118 - Batuk efektif\b0 (mengindikasikan kemampuan membersihkan jalan napas)
\par
\b\i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):\i0\b0
\par \b Kode:\b0 3320 - \b Manajemen Aspirasi\b0
\par \b Definisi Intervensi:\b0 Mencegah atau meminimalkan risiko masuknya sekret, benda padat, atau cairan ke dalam trakeobronkial.
\par \b Aktivitas Keperawatan (seleksi):\b0
\par - \b 3320-1 - Identifikasi faktor risiko aspirasi\b0
\par - \b 3320-2 - Posisikan semi/setengah duduk (30-45\super o\nosupersub ) selama dan setelah pemberian makan\b0
\par - \b 3320-4 - Anjurkan untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering\b0
\par - \b 3320-5 - Anjurkan untuk tidak berbicara saat makan\b0
\par - \b 3320-7 - Lakukan penghisapan lendir jalan napas sesuai indikasi\b0
\par - \b 3320-9 - Monitor status pernapasan (bunyi napas, frekuensi, irama, kedalaman)\b0
\par - \b 3320-12 - Kolaborasi pemberian diet sesuai toleransi (mis: tekstur lunak/puree)\b0
\par
\b\i Penjelasan Singkat:\i0\b0 Diagnosa ini bersifat \b risiko\b0 , sehingga fokus intervensi adalah pada \b pencegahan\b0 kejadian aspirasi. Gangguan refleks menelan (disfagia) secara langsung merusak mekanisme pertahanan faring, sehingga meningkatkan kemungkinan material masuk ke jalan napas. Tujuan utamanya adalah mempertahankan \b Status Pernapasan\b0 yang adekuat (SLKI: 0901) melalui serangkaian tindakan dalam \b Manajemen Aspirasi\b0 (SIKI: 3320) untuk meminimalkan ancaman tersebut.
\par
\b0 \lang1057 Sumber:\lang1033 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017-2019). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).\i0 Edisi I-IV. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
} -
Article No. 21730 | 20 Sep 2025
Klinis : batuk 3 hari, di sertai pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b\fs28 DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0\fs24
\par
\b Kondisi: Batuk 3 hari, disertai pilek
\par
\b Diagnosa Keperawatan: \b0 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI Code: 00031)
\par
\b Definisi: \b0 Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas paten.
\par
\par
\b Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
\par
\b0 - \b Kode:\b0 00031 - Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
\par
- \b Faktor yang Berhubungan:\b0 Peningkatan produksi sekret, ketidakmampuan batuk efektif, infeksi saluran pernapasan atas
\par
- \b Karakteristik:\b0 Batuk tidak efektif, suara napas tambahan (ronkhi, wheezing), perubahan frekuensi dan irama pernapasan
\par
\par
\b Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
\par
\b0 - \b Kode:\b0 0401 - Status Pernapasan: Jalan Napas
\par
- \b Indikator:\b0
\par \~ 040101 - Bunyi napas bersih
\par \~ 040102 - Tidak ada sekret di jalan napas
\par \~ 040103 - Batuk efektif
\par \~ 040104 - Frekuensi napas dalam rentang normal
\par
\par
\b Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
\par
\b0 - \b Kode:\b0 3240 - Manajemen Jalan Napas
\par
- \b Aktivitas Keperawatan:\b0
\par \~ 3240A1 - Auskultasi suara napas
\par \~ 3240A2 - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
\par \~ 3240A4 - Ajarkan teknik batuk efektif
\par \~ 3240A5 - Anjurkan intake cairan adekuat
\par \~ 3240A7 - Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
\par \~ 3240A9 - Ajarkan penggunaan tissue saat batuk/bersin
\par
\par
\b Catatan Akademis:\b0 Diagnosa keperawatan ini dipilih berdasarkan manifestasi klinis batuk dan pilek yang mengindikasikan gangguan pada bersihan jalan napas. Pendekatan evidence-based dalam manajemen jalan napas meliputi monitoring status pernapasan, edukasi teknik batuk efektif, dan peningkatan hidrasi untuk mengencerkan sekret. Intervensi keperawatan difokuskan pada pemantauan, edukasi, dan tindakan untuk mempertahankan patensi jalan napas sesuai standar praktik keperawatan yang berlaku.
\par
} -
Article No. 21719 | 19 Sep 2025
Klinis : gejala keperawatan diabetes melitus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1033{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi gejala keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0\par
\b Kode SDKI:\b0 1.3.1 \b0\i\ul Intoleransi Aktivitas\i0\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.\par
\b LUARAN KEPERAWATAN (SLKI):\b0\par
\b Kode SLKI:\b0 0406 \b0\i\ul Toleransi Aktivitas\i0\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik yang diperlukan atau diinginkan dengan respons fisiologis yang normal.\par
\b Indikator:\b0\par
- 0406.1 Denyut nadi dalam rentang normal selama aktivitas\par
- 0406.2 Tekanan darah dalam rentang normal selama aktivitas\par
- 0406.3 Pernapasan dalam rentang normal selama aktivitas\par
- 0406.4 Tidak mengalami kelelahan setelah aktivitas\par
\b INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI):\b0\par
\b Kode SIKI:\b0 5610 \b0\i\ul Manajemen Diabetes\i0\ulnone\par
\b Definisi:\b0 Pemberian edukasi dan dukungan untuk membantu pasien dalam mengelola penyakit diabetes melitus secara mandiri.\par
\b Aktivitas:\b0\par
- 5610.1 Monitor kadar glukosa darah secara berkala\par
- 5610.2 Ajarkan teknik pemberian insulin atau obat antidiabetes oral\par
- 5610.3 Edukasi mengenai diet diabetes dan pengaturan makan\par
- 5610.4 Anjurkan aktivitas fisik sesuai toleransi\par
- 5610.5 Ajarkan pemantauan tanda dan gejala hipoglikemia/hiperglikemia\par
\b Rasional:\b0 Pada pasien diabetes melitus, intoleransi aktivitas sering terjadi akibat ketidakseimbangan glukosa darah yang memengaruhi metabolisme energi. Manajemen diabetes yang komprehensif diperlukan untuk mencapai toleransi aktivitas yang optimal melalui regulasi glikemik, edukasi, dan penyesuaian aktivitas fisik.\par
} -
Article No. 21720 | 19 Sep 2025
Klinis : Tanda-tanda Vital Keadaan umum : tampak lemas HR : 105 x/menit RR : 24 x/menit Suhu : 36.8 °C SpO2 : 99 % TD : 98/70 TB/BB : 99 cm / 11 kg vomitus dengan dehidrasi tidak berat, abdominal pain dd/ gastritis dd/ukus gaster, post appendectomy (29/8), BB sangat kurang , Anak dikeluhkan mual muntah 8x sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, muntah setiap anak makan dan minum, nafsu makan anak menurun, namun anak masih bisa minum air putih, setiap minum air putih anak muntah. Riwayat makan minum sebelum terdapat keluhan muntah anak makan frenchdries bumbu bbq dan cilor di pinggir jalan. Anak dibawa ke IGD, vomitus profus dehidrasi sedang, post appendictomy, anak dilakukan pengkajian di IGD anak tampak lemas, mata cowong, bibir kering, suhu 37 C, HR 120x/menit, RR 23x/menit, SpO2 100%. Anak tampak lemas dan muntah 2 x di IGD setelah mendapat injeksi ondansetron. Diberikan terapi Rehidrasi RL 75cc/kgBB/jam selama 6 jam. sekarang mengeluhkan nyeri perut hingga malam jam 12
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \b \b0\fs24 Berdasarkan data klinis yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI sesuai standar PPNI:
\par
\pard\sa200\sl276\slmult1\b Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b Kode: 1.3\b0 \b0\i Risiko Defisit Volume Cairan\i0 berhubungan dengan kehilangan cairan aktif melalui muntah
\par
\par \b SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode: 1.3.1\b0 - \i Risiko Defisit Volume Cairan\i0
\par \b Definisi:\b0 Berisiko mengalami penurunan volume cairan intravaskular, interstitial, dan/atau intraselular.
\par \b Faktor Risiko:\b0 Muntah berulang (8x/hari), intake cairan tidak adekuat, dan tanda dehidrasi (mata cekung, bibir kering).
\par
\par \b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode: 1.3.1.2\b0 - \i Status Hidrasi\i0
\par \b Luaran:\b0 Tanda-tanda hidrasi membaik dalam 24-48 jam:
\par \pard\tx566\tx1133\tx1700\tx2266\tx2833\tx3400\tx3966\tx4533\tx5100\tx5666\tx6233\tx6800 {\- Tanda vital stabil (HR 100-110x/menit, RR 20-24x/menit)}
\par {\- Mukosa bibir lembab}
\par {\- Turgor kulit elastis}
\par {\- Output urine adekuat (>1-2 ml/kgBB/jam)}
\par
\par \b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0
\par \b Kode: 1.3.1.2.1\b0 - \i Manajemen Cairan\i0
\par \b Intervensi:\b0
\par \pard\tx566\tx1133\tx1700\tx2266\tx2833\tx3400\tx3966\tx4533\tx5100\tx5666\tx6233\tx6800 {\- Monitor tanda-tanda vital setiap 2-4 jam}
\par {\- Observasi tanda dehidrasi (turgor kulit, mata, mukosa)}
\par {\- Kolaborasi pemberian terapi cairan intravena (RL 75cc/kgBB/jam)}
\par {\- Kolaborasi pemberian antiemetik (ondansetron)}
\par {\- Monitor balance cairan (intake-output)}
\par {\- Ajarkan orang tua mengenali tanda dehidrasi}
\par
\par \b Catatan:\b0 Diagnosa utama difokuskan pada risiko defisit volume cairan mengingat adanya muntah profus, tanda dehidrasi (mata cekung, bibir kering), dan data hemodinamik (HR 120x/menit, TD 98/70). Intervensi rehidrasi dan monitoring ketat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
\par
} -
Article No. 21721 | 19 Sep 2025
Klinis : pasien anak mengalami mual dan muntah 5 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: \rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0\nouicompat\deflang1057{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl ;\red0\green0\blue0;}
{\*\generator Riched20 10.0.22621}\viewkind4\uc1
\pard\nowidctlpar\sa200\sl276\slmult1\cf1\f0\fs22\lang1057 Berdasarkan kondisi pasien anak yang mengalami mual dan muntah sebanyak 5 kali, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):\par
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN:\b0 Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (Kode: D.0016)\par
\b PENJELASAN SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):\b0 Diagnosa ini ditetapkan karena pasien mengalami mual dan muntah berulang yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit. Faktor risiko termasuk muntah lebih dari 3 kali dalam 24 jam, yang berpotensi mengarah pada dehidrasi jika tidak ditangani dengan tepat (Kode D.0016 sesuai katalog SDKI PPNI).\par
\b SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):\b0 \par
- \b Kode L.0403: Keseimbangan Cairan\b0 \par
\i Kriteria luaran:\i0 Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi adekuat (turgor kulit normal, mukosa lembab, produksi urin adekuat), frekuensi muntah menurun, dan tidak ada tanda dehidrasi.\par
- \b Kode L.1301: Status Nutrisi\b0 \par
\i Kriteria luaran:\i0 Pasien mampu menerima asupan nutrisi oral tanpa mual atau muntah, serta menunjukkan nafsu makan yang membaik.\par
\b SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):\b0 \par
- \b Kode I.10290: Manajemen Mual dan Muntah\b0 \par
\i Aktivitas intervensi:\i0 Memantau frekuensi dan karakteristik muntah, memberikan posisi nyaman (misalnya semi-Fowler), memberikan hidrasi oral bertahap (cairan jernih), kolaborasi pemberian antiemetik jika diperlukan, dan edukasi keluarga tentang pemberian makan kecil namun sering.\par
- \b Kode I.08010: Manajemen Keseimbangan Cairan\b0 \par
\i Aktivitas intervensi:\i0 Memantau tanda vital (denyut nadi, tekanan darah), menilai turgor kulit dan membran mukosa, memonitor asupan dan haluaran cairan, serta memberikan terapi cairan sesuai protokol (oral atau parenteral).\par
\b Catatan:\b0 Implementasi SDKI, SLKI, dan SIKI harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien, hasil assessment keperawatan, dan kebijakan institusi. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi) sangat dianjurkan untuk penanganan optimal.\par
}