Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18647 | 16 Jun 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan haid tidak teratur dan sering keluar lendir
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh pasien, yaitu haid tidak teratur dan sering keluar lendir, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N92.6
- Deskripsi: Haid tidak teratur, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.26
- Deskripsi: Pemeriksaan vagina dan panggul, termasuk palpasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 N92.6 (Haid tidak teratur, tidak diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana pasien mengalami siklus haid yang tidak teratur, termasuk perdarahan uterus abnormal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan hormonal, kondisi medis tertentu, atau faktor lainnya.
Terkait dengan prosedur atau tindakan medis, kode ICD-9-CM 89.26 (Pemeriksaan vagina dan panggul, termasuk palpasi) dapat digunakan untuk mengindikasikan pemeriksaan yang mungkin dilakukan oleh dokter untuk mengevaluasi kondisi pasien. Pemeriksaan ini dapat mencakup inspeksi visual, palpasi (pemeriksaan dengan sentuhan), dan evaluasi kondisi vagina dan panggul secara keseluruhan.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab dari keluhan haid tidak teratur dan keluarnya lendir yang dialami oleh pasien, serta untuk membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan rencana penatalaksanaan yang tepat. -
Article No. 18648 | 16 Jun 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan haid tidak teratur dan sering keluar lendir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan haid tidak teratur dan sering keluar lendir adalah "Perubahan Pola Menstruasi". Diagnosa ini mengacu pada ketidakseimbangan atau perubahan pola menstruasi yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi fisiologis, psikologis, atau patologis.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Regulasi Menstruasi: Pasien dapat menunjukkan pola menstruasi yang teratur, dengan durasi dan jumlah perdarahan yang normal.
2. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi: Pasien dapat mendemonstrasikan pemahaman yang baik tentang kesehatan reproduksi dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi pola menstruasi.
3. Manajemen Gejala: Pasien dapat mengelola gejala terkait perubahan pola menstruasi, seperti rasa nyeri, perdarahan berlebih, atau keluarnya lendir, dengan efektif.
4. Peningkatan Kualitas Hidup: Pasien dapat mencapai kualitas hidup yang optimal, dengan dampak minimal dari perubahan pola menstruasi terhadap aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pengkajian Kesehatan Reproduksi:
- Mengkaji riwayat menstruasi, termasuk durasi, jumlah, dan pola perdarahan.
- Mengevaluasi gejala terkait, seperti rasa nyeri, keluarnya lendir, atau perubahan mood.
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi pola menstruasi, seperti kondisi kesehatan, stres, atau penggunaan obat-obatan.
2. Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi tentang fisiologi menstruasi dan faktor-faktor yang dapat memengaruhinya.
- Mengajarkan teknik manajemen gejala, seperti penggunaan kompres hangat, pengaturan aktivitas, atau konsumsi obat-obatan analgesik.
- Mendiskusikan gaya hidup sehat yang dapat mendukung kesehatan reproduksi, seperti pola makan, olahraga, dan manajemen stres.
3. Kolaborasi Interprofesional:
- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter atau ahli gizi, untuk menentukan penyebab dan penanganan yang tepat.
- Merujuk pasien ke layanan kesehatan lain, jika diperlukan, untuk pemeriksaan lebih lanjut atau penanganan yang spesifik.
4. Monitoring dan Evaluasi:
- Memantau perkembangan pola menstruasi dan gejala terkait secara berkala.
- Mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis selama proses pemulihan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu regulasi menstruasi yang optimal, peningkatan pengetahuan, manajemen gejala yang efektif, dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. -
Article No. 18649 | 16 Jun 2025
Klinis : Pasien datang dengan keluhan haid tidak teratur dan sering keluar lendir
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, dan kode SDKI-SLKI-SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Menstruasi (00169)
Definisi: Pola menstruasi yang tidak sesuai dengan pola normal yang biasanya terjadi pada wanita.
Penjelasan Singkat:
Pasien datang dengan keluhan haid tidak teratur dan sering keluar lendir. Hal ini dapat menunjukkan adanya ketidakefektifan pola menstruasi. Pola menstruasi yang tidak teratur dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan hormonal, stres, penyakit tertentu, atau kondisi lainnya.
Kode SDKI-SLKI-SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): 00169
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Peningkatan Pola Menstruasi (1925)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Menstruasi (6800)
- Terapi Hormonal (6840)
- Edukasi Kesehatan Reproduksi (7440)
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Nurse
Dengan demikian, diagnosa keperawatan yang tepat untuk pasien dengan keluhan haid tidak teratur dan sering keluar lendir adalah Ketidakefektifan Pola Menstruasi (00169), dengan penjelasan singkat dan kode SDKI-SLKI-SIKI yang telah disampaikan. Sebagai perawat, saya akan memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi ini. -
Article No. 18650 | 16 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif : - Px mengeluhkan perasaan gelisah, tegang, dan tidak nyaman. - Px merasa khawatir & cemas tentang berbagai aspek kehidupannya. - Px mengalami kesulitan tidur karena pikiran yang terus berputar. Data Objektif : - Px terlihat gelisah, sulit berkonsentrasi, dan mudah terganggu. - Frekuensi napas meningkat : 24x/menit. - Nadi : 100x/menit - TD : 140/90 mmHg. - Suhu: 36,5°C
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
1. Kecemasan (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Penjelasan:
- Pasien mengeluhkan perasaan gelisah, tegang, dan tidak nyaman.
- Pasien merasa khawatir dan cemas tentang berbagai aspek kehidupannya.
- Pasien mengalami kesulitan tidur karena pikiran yang terus berputar.
- Pasien terlihat gelisah, sulit berkonsentrasi, dan mudah terganggu.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda fisiologis kecemasan, seperti peningkatan frekuensi napas, denyut nadi, dan tekanan darah.
Kode SDKI: 00146
Kode SLKI: Meningkatkan manajemen kecemasan (1402)
Kode SIKI: Menurunkan kecemasan (06030)
2. Gangguan pola tidur (00198)
Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penjelasan:
- Pasien mengalami kesulitan tidur karena pikiran yang terus berputar.
- Pasien terlihat gelisah, sulit berkonsentrasi, dan mudah terganggu, yang dapat mengganggu pola tidurnya.
Kode SDKI: 00198
Kode SLKI: Meningkatkan kualitas tidur (1850)
Kode SIKI: Meningkatkan kualitas tidur (06029)
Dalam proses asuhan keperawatan selanjutnya, perawat dapat mengembangkan rencana keperawatan yang berfokus pada pengurangan kecemasan dan peningkatan kualitas tidur pasien, dengan menggunakan intervensi-intervensi yang sesuai dari SLKI dan SIKI. -
Article No. 18651 | 16 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif : - Px mengeluhkan perasaan gelisah, tegang, dan tidak nyaman. - Px merasa khawatir & cemas tentang berbagai aspek kehidupannya. - Px mengalami kesulitan tidur karena pikiran yang terus berputar. Data Objektif : - Px terlihat gelisah, sulit berkonsentrasi, dan mudah terganggu. - Frekuensi napas meningkat : 24x/menit. - Nadi : 100x/menit - TD : 140/90 mmHg. - Suhu: 36,5°C
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, saya dapat menetapkan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan (00146)
SDKI: Kecemasan adalah respons psikologis dan fisiologis individu terhadap stresor internal atau eksternal yang dirasakan atau diantisipasi, yang dapat mengganggu keseimbangan dan dapat menjadi ancaman terhadap integritas.
SLKI: Proses keperawatan dalam meningkatkan kemampuan individu untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengatasi rasa cemas.
SIKI: Intervensi keperawatan dalam membantu individu mengatasi rasa cemas yang dirasakan.
Penjelasan Singkat:
Dx Kep: Kecemasan (00146)
Kode SDKI: 00146
Definisi SDKI: Kecemasan adalah respons psikologis dan fisiologis individu terhadap stresor internal atau eksternal yang dirasakan atau diantisipasi, yang dapat mengganggu keseimbangan dan dapat menjadi ancaman terhadap integritas.
Kode SLKI: 1701
Definisi SLKI: Proses keperawatan dalam meningkatkan kemampuan individu untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengatasi rasa cemas.
Kode SIKI: 5820
Definisi SIKI: Intervensi keperawatan dalam membantu individu mengatasi rasa cemas yang dirasakan. -
Article No. 18652 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya dapat menetapkan beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan data yang diberikan dan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi
Kode SDKI: 00004
Definisi: Peningkatan risiko invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Penjelasan: Berdasarkan data, banyak siswa yang menderita cacingan, makanan yang dijual di pinggir jalan memiliki kebersihan yang tidak terjamin, dan perilaku siswa yang jarang mencuci tangan sebelum makan dapat meningkatkan risiko infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kebersihan Diri
Kode SDKI: 00108
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Penjelasan: Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor dan panjang, yang mengindikasikan gangguan kebersihan diri pada siswa.
3. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perilaku Kesehatan
Kode SDKI: 00188
Definisi: Pola perilaku individu atau kelompok yang tidak konsisten dengan meningkatkan status kesehatan.
Penjelasan: Perilaku siswa yang jarang sarapan pagi, lebih sering membeli jajanan di pedagang kaki lima daripada di kantin, dan kurang mencuci tangan sebelum makan menunjukkan ketidakefektifan perilaku kesehatan.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Cedera
Kode SDKI: 00035
Definisi: Peningkatan risiko cedera fisik akibat interaksi individu dengan lingkungan atau situasi.
Penjelasan: Siswa mengeluh sulit menyeberang jalan karena banyaknya kendaraan yang lewat dan tidak adanya petugas yang menyeberangkan, sehingga meningkatkan risiko cedera.
Kode dan definisi SLKI dan SIKI terkait dengan diagnosa keperawatan di atas:
SLKI:
- Kode SLKI 00090: Kebersihan Diri Adekuat
Definisi: Terpenuhinya kebersihan diri sesuai dengan kebutuhan individu.
SIKI:
- Kode SIKI 6101: Manajemen Higiene
Definisi: Tindakan memfasilitasi kebersihan individu untuk memelihara kesehatan.
- Kode SIKI 3303: Edukasi Kesehatan
Definisi: Pemberian informasi terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait kesehatan.
- Kode SIKI 6107: Manajemen Lingkungan
Definisi: Tindakan untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk memelihara kesehatan. -
Article No. 18653 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memperhatikan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Higiene Buruk dan Sanitasi Lingkungan yang Tidak Memadai
- Ditandai dengan: Kebersihan gigi dan mulut yang kurang, kuku jari tangan kotor dan panjang, serta 33 orang siswa menderita cacingan.
2. Risiko Cidera Berhubungan dengan Kurangnya Pengawasan dan Keselamatan Saat Menyeberang Jalan
- Ditandai dengan: Siswa mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak dan tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
3. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Kebiasaan Makan yang Tidak Sehat
- Ditandai dengan: Siswa jarang sarapan pagi dan lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin, serta makanan yang dijual di sekitar sekolah kebersihannya tidak terjamin.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Untuk Risiko Infeksi Berhubungan dengan Higiene Buruk dan Sanitasi Lingkungan yang Tidak Memadai:
- Peningkatan Perilaku Kebersihan Diri
- Penurunan Risiko Infeksi
2. Untuk Risiko Cidera Berhubungan dengan Kurangnya Pengawasan dan Keselamatan Saat Menyeberang Jalan:
- Peningkatan Keselamatan Individu
- Penurunan Risiko Cidera
3. Untuk Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Kebiasaan Makan yang Tidak Sehat:
- Peningkatan Perilaku Makan yang Sehat
- Perbaikan Status Nutrisi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Risiko Infeksi Berhubungan dengan Higiene Buruk dan Sanitasi Lingkungan yang Tidak Memadai:
- Pendidikan Kesehatan tentang Kebersihan Diri dan Pentingnya Mencuci Tangan
- Peningkatan Kebersihan Lingkungan Sekolah
- Koordinasi dengan Puskesmas untuk Skrining dan Pengobatan Cacingan
2. Untuk Risiko Cidera Berhubungan dengan Kurangnya Pengawasan dan Keselamatan Saat Menyeberang Jalan:
- Koordinasi dengan Pihak Terkait (Sekolah, Dinas Perhubungan) untuk Pengaturan Lalu Lintas dan Penyediaan Petugas Penyeberangan
- Pendidikan Kesehatan tentang Keselamatan Menyeberang Jalan
3. Untuk Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Berhubungan dengan Kebiasaan Makan yang Tidak Sehat:
- Pendidikan Kesehatan tentang Perilaku Makan yang Sehat
- Kerjasama dengan Kantin Sekolah untuk Menyediakan Makanan Sehat dan Higienis
- Pengawasan Terhadap Makanan yang Dijual di Sekitar Sekolah
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Diagnosa 1 (Risiko Infeksi) menggambarkan adanya kemungkinan terjadinya infeksi pada siswa terkait dengan higiene personal dan sanitasi lingkungan yang buruk.
- Diagnosa 2 (Risiko Cidera) menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya cidera pada siswa saat menyeberang jalan akibat kurangnya pengawasan dan fasilitas keselamatan.
- Diagnosa 3 (Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi) mengindikasikan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi pada siswa karena kebiasaan makan yang tidak sehat.
2. Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Luaran yang diharapkan untuk setiap diagnosa mencakup perbaikan perilaku, penurunan risiko, dan perbaikan status kesehatan siswa.
- Luaran tersebut akan menjadi indikator keberhasilan intervensi keperawatan yang dilakukan.
3. Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dirumuskan bertujuan untuk mengatasi akar masalah pada setiap diagnosa keperawatan.
- Intervensi tersebut meliputi edukasi, koordinasi dengan pihak terkait, dan upaya peningkatan kebersihan lingkungan serta penyediaan makanan sehat.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pihak sekolah, puskesmas, dan pemangku kepentingan lainnya untuk melaksanakan intervensi keperawatan yang komprehensif guna mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kesehatan siswa secara keseluruhan. -
Article No. 18654 | 16 Jun 2025
Klinis : Hasil pengkajian oleh perawat komunitas di desa Sukaria didapatkan data didapatkan data: populasi remaja sebanya 118 . hasil wawancara dengan dinas kesehatan : Program kesehatan reproduksi remaja sudah dilakukan sebatas pada pelatihan petugas, guru, dan beberapa siswa setiap secara acak dari beberapa sekolah. Wawancara dengan PJ remaja Puskesmas: Remaja tidak pernah menggunakan klinik konsultasi kesehatan di Puskesmas, umumnya remaja yang datang hanya seputar keluhan menstruasi pada remaja putri. Hasil FGD dengan 15 remaja: mengatakan selama ini menerima informasi kesehatan reproduksi dari teman, media, dan kadang-kadang di sekolah sewaktu pelajaran biologi. Data survey kesehatan : 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 19 % perilaku kesehatan reproduksi kurang baik,16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, Informasi kesehatan reproduksi: 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan, 69,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari media, elektronik, 7,8% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orang tua, 39% remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari guru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran keperawatan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Defisit Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Berhubungan dengan kurangnya informasi dan edukasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja di desa Sukaria. Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa 10,4% remaja kurang mengetahui alat reproduksi, 16,7% remaja kurang tahu masalah kesehatan reproduksi, dan 53,1% remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
2. Perilaku Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat
Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja di desa Sukaria. Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa 19% perilaku kesehatan reproduksi remaja kurang baik.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
- Remaja dapat menjelaskan tentang alat reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi.
- Remaja dapat menyebutkan sumber informasi yang tepat untuk mendapatkan informasi kesehatan reproduksi.
2. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat
- Remaja dapat menerapkan perilaku hidup sehat terkait dengan kesehatan reproduksi.
- Remaja dapat menggunakan layanan kesehatan reproduksi yang tersedia di Puskesmas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Edukasi Kesehatan Reproduksi
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi.
- Menjelaskan masalah-masalah kesehatan reproduksi yang umum terjadi pada remaja.
- Menyediakan informasi mengenai sumber informasi yang tepat untuk mendapatkan informasi kesehatan reproduksi.
2. Promosi Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat
- Mendorong remaja untuk mengakses layanan kesehatan reproduksi di Puskesmas.
- Mengajarkan remaja tentang perilaku hidup sehat terkait dengan kesehatan reproduksi.
- Melibatkan orang tua, guru, dan tokoh masyarakat dalam mendukung perilaku kesehatan reproduksi yang sehat pada remaja.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi yang dideskripsikan adalah Defisit Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Perilaku Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat. Defisit Pengetahuan Kesehatan Reproduksi berhubungan dengan kurangnya informasi dan edukasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja di desa Sukaria, sedangkan Perilaku Kesehatan Reproduksi Tidak Sehat berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan informasi kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat. Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi bertujuan agar remaja dapat memahami tentang alat reproduksi, masalah kesehatan reproduksi, dan sumber informasi yang tepat untuk mendapatkan informasi kesehatan reproduksi. Peningkatan Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat bertujuan agar remaja dapat menerapkan perilaku hidup sehat terkait dengan kesehatan reproduksi dan menggunakan layanan kesehatan reproduksi yang tersedia di Puskesmas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran adalah Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Promosi Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat. Edukasi Kesehatan Reproduksi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi, masalah-masalah kesehatan reproduksi, dan sumber informasi yang tepat. Promosi Perilaku Kesehatan Reproduksi yang Sehat bertujuan untuk mendorong remaja mengakses layanan kesehatan reproduksi di Puskesmas, mengajarkan remaja tentang perilaku hidup sehat terkait dengan kesehatan reproduksi, dan melibatkan orang tua, guru, dan tokoh masyarakat dalam mendukung perilaku kesehatan reproduksi yang sehat pada remaja. -
Article No. 18655 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Infeksi Terkait Kebersihan Diri yang Tidak Adekuat
- Ditandai dengan perilaku siswa yang tidak mencuci tangan sebelum makan, kebersihan gigi dan mulut yang kurang, serta kuku jari tangan yang kotor dan panjang.
- Faktor risiko: Lingkungan yang tidak bersih, akses ke air bersih yang terbatas, dan pengetahuan tentang kebersihan diri yang kurang.
2. Risiko Penyakit Parasit Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang Tidak Adekuat
- Ditandai dengan adanya 33 siswa yang menderita cacingan, khususnya siswa kelas II dan III.
- Faktor risiko: Perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan, kebersihan diri yang kurang, dan konsumsi makanan dari pedagang kaki lima yang kebersihan tidak terjamin.
3. Risiko Cedera Terkait Lingkungan Fisik yang Tidak Aman
- Ditandai dengan banyaknya pedagang kaki lima di pinggir jalan dan siswa yang mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak, serta tidak adanya petugas yang menyeberangkan siswa.
- Faktor risiko: Lingkungan fisik yang tidak aman, kurangnya pengawasan dan perlindungan dari bahaya lalu lintas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi Terkait Kebersihan Diri yang Tidak Adekuat:
- Perilaku Mencuci Tangan: Siswa mampu melakukan cuci tangan yang benar sebelum makan.
- Kebersihan Gigi dan Mulut: Siswa memiliki kebersihan gigi dan mulut yang baik.
- Kebersihan Kuku: Siswa memiliki kuku jari tangan yang bersih dan terpotong rapi.
2. Risiko Penyakit Parasit Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang Tidak Adekuat:
- Pengetahuan tentang Penyakit Parasit: Siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit parasit dan cara pencegahannya.
- Perilaku Kebersihan Diri: Siswa menunjukkan perilaku kebersihan diri yang baik, seperti mencuci tangan sebelum makan.
- Status Kesehatan: Tidak ada lagi siswa yang menderita cacingan.
3. Risiko Cedera Terkait Lingkungan Fisik yang Tidak Aman:
- Pengetahuan tentang Keselamatan di Jalan Raya: Siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang keselamatan di jalan raya.
- Perilaku Menyeberang Jalan: Siswa menunjukkan perilaku menyeberang jalan yang aman.
- Ketersediaan Fasilitas Penyeberangan: Terdapat petugas atau fasilitas penyeberangan yang memadai untuk membantu siswa menyeberang jalan.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi Terkait Kebersihan Diri yang Tidak Adekuat:
- Pendidikan Kesehatan tentang Kebersihan Diri: Memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya cuci tangan, menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta memotong kuku secara teratur.
- Pengawasan dan Pemantauan Kebersihan Diri: Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap perilaku kebersihan diri siswa, serta memberikan umpan balik dan penguatan positif.
- Kemitraan dengan Puskesmas: Menjalin kemitraan dengan puskesmas untuk mendapatkan dukungan dalam pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut siswa, serta pemberian intervensi yang diperlukan.
2. Risiko Penyakit Parasit Terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang Tidak Adekuat:
- Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Parasit: Memberikan edukasi kepada siswa tentang penyakit parasit, cara penularannya, dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan.
- Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Melakukan promosi dan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan diri, dan konsumsi makanan yang aman.
- Kemitraan dengan Puskesmas: Menjalin kemitraan dengan puskesmas untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan cacingan pada siswa, serta pemantauan status kesehatan mereka.
3. Risiko Cedera Terkait Lingkungan Fisik yang Tidak Aman:
- Pendidikan Kesehatan tentang Keselamatan di Jalan Raya: Memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya keselamatan di jalan raya, cara menyeberang jalan yang aman, dan tindakan preventif yang dapat dilakukan.
- Koordinasi dengan Pihak Terkait: Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah, puskesmas, dan pemerintah daerah untuk menyediakan fasilitas penyeberangan yang memadai, serta mengatur lalu lintas di sekitar sekolah.
- Pengawasan dan Pendampingan Menyeberang Jalan: Menyediakan petugas atau sistem pendampingan bagi siswa saat menyeberang jalan, terutama pada jam-jam sibuk lalu lintas.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan siswa di SD X. -
Article No. 18656 | 16 Jun 2025
Klinis : Data laporan hasil survey yang dilakukan oleh penanggung jawab UKS dan puskesmas di SD X sebagai berikut: jumlah siswa 123 orang, di pinggir jalan banyak pedagang yang berjualan, makanan yang dijual kebersihannya tidak terjamin, dan siswa jarang sarapan pagi. Perilaku siswa terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Hasil pemeriksaan fisik juga didapatkan kebersihan gigi dan mulut kurang serta kuku jari tangan kotor juga panjang. Selain itu, sebanyak 33 orang siswa menderita cacingan khususnya siswa kelas II dan III. Pada saat istirahat, siswa lebih banyak membeli jajanan ke pedagang kaki lima daripada di kantin.Siswa juga mengeluh sulit menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas yang menyeberangkan siswa.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
**Kondisi:**
Berdasarkan hasil survei di SD X, ditemukan beberapa masalah kesehatan yang meliputi:
1. Kebersihan makanan tidak terjamin (pedagang kaki lima).
2. Perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan.
3. Kebersihan gigi dan mulut serta kuku yang buruk.
4. Tingginya prevalensi cacingan (33 siswa, terutama kelas II dan III).
5. Kurangnya sarapan pagi.
6. Risiko kecelakaan lalu lintas akibat tidak adanya petugas penyeberangan.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama:**
**"Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004) berhubungan dengan kebersihan perorangan yang buruk dan paparan terhadap makanan tidak higienis."**
**Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):**
- **Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen akibat perilaku higiene yang tidak memadai.
- **Faktor terkait:**
- Kurangnya pengetahuan tentang kebersihan diri.
- Paparan makanan tidak higienis dari pedagang kaki lima.
- Tidak mencuci tangan sebelum makan.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – Code: 1902 (Kebersihan Diri):**
- **Kriteria Luaran:**
- Siswa mampu mendemonstrasikan cuci tangan yang benar (SIKI Code: 4210).
- Penurunan jumlah siswa dengan infeksi cacingan.
- Peningkatan kesadaran tentang kebersihan gigi dan mulut.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Edukasi Kesehatan (Code: 5602):**
- Penyuluhan tentang pentingnya mencuci tangan, menjaga kebersihan kuku, dan memilih makanan sehat.
- **Manajemen Lingkungan (Code: 6480):**
- Kolaborasi dengan pihak sekolah untuk menyediakan fasilitas cuci tangan dan pengawasan kantin.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**"Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SDKI Code: 00002) berhubungan dengan kebiasaan tidak sarapan dan konsumsi jajanan tidak sehat."**
**Penjelasan SDKI:**
- **Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik.
- **Faktor terkait:**
- Kebiasaan melewatkan sarapan.
- Konsumsi makanan rendah gizi dari pedagang kaki lima.
**SLKI – Code: 0402 (Status Nutrisi):**
- **Kriteria Luaran:**
- Peningkatan frekuensi sarapan pagi.
- Pemilihan makanan bergizi oleh siswa.
**SIKI:**
- **Edukasi Gizi (Code: 5246):**
- Sosialisasi pentingnya sarapan dan gizi seimbang.
- **Dukungan Diet (Code: 1100):**
- Kolaborasi dengan orang tua dan sekolah untuk menyediakan makanan sehat.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan Tambahan:**
**"Risiko Cedera (SDKI Code: 00035) berhubungan dengan tidak adanya pengawasan saat menyeberang jalan."**
**Penjelasan SDKI:**
- **Definisi:** Kerentanan terhadap cedera fisik akibat lingkungan tidak aman.
- **Faktor terkait:**
- Tidak ada petugas penyeberangan.
- Lalulintas padat di sekitar sekolah.
**SLKI – Code: 1909 (Keamanan Lingkungan):**
- **Kriteria Luaran:**
- Tidak ada insiden kecelakaan lalu lintas.
- Adanya prosedur penyeberangan yang aman.
**SIKI:**
- **Pencegahan Cedera (Code: 6650):**
- Advokasi ke sekolah dan dinas terkait untuk penempatan petugas penyeberangan.
- Edukasi siswa tentang keselamatan lalu lintas.
---
**Kesimpulan:**
Intervensi keperawatan harus mencakup pendekatan holistik, meliputi edukasi kesehatan, kolaborasi dengan sekolah, dan upaya peningkatan lingkungan yang mendukung kesehatan siswa.
*(Sumber: Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi Terkini – PPNI)*