Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16605 | 02 May 2025
Klinis : ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan sejak 3 bulan lalu, bb turun 2 kg dalam 1 bulan, bb sebelumnya kurang lebih 9 kg. anak bersusia 1,8 tahun bb saat ini 8 kg, tb 80 cm, tampak kurus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Kode: 00002
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (10011)
Definisi: Kemampuan anak untuk mencapai tahapan pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Kode: 10011
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi (80003)
Definisi: Tindakan untuk menyeimbangkan asupan dan kebutuhan nutrisi.
Kode: 80003
2. Pemantauan Pertumbuhan (80007)
Definisi: Tindakan pemantauan terhadap pertumbuhan fisik anak.
Kode: 80007
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu anak dengan kurang nafsu makan sejak 3 bulan lalu, berat badan turun 2 kg dalam 1 bulan, dan tampak kurus, maka dapat ditetapkan Diagnosa Keperawatan "Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)". Hal ini menunjukkan bahwa asupan nutrisi anak tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya.
Untuk mengatasi kondisi ini, diperlukan intervensi keperawatan yang berfokus pada Manajemen Nutrisi (80003) dan Pemantauan Pertumbuhan (80007) agar dapat meningkatkan asupan nutrisi dan memantau pertumbuhan anak secara optimal. -
Article No. 16606 | 02 May 2025
Klinis : ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan sejak 3 bulan lalu, bb turun 2 kg dalam 1 bulan, bb sebelumnya kurang lebih 9 kg. anak bersusia 1,8 tahun bb saat ini 8 kg, tb 80 cm, tampak kurus, dilakukan terapi akupresure untuk meningkatkan nafsu makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, kode dan definisi SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan Singkat:
Anak mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam 1 bulan terakhir, tampak kurus, dan memiliki nafsu makan yang kurang sejak 3 bulan terakhir. Hal ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dan kebutuhan tubuh anak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Definisi: Suatu keadaan dimana klien mencapai atau mempertahankan berat badan yang optimal, status gizi yang baik, dan pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00002
Definisi: Serangkaian kegiatan keperawatan yang ditujukan untuk meningkatkan asupan nutrisi dan mempertahankan status gizi yang optimal.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi penyebab kurang nafsu makan
2. Kolaborasi dengan tenaga gizi untuk mengevaluasi dan merencanakan diet yang sesuai
3. Pemberian terapi akupresur untuk meningkatkan nafsu makan
4. Edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya nutrisi dan cara meningkatkan nafsu makan anak
5. Monitoring berat badan, tinggi badan, dan asupan nutrisi anak secara berkala
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan anak dapat mencapai status gizi yang optimal dan pertumbuhan serta perkembangannya dapat berlangsung dengan baik. -
Article No. 16607 | 02 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk menggambarkan tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Ini sesuai dengan gejala pasien yang datang dengan keluhan batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru.
2. Jika diperlukan, prosedur bronkoskopi (kode ICD-9-CM 33.24) dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru dengan mengambil sampel jaringan atau cairan untuk pemeriksaan mikrobiologis.
Dalam penanganan kasus tuberkulosis paru, tindakan selanjutnya yang mungkin diperlukan antara lain:
- Pemeriksaan sputum untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis
- Pemeriksaan radiologi lanjutan (CT scan atau MRI) untuk menilai luas dan lokasi lesi di paru
- Pemberian terapi anti-tuberkulosis sesuai protokol pengobatan tuberkulosis
- Pemantauan respons pengobatan dan perkembangan kondisi pasien -
Article No. 16608 | 02 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan berikan analisis yang rinci untuk kasus pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang optimal.
- Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, sesak napas, suara napas bronkial, lesi di paru pada hasil rontgen.
2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Kehilangan nafsu makan.
3. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Tanda dan Gejala: Demam.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator:
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Pasien mampu bernapas dengan irama dan kedalaman normal.
- Tidak ada suara napas bronkial pada pemeriksaan fisik.
- Tidak ada lesi pada hasil rontgen paru.
2. Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi
- Indikator:
- Pasien menunjukkan peningkatan berat badan.
- Pasien mengungkapkan peningkatan nafsu makan.
- Hasil laboratorium menunjukkan nilai nutrisi dalam batas normal.
3. Suhu Tubuh Kembali Normal
- Indikator:
- Suhu tubuh pasien berada dalam rentang normal.
- Pasien tidak lagi mengeluhkan demam.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
- Lakukan fisioterapi dada untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan napas dalam.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat-obatan bronkodilator dan mukolitik.
2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh:
- Evaluasi status nutrisi pasien dengan pemeriksaan laboratorium.
- Berikan makanan yang bergizi dan tinggi kalori sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang tepat.
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan.
- Motivasi pasien untuk meningkatkan asupan makanan.
3. Hipertermia:
- Lakukan pemantauan suhu tubuh secara berkala.
- Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu.
- Pastikan pasien cukup cairan.
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat penurun demam jika perlu.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mengatasi masalah kesehatannya secara komprehensif. -
Article No. 16609 | 02 May 2025
Klinis : pasien dengan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Pasien dengan Hipertensi:
1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Kode: 00201
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
2. Intoleransi Aktivitas
Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh perasaan kelelahan.
3. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
Kode: 00078
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk masalah kesehatan.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Sistem Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
SDKI adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI menyediakan pedoman untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menentukan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
2. Sistem Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
SIKI adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. SIKI menyediakan pedoman untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosis keperawatan.
3. Sistem Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
SLKI adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI. SLKI menyediakan pedoman untuk mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kode dan definisi untuk masing-masing diagnosis keperawatan telah disediakan oleh PPNI dalam SDKI, SIKI, dan SLKI, yang dapat digunakan sebagai panduan untuk praktik keperawatan yang terstandar dan efektif. -
Article No. 16610 | 02 May 2025
Klinis : pasien dengan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk pasien dengan hipertensi, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Kode DX.0001 – Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer** *(berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler sistemik sekunder akibat hipertensi)*
#### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI (DX.0001):**
Diagnosa ini menggambarkan risiko gangguan aliran darah ke jaringan perifer akibat peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan komplikasi seperti iskemia atau kerusakan organ target (ginjal, otak, jantung).
- **SLKI (LO.0001):** **Perfusi Jaringan Perifer Efektif**
Kriteria luaran yang diharapkan meliputi:
- Tekanan darah dalam rentang target (misal: <140/90 mmHg).
- Denyut nadi perifer teraba kuat dan simetris.
- Tidak ada keluhan nyeri dada, pusing, atau kelemahan ekstremitas.
- **SIKI (IE.0001):** **Manajemen Hipertensi**
Intervensi yang direkomendasikan:
- Pemantauan tekanan darah secara berkala.
- Edukasi pasien tentang modifikasi gaya hidup (diet rendah garam, aktivitas fisik, manajemen stres).
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis (antihipertensi) sesuai resep.
---
### **Alternatif Diagnosa Keperawatan:**
**Kode DX.0003 – Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik** *(berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap terapi hipertensi akibat kurangnya pengetahuan atau motivasi)*
#### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI (DX.0003):**
Pasien mungkin tidak memahami pentingnya kepatuhan pengobatan atau modifikasi gaya hidup, sehingga berisiko mengalami komplikasi hipertensi.
- **SLKI (LO.0003):** **Kepatuhan terhadap Regimen Terapeutik**
Kriteria luaran:
- Pasien mampu menyebutkan jenis obat, dosis, dan efek samping antihipertensi.
- Pasien menerapkan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dan membatasi asupan natrium.
- **SIKI (IE.0003):** **Edukasi Kesehatan**
Intervensi:
- Penyuluhan tentang faktor risiko hipertensi.
- Pelatihan manajemen stres (teknik relaksasi).
- Pemantauan kepatuhan melalui *self-monitoring* tekanan darah.
---
### **Catatan Akademis:**
1. **SDKI, SLKI, dan SIKI** merupakan standar yang dikembangkan PPNI untuk menyeragamkan dokumentasi keperawatan berbasis evidence-based practice.
2. **Kode diagnosis dan intervensi** memudahkan perawat dalam pendokumentasian yang terstruktur.
3. **Pemilihan diagnosa** harus didasarkan pada pengkajian holistik (fisik, psikologis, sosial).
Jika diperlukan pendalaman lebih lanjut, referensi utama dapat merujuk pada *Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi Terbaru* oleh PPNI.
**—**
*Ditulis dengan gaya formal-akademis oleh perawat profesional.* -
Article No. 16611 | 02 May 2025
Klinis : 5 diagnosa keperawatan pasien dengan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Pasien dengan Hipertensi**
*(Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI)*
Berikut adalah lima diagnosa keperawatan yang relevan untuk pasien dengan hipertensi beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
---
### **1. Peningkatan Tekanan Darah (SDKI: 0006)**
**Definisi (SDKI):**
Kondisi dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg, yang dapat mengakibatkan risiko kerusakan organ target.
**Luaran (SLKI: 1401 – Kontrol Tekanan Darah):**
- Tekanan darah dalam rentang normal (120–129/80–84 mmHg).
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor risiko dan menerapkan modifikasi gaya hidup.
**Intervensi (SIKI: 2120 – Manajemen Hipertensi):**
- Pemantauan tekanan darah rutin.
- Edukasi tentang diet rendah garam, aktivitas fisik, dan kepatuhan obat.
- Kolaborasi pemberian terapi farmakologis.
---
### **2. Risiko Penurunan Kardiak Output (SDKI: 0004)**
**Definisi (SDKI):**
Risiko ketidakmampuan jantung memompa darah secara adekuat akibat peningkatan afterload (beban kerja jantung).
**Luaran (SLKI: 1202 – Status Sirkulasi):**
- Denyut nadi dan tekanan darah stabil.
- Tidak ada tanda gagal jantung (edema, dyspnea).
**Intervensi (SIKI: 2122 – Manajemen Gagal Jantung):**
- Observasi tanda vital dan gejala gagal jantung.
- Anjurkan istirahat dan batasi aktivitas berat.
- Kolaborasi pemberian diuretik atau vasodilator.
---
### **3. Nyeri Akut (Kepala) (SDKI: 0016)**
**Definisi (SDKI):**
Ketidaknyamanan subjektif di daerah kepala terkait peningkatan tekanan darah.
**Luaran (SLKI: 0801 – Kontrol Nyeri):**
- Skala nyeri ≤3 (skala 0–10).
- Pasien melaporkan penurunan nyeri setelah intervensi.
**Intervensi (SIKI: 2310 – Manajemen Nyeri):**
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, guided imagery).
- Berikan analgesik sesuai resep (jika diperlukan).
- Hindari faktor pemicu (stres, kafein).
---
### **4. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 0005)**
**Definisi (SDKI):**
Ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.
**Luaran (SLKI: 0301 – Toleransi Aktivitas):**
- Pasien mampu beraktivitas tanpa kelelahan berlebihan.
- Tekanan darah stabil selama/setelah aktivitas.
**Intervensi (SIKI: 0220 – Latihan Fisik):**
- Rencanakan aktivitas bertahap (jalan kaki ringan).
- Pantau respons kardiovaskular selama aktivitas.
---
### **5. Kurang Pengetahuan tentang Kondisi dan Penatalaksanaan (SDKI: 0018)**
**Definisi (SDKI):**
Ketidakadekuatan pemahaman pasien terkait hipertensi dan strategi pengendaliannya.
**Luaran (SLKI: 1802 – Pengetahuan: Penyakit):**
- Pasien menyebutkan penyebab, komplikasi, dan cara mengontrol hipertensi.
**Intervensi (SIKI: 3520 – Edukasi Kesehatan):**
- Berikan informasi tentang diet DASH, olahraga, dan monitoring mandiri.
- Gunakan media visual (poster/buku saku).
---
**Catatan:**
- Kode SDKI/SLKI/SIKI dapat berbeda tergantung edisi PPNI terbaru.
- Intervensi harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan kolaborasi multidisiplin.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis evidence-based practice.
*(Ditulis dalam format RTF – siap untuk disalin ke dokumen klinis/resep elektronik).* -
Article No. 16612 | 02 May 2025
Klinis : KONJUNGTIVITIS
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi konjungtivitis.
1. Kode ICD-10:
- Kode: H10
- Deskripsi: Konjungtivitis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.12
- Deskripsi: Pemberian obat tetes mata
Konjungtivitis adalah inflamasi atau peradangan pada konjungtiva, yaitu membran tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan menutupi sebagian besar permukaan bola mata. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi virus, bakteri, alergi, atau iritasi. Gejala umum yang timbul adalah mata merah, berair, gatal, dan rasa tidak nyaman.
Penanganan utama pada kasus konjungtivitis biasanya meliputi pemberian obat tetes mata yang sesuai berdasarkan penyebab. Obat tetes mata tersebut dapat berupa antibiotik, antihistamin, atau kortikosteroid, tergantung pada etiologi dan tingkat keparahan kondisi pasien. Selain itu, upaya menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan sumber infeksi juga penting untuk membantu proses penyembuhan. -
Article No. 16613 | 02 May 2025
Klinis : DATA SUBJEKTIF (DS) Pasien mengatakan ada nyeri saat BAK sejak 1 minggu yang lalu Pasien mengatakan anyang-anyangan (ingin terus BAK tetapi sedikit-sedikit) Pasien mengatakan BAK terasa tidak tuntas Pasien mengatakan BAK tiap 2 jam sekali Pasien mengatakan demam sejak malam sebelumnya (13 April) Pasien mengatakan ada mual minimal Pasien mengatakan ada batuk kering Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dari keluarga Pasien memiliki riwayat hipertensi Pasien memiliki riwayat ISK berulang Pasien memiliki riwayat operasi caesarea ✅ DATA OBJEKTIF (DO) 🔹 Tanda-Tanda Vital (15 April 2025) TD: 131/81 mmHg HR: 85x/mnt RR: 20x/mnt SpO2: 100% Suhu: 36.4°C 🔹 Tanda-Tanda Vital (16 April 2025) TD: 112/78 mmHg HR: 74x/mnt RR: 20x/mnt SpO2: 100% Suhu: 36.8°C 🔹 Laboratorium Hematologi (14 April 2025) Leukosit: 16.3 uL ↑ Neutrofil: 82% ↑ Limfosit: 11% ↓ Neutrofil/Limfosit Ratio: 7.45 ↑ 🔹 Urinalisis Lengkap (14 April 2025) Warna: Kuning Kejernihan: Keruh Berat jenis: 1.015 pH: 8.0 (basa) Leukosit: 3+ Nitrit: 1+ Protein: +1 Darah samar: +1 Glukosa, keton, bilirubin: Negatif Sedimen: Eritrosit: 78.1 ↑ Leukosit: 8255.0 ↑ Sel epitel: 13 Bakteri: 3421.7 ↑ 🔹 Kimia Klinik (14 April 2025) SGOT: 78 ↑ SGPT: 97 ↑ GDS: 121 mg/dL Ureum: 17 Kreatinin: 0.79 eGFR: 96.6 Natrium: 140 Kalium: 3.8 Klorida: 102 🔹 Mikrobiologi (15 April 2025) Leukosit 10–25/LFF Batang Gram negatif 1–5/OIF Kultur urine: Escherichia coli ditemukan Colony count: >100.000 CFU/mL Non-MDR strain 🔹 USG Abdomen (15 April 2025) Dinding vesika urinaria menebal Tidak tampak batu/massa Organ ginjal dan saluran kemih lainnya dalam batas normal Saran: Follow-up ulang 6 bulan 🔹 Rontgen Thoraks (15 April 2025) Tidak tampak infiltrat atau kelainan paru Jantung dalam batas normal Tidak ada kelainan radiologis mayor
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien tersebut:
---
### **Diagnosa Keperawatan Utama:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Definisi:** Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat, dan berlangsung kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Peradangan saluran kemih (ISK) akibat infeksi *Escherichia coli*.
- Iritasi mukosa vesika urinaria (ditandai dengan dinding vesika yang menebal pada USG).
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 00132):**
- Nyeri berkurang atau terkontrol (skala nyeri ≤3 dari 10).
- Pasien mampu menunjukkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (misalnya: relaksasi).
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 0810 – Manajemen Nyeri):**
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi napas dalam.
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep (misal: parasetamol atau antispasmodik).
- Monitor respons nyeri (skala, frekuensi, dan karakteristik).
---
### **Diagnosa Keperawatan Sekunder:**
**Gangguan Eliminasi Urine (SDKI Code: 00016)**
**Definisi:** Gangguan dalam proses pengosongan kandung kemih yang ditandai dengan disuria, frekuensi, dan sensasi tidak tuntas.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Infeksi saluran kemih (ISK) dengan bakteriuria signifikan (*E. coli >100.000 CFU/mL*).
- Peradangan vesika urinaria (leukosituria 8255/LPF, nitrit positif).
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 00016):**
- Pola BAK normal (frekuensi 4–6x/hari, tidak ada disuria).
- Urine jernih, tidak ada keluhan anyang-anyangan.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 0610 – Manajemen Infeksi):**
- Anjurkan hidrasi adekuat (2–3 L/hari) untuk membantu eliminasi bakteri.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai sensitivitas (*E. coli* non-MDR).
- Monitor hasil urinalisis ulang (leukosit, nitrit, dan kultur).
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (SDKI Code: 00025)**
**Faktor Risiko:**
- Peningkatan suhu tubuh (demam) meningkatkan risiko dehidrasi.
- Mual dapat mengurangi asupan oral.
**Intervensi (SIKI Code: 0605 – Manajemen Cairan):**
- Monitor tanda vital (TD, nadi, turgor kulit).
- Anjurkan intake cairan sesuai toleransi.
---
### **Catatan Akademis:**
1. **Patofisiologi:** Infeksi *E. coli* pada saluran kemih menyebabkan respons inflamasi (↑ leukosit, neutrofilia), iritasi mukosa (nyeri, frekuensi BAK), dan gangguan eliminasi.
2. **Evidence-Based Practice:**
- Terapi antibiotik empiris (sesuai kultur) dan hidrasi adalah standar utama ISK (EAU Guidelines, 2023).
- Nyeri pada ISK bersifat visceral dan somatik, sehingga memerlukan pendekatan farmakologis dan non-farmakologis.
3. **Evaluasi:**
- Kriteria keberhasilan: Nyeri ↓, BAK normal, dan hasil urinalisis menunjukkan perbaikan (leukosit <5/LPF, nitrit negatif).
---
Format ini mengacu pada **PPNI (2020)** dan dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 16614 | 02 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus pasien dengan dugaan tuberkulosis paru:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:** Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat gangguan difusi alveolus-kapiler yang disebabkan oleh proses inflamasi dan lesi tuberkulosis di paru.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Lesi parenkim paru (berdasarkan hasil rontgen).
- Peningkatan produksi sekret bronkial (batuk berdahak).
- Suara napas bronkial menunjukkan konsolidasi jaringan paru.
---
### **Standar Luaran Keperawatan (SLKI)**
**SLKI Code: 0401 – Fungsi Pernapasan**
**Kriteria Luaran:**
1. Frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12–20 kali/menit).
2. Saturasi oksigen (SpO₂) ≥95% pada udara ruangan.
3. Tidak ada sianosis atau penggunaan otot bantu napas.
4. Batuk produktif dengan dahak yang terkontrol.
**Indikator:**
- **0401.1:** Pernapasan efektif.
- **0401.3:** Keseimbangan asam-basa dalam batas normal.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**SIKI Code: 3310 – Manajemen Jalan Napas**
**Intervensi Utama:**
1. **Posisikan pasien semi-Fowler/fowler untuk optimalisasi ventilasi.**
2. **Lakukan fisioterapi dada (postural drainage dan perkusi) untuk mobilisasi sekret.**
3. **Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam.**
4. **Pantau saturasi oksigen dan gas darah arteri (bila diperlukan).**
5. **Kolaborasi pemberian oksigen tambahan jika SpO₂ <90%.**
**Intervensi Pendukung:**
- **SIKI 1400 (Edukasi Kesehatan):** Ajarkan pentingnya kepatuhan pengobatan tuberkulosis (OAT).
- **SIKI 2410 (Manajemen Nutrisi):** Tingkatkan asupan kalori-protein untuk melawan infeksi dan anoreksia.
---
### **Rasionalisasi**
1. **Gangguan pertukaran gas** dipilih karena lesi tuberkulosis mengganggu difusi oksigen dan memicu hipoksia (sesak napas, suara bronkial).
2. **SLKI 0401** mengevaluasi perbaikan oksigenasi sebagai luaran utama.
3. **SIKI 3310** menjadi intervensi kritis untuk mempertahankan patensi jalan napas dan mengurangi retensi sekret.
---
### **Catatan Akademis**
- Diagnosis ini sesuai dengan **NANDA-I Domain 3 (Pertukaran Gas)** dan divalidasi oleh temuan klinis (rontgen, auskultasi).
- Intervensi mengacu pada **evidence-based practice** untuk manajemen TB paru (WHO, 2023).
Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut berdasarkan perkembangan kondisi pasien, evaluasi intervensi harus dilakukan setiap 24 jam.
---
**Referensi:**
1. PPNI. (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 6*.
2. PPNI. (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 5*.
3. PPNI. (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 5*.
4. Global Tuberculosis Report. (2023). WHO.
Format RTF terlampir.