Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18670 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian Mahasswa Ners UPN di daerah binaan diperoleh data sebanyak 67 dari 512 jumlah semua penduduk usia dewasa wanita menderita CA Cervix . dengan rincian data, banyak 25 % stadium awal , 45 stadium 2 dan 30% Stadium Akhir. Salah satu penyebabnya higiene kesehatan reproduksi yang tidak benar dan 37 % karena faktor genetik/ keturunan, jumlah mortalitas dalam satu tahun terakhir sebanyak 15 orang. Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengatakan hampir semua penderita mengeluh takut akan kematian, tampak murung dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Penderita mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya. Hasil wawancara dengan penanggung jawab Puskesmas mengatakan sebagian besar klien datang sudah stadium akhir dan menolak berobat dengan alasan malu dengan penyakitnya. Kebiasaan masyarakat gemar konsumsi ikan sain dan junk food . hasil observasi lapangan banyak penjual sosis ,otak2 bakar.. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini, dan SLKI & SIKI berdasarkan prevensi primer sekunder dan tersier
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan Prioritas: Risiko Ketidakefektifan Deteksi Dini Kanker Cerviks Komunitas
Definisi: Risiko mengalami ketidakmampuan mendeteksi adanya kanker serviks pada tahap awal, yang dapat berdampak pada prognosis dan penatalaksanaan yang lebih buruk.
Faktor Risiko:
1. Pengetahuan dan perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik pada sebagian besar masyarakat.
2. Stigma dan rasa malu yang menyebabkan penolakan untuk melakukan deteksi dini dan pengobatan.
3. Keterlambatan dalam mencari pengobatan, dengan sebagian besar penderita datang pada stadium lanjut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pengetahuan Masyarakat tentang Deteksi Dini Kanker Serviks Meningkat
2. Sikap Masyarakat terhadap Deteksi Dini Kanker Serviks Positif
3. Perilaku Masyarakat dalam Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks Membaik
4. Angka Deteksi Dini Kanker Serviks Meningkat
5. Angka Kematian akibat Kanker Serviks Menurun
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Intervensi Primer:
1. Pendidikan Kesehatan tentang Kanker Serviks dan Pentingnya Deteksi Dini
2. Advokasi peningkatan akses dan cakupan layanan deteksi dini kanker serviks
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dan kader untuk meningkatkan skrining dan deteksi dini
Intervensi Sekunder:
4. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks (Pap Smear, IVA, dll)
5. Pemantauan dan evaluasi program deteksi dini kanker serviks
6. Dukungan psikososial bagi penderita kanker serviks
Intervensi Tersier:
7. Manajemen kasus penderita kanker serviks stadium lanjut
8. Perawatan paliatif dan manajemen gejala bagi penderita kanker serviks stadium akhir
9. Dukungan psikososial dan spiritual bagi penderita dan keluarga
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan prioritas adalah Risiko Ketidakefektifan Deteksi Dini Kanker Cerviks Komunitas, karena berdasarkan data yang diperoleh, terdapat permasalahan terkait perilaku kesehatan reproduksi yang kurang baik, stigma dan rasa malu yang menyebabkan penolakan untuk deteksi dini, serta keterlambatan dalam mencari pengobatan. Hal ini dapat berdampak pada prognosis dan penatalaksanaan yang lebih buruk.
Luaran/output yang diharapkan mencakup peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait deteksi dini kanker serviks, serta peningkatan angka deteksi dini dan penurunan angka kematian akibat kanker serviks. Intervensi keperawatan dirancang untuk mengatasi permasalahan pada level primer, sekunder, dan tersier, dengan fokus pada pendidikan kesehatan, advokasi, skrining, manajemen kasus, dan dukungan psikososial. -
Article No. 18671 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian Mahasswa Ners UPN di daerah binaan diperoleh data sebanyak 67 dari 512 jumlah semua penduduk usia dewasa wanita menderita CA Cervix . dengan rincian data, banyak 25 % stadium awal , 45 stadium 2 dan 30% Stadium Akhir. Salah satu penyebabnya higiene kesehatan reproduksi yang tidak benar dan 37 % karena faktor genetik/ keturunan, jumlah mortalitas dalam satu tahun terakhir sebanyak 15 orang. Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengatakan hampir semua penderita mengeluh takut akan kematian, tampak murung dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Penderita mengatakan sudah lelah dengan penyakitnya. Hasil wawancara dengan penanggung jawab Puskesmas mengatakan sebagian besar klien datang sudah stadium akhir dan menolak berobat dengan alasan malu dengan penyakitnya. Kebiasaan masyarakat gemar konsumsi ikan sain dan junk food . hasil observasi lapangan banyak penjual sosis ,otak2 bakar.. buatlah 1 diagnosa prioritas untuk askep agregat komunitas ini, dan SLKI & SIKI berdasarkan prevensi primer sekunder dan tersier
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan Agregat Komunitas**
**Diagnosa Prioritas:**
**Gangguan Koping Komunitas (Kode: D.0026)** terkait ketidakmampuan komunitas dalam mengatasi dampak emosional dan perilaku akibat tingginya prevalensi kanker serviks, ditandai dengan ekspresi ketakutan akan kematian, isolasi sosial, penolakan berobat, dan perasaan lelah terhadap penyakit.
---
**Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI**
### **1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode D.0026: Gangguan Koping Komunitas**
**Definisi:** Ketidakmampuan komunitas dalam mengelola stresor (fisik, psikologis, atau sosial) secara adaptif, yang berdampak pada penurunan fungsi kolektif.
**Faktor terkait:**
- Tingginya angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks.
- Stigma sosial dan rendahnya kesadaran kesehatan reproduksi.
- Pola makan tidak sehat (konsumsi ikan asin, junk food).
- Kurangnya dukungan sistem kesehatan dalam edukasi dan deteksi dini.
---
### **2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Berdasarkan Tingkat Prevensi:**
#### **Prevensi Primer (Promosi Kesehatan & Pencegahan Primer)**
**Kode L.15015: Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)**
- Indikator:
- Persentase warga yang memahami higiene genital meningkat.
- Penurunan konsumsi makanan berisiko (ikan asin, junk food).
#### **Prevensi Sekunder (Deteksi Dini & Skrining)**
**Kode L.08003: Peningkatan Partisipasi dalam Skrining Kesehatan**
- Indikator:
- Jumlah wanita usia subur yang melakukan IVA/test Pap smear meningkat.
- Penurunan keterlambatan diagnosis (stadium akhir).
#### **Prevensi Tersier (Rehabilitasi & Dukungan Psikososial)**
**Kode L.14008: Peningkatan Koping Komunitas**
- Indikator:
- Penurunan ekspresi ketakutan akan kematian.
- Peningkatan interaksi sosial penderita.
- Penerimaan terhadap terapi medis.
---
### **3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Berdasarkan Tingkat Prevensi:**
#### **Prevensi Primer**
**Kode I.15010: Edukasi Kesehatan Reproduksi**
- Aktivitas:
- Penyuluhan tentang higiene genital dan diet seimbang.
- Kolaborasi dengan kader untuk kampanye PHBS.
#### **Prevensi Sekunder**
**Kode I.08005: Skrining Kanker Serviks**
- Aktivitas:
- Mobilisasi unit pemeriksaan IVA/Pap smear keliling.
- Pelatihan kader dalam deteksi gejala dini.
#### **Prevensi Tersier**
**Kode I.14020: Dukungan Psikososial**
- Aktivitas:
- Terapi kelompok untuk manajemen kecemasan.
- Pendekatan keluarga untuk mengurangi stigma.
- Rujukan ke konselor atau support group kanker.
---
**Catatan Akademis:**
Intervensi keperawatan komunitas ini mengintegrasikan pendekatan *health promotion*, *early detection*, dan *rehabilitasi* berbasis bukti. Faktor determinan sosial (stigma, pola makan) perlu ditangani secara holistik melalui kolaborasi multidisiplin (Puskesmas, kader, dan organisasi lokal). Pemantauan luaran menggunakan indikator SLKI untuk mengevaluasi efektivitas program.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 18672 | 16 Jun 2025
Klinis : diagnosa keperawatan untuk lingkungan rumah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan defisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi lingkungan rumah.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Lingkungan Buruk (00199)
Definisi: Berisiko mengalami paparan kondisi lingkungan yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00199
- Definisi: Berisiko mengalami paparan kondisi lingkungan yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: LS-13001
- Definisi: Kondisi lingkungan yang aman dan nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: SI-13001
- Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
Sebagai seorang perawat, saya memahami betapa pentingnya lingkungan rumah yang aman dan nyaman bagi kesehatan dan keselamatan pasien. Diagnosa Keperawatan "Risiko Lingkungan Buruk" mengindikasikan bahwa terdapat potensi bahaya di dalam lingkungan rumah yang dapat berdampak negatif pada pasien. Melalui Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), kita dapat mengidentifikasi, menetapkan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk menciptakan lingkungan rumah yang aman dan nyaman bagi pasien. -
Article No. 18673 | 16 Jun 2025
Klinis : BERIKAN DATA MAYOR MINOR DARI Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I67.9
- Deskripsi: Gangguan serebrovaskuler, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemantauan tekanan darah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Penjelasan:
Dalam kasus ini, kondisi "Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi" dapat diklasifikasikan dengan kode ICD-10 I67.9, yang menggambarkan gangguan serebrovaskuler yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Hal ini mencakup gangguan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan risiko perfusi serebral tidak efektif.
Selain itu, prosedur pemantauan tekanan darah (kode ICD-9-CM 99.19) dapat dilakukan untuk mengevaluasi dan mengelola hipertensi, yang merupakan salah satu tanda dari kondisi ini.
Perlu dicatat bahwa penentuan kode diagnosis dan prosedur yang tepat memerlukan penilaian klinis yang menyeluruh oleh tenaga kesehatan yang berwenang, seperti dokter atau perekam medis. Informasi yang diberikan di sini hanya sebagai panduan umum dan tidak dapat menggantikan penilaian profesional. -
Article No. 18674 | 16 Jun 2025
Klinis : BERIKAN DATA MAYOR MINOR DARI Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, akan saya berikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi risiko perfusi serebral tidak efektif yang dibuktikan dengan hipertensi, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (00040)
Definisi SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko terjadinya penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Data Mayor:
1. Hipertensi (kode SDKI: 00034)
2. Pusing atau sakit kepala (kode SDKI: 00118)
3. Perubahan status mental (kode SDKI: 00251)
Data Minor:
1. Riwayat penyakit serebrovaskular (kode SDKI: 00057)
2. Riwayat penyakit kardiovaskular (kode SDKI: 00052)
3. Usia lanjut (kode SDKI: 00030)
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perfusi Serebral (kode SLKI: 10001)
2. Stabilitas Hemodinamik (kode SLKI: 10014)
3. Manajemen Hipertensi (kode SLKI: 10019)
Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan Neurologi (kode SIKI: 30028)
2. Manajemen Hipertensi (kode SIKI: 30071)
3. Terapi Oksigen (kode SIKI: 30096)
Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan bahwa diagnosa keperawatan "Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif" merupakan kondisi yang perlu diperhatikan dengan saksama. Hipertensi, pusing, dan perubahan status mental menjadi data mayor yang mendukung diagnosis ini. Selain itu, riwayat penyakit serebrovaskular, kardiovaskular, dan usia lanjut juga dapat menjadi faktor risiko. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang ditetapkan harus berfokus pada pemantauan neurologi, manajemen hipertensi, dan terapi oksigen untuk mempertahankan perfusi serebral yang optimal. -
Article No. 18675 | 16 Jun 2025
Klinis : BERIKAN DATA MAYOR MINOR DARI Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi mengenai diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta data mayor dan minor untuk kondisi "Risiko perfusi serebral tidak efektif" yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko perfusi serebral tidak efektif (00201)
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan klien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kode dan Definisi:
Risiko perfusi serebral tidak efektif (00201)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengganggu fungsi serebral.
Data Mayor:
1. Hipertensi
2. Perubahan status mental
3. Penurunan tingkat kesadaran
4. Perubahan pupil (miosis, midriasis)
5. Penurunan reflek
6. Perubahan irama pernapasan
Data Minor:
1. Nyeri kepala
2. Mual atau muntah
3. Serangan kejang
4. Perubahan denyut nadi karotis
5. Perubahan perfusi perifer
6. Perubahan motorik
7. Perubahan persepsi sensorik
Dengan persona sebagai pakar dan nurse, saya telah menyajikan informasi mengenai diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta data mayor dan minor untuk kondisi "Risiko perfusi serebral tidak efektif" yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 18676 | 16 Jun 2025
Klinis : BERIKAN DATA MAYOR MINOR DARI Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons yang Anda minta dalam format RTF dengan gaya akademis dan persona pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan**
**Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif** (Kode SDKI: **D.0016**)
**Definisi (SDKI):**
Kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah otak yang dapat mengakibatkan gangguan nutrisi dan oksigenasi jaringan serebral.
**Data Mayor:**
1. Hipertensi (tekanan darah sistolik ?140 mmHg dan/atau diastolik ?90 mmHg) *(utama)*
2. Riwayat aterosklerosis atau stenosis pembuluh darah serebral
3. Keluhan sakit kepala/pusing yang berulang
**Data Minor:**
1. Perubahan status mental (gelisah, disorientasi)
2. Mual/muntah tanpa sebab gastrointestinal
3. Gangguan penglihatan sementara (misal: penglihatan kabur)
**Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Perfusi Serebral Memadai** (Kode SLKI: **L.15001**)
**Kriteria Evaluasi:**
- Tekanan darah dalam rentang target individu
- Tidak ada keluhan pusing/sakit kepala
- Status neurologis stabil (GCS 15, refleks fisiologis normal)
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
1. **Manajemen Hipertensi** (Kode SIKI: **I.15228**)
- Pemantauan tekanan darah per protokol
- Edukasi pembatasan natrium dan manajemen stres
2. **Pemantauan Neurologis** (Kode SIKI: **I.18004**)
- Assess GCS, pupil, dan tanda neurologis fokal tiap 4-8 jam
3. **Optimalisasi Posisi** (Kode SIKI: **I.10025**)
- Tinggikan kepala tempat tidur 30° (kecuali kontraindikasi)
**Catatan Akademis:**
Hipertensi merupakan faktor risiko utama stroke iskemik/hemoragik melalui mekanisme gangguan autoregulasi aliran darah otak. Intervensi berbasis evidence seperti kontrol tekanan darah dan modifikasi gaya hidup menjadi fokus utama pencegahan (rekomendasi JNC-8 dan AHA 2023).
---
Format ini memenuhi standar PPNI dengan kode terkini dan dapat digunakan dalam dokumentasi asuhan keperawatan atau referensi akademis. Perlu *clinical judgment* untuk menyesuaikan data subjektif/objektif pasien. -
Article No. 18589 | 15 Jun 2025
Klinis : DS - pasien mengatakan terdapat luka dikaki kiri yang mengeras dan menghitam, namun tidak nyeri saat dipegang pada area lukanya DO - terdapat luka yang mulai lebih dalam - pada area di sekitar luka menghitam dan keras serta terdapat keropeng
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah Gangguan Integritas Kulit (00046). Kondisi pasien menunjukkan adanya perubahan pada kulit, yaitu luka di kaki kiri yang mengeras, menghitam, dan lebih dalam. Selain itu, juga terdapat keropeng dan area di sekitar luka yang mengeras dan menghitam.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit: Luka (1101)
- Indikator:
- Kondisi luka (110101)
- Proses penyembuhan luka (110102)
- Tanda-tanda infeksi (110104)
- Kriteria Hasil:
- Luka tidak mengalami perburukan dan penyembuhan berlangsung dengan baik
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
- Perubahan warna, tekstur, dan keropeng membaik
2. Perfusi Jaringan: Perifer (0403)
- Indikator:
- Warna kulit (040301)
- Sensasi (040302)
- Suhu kulit (040303)
- Kriteria Hasil:
- Warna kulit pada area luka membaik
- Sensasi di area luka kembali normal
- Suhu kulit di area luka normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka (6540)
- Identifikasi jenis dan karakteristik luka
- Bersihkan luka dengan larutan salin atau antiseptik yang sesuai
- Aplikasikan balutan luka yang tepat, sesuai kondisi luka
- Monitoring tanda-tanda infeksi dan kemajuan penyembuhan luka
- Edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan luka
2. Manajemen Perfusi Jaringan (4062)
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perfusi jaringan
- Pantau tanda-tanda vital dan parameter perfusi jaringan
- Berikan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan perfusi jaringan, seperti posisioning ekstremitas, terapi hangat/dingin, dan mobilisasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya mempertahankan perfusi jaringan yang baik
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan Gangguan Integritas Kulit (00046) dipilih karena kondisi pasien menunjukkan adanya perubahan pada kulit, yaitu luka di kaki kiri yang mengeras, menghitam, dan lebih dalam. Selain itu, juga terdapat keropeng dan area di sekitar luka yang mengeras dan menghitam.
Luaran yang diharapkan adalah Integritas Kulit: Luka (1101) dan Perfusi Jaringan: Perifer (0403). Integritas Kulit: Luka (1101) bertujuan untuk memastikan luka tidak mengalami perburukan dan penyembuhan berlangsung dengan baik, serta tidak ada tanda-tanda infeksi. Perfusi Jaringan: Perifer (0403) bertujuan untuk memastikan warna, sensasi, dan suhu kulit di area luka membaik.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Perawatan Luka (6540) dan Manajemen Perfusi Jaringan (4062). Perawatan Luka (6540) bertujuan untuk mengidentifikasi, membersihkan, dan merawat luka, serta memantau tanda-tanda infeksi dan kemajuan penyembuhan. Manajemen Perfusi Jaringan (4062) bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perfusi jaringan, memantau parameter perfusi, dan memberikan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan perfusi jaringan.
Keseluruhan intervensi ini bertujuan untuk memulihkan integritas kulit dan perfusi jaringan pada pasien, sehingga luka dapat sembuh dengan baik dan tidak terjadi komplikasi. -
Article No. 18590 | 15 Jun 2025
Klinis : - pasien mengatakan terdapat luka dikaki kiri yang mengeras dan menghitam, namun tidak nyeri saat dipegang pada area lukanya - pasien mengatakan luka mulai membesar dan lebih dalam DO - terdapat luka yang mulai lebih dalam - pada area di sekitar luka menghitam dan keras serta terdapat keropeng
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan di bawahnya.
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan terdapat luka di kaki kiri yang mengeras dan menghitam.
- Pasien mengatakan luka mulai membesar dan lebih dalam.
Data Objektif:
- Terdapat luka yang mulai lebih dalam.
- Pada area di sekitar luka menghitam dan keras serta terdapat keropeng.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Integritas Kulit Membaik
Definisi: Kemampuan kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya.
Kriteria Hasil:
- Luka tertutup/sembuh
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Tidak ada pembengkakan
- Tidak ada kemerahan
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka
Tujuan: Mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi.
Aktivitas Keperawatan:
- Cuci luka dengan larutan fisiologis
- Debridemen luka jika perlu
- Aplikasi salep antibiotik atau antimikroba pada luka
- Balut luka dengan perban steril
- Motivasi pasien untuk melakukan perawatan luka secara mandiri
2. Manajemen Perfusi Jaringan
Tujuan: Mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan.
Aktivitas Keperawatan:
- Evaluasi sirkulasi dan sensasi ekstremitas
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik dan mobilisasi
- Ajarkan pasien teknik elevasi ekstremitas
3. Manajemen Nyeri
Tujuan: Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji nyeri pasien secara komprehensif
- Berikan analgesik sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Integritas Kulit" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda kerusakan pada kulit, yaitu luka yang mengeras, menghitam, dan semakin dalam. Luaran yang diharapkan adalah Integritas Kulit Membaik, dengan kriteria hasil luka tertutup/sembuh, tidak ada tanda-tanda infeksi, pembengkakan, atau kemerahan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi Perawatan Luka untuk mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi, Manajemen Perfusi Jaringan untuk mempertahankan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan, serta Manajemen Nyeri untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. -
Article No. 18591 | 15 Jun 2025
Klinis : Pada tanggal 10 Juni 2024 seorang pria usia 27 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai sepeda motor dan bertabrakan dengan pengendara dari arah berlawanan saat mencoba mendahului kendaraan didepannya. Pasien tiba di IGD kurang dari 15 menit setelah kejadian dalam kondisi sadar, tetapi tampak lemah, somnolen, dan gelisah. Ia mengeluh nyeri hebat pada paha kiri dengan intensitas 9 dari 10, terasa panas dan seperti tertusuk, nyeri tersebut datang hilang timbul selama sekitar 30 detik dan menetap terutama saat digerakkan atau dipindahkan. Terdapat perdarahan aktif dari hidung dan mulut yang menyebabkan sumbatan jalan napas disertai suara nafas mendengkur. Frekuensi napas tercatat 28x/menit, dangkal (pola napas), dengan SpO? 91% RA. Napas tidak simetris secara klinis. Tanda vital menunjukkan tekanan darah 96/60 mmHg, nadi 122x/menit lemah dan cepat, capillary refill time >3 detik, serta ekstremitas dingin dan pucat. Hemoglobin pasien 10,2 g/dL dan leukosit meningkat menjadi 26.700/mm³. Pemeriksaan radiologi menunjukkan fraktur terbuka sepertiga tengah femur kiri dengan deformitas yang nyata, serta tidak ditemukan perdarahan intrakranial maupun kelainan pada rongga dada. Pasien diberikan oksigen 3 LPM via nasal cannula, infus RL bolus melalui jalur 18G, serta obat-obatan berupa asam traneksamat 1 gram IV infus lambat selama 10 menit, ketorolac 30 mg IV setiap 6 jam, dan ranitidin 50 mg IV setiap 8 jam. Fraktur diimobilisasi dan tungkai dielevasi. Observasi GCS dilakukan tiap 15 menit, dan direncanakan transfusi PRC bila hemoglobin turun lebih lanjut. Secara spiritual, pasien beragama Islam dan menyampaikan bahwa ia menerima kejadian ini sebagai bentuk peringatan dari Allah SWT, dengan harapan bisa segera pulih dan kembali membantu orang tuanya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, kode, dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Pola Napas Tidak Efektif
- Kode: 00032
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
2. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Kode: 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
3. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
- SDKI: Nyeri Akut
- Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan semacam itu.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perdarahan
- SDKI: Risiko Perdarahan
- Kode: 00206
- Definisi: Rentan mengalami kehilangan darah yang dapat mengancam kehidupan.
5. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- Kode: 00204
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
6. Diagnosa Keperawatan: Ketidakstabilan Hemodinamik
- SDKI: Ketidakstabilan Hemodinamik
- Kode: 00prefiks
- Definisi: Ketidakmampuan mempertahankan fungsi kardiovaskular yang adekuat.
7. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan
- Kode: 00146
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar-samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).
Penjelasan singkat SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk masing-masing diagnosa dapat diberikan jika diperlukan.