Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19779 | 18 Jul 2025
Klinis : demam kejang 2x
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "demam kejang 2x":
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi "demam kejang 2x" adalah "Risiko Kejang Berhubungan dengan Demam". Kondisi ini menunjukkan adanya risiko terjadinya kejang yang disebabkan oleh demam pada pasien.
Risiko Kejang Berhubungan dengan Demam adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan adanya kemungkinan terjadi kejang akibat peningkatan suhu tubuh di atas normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan elektrolit.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan, diharapkan dapat tercapai luaran/output sebagai berikut:
a. Penurunan Suhu Tubuh: Pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh ke dalam rentang normal, sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
b. Kontrol Kejang: Pasien menunjukkan tidak adanya episode kejang selama perawatan.
c. Pemantauan Tanda Vital: Pasien menunjukkan stabilitas tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, tekanan darah) sesuai dengan nilai normal.
d. Manajemen Nyeri: Pasien melaporkan penurunan rasa tidak nyaman atau nyeri yang disebabkan oleh demam.
e. Pengetahuan Perawatan Demam: Pasien dan/atau keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen demam dan pencegahan komplikasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
a. Pemantauan Tanda Vital: Melakukan pemantauan suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah secara berkala untuk mengevaluasi kondisi pasien.
b. Manajemen Demam: Memberikan intervensi penurunan demam, seperti kompres hangat, pemberian antipiretik, dan menjaga suhu lingkungan yang nyaman.
c. Manajemen Kejang: Mempersiapkan obat-obatan antikonvulsan, menjaga agar jalan napas tetap terbuka, dan memberikan tindakan pertolongan pertama saat terjadi kejang.
d. Edukasi Perawatan Demam: Memberikan edukasi kepada pasien dan/atau keluarga tentang manajemen demam, termasuk pemberian antipiretik, hidrasi, dan pencegahan komplikasi.
e. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain untuk menentukan diagnosa, pengobatan, dan perawatan yang tepat bagi pasien.
Dengan menerapkan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk mengatasi kondisi "demam kejang 2x" pada pasien. -
Article No. 19780 | 18 Jul 2025
Klinis : demam kejang 2x selama 3 menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi demam kejang yang dialami pasien.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami demam kejang selama 3 menit sebanyak 2 kali, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Cedera". Diagnosis ini dipilih karena pasien berada dalam risiko mengalami cedera akibat kejang yang terjadi. Kejang dapat menyebabkan pasien jatuh atau terluka, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya cedera.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Tidak terjadi cedera selama kejang.
2. Tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak terjadi komplikasi akibat demam.
4. Keluarga mampu merawat pasien selama episode kejang.
5. Keluarga memahami tentang penyebab, pencegahan, dan penanganan demam kejang.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk suhu tubuh, nadi, respirasi, dan tekanan darah.
2. Pengaturan lingkungan yang aman, seperti menjaga agar permukaan tempat tidur tidak keras dan menjauhkan benda-benda yang dapat menyebabkan cedera.
3. Pemberian obat antipiretik (penurun demam) sesuai dengan resep dokter.
4. Edukasi kepada keluarga mengenai penyebab, gejala, dan penanganan demam kejang, serta tindakan yang harus dilakukan saat pasien mengalami kejang.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan rencana pengobatan dan perawatan yang tepat.
6. Pemantauan dan dokumentasi mengenai frekuensi, durasi, dan respon pasien selama episode kejang.
7. Pemberian kenyamanan dan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan luaran yang diinginkan dapat tercapai, sehingga pasien dapat terhindar dari cedera dan komplikasi akibat demam kejang. -
Article No. 19781 | 18 Jul 2025
Klinis : kejang pada anak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Kejang pada Anak
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi kejang pada anak adalah:
1. Risiko Cedera: Kejang
Definisi: Situasi di mana individu berisiko mengalami kerusakan fisik akibat kontraksi otot yang tidak terkendali dan berulang.
Karakteristik Definisi:
- Riwayat kejang
- Perubahan pola aktivitas
- Kesadaran menurun
- Kehilangan kontrol otot
- Trauma fisik akibat kejang
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan luaran/output yang dapat dicapai adalah:
1. Risiko Cedera: Kejang Terkendali
Kriteria Hasil:
- Tidak terjadi cedera fisik selama kejang
- Tidak terjadi komplikasi selama dan setelah kejang
- Pasien/keluarga dapat mengenali tanda-tanda awal kejang
- Pasien/keluarga dapat melakukan tindakan yang tepat saat terjadi kejang
- Pasien/keluarga dapat mengidentifikasi faktor pencetus kejang
- Pasien/keluarga dapat menerapkan strategi untuk mencegah atau meminimalkan kejang
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Kejang
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi kejang.
Aktivitas Keperawatan:
- Monitor tanda-tanda vital dan gejala-gejala kejang
- Posisikan pasien dengan aman untuk mencegah cedera selama kejang
- Berikan oksigen jika diperlukan
- Berikan obat antikonvulsan sesuai instruksi medis
- Lakukan suction jika diperlukan untuk membersihkan jalan napas
- Dokumentasikan durasi, jenis, dan frekuensi kejang
- Berikan kenyamanan dan tenang selama dan setelah kejang
2. Edukasi Kesehatan
Definisi: Pemberian informasi yang terencana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien/keluarga dalam merawat diri.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi pengetahuan dan pemahaman pasien/keluarga tentang kejang
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan kejang
- Ajarkan pasien/keluarga teknik pemberian obat antikonvulsan yang benar
- Ajarkan pasien/keluarga cara mengenali tanda-tanda awal kejang dan tindakan yang harus dilakukan
- Berikan informasi tentang faktor pencetus kejang dan cara mencegahnya
- Libatkan pasien/keluarga dalam perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan
Penjelasan yang Rinci dan Terperinci
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Risiko Cedera: Kejang
Diagnosis ini dipilih karena kondisi kejang pada anak menempatkan pasien pada risiko cedera fisik akibat kontraksi otot yang tidak terkendali dan berulang. Karakteristik definisi, seperti riwayat kejang, perubahan pola aktivitas, penurunan kesadaran, kehilangan kontrol otot, dan trauma fisik, sesuai dengan kondisi pasien.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Risiko Cedera: Kejang Terkendali
Luaran ini dipilih untuk menggambarkan keadaan di mana risiko cedera akibat kejang dapat diminimalkan atau dikendalikan. Kriteria hasil yang diharapkan, seperti tidak terjadi cedera fisik, tidak ada komplikasi, pasien/keluarga dapat mengenali tanda-tanda awal, melakukan tindakan yang tepat, mengidentifikasi faktor pencetus, dan menerapkan strategi pencegahan, menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mengelola risiko kejang pada pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI)
a. Manajemen Kejang: Intervensi ini bertujuan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi kejang secara efektif. Aktivitas keperawatan, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian posisi aman, oksigen, obat antikonvulsan, suction, dan dokumentasi, merupakan langkah-langkah penting dalam mengelola kejang dan mencegah komplikasi.
b. Edukasi Kesehatan: Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien/keluarga dalam merawat diri terkait kejang. Aktivitas keperawatan, seperti identifikasi pemahaman, pemberian informasi, pelatihan, dan pelibatan pasien/keluarga, akan memampukan mereka untuk mengenali, mencegah, dan menangani kejang secara tepat.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan risiko cedera akibat kejang pada anak dapat diminimalkan, dan pasien/keluarga dapat mencapai kondisi Risiko Cedera: Kejang Terkendali. -
Article No. 19782 | 18 Jul 2025
Klinis : mata kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Penglihatan (00062)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan (00062)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan visual yang dapat mengganggu fungsi normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Penglihatan Membaik (1606)
Definisi: Pemulihan fungsi visual ke tingkat optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Gangguan Penglihatan (6550)
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan penglihatan.
Kode:
SDKI: 00062
SLKI: 1606
SIKI: 6550
Penjelasan singkat:
Gangguan penglihatan adalah keterbatasan dalam kemampuan visual yang dapat mengganggu fungsi normal. Tujuan keperawatan adalah untuk memulihkan fungsi visual ke tingkat optimal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen gangguan penglihatan, seperti memantau gejala, memberikan edukasi, dan melakukan tindakan yang sesuai untuk mengatasi masalah penglihatan. -
Article No. 19783 | 18 Jul 2025
Klinis : nyeri perut sebelah kanan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi nyeri perut sebelah kanan, sesuai dengan praktik keperawatan berbasis bukti.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi nyeri perut sebelah kanan adalah "Nyeri Akut". Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (SDKI, 2017). Pada kondisi nyeri perut sebelah kanan, pasien akan mengalami nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen, yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti apendisitis, kolesistitis, pankreatitis, atau penyakit usus lainnya.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Kontrol Nyeri: Pasien dapat melaporkan penurunan intensitas nyeri, skala nyeri berada pada level yang dapat ditoleransi, dan menunjukkan perilaku mengatasi nyeri yang efektif.
2. Kenyamanan: Pasien dapat melaporkan peningkatan rasa nyaman secara fisik dan psikologis.
3. Integritas Jaringan: Tidak terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut dan proses penyembuhan berjalan dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Nyeri:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri, seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan intervensi lebih lanjut, jika diperlukan.
2. Manajemen Tanda dan Gejala:
a. Pantau tanda-tanda vital, seperti suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah.
b. Observasi tanda-tanda peradangan, seperti nyeri tekan, kemerahan, dan pembengkakan.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk menentukan pemeriksaan diagnostik, jika diperlukan, seperti pemeriksaan laboratorium atau pencitraan.
3. Dukungan Kenyamanan:
a. Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien, seperti berbaring miring atau telentang.
b. Berikan intervensi untuk mengurangi kecemasan, seperti teknik relaksasi dan dukungan emosional.
c. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti fisioterapis atau ahli gizi, jika diperlukan.
Kesimpulannya, nyeri perut sebelah kanan dapat diatasi dengan diagnosa keperawatan "Nyeri Akut", dan tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan adalah kontrol nyeri, peningkatan kenyamanan, serta integritas jaringan yang terjaga. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen nyeri, manajemen tanda dan gejala, serta dukungan kenyamanan bagi pasien. -
Article No. 19784 | 18 Jul 2025
Klinis : mata kabur
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi mata kabur.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
Diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi mata kabur adalah "Gangguan Penglihatan" (Visual Impairment). Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai keterbatasan dalam ketajaman, jangkauan, atau fungsi visual yang menghambat aktivitas sehari-hari. Kondisi mata kabur merupakan salah satu manifestasi dari Gangguan Penglihatan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Kemampuan Sensori-Perseptual: Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan fungsi penglihatan.
2. Aktivitas Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan keterbatasan visual yang minimal.
3. Pengetahuan Kesehatan: Pasien dan keluarga memahami strategi untuk mengatasi gangguan penglihatan.
4. Manajemen Kesehatan: Pasien dan keluarga dapat mengelola gangguan penglihatan secara efektif.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Penglihatan
- Mengevaluasi fungsi penglihatan pasien secara berkala
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi penglihatan
- Mengkaji adanya perubahan atau penurunan fungsi penglihatan
2. Manajemen Kesehatan Penglihatan
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyebab, gejala, dan pengelolaan gangguan penglihatan
- Mengajarkan teknik kompensasi, seperti penggunaan alat bantu, pencahayaan yang sesuai, dan penyesuaian lingkungan
- Melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan lain (seperti dokter mata) untuk penanganan lebih lanjut
3. Dukungan Emosional
- Memberikan dukungan dan konseling kepada pasien dan keluarga dalam menghadapi dampak psikologis akibat gangguan penglihatan
- Memfasilitasi pasien dan keluarga untuk beradaptasi dengan keterbatasan visual
Melalui diagnosis keperawatan yang tepat, luaran yang jelas, dan intervensi yang komprehensif, diharapkan pasien dengan kondisi mata kabur dapat mencapai peningkatan fungsi penglihatan, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, dan manajemen gangguan penglihatan yang efektif. -
Article No. 19785 | 18 Jul 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, kode diagnosa dan tindakan medis yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.03
- Deskripsi: Pemberian vaksin campak
Penjelasan:
Kode ICD-10 B05.9 merupakan kode untuk diagnosis Campak tanpa komplikasi. Pasien anak perempuan usia 5 tahun yang mengalami gejala-gejala seperti demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, menunjukkan adanya kemungkinan infeksi virus campak.
Tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemberian vaksin campak, yang memiliki kode ICD-9-CM 99.03. Pemberian vaksin campak merupakan langkah penting untuk mencegah komplikasi dan penyebaran penyakit campak, terutama pada anak-anak.
Pemantauan dan perawatan simptomatik juga perlu dilakukan, seperti pemberian obat penurun demam, menjaga kehidrasi, dan mengontrol gejala lainnya. Selain itu, isolasi pasien juga penting untuk mencegah penularan ke orang lain. -
Article No. 19786 | 18 Jul 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya sebagai perawat ahli akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko penularan penyakit (kode SDKI: 13076)
Definisi: Situasi berisiko tertular penyakit menular.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri (kode SDKI: 13018)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
3. Intoleransi aktivitas (kode SDKI: 13038)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah kesehatan pasien. Kode diagnosa keperawatan di atas mengacu pada SDKI yang ditetapkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan perawat untuk menetapkan kriteria hasil atau luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan perawat untuk menetapkan rencana tindakan atau intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar asuhan keperawatan di Indonesia. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 19787 | 18 Jul 2025
Klinis : BAB hitam 6x hari ini, mual ++ muntah hitam 1x demam -,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang dijelaskan, yaitu BAB hitam 6x hari ini, mual ++ muntah hitam 1x, dan tidak ada demam, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Cairan Tercapai
a. Indikator:
- Turgor kulit membaik
- Membran mukosa lembab
- Nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitoring Cairan
a. Pantau intake dan output cairan
b. Pantau tanda-tanda vital
c. Pantau tanda-tanda dehidrasi
2. Manajemen Cairan
a. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
b. Pertahankan keseimbangan cairan
c. Berikan antiemetik untuk mengurangi muntah
3. Manajemen Diare
a. Identifikasi penyebab diare
b. Kaji frekuensi, konsistensi, dan warna feses
c. Berikan nutrisi dan cairan pengganti yang adekuat
d. Pertahankan kebersihan dan kenyamanan perianal
Penjelasan Rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui muntah dan diare.
- Kondisi ini ditandai dengan adanya BAB hitam 6x sehari dan muntah hitam 1x, yang mengindikasikan adanya kehilangan cairan dan risiko dehidrasi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Keseimbangan Cairan Tercapai
- Indikator yang menunjukkan tercapainya keseimbangan cairan meliputi turgor kulit yang membaik, membran mukosa yang lembab, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
- Monitoring Cairan: Memantau intake dan output cairan, tanda-tanda vital, serta tanda-tanda dehidrasi untuk mengevaluasi keseimbangan cairan.
- Manajemen Cairan: Memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan, mempertahankan keseimbangan cairan, dan memberikan antiemetik untuk mengurangi muntah.
- Manajemen Diare: Mengidentifikasi penyebab diare, mengkaji frekuensi, konsistensi, dan warna feses, memberikan nutrisi dan cairan pengganti yang adekuat, serta menjaga kebersihan dan kenyamanan perianal.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu tercapainya keseimbangan cairan, yang ditandai dengan perbaikan tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa, dan hilangnya tanda-tanda dehidrasi. -
Article No. 19788 | 18 Jul 2025
Klinis : PENURUNAN KESADARAN GCS 325. BIBIR MENCONG KE KANAN, TANGAN DAN KAKI KIRI LEMAS. RIWAYAT DARAH TINGGI TENSI 210/104 NADI 88
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu penurunan kesadaran dengan skor GCS 3-2-5, bibir mencong ke kanan, tangan dan kaki kiri lemas, serta riwayat hipertensi dengan tekanan darah 210/104 mmHg dan denyut nadi 88 kali per menit, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Gangguan Perfusi Serebral Terganggu
Definisi: Penurunan aliran darah ke otak yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien akan menunjukkan peningkatan kesadaran yang ditandai dengan peningkatan skor GCS.
2. Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dengan tekanan darah dalam rentang normal.
3. Pasien akan menunjukkan fungsi motorik yang membaik, dengan bibir simetris dan ekstremitas kiri tidak lemas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, suhu, dan laju pernapasan.
2. Lakukan pengkajian neurologis secara komprehensif, termasuk pemeriksaan pupil, refleks, dan fungsi motorik.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
4. Pertahankan posisi kepala elevasi 30-45 derajat untuk meningkatkan aliran darah serebral.
5. Berikan obat-obatan antihipertensi sesuai resep untuk menurunkan tekanan darah.
6. Berikan stimulasi taktil dan verbal untuk meningkatkan kewaspadaan dan respons pasien.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut, seperti CT-scan kepala, untuk mengidentifikasi penyebab penurunan kesadaran.
8. Lakukan tindakan fisioterapi, seperti latihan gerak pasif, untuk mempertahankan fungsi motorik.
9. Berikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan rencana perawatan.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Perfusi Serebral Terganggu" dipilih karena terdapat indikasi penurunan aliran darah dan suplai oksigen ke otak, yang ditandai dengan penurunan kesadaran, bibir mencong, dan kelemahan ekstremitas. Riwayat hipertensi dan tekanan darah yang sangat tinggi juga dapat menjadi faktor penyebab gangguan perfusi serebral.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup peningkatan kesadaran, stabilisasi tanda-tanda vital, dan perbaikan fungsi motorik. Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada pemantauan, stabilisasi hemodinamik, terapi oksigen, posisi elevasi kepala, pemberian obat antihipertensi, stimulasi, pemeriksaan diagnostik, fisioterapi, dan edukasi keluarga.
Tone akademis, persona pakar, nurse diwujudkan dalam penggunaan terminologi keperawatan, penjelasan yang komprehensif, dan pendekatan yang berfokus pada perawatan pasien.