Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18483 | 12 Jun 2025
Klinis : BERAT BADAN NAIK 3 KG DALAM 3 HARI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "BERAT BADAN NAIK 3 KG DALAM 3 HARI" dengan nada akademis.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Kelebihan Volume Cairan" (SDKI, 2017). Risiko Kelebihan Volume Cairan adalah keadaan di mana individu memiliki potensi untuk mengalami peningkatan cairan yang berlebihan dalam satu atau lebih kompartemen tubuh. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan berat badan yang cepat dan drastis, seperti yang terjadi pada pasien dalam kasus ini.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan yang berada dalam rentang normal.
2. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan berat badan yang stabil dan tidak ada edema.
3. Toleransi Aktivitas: Pasien menunjukkan toleransi yang baik terhadap aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit:
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan pasien secara ketat.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi kadar elektrolit, seperti natrium, kalium, dan klorida.
- Pantau tanda-tanda vital pasien, termasuk berat badan, tekanan darah, dan laju jantung.
2. Manajemen Asupan Cairan:
- Batasi asupan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga asupan cairan yang sesuai.
- Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan pasien secara akurat.
3. Manajemen Aktivitas dan Istirahat:
- Rencanakan dan ajukan program aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya istirahat yang cukup.
- Pantau toleransi pasien terhadap aktivitas dan istirahat.
4. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, tanda-tanda, dan penanganan risiko kelebihan volume cairan.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, jika diperlukan, untuk memberikan informasi yang komprehensif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu stabilitas hemodinamik, keseimbangan cairan, dan toleransi aktivitas yang baik. -
Article No. 18484 | 12 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri mengamuk, tidak mau berkomunikasi, sering marah-marah. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki. Nanda, dan pemeriksaan penunjangnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi seorang remaja putri yang mengamuk, tidak mau berkomunikasi, dan sering marah-marah adalah:
Diagnosa SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
- Definisi: Kemungkinan munculnya perilaku yang dapat melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau psikologis.
- Karakteristik Definisi: Marah yang tidak terkontrol, mengancam atau menggunakan kata-kata kasar, merusak benda-benda, atau perilaku impulsif.
Diagnosa NANDA-I:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (00149)
- Definisi: Kemungkinan munculnya perilaku yang dapat melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau psikologis.
- Faktor Risiko: Stres, riwayat perilaku kekerasan, dan gangguan psikologis.
Diagnosa ICD-10:
1. F91.8 Gangguan Perilaku Lainnya
- Definisi: Gangguan perilaku yang melibatkan tindakan agresif, merusak, atau melanggar hak orang lain, dan tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perilaku lainnya.
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan Psikologis (Tes Kepribadian, Tes Proyektif, dsb.)
2. Pemeriksaan Laboratorium (Profil Darah, Fungsi Tiroid, dsb.)
3. Pemeriksaan Pencitraan (CT Scan Otak, MRI, dsb.)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Kekerasan Terkendali (0412)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku agresif atau merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
- Indikator:
a. Individu dapat mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan.
b. Individu dapat menggunakan strategi alternatif untuk mengatasi perilaku kekerasan.
c. Individu dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan (6340)
- Definisi: Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk individu yang menunjukkan perilaku kekerasan.
- Aktivitas:
a. Identifikasi pemicu perilaku kekerasan.
b. Kembangkan rencana untuk mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan.
c. Fasilitasi penggunaan strategi koping yang efektif.
d. Berikan dukungan emosional dan bimbingan untuk mengelola perilaku kekerasan.
e. Lakukan intervensi farmakologis sesuai indikasi.
2. Terapi Perilaku (4370)
- Definisi: Penggunaan prinsip-prinsip pembelajaran untuk membantu individu mengubah perilaku yang tidak adaptif.
- Aktivitas:
a. Identifikasi perilaku yang ingin diubah.
b. Kembangkan kontrak perilaku dengan individu.
c. Beri penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan.
d. Gunakan teknik relaksasi dan manajemen stres.
e. Libatkan keluarga atau significant others dalam proses terapi.
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi seorang remaja putri yang mengamuk, tidak mau berkomunikasi, dan sering marah-marah adalah Risiko Perilaku Kekerasan. Diagnosa ini menggambarkan kemungkinan munculnya perilaku yang dapat melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau psikologis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kondisi pasien mencakup pemeriksaan psikologis (tes kepribadian, tes proyektif, dsb.), pemeriksaan laboratorium (profil darah, fungsi tiroid, dsb.), dan pemeriksaan pencitraan (CT Scan otak, MRI, dsb.). Hasil pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kekerasan pada pasien.
Luaran atau output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah Perilaku Kekerasan Terkendali. Tujuan ini menggambarkan kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku agresif atau merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Indikator keberhasilan luaran ini mencakup kemampuan pasien dalam mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan, menggunakan strategi alternatif untuk mengatasi perilaku kekerasan, dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Perilaku Kekerasan dan Terapi Perilaku. Manajemen Perilaku Kekerasan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi individu yang menunjukkan perilaku kekerasan. Aktivitas intervensi ini mencakup identifikasi pemicu perilaku kekerasan, pengembangan rencana untuk mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan, fasilitasi penggunaan strategi koping yang efektif, pemberian dukungan emosional dan bimbingan, serta intervensi farmakologis sesuai indikasi.
Sementara itu, Terapi Perilaku bertujuan untuk membantu individu mengubah perilaku yang tidak adaptif dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran. Aktivitas intervensi ini meliputi identifikasi perilaku yang ingin diubah, pengembangan kontrak perilaku, pemberian penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan, penggunaan teknik relaksasi dan manajemen stres, serta pelibatan keluarga atau significant others dalam proses terapi.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasannya, mengembangkan strategi koping yang efektif, dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial. -
Article No. 18485 | 12 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri mengamuk, tidak mau berkomunikasi, sering marah-marah. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki. Nanda, dan pemeriksaan penunjangnya
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi yang dialami oleh remaja putri tersebut dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: F91.8
- Deskripsi: Gangguan perilaku, tidak terspesifikasi
2. Kode NANDA-I:
- Diagnosa: Risiko perilaku kekerasan
- Kode: 00138
3. Kode SDKI:
- Diagnosa: Perilaku kekerasan
- Kode: 00148
4. Kode SLKI:
- Diagnosa: Peningkatan kemampuan pengendalian diri
- Kode: 00069
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 F91.8 (Gangguan perilaku, tidak terspesifikasi) menggambarkan kondisi remaja putri yang mengamuk, tidak mau berkomunikasi, dan sering marah-marah. Kondisi ini dapat termasuk dalam gangguan perilaku yang tidak dapat diklasifikasikan secara lebih spesifik.
2. Kode NANDA-I 00138 (Risiko perilaku kekerasan) mengindikasikan bahwa remaja putri tersebut berisiko untuk terlibat dalam perilaku agresif atau kekerasan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
3. Kode SDKI 00148 (Perilaku kekerasan) menggambarkan kondisi remaja putri yang menunjukkan perilaku agresif, seperti amuk, penolakan untuk berkomunikasi, dan sering marah-marah.
4. Kode SLKI 00069 (Peningkatan kemampuan pengendalian diri) menunjukkan bahwa perlu adanya intervensi untuk membantu remaja putri tersebut meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan emosi dan perilakunya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis dan perencanaan perawatan adalah:
- Pemeriksaan psikologis, seperti asesmen kepribadian dan evaluasi fungsi kognitif
- Pemeriksaan laboratorium, seperti tes darah untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi medis yang mendasari
- Pemeriksaan pencitraan, seperti CT scan atau MRI otak, untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan neurologi
Penanganan yang dapat diberikan meliputi terapi psikologis, terapi keluarga, pemberian obat-obatan (jika diperlukan), serta intervensi keperawatan untuk membantu remaja putri tersebut dalam mengelola emosi dan perilakunya. -
Article No. 18486 | 12 Jun 2025
Klinis : Pasien laki-laki berusia 43 tahun merupakan perokok aktif. Hasil pemeriksaan thorax yaitu terdapat konsolidasi pada paru-paru bawah dan ukuran jantung membesar. Pasien post PCI dengan diagnosa medis STEMI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan rincian lengkap untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan adanya konsolidasi pada paru-paru bawah dan ukuran jantung yang membesar, yang dapat menyebabkan gangguan pada pola napas dan pertukaran gas.
- Ditandai dengan suara napas tambahan (ronchi), batuk produktif, dan hipoksemia.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Berhubungan dengan status pasca-PCI untuk STEMI, yang dapat menyebabkan gangguan aliran darah ke jantung.
- Ditandai dengan nyeri dada, perubahan irama jantung, dan penurunan curah jantung.
3. Risiko Penurunan Kardiovaskular
- Berhubungan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular, seperti merokok dan riwayat STEMI.
- Ditandai dengan tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan aktivitas fisik terbatas.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat menunjukkan pola napas yang normal, suara napas bersih, dan pertukaran gas yang adekuat.
- Pasien dapat mengatasi sekresi dengan batuk yang efektif.
2. Perfusi Jaringan Kardiak yang Efektif
- Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada nyeri dada, dan curah jantung yang adekuat.
- Pasien dapat melakukan aktivitas fisik sesuai toleransi tanpa mengalami gejala kardiovaskular.
3. Risiko Penurunan Kardiovaskular Terkendali
- Pasien dapat menunjukkan parameter kardiovaskular yang optimal, seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan profil lipid.
- Pasien dapat berpartisipasi dalam program rehabilitasi kardiak dan menerapkan gaya hidup sehat.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Fisioterapi Dada
- Edukasi Manajemen Pernapasan
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak
- Manajemen Nyeri
- Pemantauan Hemodinamik
- Terapi Obat Kardiovaskular
- Edukasi Manajemen Aktivitas
3. Risiko Penurunan Kardiovaskular
- Manajemen Faktor Risiko Kardiovaskular
- Konseling Gaya Hidup Sehat
- Kolaborasi Program Rehabilitasi Kardiak
- Edukasi Manajemen Penyakit Kardiovaskular
Dalam setiap intervensi, perawat akan melakukan pengkajian komprehensif, perencanaan tindakan yang tepat, implementasi yang efektif, dan evaluasi yang berkelanjutan untuk memastikan pencapaian luaran yang diharapkan bagi pasien. -
Article No. 18487 | 12 Jun 2025
Klinis : Pasien laki-laki berusia 43 tahun merupakan perokok aktif. Hasil pemeriksaan thorax yaitu terdapat konsolidasi pada paru-paru bawah dan ukuran jantung membesar. Pasien post PCI dengan diagnosa medis STEMI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
2. Kurang Pengetahuan Tentang Kesehatan (00126)
3. Ketidakpatuhan (00079)
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Kode SDKI: 10021
- Kode SLKI: 10022
- Kode SIKI: 10026
2. Kurang Pengetahuan Tentang Kesehatan (00126)
- Definisi: Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
- Kode SDKI: 13015
- Kode SLKI: 13016
- Kode SIKI: 13020
3. Ketidakpatuhan (00079)
- Definisi: Tindakan yang tidak mengikuti rekomendasi terapeutik dan kesehatan.
- Kode SDKI: 13033
- Kode SLKI: 13034
- Kode SIKI: 13038
Pada kondisi pasien yang diberikan, diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032), terkait dengan adanya konsolidasi pada paru-paru bawah dan pembesaran jantung.
2. Kurang Pengetahuan Tentang Kesehatan (00126), terkait dengan riwayat merokok aktif.
3. Ketidakpatuhan (00079), terkait dengan kemungkinan pasca PCI (Percutaneous Coronary Intervention) untuk diagnosa medis STEMI (ST-Elevation Myocardial Infarction).
Harap diperhatikan bahwa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat serta kode SDKI, SLKI, dan SIKI yang diberikan di atas sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 18488 | 12 Jun 2025
Klinis : Pasien laki-laki berusia 43 tahun merupakan perokok aktif. Hasil pemeriksaan thorax yaitu terdapat konsolidasi pada paru-paru bawah dan ukuran jantung membesar. Pasien post PCI dengan diagnosa medis STEMI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang relevan untuk kasus tersebut sesuai dengan **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Penjelasan:**
Kondisi konsolidasi paru dan pembesaran jantung dapat mengganggu pertukaran gas, menyebabkan hipoksia dan penurunan perfusi jaringan. Riwayat merokok memperburuk fungsi paru, sementara STEMI dan post-PCI memengaruhi curah jantung.
**Luaran (SLKI):**
- **Perbaikan Pertukaran Gas (SLKI Code: 040212)**
Kriteria:
- Saturasi O? dalam rentang normal (?95%).
- Tidak ada sesak napas (RR: 12–20x/menit).
- Nilai AGD dalam batas normal (PaO?: 80–100 mmHg).
**Intervensi (SIKI):**
- **Manajemen Jalan Napas (SIKI Code: 3313)**
- Monitor saturasi O? dan AGD.
- Posisikan semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi.
- Berikan oksigen sesuai indikasi.
- **Manajemen Nyeri (SIKI Code: 1409)**
- Pantau skala nyeri (khususnya nyeri dada pasca-STEMI).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai protokol.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Penurunan Curah Jantung (SDKI Code: 00029)**
**Penjelasan:**
Pembesaran jantung dan riwayat STEMI mengindikasikan disfungsi ventrikel, mengurangi curah jantung. Post-PCI memerlukan pemantauan ketat terhadap komplikasi (e.g., iskemia berulang).
**Luaran (SLKI):**
- **Stabilitas Kardiovaskular (SLKI Code: 040201)**
Kriteria:
- TD stabil (120–140/80–90 mmHg).
- Nadi teratur (60–100x/menit).
- Tidak ada edema atau tanda gagal jantung.
**Intervensi (SIKI):**
- **Pemantauan Hemodinamik (SIKI Code: 2120)**
- Monitor TD, nadi, dan tanda vital tiap 2–4 jam.
- Observasi tanda syok kardiogenik.
- **Edukasi Penghentian Merokok (SIKI Code: 5614)**
- Berikan konseling dampak merokok pada kardiovaskular.
- Rujuk ke program berhenti merokok.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Penjelasan:**
Konsolidasi paru meningkatkan risiko pneumonia, sementara prosedur PCI (luka invasif) berpotensi menyebabkan infeksi lokal/sistemik.
**Luaran (SLKI):**
- **Pencegahan Infeksi (SLKI Code: 110309)**
Kriteria:
- Tidak ada demam (suhu <37,5°C).
- Luka PCI kering tanpa eritema/nanah.
**Intervensi (SIKI):**
- **Perawatan Luka (SIKI Code: 3530)**
- Inspeksi area pemasangan PCI tiap 8 jam.
- Pertahankan teknik aseptik.
- **Manajemen Infeksi (SIKI Code: 6540)**
- Pantau leukosit dan tanda sistemik infeksi.
---
### **Catatan Akademis/Pakar:**
- **Tone Akademis:** Diagnosa dipilih berdasarkan **evidence-based practice** dengan mempertimbangkan patofisiologi STEMI, dampak merokok, dan komplikasi pasca-PCI.
- **Kode SDKI/SLKI/SIKI** mengacu pada **PPNI Edisi Terkini** untuk standardisasi dokumentasi keperawatan.
- **Persona Pakar:** Rekomendasi intervensi bersifat **holistik**, menggabungkan manajemen fisik (oksigenasi, hemodinamik) dan perilaku (edukasi merokok).
Format ini memenuhi prinsip **SOAP (Subjective-Objective-Assessment-Plan)** dan standar **PPNI**. Jika diperlukan penyesuaian lebih spesifik (e.g., skala nyeri atau detail AGD), dapat dilengkapi dengan data tambahan.
**Referensi:**
- Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI.
- Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI.
- Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) PPNI.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template instansi terkait.)* -
Article No. 18489 | 12 Jun 2025
Klinis : PL) Seorang Wanita berusia 15 tahun mengalami nyeri perut saat menstruasi membuat dia tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Saat ini yang dia lakukan adalah berbaring di tempat tidur dan juga tidak mau makan.belum ada Upaya yang dia lalukan untuk mengatasi rasa sakitnya tersebut Masalah keperawatan yang tepat sesuai kasus diatas adalah… A A. Defisit pengetahuan B Nyeri C A. Perilaku kesehatan cenderung beresiko D A. Kesiapan peningkatan pengetahuan E A. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, masalah keperawatan yang paling tepat adalah:
B. Nyeri
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri
Kode: [00132]
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah demikian.
2. Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah-istilah demikian.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: [1605] Kontrol Nyeri
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengontrol atau mengurangi nyeri yang dialami.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: [1400] Manajemen Nyeri
Definisi: Pengurangan rasa nyeri hingga ke tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien.
Dalam kasus ini, seorang wanita berusia 15 tahun mengalami nyeri perut saat menstruasi yang menghambat aktivitasnya dan menyebabkan dia tidak mau makan. Dengan demandadi, masalah keperawatan yang paling tepat adalah "Nyeri". -
Article No. 18490 | 12 Jun 2025
Klinis : Pada saat dilakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 7 Januari 2025, pukul 08.00 WIB, keluarga Pasien mengatakan kalau Pasien sebelumnya banyak minum air dikarenakan ada acara keluarga dirumahnya, Pasien juga adalah Pasien CKD ST.5 dan HD rutin di instalasi hemodialisis RSUD Ade M DJoen Sintang. Tanda-tanda vital awal Pasien dengan GCS E5V5M6, dan dengan tanda-tanda vital tekanan darah 168/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 37 °C, RR 34 x/menit, SpO2 88%. Kemudian dilakukan pemasangan O2 dengan masker NRM 10 Lpm. Kemudian pada tanggal 7 Januari 2025 08.00 WIB Pasien dipindah ke ruang CENDANA 1 RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang. dengan hari rawatan pertama, Pasien mengeluh sesak napas, terdapat napas cuping hidung, adanya Penggunaan otot bantu pernapasan. Pasien mengatakan sering merasa haus dan tidak mampu mengontrol rasa ingin minum dan jumlah minumnya, mulut dan tengorokan terasa kering. Keluarga Pasien mengatakan kalau Pasien banyak mengkonsumsi air minum saat ada acara dirumahnya. Pasien tampak lemah dan hanya terbaring dengan posisi setengah duduk di atas tempat tidur Pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N18.5
- Deskripsi: Penyakit ginjal kronik stadium 5 (End-stage renal disease)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N18.5 untuk Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 (End-stage renal disease) dikarenakan pasien diketahui memiliki riwayat CKD ST.5 dan menjalani hemodialisis rutin di instalasi hemodialisis RSUD Ade M DJoen Sintang.
2. Kode ICD-9-CM 39.95 untuk Hemodialisis, karena pasien diketahui rutin menjalani hemodialisis di instalasi hemodialisis RSUD Ade M DJoen Sintang.
Selain itu, berdasarkan keluhan dan temuan pemeriksaan fisik, pasien juga mengalami:
- Sesak napas
- Napas cuping hidung
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Sering merasa haus dan tidak mampu mengontrol rasa ingin minum
- Mulut dan tenggorokan terasa kering
- Tampak lemah dan hanya terbaring dengan posisi setengah duduk di atas tempat tidur
Temuan-temuan ini dapat mengarahkan pada diagnosis sekunder, seperti:
- Gagal napas akut (Acute respiratory failure)
- Dehidrasi (Dehydration)
Namun, untuk menegakkan diagnosis sekunder tersebut, diperlukan evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter yang menangani pasien secara langsung. -
Article No. 18492 | 12 Jun 2025
Klinis : Pasien Wanita bernama Ny. Maya, dirawat dirumah sakit dengan keluhan demam sejak 2 hari lalu. Ia merasa tubuhnya panas, lemas, dan sedikit nyeri tenggorokan. Tidak ada keluhan batuk berat, pilek, atau diare. Pasien mengatakan sempat kehujanan saat pulang kerja. Perawat melakukan pemeriksaan TTV di dapatkan hasil tekanan darah 110 / 80, suhu 38,5 C, nadi 90 X/menit, pernapasan 20 X/menit, dan tenggorokan tampak kemerahan ringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, beserta kodenya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia (00007)
2. Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Hipertermia (1804)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh pada kisaran normal.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Demam (3900)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas kisaran normal.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Hipertermia (00007) didasarkan pada gejala klinis yang dialami oleh pasien, yaitu demam sejak 2 hari lalu, suhu tubuh 38,5°C, dan keluhan tubuh panas. Tujuan dari perawatan adalah Kontrol Hipertermia (1804), yaitu mempertahankan suhu tubuh pasien pada kisaran normal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Demam (3900), yaitu tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas kisaran normal. -
Article No. 18493 | 12 Jun 2025
Klinis : DS: ? Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terbuka karena tergesek-gesek selimut saat tidur. ? Pasien mengatakan luka jahitan pada tumit terkena percikan air saat buang air. Do: ? Luka terbalut kasa terkelupas karena tersenggol-senggol ? Luka jahitan belum sepenuhnya mengering
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Terima kasih atas pertanyaan Anda. Berikut adalah analisis saya mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Faktor yang Berhubungan:
- Gesekan/Trauma
- Kelembaban yang berlebihan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Penyembuhan Luka
Definisi: Pemulihan struktur dan fungsi kulit yang normal atau mendekati normal setelah terjadi kerusakan.
Kriteria Hasil:
- Luka tertutup dengan baik
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Proses penyembuhan luka berjalan dengan baik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka
- Lakukan penilaian luka (lokasi, ukuran, kedalaman, tanda-tanda infeksi)
- Bersihkan luka dengan cairan antiseptik atau salin
- Aplikasikan balutan yang sesuai untuk menjaga kelembaban luka
- Ganti balutan secara teratur sesuai indikasi
2. Manajemen Cairan
- Pantau masukan dan pengeluaran cairan
- Pertahankan kelembaban kulit yang adekuat
3. Edukasi Pasien dan Keluarga
- Ajarkan pasien dan keluarga cara perawatan luka yang benar
- Informasikan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan
- Motivasi pasien untuk menjaga kebersihan dan keutuhan kulit
Penjelasan rinci:
Diagnosa Keperawatan Integritas Kulit Terganggu dipilih karena pasien mengalami kerusakan struktur dan fungsi kulit, yaitu luka jahitan pada tumit yang terbuka akibat gesekan dan iritasi air. Faktor yang berhubungan adalah gesekan/trauma saat tidur dan kelembaban yang berlebihan saat buang air.
Luaran yang diharapkan adalah Integritas Kulit: Penyembuhan Luka, di mana luka akan tertutup dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan proses penyembuhan luka berjalan dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Perawatan Luka untuk menilai dan merawat luka secara optimal, Manajemen Cairan untuk menjaga kelembaban kulit yang adekuat, serta Edukasi Pasien dan Keluarga untuk memastikan mereka dapat melakukan perawatan luka dengan benar dan mengenali tanda-tanda infeksi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.