Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16655 | 03 May 2025
Klinis : Gds 450, pengobatan dm sudah 2 tahun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu Gds 450 dan pengobatan DM sudah 2 tahun, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Intake Lebih dari Kebutuhan
Definisi: Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik tubuh.
Penyebab: Kurangnya pengetahuan terkait diet yang sesuai, ketidakmampuan dalam mengontrol asupan makanan, gaya hidup yang tidak sehat.
Karakteristik Definisi: Berat badan berlebih, kadar glukosa darah tinggi, pola makan yang tidak sehat.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi
Definisi: Keadaan di mana asupan nutrisi seimbang dengan kebutuhan metabolik tubuh.
Kriteria Hasil:
- Berat badan dalam rentang normal
- Kadar glukosa darah dalam batas normal
- Pola makan yang sehat dan terkontrol
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
Tujuan: Membantu klien mengatur asupan nutrisi sesuai kebutuhan.
Aktivitas:
- Mengkaji status nutrisi klien (riwayat makan, berat badan, glukosa darah, dll.)
- Menyusun rencana diet bersama klien yang sesuai dengan kondisi kesehatan
- Memberikan edukasi tentang diet yang sehat dan seimbang bagi penderita DM
- Memantau asupan makanan dan minuman klien serta kadar glukosa darah secara berkala
- Memberikan motivasi dan dukungan pada klien untuk mematuhi rencana diet
2. Manajemen Diabetes Mellitus
Tujuan: Membantu klien dalam mengontrol gejala dan komplikasi Diabetes Mellitus.
Aktivitas:
- Mengkaji riwayat dan pengobatan DM klien
- Mengevaluasi efektivitas pengobatan DM saat ini
- Memberikan edukasi tentang Diabetes Mellitus, pengobatan, dan pengelolaan diri
- Memantau kadar glukosa darah dan tanda-tanda komplikasi secara berkala
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola DM klien secara holistik
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan kondisi yang diberikan. Saya harap informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 16656 | 03 May 2025
Klinis : Gds 450, pengobatan dm sudah 2 tahun, rencana operasi herniorafi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan adalah:
1. Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah Terkait Komplikasi Diabetes Melitus Tidak Terkendali yang Ditandai dengan Gula Darah Sewaktu 450 mg/dL.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kadar Glukosa Darah Terkendali, dengan target Gula Darah Sewaktu 80-180 mg/dL.
2. Tidak Terjadi Komplikasi Diabetes Melitus Akut (Ketoasidosis Diabetik atau Hipoglikemia).
3. Pasien Mampu Melakukan Perawatan Mandiri yang Efektif untuk Mengendalikan Kadar Glukosa Darah.
4. Pasien Siap Menjalani Prosedur Operasi Herniorafi dengan Kondisi Medis yang Stabil.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah secara Ketat, Minimal 4 Kali Sehari.
2. Pemberian Insulin sesuai Kebutuhan dan Instruksi Dokter untuk Mencapai Kontrol Glikemik yang Optimal.
3. Edukasi dan Konseling Terkait Manajemen Diabetes Melitus, Termasuk Pengaturan Diet, Aktivitas Fisik, dan Pemantauan Gula Darah.
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain (Dokter, Ahli Gizi, Ahli Farmasi) untuk Optimalisasi Pengelolaan Diabetes Melitus.
5. Persiapan Pra-Operasi, Termasuk Stabilisasi Kadar Glukosa Darah, Pencegahan Komplikasi, dan Koordinasi dengan Tim Bedah.
6. Pemberian Dukungan Emosional dan Psikologis Selama Masa Persiapan dan Pelaksanaan Operasi.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah Terkait Komplikasi Diabetes Melitus Tidak Terkendali merupakan diagnosa yang sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki Gula Darah Sewaktu 450 mg/dL dan telah menderita Diabetes Melitus selama 2 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengendalian diabetes pasien belum optimal, sehingga berisiko mengalami komplikasi akut.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kadar Glukosa Darah Terkendali: Ini merupakan tujuan utama, untuk mencegah terjadinya komplikasi akut dan mempersiapkan pasien menjalani prosedur operasi dengan kondisi medis yang stabil.
2. Tidak Terjadi Komplikasi Diabetes Melitus Akut: Komplikasi seperti ketoasidosis diabetik atau hipoglikemia dapat mengancam jiwa pasien, sehingga harus dicegah.
3. Pasien Mampu Melakukan Perawatan Mandiri yang Efektif: Edukasi dan pelatihan yang diberikan harus dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola diabetes secara mandiri.
4. Pasien Siap Menjalani Prosedur Operasi Herniorafi: Stabilisasi kondisi medis, khususnya kadar glukosa darah, merupakan hal penting sebelum menjalani tindakan operasi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah secara Ketat: Ini diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dan mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi.
2. Pemberian Insulin sesuai Kebutuhan: Insulin merupakan terapi utama untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes tidak terkendali.
3. Edukasi dan Konseling Terkait Manajemen Diabetes: Edukasi mencakup pengaturan diet, aktivitas fisik, dan pemantauan gula darah, untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam merawat diri.
4. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lain: Koordinasi dengan dokter, ahli gizi, dan ahli farmasi diperlukan untuk optimalisasi pengelolaan diabetes.
5. Persiapan Pra-Operasi: Stabilisasi kadar glukosa darah, pencegahan komplikasi, dan koordinasi dengan tim bedah harus dilakukan sebelum operasi.
6. Pemberian Dukungan Emosional dan Psikologis: Kondisi pasien yang membutuhkan operasi dapat menimbulkan stres, sehingga dukungan emosional dan psikologis diperlukan.
Kesimpulannya, asuhan keperawatan yang komprehensif, meliputi pemantauan, pengelolaan, edukasi, kolaborasi, dan dukungan emosional, diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan bagi pasien dengan kondisi diabetes tidak terkendali yang akan menjalani prosedur operasi. -
Article No. 16657 | 03 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan sesak nafas kadar oksigen 80 terdengar suara whizing pada kedua paru
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda tanyakan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu pasien mengeluhkan sesak napas dengan kadar oksigen 80% serta terdengar suara whizing pada kedua paru, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Pola Napas Tidak Efektif" (SDKI).
Gangguan Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengakibatkan ketidakadekuatan ventilasi dan/atau oksigenasi. Kondisi ini ditandai dengan adanya sesak napas, peningkatan usaha napas, serta suara napas abnormal (seperti whizing) yang dapat mengganggu fungsi fisiologis normal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, maka luaran yang diharapkan adalah:
1. Pola Napas Efektif
Kriteria hasil:
a. Frekuensi napas dalam rentang normal (12-20 x/menit)
b. Kedalaman napas dalam rentang normal
c. Irama napas teratur
d. Tidak ada tanda-tanda distress pernapasan (contoh: penggunaan otot bantu napas, retraksi dinding dada, dll)
e. Saturasi oksigen dalam darah (SpO2) ≥ 95%
2. Kemampuan Bernapas Meningkat
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat melakukan teknik pernapasan yang efektif
b. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas
c. Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi pernafasan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/outcome yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
a. Posisikan pasien dalam posisi semifowler atau fowler untuk memaksimalkan ekspansi paru
b. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan pasien (contoh: nasal kanul, masker oksigen)
c. Lakukan suction jika diperlukan untuk membebaskan jalan napas dari sekret
d. Monitor tanda-tanda vital (frekuensi napas, saturasi oksigen, dll) secara berkala
2. Manajemen Ventilasi
a. Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik atau pursed-lip breathing
b. Bantu pasien melakukan latihan batuk efektif
c. Optimalkan fungsi paru dengan pemberian bronkodilator atau mukolitik jika diindikasikan
3. Manajemen Kenyamanan
a. Lakukan manajemen nyeri jika pasien mengalami nyeri dada atau otot pernapasan
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pengelolaan sesak napas
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada manajemen jalan napas, ventilasi, serta kenyamanan pasien, diharapkan dapat membantu mencapai luaran/outcome yang diharapkan yaitu pola napas yang efektif dan peningkatan kemampuan bernapas pada pasien. -
Article No. 16658 | 03 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan sesak nafas terdapat banyak lendir pada jalan nafas terdengar suara ronhi pada kedua paru
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan sesak nafas, banyak lendir pada jalan nafas, dan suara ronki pada kedua paru adalah "Gangguan Bersihan Jalan Napas" (SDKI).
Penjelasan:
Pasien mengalami sesak nafas yang disebabkan oleh adanya banyak lendir pada jalan nafas, sehingga mengganggu proses ventilasi dan oksigenasi. Suara ronki yang terdengar pada kedua paru mengindikasikan adanya hambatan atau obstruksi pada jalan napas, yang dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam membersihkan jalan napas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat bernafas dengan lancar tanpa hambatan
- Bunyi pernapasan normal, tidak ada ronki atau suara napas tambahan
- Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif
2. Status Pertukaran Gas Membaik
- Pasien mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
- Tidak ada gejala hipoksemia (seperti sianosis, kelelahan, pusing)
- Hasil analisis gas darah dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Posisikan pasien dengan posisi yang memfasilitasi ventilasi
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen
- Lakukan suction untuk membantu mengeluarkan sekret
- Berikan obat bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
2. Manajemen Sekresi
- Auskultasi dan monitor bunyi napas pasien secara berkala
- Dorong dan bantu pasien untuk batuk dan ekspektorasi
- Lakukan fisioterapi dada dan teknik pernapasan jika perlu
- Berikan humidifikasi oksigen untuk membantu melembapkan sekresi
3. Peningkatan Ventilasi
- Monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien
- Ajarkan teknik pernapasan yang benar dan lakukan latihan pernapasan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan terapi oksigen jika diperlukan
- Pantau dan catat intake dan output cairan pasien
Penjelasan rinci:
Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif, meningkatkan ventilasi, dan memperbaiki status pertukaran gas pada pasien. Manajemen jalan napas dan sekresi dilakukan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Peningkatan ventilasi dilakukan melalui pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, dan latihan pernapasan untuk memaksimalkan fungsi paru-paru. Kolaborasi dengan tim medis juga penting untuk pengaturan terapi yang tepat. -
Article No. 16659 | 03 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan demam suhu 39 teraba panas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang komprehensif terkait kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang disebutkan, yaitu pasien mengeluhkan demam dengan suhu 39 derajat Celsius dan teraba panas, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Hipertermia" (SDKI 2017). Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,8 derajat Celsius yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh kembali normal (SLKI 2019)
2. Tanda-tanda vital stabil (SLKI 2019)
3. Pasien dapat mengenali tanda dan gejala hipertermia (SLKI 2019)
4. Pasien mampu melakukan tindakan untuk menurunkan suhu tubuh (SLKI 2019)
5. Pasien menunjukkan peningkatan kenyamanan (SLKI 2019)
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala (SIKI 2018)
2. Pemberian kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh (SIKI 2018)
3. Pemberian obat penurun demam sesuai instruksi dokter (SIKI 2018)
4. Peningkatan asupan cairan oral/parenteral (SIKI 2018)
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang hipertermia dan manajemen demam (SIKI 2018)
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab demam (SIKI 2018)
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa keperawatan "Hipertermia" dipilih karena pasien menunjukkan gejala peningkatan suhu tubuh di atas 37,8 derajat Celsius. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan termoregulasi.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan berfokus pada pemulihan kondisi pasien, peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam mengelola demam, serta peningkatan kenyamanan. Hal ini penting untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat hipertermia yang berkepanjangan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, pemberian terapi penurun demam, peningkatan asupan cairan, edukasi kepada pasien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Semua intervensi ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh, mencegah komplikasi, dan memfasilitasi pemulihan pasien.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan dapat membantu pasien mencapai luaran yang optimal dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 16660 | 03 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan kesulitan jalan ke kamar mandi setelah tindakan operasi karena terpasang pen
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta terkait kondisi pasien dengan kesulitan berjalan ke kamar mandi setelah tindakan operasi karena terpasang pen.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Mobilitas fisik terganggu" dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Diagnosa ini menggambarkan keadaan di mana pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja dan bebas, seperti kesulitan berjalan ke kamar mandi setelah tindakan operasi.
Luaran/Output SLKI:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1. Pasien dapat melakukan aktivitas mobilisasi dengan bantuan minimal.
2. Pasien dapat berjalan ke kamar mandi dengan aman dan nyaman.
3. Pasien dapat mempertahankan tingkat aktivitas fisik sesuai dengan kondisi pasca operasi.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai tujuan luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen mobilitas: Membantu pasien dalam melakukan mobilisasi, seperti berjalan ke kamar mandi, dengan bantuan peralatan atau alat bantu yang sesuai (misalnya walker, kursi roda, atau kruk).
2. Peningkatan mobilitas: Memberikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti latihan pergerakan sendi, latihan kekuatan otot, dan latihan keseimbangan, untuk meningkatkan kemampuan mobilitas.
3. Edukasi pasien dan keluarga: Memberikan edukasi tentang pentingnya mobilisasi, cara yang aman dan benar, serta peran keluarga dalam mendukung proses pemulihan.
4. Manajemen nyeri: Mengevaluasi dan mengelola nyeri yang mungkin dirasakan pasien saat melakukan mobilisasi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kenyamanan pasien dalam beraktivitas.
5. Pencegahan jatuh: Mengidentifikasi risiko jatuh pasien dan menerapkan intervensi yang sesuai, seperti penggunaan alat bantu yang aman, modifikasi lingkungan, dan pengawasan yang memadai.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Mobilitas fisik terganggu" menggambarkan kondisi pasien yang mengalami keterbatasan dalam melakukan pergerakan fisik yang disengaja dan bebas, dalam kasus ini, kesulitan berjalan ke kamar mandi setelah tindakan operasi. Luaran/output yang diharapkan meliputi kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas mobilisasi dengan bantuan minimal, berjalan ke kamar mandi dengan aman dan nyaman, serta mempertahankan tingkat aktivitas fisik sesuai dengan kondisi pasca operasi.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen mobilitas, peningkatan mobilitas, edukasi pasien dan keluarga, manajemen nyeri, serta pencegahan jatuh. Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam melakukan mobilisasi yang aman dan nyaman, meningkatkan kemampuan fisik, memberikan pemahaman dan dukungan, serta mencegah komplikasi terkait dengan mobilitas yang terganggu.
Keseluruhan intervensi ini dilakukan secara kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya, seperti fisioterapis, untuk memastikan pemulihan pasien yang optimal sesuai dengan kondisi dan kebutuhan individual. -
Article No. 16661 | 03 May 2025
Klinis : Menarik diri, kehilangan minat, insomnia, kelelahan, perasaan tidak berharga, putus asa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dengan kode dan definisi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Menarik diri, kehilangan minat, insomnia, kelelahan, perasaan tidak berharga, putus asa:
1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir: Depresi
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10007
Definisi: Keadaan subyektif individu yang ditandai oleh perasaan sedih, kehilangan minat, gangguan tidur, kelelahan, perasaan tidak berharga, dan putus asa.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10005
Definisi: Keadaan individu yang menunjukkan perubahan suasana hati, pikiran, dan perilaku yang disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, sosial, dan lingkungan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10022
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan proses pikir: depresi.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Proses Pikir: Depresi" menggambarkan kondisi individu yang mengalami perubahan suasana hati, pikiran, dan perilaku yang ditandai oleh perasaan sedih, kehilangan minat, gangguan tidur, kelelahan, perasaan tidak berharga, dan putus asa. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) mendefinisikan kondisi ini secara lebih rinci, sedangkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjelaskan keadaan individu yang mengalami perubahan suasana hati, pikiran, dan perilaku akibat faktor biologis, psikologis, sosial, dan lingkungan. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan panduan bagi perawat dalam memberikan intervensi yang tepat untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan proses pikir: depresi. -
Article No. 16662 | 03 May 2025
Klinis : Menarik diri, kehilangan minat, insomnia, kelelahan, perasaan tidak berharga, putus asa
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Risiko Isolasi Sosial
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami pengalaman subyektif dari kesendirian yang tidak menyenangkan atau perasaan terpisah dari orang lain, yang dapat menimbulkan respons psikologis, fisiologis, dan/atau perilaku yang tidak menguntungkan.
Karakteristik Definisi: Menarik diri, kehilangan minat, insomnia, kelelahan, perasaan tidak berharga, putus asa.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Partisipasi Sosial Meningkat
Definisi: Keterlibatan individu dalam interaksi dan hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
Indikator:
a. Meningkatnya interaksi dengan orang lain
b. Meningkatnya aktivitas sosial
c. Meningkatnya kepuasan dengan hubungan sosial
d. Meningkatnya perasaan terhubung dengan orang lain
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Aktivitas Kelompok
Tujuan: Memfasilitasi interaksi sosial dan pengalaman berbagi yang positif.
Aktivitas:
a. Mendorong klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas kelompok yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
b. Membantu klien mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi sosial.
c. Mendorong klien untuk berbagi perasaan, pikiran, dan pengalaman dengan anggota kelompok.
d. Memberikan umpan balik positif dan dukungan kepada klien.
2. Terapi Reminiscence
Tujuan: Membantu klien mengingat pengalaman masa lalu yang positif dan membangun hubungan dengan orang lain.
Aktivitas:
a. Mendorong klien untuk berbagi cerita dan kenangan positif dari masa lalu.
b. Membantu klien mengidentifikasi sumber daya internal dan eksternal yang dapat mendukung.
c. Menggunakan alat bantu visual atau auditori untuk memicu ingatan klien.
d. Memfasilitasi diskusi dan berbagi pengalaman antara klien.
3. Dukungan Emosional
Tujuan: Membantu klien mengekspresikan dan mengelola emosi yang dirasakan.
Aktivitas:
a. Memberikan empati dan validasi terhadap perasaan klien.
b. Mendorong klien untuk mengekspresikan emosi secara konstruktif.
c. Membantu klien mengidentifikasi strategi koping yang efektif.
d. Memberikan dukungan dan motivasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Penjelasan rinci di atas mencakup diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai untuk kondisi klien dengan menarik diri, kehilangan minat, insomnia, kelelahan, perasaan tidak berharga, dan putus asa. Diharapkan informasi ini dapat membantu Anda dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. -
Article No. 16663 | 03 May 2025
Klinis : Implementasi Dukungan Keluarga pada pasien kusta dengan masalah psikososial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Perawatan Diri (NANDA-I: 00108)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
2. Ketidakberdayaan (NANDA-I: 00125)
Definisi: Pengalaman subjektif dari ketidakmampuan untuk bertindak secara mandiri dan membuat keputusan yang penting.
3. Distres Spiritual (NANDA-I: 00066)
Definisi: Gangguan pengalaman nilai-nilai, makna, tujuan hidup, atau hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Diri Terganggu (10020)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan satu atau lebih aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
2. Ketidakberdayaan (10007)
Definisi: Pengalaman subyektif dari ketidakmampuan untuk bertindak secara mandiri dan membuat keputusan yang penting.
3. Distres Spiritual (10019)
Definisi: Gangguan pengalaman nilai-nilai, makna, tujuan hidup, atau hubungan dengan Yang Maha Kuasa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Diri: Mandi, Berpakaian, Berhias (30023)
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas mandi, berpakaian, dan berhias.
2. Pemberdayaan (30007)
Definisi: Tingkat kebebasan individu untuk bertindak secara mandiri dan membuat keputusan yang penting.
3. Ketenangan Spiritual (30019)
Definisi: Tingkat ketenangan dan kedamaian dalam hubungan dengan Yang Maha Kuasa dan nilai-nilai spiritual.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Perawatan Diri: Mandi, Berpakaian, Berhias (10006)
Definisi: Upaya memfasilitasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian, dan berhias secara mandiri.
2. Pemberdayaan (10002)
Definisi: Upaya untuk meningkatkan kebebasan individu untuk bertindak secara mandiri dan membuat keputusan yang penting.
3. Dukungan Spiritual (10008)
Definisi: Upaya memfasilitasi hubungan individu dengan Yang Maha Kuasa dan nilai-nilai spiritual.
Pada kasus implementasi dukungan keluarga pada pasien kusta dengan masalah psikososial, intervensi keperawatan yang sesuai adalah:
1. Dukungan Spiritual (10008)
- Memfasilitasi hubungan pasien dengan Yang Maha Kuasa dan nilai-nilai spiritual.
- Mendorong keluarga untuk terlibat dalam praktik spiritual pasien.
- Membantu pasien dan keluarga mengidentifikasi sumber-sumber spiritual untuk koping.
2. Pemberdayaan (10002)
- Membantu pasien dan keluarga mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya yang dapat digunakan.
- Mendorong partisipasi aktif pasien dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan.
- Memfasilitasi kemandirian pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah.
3. Dukungan Keluarga (10004)
- Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien.
- Memberikan edukasi dan konseling kepada keluarga tentang perawatan pasien.
- Memfasilitasi komunikasi dan interaksi yang efektif antara pasien dan keluarga.
Dengan pendekatan yang holistik dan melibatkan keluarga, diharapkan dapat membantu pasien kusta dengan masalah psikososial untuk meningkatkan perawatan diri, pemberdayaan, dan ketenangan spiritual. -
Article No. 16664 | 03 May 2025
Klinis : Dukungan Keluarga pada pasien kusta dengan masalah psikososial
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang dapat ditetapkan untuk kondisi Dukungan Keluarga pada pasien kusta dengan masalah psikososial:
Diagnosa Keperawatan:
Kurang Dukungan Keluarga (00052)
Definisi: Keterbatasan atau tidak adanya dukungan emosional, informasi, penilaian, dan/atau bantuan instrumental dari keluarga.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00052
Definisi: Keterbatasan atau tidak adanya dukungan emosional, informasi, penilaian, dan/atau bantuan instrumental dari keluarga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1305
Judul: Dukungan Keluarga
Definisi: Tingkat kemampuan keluarga untuk memberikan dukungan emosional, informasi, penilaian, dan/atau bantuan instrumental kepada anggota keluarga.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 7100
Judul: Peningkatan Dukungan Keluarga
Definisi: Memfasilitasi kemampuan keluarga untuk memberikan dukungan emosional, informasi, penilaian, dan/atau bantuan instrumental kepada anggota keluarga.
Penjelasan Singkat:
Pasien kusta dengan masalah psikososial dapat mengalami kurang dukungan keluarga, yaitu keterbatasan atau tidak adanya dukungan emosional, informasi, penilaian, dan/atau bantuan instrumental dari keluarga. Perawat perlu meningkatkan dukungan keluarga dengan memfasilitasi kemampuan keluarga untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial pasien dan memfasilitasi proses pemulihan.