Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16665 | 03 May 2025
Klinis : Dukungan Keluarga pada pasien kusta dengan masalah psikososial
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kasus pasien kusta dengan masalah psikososial, dengan menggunakan tone akademis dan persona pakar/perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien kusta dengan masalah psikososial adalah "Perubahan Proses Keluarga". Diagnosa ini menggambarkan adanya perubahan dalam fungsi, struktur, peran, atau dinamika keluarga yang dapat memengaruhi kemampuan keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien kusta.
Karakteristik Definisi:
- Perubahan dalam fungsi, struktur, peran, atau dinamika keluarga.
- Keluarga mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap perubahan.
- Keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan atau memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh pasien kusta.
Faktor Terkait:
- Perubahan dalam struktur keluarga (misal, perceraian, kematian anggota keluarga).
- Perubahan dalam peran dan tanggung jawab anggota keluarga.
- Stres akibat perubahan kondisi pasien kusta.
- Kurangnya pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien kusta.
- Stigma dan diskriminasi terhadap pasien kusta di lingkungan keluarga.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI - Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran/output yang diharapkan setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada pasien kusta dengan masalah psikososial adalah "Dukungan Keluarga Meningkat".
Indikator Luaran:
- Keluarga menunjukkan kepedulian terhadap pasien kusta.
- Keluarga membantu memenuhi kebutuhan pasien kusta.
- Keluarga memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien kusta.
- Keluarga terlibat aktif dalam perawatan pasien kusta.
- Keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan pasien kusta.
- Keluarga mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi pasien kusta.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI - Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran "Dukungan Keluarga Meningkat" pada pasien kusta dengan masalah psikososial adalah:
a. Edukasi Keluarga
- Memberikan informasi tentang penyakit kusta, gejala, proses penyembuhan, dan perawatan yang dibutuhkan.
- Menjelaskan peran dan tanggung jawab keluarga dalam mendukung pasien kusta.
- Mengajarkan keterampilan perawatan dasar yang dapat dilakukan oleh keluarga.
b. Dukungan Emosional Keluarga
- Mendengarkan dan memahami perasaan, kekhawatiran, dan kebutuhan emosional keluarga.
- Memberikan dorongan dan motivasi kepada keluarga untuk tetap mendukung pasien kusta.
- Memfasilitasi diskusi dan pemecahan masalah yang dihadapi keluarga.
c. Kolaborasi Perawatan
- Melibatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan pasien kusta.
- Menyepakati peran dan tanggung jawab keluarga dalam perawatan pasien kusta.
- Memantau dan mengevaluasi partisipasi keluarga dalam perawatan pasien kusta.
d. Manajemen Stres Keluarga
- Mengidentifikasi sumber stres yang dihadapi keluarga.
- Mengajarkan teknik manajemen stres dan koping yang efektif.
- Memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan sosial yang diperlukan.
Melalui intervensi-intervensi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan dukungan keluarga terhadap pasien kusta dengan masalah psikososial, sehingga dapat membantu pasien dalam proses penyembuhan dan pemulihan. -
Article No. 16666 | 03 May 2025
Klinis : Dukungan Keluarga pada pasien kusta dengan masalah psikososial
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien kusta dengan masalah psikososial adalah "Defisit Dukungan Keluarga". Kondisi ini menggambarkan situasi di mana terdapat keterbatasan atau kurangnya dukungan yang diterima pasien dari keluarganya, baik secara emosional, informasional, instrumental, maupun penilaian.
Pasien kusta sering menghadapi stigma dan diskriminasi dari masyarakat, yang dapat membawa dampak buruk pada kondisi psikososialnya. Dalam situasi ini, dukungan keluarga menjadi sangat penting untuk membantu pasien menghadapi tantangan dan mempertahankan kesejahteraan mental serta sosial.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan luaran atau hasil yang ingin dicapai adalah:
1. Peningkatan Dukungan Keluarga
- Keluarga mampu memberikan dukungan emosional kepada pasien.
- Keluarga mampu memberikan dukungan informasional terkait penyakit kusta dan perawatannya.
- Keluarga mampu memberikan dukungan instrumental, seperti membantu dalam aktivitas perawatan diri dan kebutuhan sehari-hari pasien.
- Keluarga mampu memberikan dukungan penilaian, seperti memberikan motivasi dan apresiasi atas upaya pasien.
2. Peningkatan Kemampuan Pasien dalam Mengatasi Masalah Psikososial
- Pasien mampu mengidentifikasi sumber-sumber dukungan yang tersedia.
- Pasien mampu mengembangkan strategi koping yang efektif untuk mengatasi masalah psikososial.
- Pasien menunjukkan penurunan gejala-gejala permasalahan psikososial, seperti kecemasan, depresi, atau isolasi sosial.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Dukungan Keluarga
- Identifikasi struktur, fungsi, dan sumber daya keluarga.
- Memberi edukasi kepada keluarga tentang penyakit kusta, proses perawatan, dan kebutuhan pasien.
- Fasilitasi diskusi keluarga untuk mengidentifikasi peran dan tanggung jawab anggota keluarga dalam memberikan dukungan.
- Kolaborasi dengan keluarga dalam menyusun rencana perawatan yang sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga.
- Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap efektivitas dukungan keluarga.
2. Peningkatan Koping Pasien
- Identifikasi strategi koping yang telah digunakan pasien dan evaluasi efektivitasnya.
- Memberikan konseling dan terapi kognitif-perilaku untuk membantu pasien mengembangkan koping yang lebih adaptif.
- Fasilitasi kelompok dukungan (support group) bagi pasien kusta untuk berbagi pengalaman dan saling memberikan dukungan.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental (psikolog/psikiater) untuk intervensi yang lebih komprehensif, jika diperlukan.
- Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kemampuan koping pasien.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada dukungan keluarga serta peningkatan koping pasien, diharapkan dapat membantu pasien kusta dalam mengatasi masalah psikososial dan mencapai kesejahteraan yang optimal. -
Article No. 16667 | 03 May 2025
Klinis : Dukungan Keluarga pada pasien kusta dengan masalah psikososial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Kusta dengan Masalah Psikososial**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Kode SDKI:** D.0036 – **Kesiapan Ditingkatkan dalam Dukungan Keluarga**
*(Readiness for Enhanced Family Support)*
**Penjelasan Singkat:**
Diagnosa ini menggambarkan kemampuan keluarga untuk memberikan dukungan emosional, instrumental, dan informasional kepada pasien kusta yang mengalami masalah psikososial, namun masih memerlukan penguatan untuk mencapai tingkat optimal. Fokus intervensi adalah meningkatkan keterlibatan keluarga dalam perawatan dan adaptasi psikososial pasien.
---
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
**Kode SLKI:** L.15015 – **Dukungan Keluarga Terpenuhi**
*(Family Support Fulfilled)*
**Kriteria Luaran:**
1. Keluarga mampu mengidentifikasi kebutuhan psikososial pasien.
2. Keluarga menunjukkan keterlibatan aktif dalam perawatan pasien.
3. Keluarga memberikan dukungan emosional (empati, motivasi).
4. Keluarga mendorong partisipasi pasien dalam interaksi sosial.
---
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
**Kode SIKI:** I.15029 – **Peningkatan Dukungan Keluarga**
*(Family Support Enhancement)*
**Intervensi Utama:**
1. **Edukasi Keluarga** (I.14004): Memberikan informasi tentang kusta dan dampak psikososialnya.
2. **Pelatihan Keterampilan Dukungan** (I.15030): Melatih keluarga dalam komunikasi terapeutik dan manajemen stigma.
3. **Konseling Keluarga** (I.15031): Fasilitasi diskusi terbuka untuk mengatasi kecemasan atau penolakan.
4. **Kolaborasi dengan Tim Multidisiplin** (I.18001): Merujuk ke psikolog atau pekerja sosial bila diperlukan.
---
**Dasar Teoritis:**
Pasien kusta sering mengalami isolasi sosial akibat stigma, sehingga dukungan keluarga menjadi determinan utama dalam pemulihan psikososial (WHO, 2020). Intervensi keperawatan berbasis *family-centered care* (FCC) terbukti meningkatkan kualitas hidup pasien (PNI, 2023).
**Referensi:**
- PPNI. (2023). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 6*.
- Kementerian Kesehatan RI. (2021). *Panduan Manajemen Kusta Terintegrasi*.
Format RTF terlampir dapat digunakan untuk dokumentasi asuhan keperawatan.
*(Tone: Akademis | Persona: Pakar Keperawatan)* -
Article No. 16668 | 03 May 2025
Klinis : diabetes gestasional
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi diabetes gestasional, dengan nada akademis dan persona seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (00179)
Definisi: Fluktuasi kadar glukosa darah di atas dan di bawah rentang normal, yang dapat berpotensi membahayakan kesehatan.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00179
Nama: Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Definisi: Fluktuasi kadar glukosa darah di atas dan di bawah rentang normal, yang dapat berpotensi membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1901
Nama: Kendali Kadar Glukosa Darah
Definisi: Tingkat kemampuan individu untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 3820
Nama: Manajemen Diabetes Gestasional
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk membantu individu dengan diabetes gestasional dalam mengelola penyakitnya secara efektif.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan bahwa diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang saya paparkan di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menangani kondisi diabetes gestasional. Kolaborasi yang erat antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan sangat penting dalam mengelola kondisi ini secara komprehensif. -
Article No. 16669 | 03 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi pasien tersebut:
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI: 00030)**
*Definisi:* Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat gangguan difusi alveolus-kapiler.
**Kriteria Hasil (SLKI):**
- **SLKI 3201:** Fungsi pernapasan membaik (frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada sesak napas).
- **SLKI 3202:** Saturasi oksigen dalam batas normal (≥95%).
- **SLKI 3203:** Tidak ada tanda hipoksia (sianosis, gelisah).
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
- **SIKI 3310:** Memonitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman).
- **SIKI 3311:** Memberikan oksigen tambahan sesuai kebutuhan.
- **SIKI 3312:** Posisikan pasien semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi.
- **SIKI 3313:** Ajarkan teknik batuk efektif dan napas dalam.
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (SDKI: 00031)**
*Definisi:* Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas.
**Kriteria Hasil (SLKI):**
- **SLKI 3301:** Jalan napas paten (tidak ada suara napas abnormal seperti ronki atau wheezing).
- **SLKI 3302:** Produksi sputum berkurang atau terkontrol.
- **SLKI 3303:** Pasien mampu mengeluarkan sekret secara efektif.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
- **SIKI 3320:** Auskultasi suara napas secara berkala.
- **SIKI 3321:** Berikan terapi nebulizer/bronkodilator sesuai indikasi.
- **SIKI 3322:** Lakukan fisioterapi dada dan postural drainage.
- **SIKI 3323:** Anjurkan hidrasi adekuat untuk mengencerkan dahak.
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Intoleransi Aktivitas (SDKI: 00092)**
*Definisi:* Kondisi ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
**Kriteria Hasil (SLKI):**
- **SLKI 4301:** Pasien mampu melakukan aktivitas sesuai toleransi.
- **SLKI 4302:** Tanda vital stabil selama aktivitas (tidak ada takikardia atau desaturasi).
- **SLKI 4303:** Pasien melaporkan peningkatan stamina secara bertahap.
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
- **SIKI 4330:** Bantu pasien dalam aktivitas sesuai kebutuhan.
- **SIKI 4331:** Rencanakan periode istirahat yang cukup.
- **SIKI 4332:** Latihan napas dalam untuk meningkatkan efisiensi pernapasan.
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI: 00002)**
*Definisi:* Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik akibat anoreksia atau peningkatan kebutuhan energi.
**Kriteria Hasil (SLKI):**
- **SLKI 1101:** Berat badan stabil atau meningkat sesuai target.
- **SLKI 1102:** Asupan nutrisi adekuat (≥80% dari kebutuhan harian).
- **SLKI 1103:** Tidak ada tanda malnutrisi (kelemahan, hipoalbuminemia).
**Intervensi Keperawatan (SIKI):**
- **SIKI 1210:** Monitor asupan dan berat badan secara berkala.
- **SIKI 1211:** Berikan diet tinggi kalori dan protein.
- **SIKI 1212:** Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyusunan menu.
---
### **Catatan Tambahan:**
- **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)** digunakan untuk menegakkan diagnosa.
- **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)** merupakan kriteria hasil yang diharapkan.
- **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** berisi tindakan keperawatan yang direkomendasikan.
Semua kode mengacu pada **PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)** dan dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).* Jakarta: PPNI.
---
*Semoga penjelasan ini dapat membantu dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan.* -
Article No. 16670 | 03 May 2025
Klinis : diabetes gestasional
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan untuk Diabetes Gestasional**
*(Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI)*
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode: D.0016** – **Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah**
**Definisi:** Risiko peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada ibu hamil dengan diabetes gestasional, yang dapat berdampak pada ibu dan janin.
**Faktor Risiko:**
- Resistensi insulin akibat perubahan hormonal selama kehamilan.
- Pola makan tidak seimbang (asupan karbohidrat berlebihan).
- Riwayat obesitas atau diabetes mellitus tipe 2 dalam keluarga.
- Kurangnya aktivitas fisik.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode: L.15012** – **Kadar Glukosa Darah Stabil**
**Kriteria Evaluasi:**
- Kadar glukosa darah puasa: 70–95 mg/dL.
- Kadar glukosa darah 2 jam postprandial: <120 mg/dL.
- Tidak ada gejala hipoglikemia (lemah, berkeringat) atau hipergllikemia (poliuri, polidipsi).
- Pemantauan glukosa darah mandiri sesuai anjuran.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode: I.12038** – **Manajemen Diabetes Gestasional**
**Tindakan:**
- **Edukasi Nutrisi:**
- Anjurkan diet seimbang dengan indeks glikemik rendah (contoh: sayuran non-tepung, protein lean).
- Batasi asupan karbohidrat sederhana (gula, tepung).
- **Pemantauan Glukosa:**
- Ajarkan teknik pemeriksaan glukosa darah mandiri.
- Dokumentasi hasil pemantauan harian.
- **Aktivitas Fisik:**
- Rekomendasikan olahraga ringan (jalan kaki 30 menit/hari) setelah konsultasi dokter.
- **Kolaborasi:**
- Rujuk ke ahli gizi untuk penyesuaian diet.
- Koordinasi dengan dokter untuk evaluasi kebutuhan insulin/oral antidiabetik.
---
### **Penjelasan Singkat**
Diabetes gestasional memerlukan pendekatan holistik untuk mencegah komplikasi (makrosomia janin, preeklampsia). SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan kerangka kerja standar bagi perawat dalam asesmen, perencanaan, dan evaluasi berbasis evidence-based practice.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 4*.
- PPNI. (2018). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 3*.
- American Diabetes Association (ADA). (2023). *Standards of Medical Care in Diabetes*.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis/resep elektronik)* -
Article No. 16671 | 03 May 2025
Klinis : Seorang pria berusia 35 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien ditemukan dalam keadaan tidak sadar di lokasi kejadian dan segera dievakuasi menggunakan ambulans. Saat tiba di IGD, pasien tampak mengalami distress pernapasan, dengan frekuensi napas 30 kali/menit, nadi 120 kali/menit, tekanan darah 90/60 mmHg, dan SpO2 89% dengan pemberian oksigen nasal kanul. Pemeriksaan awal menunjukkan adanya deformitas pada lengan kanan yang mengarah pada fraktur humerus, nyeri hebat pada panggul yang dicurigai sebagai fraktur pelvis, serta tanda-tanda trauma dada berupa takipnea dan suara napas menurun pada hemitoraks kanan. Pasien juga mengalami distensi abdomen yang mencurigakan adanya perdarahan intra-abdomen. Selain itu, pasien tidak dapat menggerakkan kedua kakinya, dan hasil pemeriksaan neurologis menunjukkan adanya defisit sensorik dan motorik di ekstremitas bawah yang mencurigakan fraktur cervical.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Kondisi Pasien:**
Pasien pria usia 35 tahun dengan *trauma multipel* pasca kecelakaan lalu lintas, meliputi:
- Gangguan kesadaran (*tidak sadar*)
- *Distress pernapasan* (RR: 30x/menit, SpO₂ 89% dengan O₂ nasal kanul)
- Tanda *syok hipovolemik* (nadi: 120x/menit, TD: 90/60 mmHg)
- *Fraktur humerus kanan*, *fraktur pelvis*, *trauma dada* (suara napas menurun hemitoraks kanan)
- *Distensi abdomen* (curiga perdarahan intra-abdomen)
- *Defisit neurologis* (tidak bisa menggerakkan kaki, defisit sensorik-motorik ekstremitas bawah, curiga fraktur servikal).
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama:**
**SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) – Kode: 00031**
**Gangguan Pertukaran Gas**
*Definisi:* Kondisi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh akibat trauma dada, perdarahan, atau gangguan ventilasi.
**Data Pendukung:**
- Takipnea (RR: 30x/menit)
- SpO₂ 89% (hipoksemia)
- Suara napas menurun hemitoraks kanan (curiga hemotoraks/pneumotoraks).
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – Kode: 0401**
**Perbaikan Pertukaran Gas**
*Kriteria:*
- Frekuensi napas dalam rentang normal (12–20x/menit)
- SpO₂ ≥ 95%
- Suara napas simetris dan jelas.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) – Kode: 3310**
**Manajemen Jalan Napas**
*Tindakan:*
- Pasang *non-rebreathing mask* (target SpO₂ > 92%)
- Persiapan *chest tube* jika ada indikasi pneumotoraks
- Posisi semi-Fowler (jika tidak kontraindikasi fraktur servikal)
- Kolaborasi radiologi toraks dan analisis gas darah.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan Sekunder:**
**SDKI – Kode: 00029**
**Perfusi Jaringan Tidak Efektif**
*Definisi:* Penurunan suplai darah sistemik akibat perdarahan atau syok hipovolemik.
**Data Pendukung:**
- TD: 90/60 mmHg, nadi: 120x/menit (tanda syok)
- Distensi abdomen (curiga perdarahan intra-abdomen)
- Fraktur pelvis (risiko perdarahan masif).
**SLKI – Kode: 0302**
**Stabilitas Sirkulasi**
*Kriteria:*
- TD ≥ 110/70 mmHg
- Nadi 60–100x/menit
- Pengisian kapiler < 3 detik.
**SIKI – Kode: 2120**
**Resusitasi Cairan**
*Tindakan:*
- Pasang 2 jalur IV *large bore* (16G/18G)
- Berikan kristaloid (RL/Nacl 0.9%) bolus 500–1000 mL
- Kolaborasi transfusi PRC jika Hb < 7 g/dL
- Pantau *output urine* (target > 0,5 mL/kg/jam).
---
### **3. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**SDKI – Kode: 00146**
**Risiko Disfungsi Neurovaskuler**
*Definisi:* Ancaman gangguan aliran darah/saraf akibat fraktur atau kompresi spinal.
**Data Pendukung:**
- Defisit motorik-sensorik ekstremitas bawah
- Curiga fraktur servikal.
**SLKI – Kode: 0703**
**Proteksi Saraf Tepi**
*Kriteria:*
- Tidak ada deteriorasi fungsi sensorik/motorik
- Nyeri terkontrol (skala ≤ 3).
**SIKI – Kode: 6410**
**Imobilisasi Ekstremitas**
*Tindakan:*
- Pasang *cervical collar*
- Hindari manipulasi tulang belakang
- Kolaborasi CT-scan/MRI spinal.
---
### **Catatan Penting:**
- Prioritas intervensi: **ABC (Airway-Breathing-Circulation)**
- Kolaborasi multidisiplin (dokter bedah, ortopedi, neurologi) untuk penanganan fraktur dan perdarahan.
**Referensi:**
- *PPNI (2023). Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia.*
- *ATLS Guidelines (10th Ed.) untuk Manajemen Trauma.*
*(Format RTF siap dicetak/digunakan dalam dokumentasi keperawatan).* -
Article No. 16672 | 03 May 2025
Klinis : BAK KEMERAHAN PUCAT
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi BAK kemerahan pucat secara rinci dan terperinci dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi BAK kemerahan pucat adalah "Perubahan Eliminasi Urin". Perubahan Eliminasi Urin didefinisikan sebagai perubahan pada frekuensi, jumlah, penampilan, atau kemampuan untuk mengontrol pengeluaran urin yang berbeda dari pola normal. Kondisi BAK kemerahan pucat dapat menjadi salah satu gejala dari perubahan eliminasi urin.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Pemulihan pola eliminasi urin yang normal, ditandai dengan warna urin yang kembali kuning dan tidak pucat.
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi saluran kemih, seperti nyeri saat BAK, demam, atau rasa tidak nyaman di area bawah perut.
3. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan perubahan eliminasi urin dan strategi untuk mencegah terjadinya kembali.
4. Pasien dapat melakukan perawatan diri yang tepat untuk masalah eliminasi urin.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Monitor Eliminasi: Mengkaji pola, frekuensi, jumlah, dan karakteristik urin pasien secara berkala.
2. Manajemen Eliminasi: Mengatur jadwal dan memfasilitasi eliminasi urin pasien sesuai kebutuhan.
3. Edukasi Pasien: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyebab dan manajemen perubahan eliminasi urin.
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pemberian terapi yang sesuai.
5. Perawatan Kebersihan: Membantu pasien menjaga kebersihan area genital dan melakukan perawatan kulit yang tepat.
6. Pencegahan Komplikasi: Mengidentifikasi dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat perubahan eliminasi urin.
Dengan memberikan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mengembalikan pola eliminasi urin yang normal. -
Article No. 16673 | 03 May 2025
Klinis : | No. | TANGGAL | DATA | ETIOLOGI | MASALAH KEPERAWATAN | | --- | -------------- | --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- | --------------------------------------------- | ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ | | 1 | \[Isi tanggal] | **DS**: Ibu mengatakan anak sesak sejak Desember, memburuk 3 hari terakhir, batuk berdahak putih, pilek.
**DO**: RR 30x/m, rhonki (+/+), SpO2 95%, stridor (+), BB 8 kg, TB 77 cm.
**Data Mayor**: Sesak napas, rhonki paru, SpO2 menurun, stridor.
**Data Minor**: Batuk, pilek, riwayat bronkopneumonia, berat badan rendah. | Infeksi saluran napas bawah (bronkopneumonia) | Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret ditandai dengan batuk, rhonki, stridor, SpO2 95%. | | 2 | \[Isi tanggal] | **DS**: Ibu mengatakan anak belum bisa melakukan aktivitas apapun.
**DO**: Otot hipotrofi, clonus (+), BB 8 kg, TB 77 cm, LK 42 cm, belum bisa melakukan milestone sesuai usia, riwayat CP, mikrocephaly.
**Data Mayor**: Anak tidak bisa melakukan aktivitas, clonus (+), otot hipotrofi.
**Data Minor**: Riwayat CP, BB dan TB tidak sesuai usia. | Gangguan neuromuskular (cerebral palsy) | Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai dengan hipotrofi otot, clonus (+), tidak mampu melakukan aktivitas. | | 3 | \[Isi tanggal] | **DS**: Ibu mengatakan anak tidak nafsu makan dan berat badan tidak naik.
**DO**: BB 8 kg, status gizi marasmus, makan lewat OGT, asupan nutrisi tidak adekuat.
**Data Mayor**: Berat badan kurang, asupan tidak adekuat.
**Data Minor**: Anak menggunakan OGT, status gizi marasmus. | Asupan nutrisi tidak adekuat | Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan BB 8 kg, marasmus, OGT. | | 4 | \[Isi tanggal] | **DS**: Ibu mengatakan anak kejang 2 hari lalu selama 1 menit.
**DO**: Riwayat epilepsi, menggunakan fenobarbital dan asam valproat.
**Data Mayor**: Riwayat kejang, penggunaan antikonvulsan.
**Data Minor**: Tidak ada kejang saat ini. | Gangguan impuls listrik otak (epilepsi) | Risiko cedera berhubungan dengan aktivitas kejang. |ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya:
1. Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Kode SDKI: 00031
Definisi SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
SLKI:
Kode: 01001
Definisi: Kemampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SIKI:
Kode: 3240
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan bersihan jalan napas.
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Kode SDKI: 00085
Definisi SDKI: Keterbatasan dalam gerakan fisik tubuh atau salah satu atau lebih ekstremitas.
SLKI:
Kode: 01022
Definisi: Kemampuan untuk melakukan gerakan tubuh secara mandiri.
SIKI:
Kode: 0208
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memfasilitasi atau mempertahankan mobilitas fisik.
3. Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Kode SDKI: 00002
Definisi SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI:
Kode: 01029
Definisi: Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
SIKI:
Kode: 1100
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
4. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera
Kode SDKI: 00035
Definisi SDKI: Resiko mengalami luka fisik akibat interaksi dengan lingkungan atau karena kondisi kesehatan.
SLKI:
Kode: 01050
Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera.
SIKI:
Kode: 6460
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko cedera pada pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 16674 | 03 May 2025
Klinis : | No. | TANGGAL | DATA | ETIOLOGI | MASALAH KEPERAWATAN | | --- | -------------- | --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- | --------------------------------------------- | ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ | | 1 | \[Isi tanggal] | **DS**: Ibu mengatakan anak sesak sejak Desember, memburuk 3 hari terakhir, batuk berdahak putih, pilek.
**DO**: RR 30x/m, rhonki (+/+), SpO2 95%, stridor (+), BB 8 kg, TB 77 cm.
**Data Mayor**: Sesak napas, rhonki paru, SpO2 menurun, stridor.
**Data Minor**: Batuk, pilek, riwayat bronkopneumonia, berat badan rendah. | Infeksi saluran napas bawah (bronkopneumonia) | Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret ditandai dengan batuk, rhonki, stridor, SpO2 95%. | | 2 | \[Isi tanggal] | **DS**: Ibu mengatakan anak belum bisa melakukan aktivitas apapun.
**DO**: Otot hipotrofi, clonus (+), BB 8 kg, TB 77 cm, LK 42 cm, belum bisa melakukan milestone sesuai usia, riwayat CP, mikrocephaly.
**Data Mayor**: Anak tidak bisa melakukan aktivitas, clonus (+), otot hipotrofi.
**Data Minor**: Riwayat CP, BB dan TB tidak sesuai usia. | Gangguan neuromuskular (cerebral palsy) | Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai dengan hipotrofi otot, clonus (+), tidak mampu melakukan aktivitas. | | 3 | \[Isi tanggal] | **DS**: Ibu mengatakan anak tidak nafsu makan dan berat badan tidak naik.
**DO**: BB 8 kg, status gizi marasmus, makan lewat OGT, asupan nutrisi tidak adekuat.
**Data Mayor**: Berat badan kurang, asupan tidak adekuat.
**Data Minor**: Anak menggunakan OGT, status gizi marasmus. | Asupan nutrisi tidak adekuat | Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan BB 8 kg, marasmus, OGT. | | 4 | \[Isi tanggal] | **DS**: Ibu mengatakan anak kejang 2 hari lalu selama 1 menit.
**DO**: Riwayat epilepsi, menggunakan fenobarbital dan asam valproat.
**Data Mayor**: Riwayat kejang, penggunaan antikonvulsan.
**Data Minor**: Tidak ada kejang saat ini. | Gangguan impuls listrik otak (epilepsi) | Risiko cedera berhubungan dengan aktivitas kejang. |ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kode 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau rintangan dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kode 00403 - Bersihan Jalan Napas
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Kode 03750 - Manajemen Jalan Napas, Kode 03060 - Manajemen Batuk
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Kode 00085
- Definisi: Keterbatasan dalam satu atau lebih dimensi pergerakan fisik yang memengaruhi kemampuan untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan.
- SLKI: Kode 00406 - Mobilitas
- SIKI: Kode 00180 - Peningkatan Mobilitas, Kode 00181 - Perawatan Aktivitas dan Latihan
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Kode 00002
- Definisi: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Kode 00405 - Status Nutrisi
- SIKI: Kode 01100 - Manajemen Nutrisi, Kode 01120 - Pemberian Makan
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera
- SDKI: Kode 00155
- Definisi: Berada dalam bahaya yang dapat menyebabkan kerusakan fisik.
- SLKI: Kode 00412 - Keamanan
- SIKI: Kode 00840 - Manajemen Risiko, Kode 00842 - Manajemen Kejang
Harap diingat bahwa diagnosa keperawatan dan kodenya dapat berbeda sesuai dengan pembaharuan yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Selalu perlu memastikan referensi terbaru.