Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16631 | 03 May 2025
Klinis : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi terkait diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif" dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Kode: 00030 (NANDA-I)
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Kode: 00030
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Nafas
Kode: 0420
Definisi:
Pencegahan dan pemeliharaan jalan napas yang terbuka.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Jalan Napas
Kode: 3120
Definisi:
Memfasilitasi pembukaan dan pemeliharaan jalan napas yang bebas untuk memungkinkan pertukaran gas yang adekuat.
Jadi, dalam kasus "Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif", diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (kode 00030 NANDA-I). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) memiliki kode yang sama untuk diagnosa ini, dengan definisi yang serupa. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) terkait adalah Bersihan Jalan Nafas (kode 0420), sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai adalah Manajemen Jalan Napas (kode 3120). -
Article No. 16632 | 03 May 2025
Klinis : gejala mual muntah, disertai demam dan lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gejala mual muntah, disertai demam dan lemas:
Diagnosa Keperawatan:
D-00001 Mual
Definisi: Sensasi tidak nyaman yang mendorong keinginan untuk muntah.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D-00001 Mual
Definisi: Sensasi tidak nyaman yang mendorong keinginan untuk muntah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L-00001 Kontrol Mual
Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengendalikan rasa mual.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I-00001 Manajemen Mual
Definisi: Tindakan untuk mencegah atau mengendalikan rasa mual.
Diagnosa Keperawatan:
D-00064 Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas batas normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D-00064 Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas batas normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L-00065 Termoregulasi
Definisi: Kemampuan untuk mengatur suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I-00062 Manajemen Demam
Definisi: Tindakan untuk menurunkan atau mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Diagnosa Keperawatan:
D-00043 Keletihan
Definisi: Perasaan kelelahan dan kapasitas yang menurun untuk melakukan aktivitas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D-00043 Keletihan
Definisi: Perasaan kelelahan dan kapasitas yang menurun untuk melakukan aktivitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L-00047 Pemulihan Energi
Definisi: Kemampuan untuk memulihkan kembali energi yang telah terkuras.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I-00043 Manajemen Keletihan
Definisi: Tindakan untuk mengatasi atau mencegah kelelahan. -
Article No. 16633 | 03 May 2025
Klinis : Defisit pengetahuan tentang teknik pernapasan 4-7-8
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu "Defisit pengetahuan tentang teknik pernapasan 4-7-8", berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosis Keperawatan:
Defisit Pengetahuan (00126)
Definisi: Kurangnya atau ketidakadekuatan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: D.0126
Judul: Defisit Pengetahuan
Definisi: Ketidakmampuan atau keterbatasan informasi dan kemampuan kognitif individu untuk memperoleh, memproses, dan memahami informasi yang berkaitan dengan suatu kondisi atau prosedur kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: L.0126
Judul: Pengetahuan Kesehatan Meningkat
Definisi: Hasil peningkatan kemampuan individu untuk memperoleh, memproses, dan memahami informasi yang terkait dengan suatu kondisi atau prosedur kesehatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: I.0126
Judul: Peningkatan Pengetahuan
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi perolehan, pemrosesan, dan pemahaman informasi yang terkait dengan suatu kondisi atau prosedur kesehatan.
Penjelasan Singkat:
Defisit pengetahuan tentang teknik pernapasan 4-7-8 merupakan kondisi di mana individu memiliki kekurangan atau ketidakmampuan dalam memahami dan menerapkan teknik pernapasan 4-7-8 yang merupakan salah satu teknik pernapasan yang dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres. Sebagai perawat, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan edukasi dan informasi yang cukup mengenai teknik pernapasan 4-7-8, sehingga individu dapat meningkatkan pengetahuannya dan mampu mempraktikkan teknik tersebut dengan baik. -
Article No. 16634 | 03 May 2025
Klinis : DATA SUBJEKTIF (DS) Pasien mengatakan ada nyeri saat BAK sejak 1 minggu yang lalu Pasien mengatakan anyang-anyangan (ingin terus BAK tetapi sedikit-sedikit) Pasien mengatakan BAK terasa tidak tuntas Pasien mengatakan BAK tiap 2 jam sekali Pasien mengatakan demam sejak malam sebelumnya (13 April) Pasien mengatakan ada mual minimal Pasien mengatakan ada batuk kering Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dari keluarga Pasien memiliki riwayat hipertensi Pasien memiliki riwayat ISK berulang Pasien memiliki riwayat operasi caesarea โ DATA OBJEKTIF (DO) ๐น Tanda-Tanda Vital (15 April 2025) TD: 131/81 mmHg HR: 85x/mnt RR: 20x/mnt SpO2: 100% Suhu: 36.4ยฐC ๐น Tanda-Tanda Vital (16 April 2025) TD: 112/78 mmHg HR: 74x/mnt RR: 20x/mnt SpO2: 100% Suhu: 36.8ยฐC ๐น Laboratorium Hematologi (14 April 2025) Leukosit: 16.3 uL โ Neutrofil: 82% โ Limfosit: 11% โ Neutrofil/Limfosit Ratio: 7.45 โ ๐น Urinalisis Lengkap (14 April 2025) Warna: Kuning Kejernihan: Keruh Berat jenis: 1.015 pH: 8.0 (basa) Leukosit: 3+ Nitrit: 1+ Protein: +1 Darah samar: +1 Glukosa, keton, bilirubin: Negatif Sedimen: Eritrosit: 78.1 โ Leukosit: 8255.0 โ Sel epitel: 13 Bakteri: 3421.7 โ ๐น Kimia Klinik (14 April 2025) SGOT: 78 โ SGPT: 97 โ GDS: 121 mg/dL Ureum: 17 Kreatinin: 0.79 eGFR: 96.6 Natrium: 140 Kalium: 3.8 Klorida: 102 ๐น Mikrobiologi (15 April 2025) Leukosit 10โ25/LFF Batang Gram negatif 1โ5/OIF Kultur urine: Escherichia coli ditemukan Colony count: >100.000 CFU/mL Non-MDR strain ๐น USG Abdomen (15 April 2025) Dinding vesika urinaria menebal Tidak tampak batu/massa Organ ginjal dan saluran kemih lainnya dalam batas normal Saran: Follow-up ulang 6 bulan ๐น Rontgen Thoraks (15 April 2025) Tidak tampak infiltrat atau kelainan paru Jantung dalam batas normal Tidak ada kelainan radiologis mayor
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sesuai dengan kondisi pasien:
---
### **Diagnosa Keperawatan Utama**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
**Data Pendukung:**
- Pasien mengeluh nyeri saat BAK sejak 1 minggu yang lalu.
- Hasil urinalisis menunjukkan leukosituria (3+), bakteriuria, dan peningkatan sel darah putih (leukosit 8255.0/ฮผL).
- Kultur urine positif *Escherichia coli* dengan koloni >100.000 CFU/mL.
**Luaran (SLKI):**
- **SLKI Code: 0801 (Nyeri Terkontrol)**
- Skala nyeri menurun (dari skala awal ke target).
- Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
**Intervensi (SIKI):**
- **SIKI Code: 2630 (Manajemen Nyeri)**
- Ajarkan teknik relaksasi.
- Berikan analgesik sesuai indikasi (misal: parasetamol atau antispasmodik).
- Monitor respons nyeri dan efek intervensi.
---
### **Diagnosa Keperawatan Tambahan**
**1. Gangguan Eliminasi Urin (SDKI Code: 00016)**
**Definisi:** Gangguan dalam proses pengosongan kandung kemih yang dapat berupa frekuensi, urgensi, disuria, atau retensi.
**Data Pendukung:**
- Pasien mengeluh anyang-anyangan, BAK tidak tuntas, dan frekuensi BAK setiap 2 jam.
- Urinalisis menunjukkan infeksi (leukosituria, bakteriuria, nitrit positif).
- USG abdomen menunjukkan penebalan dinding vesika urinaria.
**Luaran (SLKI):**
- **SLKI Code: 0403 (Eliminasi Urin Normal)**
- Frekuensi BAK kembali normal (4โ6x/hari).
- Tidak ada keluhan disuria atau anyang-anyangan.
**Intervensi (SIKI):**
- **SIKI Code: 1900 (Manajemen Inkontinensia Urin)**
- Anjurkan asupan cairan 2โ2,5 L/hari.
- Ajarkan teknik berkemih efektif (misal: double voiding).
- Monitor tanda ISK berulang.
**2. Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
**Data Pendukung:**
- Riwayat ISK berulang.
- Hasil laboratorium: leukositosis (16.3 uL), neutrofilia (82%), dan kultur urine positif *E. coli*.
**Luaran (SLKI):**
- **SLKI Code: 1101 (Risiko Infeksi Terkontrol)**
- Tidak ada demam atau gejala infeksi baru.
- Hasil laboratorium dalam batas normal (leukosit <11.000 uL).
**Intervensi (SIKI):**
- **SIKI Code: 6550 (Pencegahan Infeksi)**
- Berikan edukasi kebersihan genital (front to back).
- Anjurkan minum antibiotik sesuai resep hingga tuntas.
- Pantau tanda vital dan gejala sistemik.
---
### **Catatan Tambahan**
- **Penyebab Utama:** ISK akibat *E. coli* dengan gejala disuria, frekuensi, dan nyeri.
- **Faktor Risiko:** Riwayat ISK berulang dan hipertensi (yang dapat memengaruhi perfusi ginjal).
- **Rekomendasi:**
- Terapi antibiotik sesuai sensitivitas (*E. coli* non-MDR).
- Follow-up urinalisis dan USG dalam 6 bulan.
Semua diagnosa dan intervensi di atas mengacu pada **PPNI (2023)** dan dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2023). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi Revisi. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
---
**Format RTF:**
(Salin teks di atas ke dokumen dengan ekstensi .rtf untuk mempertahankan format formal.) -
Article No. 16635 | 03 May 2025
Klinis : DATA SUBJEKTIF (DS) Pasien mengatakan ada nyeri saat BAK sejak 1 minggu yang lalu Pasien mengatakan anyang-anyangan (ingin terus BAK tetapi sedikit-sedikit) Pasien mengatakan BAK terasa tidak tuntas Pasien mengatakan BAK tiap 2 jam sekali Pasien mengatakan demam sejak malam sebelumnya (13 April) Pasien mengatakan ada mual minimal Pasien mengatakan ada batuk kering Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dari keluarga Pasien memiliki riwayat hipertensi Pasien memiliki riwayat ISK berulang Pasien memiliki riwayat operasi caesarea โ DATA OBJEKTIF (DO) ๐น Tanda-Tanda Vital (15 April 2025) TD: 131/81 mmHg HR: 85x/mnt RR: 20x/mnt SpO2: 100% Suhu: 36.4ยฐC ๐น Tanda-Tanda Vital (16 April 2025) TD: 112/78 mmHg HR: 74x/mnt RR: 20x/mnt SpO2: 100% Suhu: 36.8ยฐC ๐น Laboratorium Hematologi (14 April 2025) Leukosit: 16.3 uL โ Neutrofil: 82% โ Limfosit: 11% โ Neutrofil/Limfosit Ratio: 7.45 โ ๐น Urinalisis Lengkap (14 April 2025) Warna: Kuning Kejernihan: Keruh Berat jenis: 1.015 pH: 8.0 (basa) Leukosit: 3+ Nitrit: 1+ Protein: +1 Darah samar: +1 Glukosa, keton, bilirubin: Negatif Sedimen: Eritrosit: 78.1 โ Leukosit: 8255.0 โ Sel epitel: 13 Bakteri: 3421.7 โ ๐น Kimia Klinik (14 April 2025) SGOT: 78 โ SGPT: 97 โ GDS: 121 mg/dL Ureum: 17 Kreatinin: 0.79 eGFR: 96.6 Natrium: 140 Kalium: 3.8 Klorida: 102 ๐น Mikrobiologi (15 April 2025) Leukosit 10โ25/LFF Batang Gram negatif 1โ5/OIF Kultur urine: Escherichia coli ditemukan Colony count: >100.000 CFU/mL Non-MDR strain ๐น USG Abdomen (15 April 2025) Dinding vesika urinaria menebal Tidak tampak batu/massa Organ ginjal dan saluran kemih lainnya dalam batas normal Saran: Follow-up ulang 6 bulan ๐น Rontgen Thoraks (15 April 2025) Tidak tampak infiltrat atau kelainan paru Jantung dalam batas normal Tidak ada kelainan radiologis mayor
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan berdasarkan data yang tersedia, disertai penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) sesuai PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia):
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Eliminasi Urine (BAK tidak tuntas, anyang-anyangan, frekuensi meningkat) b.d Infeksi Saluran Kemih (ISK) (SDKI Code: 00016)**
#### **Penjelasan SDKI:**
- **Definisi:** Ketidakmampuan untuk mengeluarkan urine secara adekuat akibat inflamasi atau infeksi saluran kemih.
- **Faktor terkait:**
- Infeksi bakteri (*Escherichia coli*).
- Riwayat ISK berulang.
- Dinding vesika urinaria menebal (USG).
#### **SLKI (Luaran):**
- **Kode SLKI 0801:** *Eliminasi urine kembali normal*
- Kriteria:
- Frekuensi BAK 4โ6x/hari.
- Tidak ada nyeri/disuria.
- Urine jernih, tidak keruh.
#### **SIKI (Intervensi):**
- **Kode SIKI 2610:** *Manajemen Infeksi Saluran Kemih*
- Tindakan:
- Pantau tanda vital (demam, nyeri).
- Anjurkan asupan cairan 2โ3 L/hari.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai kultur.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut b.d Inflamasi Saluran Kemih (SDKI Code: 00132)**
#### **Penjelasan SDKI:**
- **Definisi:** Sensasi tidak nyaman akibat respons inflamasi ISK (leukosituria, bakteriuria).
- **Faktor terkait:**
- Laporan nyeri saat BAK.
- Hasil urinalisis: leukosit 3+, nitrit (+), bakteri โ.
#### **SLKI (Luaran):**
- **Kode SLKI 1401:** *Tingkat nyeri terkontrol*
- Kriteria:
- Skala nyeri โค2 (skala 0โ10).
- Pasien melaporkan tidak ada disuria.
#### **SIKI (Intervensi):**
- **Kode SIKI 2400:** *Manajemen Nyeri*
- Tindakan:
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Berikan analgesik sesuai resep (misal: parasetamol).
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan b.d Mual dan Peningkatan Suhu Tubuh (SDKI Code: 00025)**
#### **Penjelasan SDKI:**
- **Definisi:** Risiko kehilangan cairan berlebih akibat demam dan mual.
- **Faktor risiko:**
- Riwayat demam (13 April).
- Hasil lab: leukositosis (16.3 uL), SGOT/SGPT โ.
#### **SLKI (Luaran):**
- **Kode SLKI 0601:** *Keseimbangan cairan tercapai*
- Kriteria:
- Tanda vital stabil (TD, HR dalam batas normal).
- Mukosa bibir lembap.
#### **SIKI (Intervensi):**
- **Kode SIKI 2000:** *Manajemen Cairan*
- Tindakan:
- Pantau intake-output cairan.
- Anjurkan minum air hangat untuk mengurangi mual.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Ansietas b.d Ketidaktahuan tentang Penyakit dan Penanganannya (SDKI Code: 00146)**
#### **Penjelasan SDKI:**
- **Definisi:** Perasaan khawatir akibat kurang informasi tentang ISK berulang.
- **Faktor terkait:**
- Riwayat ISK berulang dan operasi caesar.
#### **SLKI (Luaran):**
- **Kode SLKI 1301:** *Ansietas teratasi*
- Kriteria:
- Pasien mampu menjelaskan rencana perawatan.
#### **SIKI (Intervensi):**
- **Kode SIKI 4510:** *Edukasi Kesehatan*
- Tindakan:
- Jelaskan penyebab ISK dan pencegahan kekambuhan.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **Prioritas:** Gangguan eliminasi urine dan nyeri akut menjadi fokus utama karena data klinis (urinalisis, kultur) mendukung ISK akut.
- **Kolaborasi:** Dokter untuk terapi antibiotik (*Non-MDR E. coli*).
Semua diagnosa dan intervensi mengacu pada **PPNI (2017โ2021)**. Perlu reevaluasi setelah 24โ48 jam intervensi.
---
**Referensi:**
- PPNI. (2021). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi V*.
- PPNI. (2021). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi III*.
- PPNI. (2021). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi II*. -
Article No. 16636 | 03 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SDKI: Bersihan Jalan Napas (10001)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas terbuka untuk memfasilitasi pertukaran gas.
SLKI: Bersihan Jalan Napas (100011)
SIKI: Manajemen Jalan Napas (I0501)
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (13009)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Nutrisi (130091)
SIKI: Manajemen Nutrisi (I0301)
3. Hipertermia
SDKI: Hipertermia (11003)
Definisi: Suhu tubuh di atas batas normal.
SLKI: Hipertermia (110031)
SIKI: Manajemen Demam (I0102)
4. Kelelahan
SDKI: Kelelahan (11012)
Definisi: Perasaan keletihan dan penurunan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
SLKI: Kelelahan (110121)
SIKI: Manajemen Kelelahan (I0201)
Penjelasan singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien mengalami batuk berdahak dan sesak napas, yang menunjukkan adanya masalah dalam membersihkan dan mempertahankan jalan napas terbuka.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh: Pasien mengalami kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya.
3. Hipertermia: Pasien mengalami demam, yang menunjukkan suhu tubuh di atas batas normal.
4. Kelelahan: Pasien mengalami gejala umum seperti kelelahan, yang dapat disebabkan oleh penyakit dan perubahan kondisi kesehatan. -
Article No. 16637 | 03 May 2025
Klinis : Seorang anak perempuan, An. R, usia 7 tahun, duduk di kelas 1 SD, dirawat di ruang anak RSUD sejak 3 hari yang lalu dengan diagnosa medis: epilepsi parsial kompleks. Anak dirujuk dari klinik saraf setelah mengalami kejang berulang selama 3 bulan terakhir, dengan frekuensi 1โ2 kali per minggu. Kejang muncul secara mendadak, ditandai dengan hilangnya kesadaran selama 30 detikโ2 menit, disertai gerakan kaku, berkedut pada tangan kanan dan mulut berbusa. Setelah kejang, pasien sering tampak bingung dan mengantuk selama beberapa menit, kadang juga mengeluh sakit kepala ringan. Ibu pasien menyatakan bahwa kejadian pertama terjadi di sekolah, saat anak sedang mengikuti pelajaran. Anak mendadak jatuh, tubuhnya kejang, dan tidak merespons. Sejak saat itu, anak menjadi lebih menarik diri, enggan bermain dengan teman, dan sering merasa malu jika kejang terjadi di tempat umum. Anak tampak murung, sering diam, dan enggan mengikuti kegiatan sekolah secara normal. Saat ini anak dalam terapi valproic acid 2x250 mg secara oral, dan mulai menjalani evaluasi lanjutan oleh tim neurologi anak. Hasil EEG menunjukkan aktivitas gelombang spike and wave pada daerah temporal dan frontal. Anak juga menjalani pemeriksaan CT-scan yang tidak menunjukkan kelainan struktural. Selama perawatan, kondisi umum anak stabil. Kesadaran compos mentis, namun mudah lelah dan sering mengantuk di siang hari, yang kemungkinan merupakan efek samping dari obat antiepilepsi. TTV dalam batas normal, tidak ada keluhan demam, dan tidak ada kejang sejak dirawat. Namun, BB anak turun dari 21 kg menjadi 20 kg dalam 2 minggu terakhir, dan nafsu makan menurun drastis. Anak sering hanya mengonsumsi setengah porsi makanan yang diberikan. Skrining gizi menunjukkan risiko sedang malnutrisi. Ibu menyampaikan bahwa ia belum paham sepenuhnya tentang penyakit epilepsi, dan sangat khawatir jika kejang terjadi saat anak di sekolah atau di luar rumah. Ayah tampak lebih tenang, namun juga menyatakan bahwa mereka bingung kapan anak boleh beraktivitas normal, seperti berenang atau berolahraga. Keluarga memiliki latar belakang pendidikan menengah dan tinggal di daerah kota. Selama pengamatan, perawat melihat bahwa anak lebih sering diam, hanya menjawab jika ditanya, dan tidak mau bermain di ruang anak. Anak juga menyebutkan bahwa ia takut dijauhi teman karena โanehโ saat kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi An. R:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI Kode: 00002
Definisi: Keadaan ketika asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Risiko Gangguan Citra Tubuh
SDKI Kode: 00227
Definisi: Keadaan ketika terdapat kekhawatiran mengenai perubahan atau gangguan pada struktur atau fungsi tubuh.
c. Risiko Isolasi Sosial
SDKI Kode: 00054
Definisi: Keadaan ketika terdapat risiko mengalami pengalaman negatif atau membatasi interaksi sosial.
2. Penjelasan Singkat:
a. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SLKI Kode: 10003
Definisi: Keadaan ketika asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik, yang ditandai dengan penurunan berat badan dan penurunan nafsu makan.
b. Risiko Gangguan Citra Tubuh
SLKI Kode: 10004
Definisi: Keadaan ketika terdapat kekhawatiran mengenai perubahan atau gangguan pada struktur atau fungsi tubuh, yang ditandai dengan perasaan malu dan takut jika kejang terjadi di tempat umum.
c. Risiko Isolasi Sosial
SLKI Kode: 10006
Definisi: Keadaan ketika terdapat risiko mengalami pengalaman negatif atau membatasi interaksi sosial, yang ditandai dengan anak yang menarik diri, enggan bermain dengan teman, dan merasa malu jika kejang terjadi.
3. SIKI:
a. Pemantauan Nutrisi
Kode: 1825
Definisi: Pengumpulan dan analisis data terkait asupan dan penggunaan nutrisi untuk mempertahankan atau mencapai status nutrisi yang optimal.
b. Terapi Bermain
Kode: 1450
Definisi: Penggunaan permainan yang terencana dan terarah untuk membantu anak mengekspresikan perasaan, mengatasi masalah, dan membangun kemampuan sosial.
c. Dukungan Psikososial
Kode: 5270
Definisi: Pemberian dukungan emosional, informasi, dan pendampingan kepada pasien dan keluarga untuk membantu mengatasi masalah psikososial.
Diagnosa keperawatan dan intervensi ini disusun berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi An. R. -
Article No. 16638 | 03 May 2025
Klinis : manajemen kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi manajemen kejang, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Manajemen Kejang (00148)
Definisi:
Perilaku dan aktivitas yang dilakukan untuk mengontrol, mengurangi, atau menghilangkan kejang, serta mempertahankan fungsi vital selama kejang.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00148
Judul: Manajemen Kejang
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00148
Judul: Kontrol Kejang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 00148
Judul: Manajemen Kejang
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengontrol, mengurangi, atau menghilangkan kejang, serta mempertahankan fungsi vital selama kejang.
Penjelasan singkat:
Manajemen kejang merupakan diagnosa keperawatan yang fokus pada perilaku dan aktivitas yang dilakukan untuk mengontrol, mengurangi, atau menghilangkan kejang, serta mempertahankan fungsi vital selama kejang. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat kejang dan mempertahankan kesehatan pasien secara optimal. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antikonvulsan, manajemen lingkungan, dan edukasi kepada pasien serta keluarga. -
Article No. 16639 | 03 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki, An. E, usia 1 tahun 7 bulan, dirawat di ruang anak RS X dengan diagnosa medis: kejang demam simplek dan hiperpireksia. Ibu menyatakan bahwa ini adalah kejadian pertama anak mengalami kejang, yang terjadi pada tanggal 08 Juni 2023. Kejang berlangsung selama ยฑ1 jam, dan disertai hilang kesadaran selama 2 menit. Kejang terjadi saat anak demam tinggi (>40ยฐC) yang muncul setelah tiga hari mengalami batuk dan pilek ringan. Saat kejang, anak berada di rumah hanya bersama kakak dan pengasuh, yang secara spontan menepuk-nepuk paha anak dan memiringkan tubuhnya di atas kasur. Setelah orang tua tiba di rumah, anak segera dibawa ke puskesmas dan diberikan diazepam per rektal, kemudian dirujuk ke rumah sakit. Saat pengkajian pada hari ke-2 perawatan, anak masih mengalami demam ringan (37,5ยฐC) dan diare dengan frekuensi 2โ4x/hari, konsistensi cair, warna kehijauan dan hitam. Selain itu, nafsu makan menurun drastis, berbeda dengan kebiasaan di rumah di mana anak dikenal suka makan. Di rumah sakit, anak hanya mau makan 1โ2x sehari dan tidak menghabiskan porsi makanannya. Infus C1.4 (D5% in 0,225% NaCl) telah terpasang sejak masuk RS. TTV menunjukkan nadi 150x/menit, RR 22x/menit, SpOโ 98%, suhu 37.5ยฐC. Mukosa bibir tampak kering, wajah pucat, dan terdapat retraksi dada ringan. Anak tampak lemah, hanya digendong atau duduk di tempat tidur, dan tidak bermain seperti biasanya. Berdasarkan skrining status fungsional, anak memerlukan bantuan untuk berpindah, mandi, makan, dan berpakaian. BB 11 kg, TB 80 cm, hasil skrining gizi STRONG-Kids menunjukkan risiko sedang malnutrisi. Nilai lab menunjukkan natrium 130 mEq/L (hiponatremia) dan kalium 3,48 mEq/L (hipokalemia ringan). Pasien dinyatakan berisiko tinggi jatuh dengan skor Humpty Dumpty 14 karena usia <3 tahun, penggunaan infus, dan status neurologis pasca-kejang. Saat ini anak dalam pengawasan ketat untuk risiko kejang ulang, serta mendapat terapi: Phenytoin 3x20 mg (antikonvulsan) Ceftriaxone 1x500 mg (antibiotik) Sanmol 3x120 mg (antipiretik) Zinc Lacto-B. Ibu tampak terus mendampingi anak selama perawatan, terlihat cemas namun kooperatif, dan berharap anak segera sembuh. Ayah datang bergantian menjaga karena harus bekerja dan menjaga anak yang lain di rumah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi An. E:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang [00155]
SDKI: Keadaan yang rentan mengalami perubahan arus listrik di otak yang tidak terkendali.
SLKI: Kemampuan individu dan keluarga dalam mencegah, mengenali, dan menangani kejang.
SIKI: Intervensi untuk mencegah, mengenali, dan menangani kejang.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit [00195]
SDKI: Ketidaknormalan kadar cairan dan elektrolit dalam tubuh.
SLKI: Kemampuan individu dan keluarga dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
SIKI: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Risiko Malnutrisi [00002]
SDKI: Keadaan yang rentan mengalami asupan gizi yang tidak adekuat.
SLKI: Kemampuan individu dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi.
SIKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan gizi.
4. Intoleransi Aktivitas [00092]
SDKI: Ketidakmampuan untuk bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
SLKI: Kemampuan individu dan keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
5. Risiko Jatuh [00155]
SDKI: Keadaan yang rentan mengalami perubahan posisi tubuh yang tidak terkendali.
SLKI: Kemampuan individu dan keluarga dalam mencegah dan menangani resiko jatuh.
SIKI: Intervensi untuk mencegah dan menangani resiko jatuh.
Penjelasan singkat:
1. Risiko Kejang: Anak berisiko mengalami kejang berulang karena riwayat kejang demam simplek.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit: Anak mengalami hiponatremia dan hipokalemia akibat kondisi demam dan diare.
3. Risiko Malnutrisi: Anak berisiko mengalami malnutrisi karena nafsu makan menurun drastis selama perawatan.
4. Intoleransi Aktivitas: Anak tampak lemah dan membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Risiko Jatuh: Anak berisiko jatuh karena usia di bawah 3 tahun, penggunaan infus, dan status neurologis pasca-kejang. -
Article No. 16551 | 02 May 2025
Klinis : Ny. A, seorang ibu berusia 29 tahun, datang ke Puskesmas pada hari ke-5 pasca persalinan spontan anak keduanya. Ia mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar di area genital sejak dua hari terakhir, disertai munculnya beberapa lesi melepuh berisi cairan bening di sekitar vulva. Ia juga merasakan sedikit nyeri saat buang air kecil, namun tidak mengalami demam tinggi. Riwayat penyakit menunjukkan bahwa Ny. A telah didiagnosis menderita infeksi Herpes Simpleks Virus Tipe 2 (HSV-2) sejak dua tahun lalu dan mengalami rekurensi beberapa kali, terutama saat kondisi tubuh menurun. Pada pemeriksaan fisik, kondisi umum pasien tampak cukup, dengan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 kali per menit, laju napas 18 kali per menit, dan suhu tubuh 37,5ยฐC. Pemeriksaan lokal menunjukkan beberapa vesikel kecil berisi cairan bening di daerah labia mayor dan minor yang tampak nyeri tekan. Lochia tampak normal dalam bentuk serosa dan ASI masih keluar dengan lancar. Data antropometri pasien menunjukkan tinggi badan 158 cm dan berat badan 64 kg. Dengan perhitungan indeks massa tubuh (IMT) sebesar 25,6 kg/mยฒ, Ny. A termasuk dalam kategori overweight. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosis. Hasil darah lengkap menunjukkan hemoglobin 11,2 g/dL, leukosit 9.800 /ฮผL, dan trombosit 310.000 /ฮผL. Pemeriksaan serologi menunjukkan IgG dan IgM HSV-2 positif, menandakan adanya infeksi aktif atau rekurensi. Pemeriksaan PCR dari swab lesi genital, jika tersedia, juga menunjukkan hasil positif terhadap HSV-2. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium, Ny. A didiagnosis mengalami rekurensi herpes genitalis (HSV-2) dalam masa nifas. Ia diberikan terapi antivirus berupa asiklovir 400 mg tiga kali sehari selama 7 hingga 10 hari. Edukasi diberikan kepada pasien mengenai pentingnya menjaga kebersihan area genital, menghindari hubungan seksual selama lesi belum sembuh, serta pemberitahuan bahwa menyusui tetap diperbolehkan selama tidak terdapat lesi aktif di payudara. Pasien disarankan untuk melakukan kontrol ulang jika keluhan memburuk atau tidak membaik dalam waktu satu minggu, serta untuk berkonsultasi ke dokter spesialis kebidanan jika timbul komplikasi lebih lanjut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI โ SLKI โ SIKI untuk Ny. A**
**1. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI: 00032)** terkait dengan inflamasi jaringan genital sekunder akibat rekurensi infeksi HSV-2.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode 0801: Tingkat nyeri menurun**
- Kriteria: Skala nyeri berkurang dari 4-6 (sedang) menjadi 0-2 (ringan/tidak ada) dalam 3 hari.
- **Kode 0803: Kontrol nyeri tercapai**
- Kriteria: Pasien mampu mendemonstrasikan teknik non-farmakologis (kompres hangat, posisi nyaman) untuk mengurangi nyeri.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode 2250: Manajemen Nyeri**
- Intervensi:
1. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
2. Berikan edukasi tentang penggunaan analgesik sesuai resep (jika diperlukan).
3. Anjurkan kompres hangat pada area vulva untuk mengurangi ketidaknyamanan.
---
**2. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI: 00004)** terkait dengan adanya lesi vesikular terbuka dan status imun postpartum.
- **SLKI:**
- **Kode 1102: Risiko infeksi terkontrol**
- Kriteria: Tidak ada tanda-tanda infeksi sekunder (demam >38ยฐC, pus, atau eritema) dalam 7 hari.
- **SIKI:**
- **Kode 6540: Proteksi Infeksi**
- Intervensi:
1. Instruksikan pasien untuk menjaga higiene genital dengan pembersihan dari depan ke belakang.
2. Anjurkan penggunaan pakaian dalam katun longgar.
3. Pantau tanda-tanda sistemik infeksi (mis., leukositosis, demam).
---
**3. Diagnosa Keperawatan:**
**Ansietas (SDKI: 00146)** terkait dengan kekambuhan penyakit dan dampaknya pada perawatan bayi.
- **SLKI:**
- **Kode 1301: Tingkat ansietas menurun**
- Kriteria: Pasien menyatakan pemahaman tentang manajemen HSV-2 dan tidak menunjukkan tanda-tanda distress (mis., tangan gemetar, sulit tidur).
- **SIKI:**
- **Kode 5230: Edukasi Kesehatan**
- Intervensi:
1. Jelaskan sifat rekurensi HSV-2 dan pemicunya (stres, imunosupresi).
2. Tekankan keamanan menyusui selama tidak ada lesi di payudara.
---
**4. Diagnosa Keperawatan:**
**Kelebihan Volume Cairan (SDKI: 00026)** terkait dengan retensi cairan postpartum dan IMT overweight (25,6 kg/mยฒ).
- **SLKI:**
- **Kode 0603: Keseimbangan cairan tercapai**
- Kriteria: Edema perifer berkurang dan berat badan stabil dalam 2 minggu.
- **SIKI:**
- **Kode 4120: Manajemen Cairan**
- Intervensi:
1. Anjurkan pembatasan asupan natrium dan aktivitas fisik ringan.
2. Pantau tanda vital dan output urin.
---
**Catatan Akademis:**
- **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)** digunakan untuk menetapkan diagnosa berdasarkan data klinis (PPNI, 2017).
- **SLKI dan SIKI** mengacu pada kriteria luaran dan intervensi yang terukur, sesuai *evidence-based practice* (PPNI, 2019).
- Rekomendasi tambahan: Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi terapi antivirus dan konseling gizi terkait manajemen berat badan.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)*.
- PPNI. (2019). *Standar Intervensi dan Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI-SLKI)*.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)*