Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16715 | 04 May 2025
Klinis : Data subjektif : Risiko gangguan integritas Paparan suhu tinggi dan Ny. S mengatakan bahwa kulit.kurangnya perlindungan ia memiliki luka bakar di kulit terhadap sumber daerah punggung kaki panas.akibat kecelakaan dan kulit kering dibagian kaki dan perut.Data objektif : Bekas luka Kulit kering di perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Penjelasan Singkat:
Pasien memiliki risiko terjadinya kerusakan pada integritas kulit akibat paparan suhu panas (luka bakar) dan kulit kering di beberapa area tubuh.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00046
Definisi: Rentan untuk mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit yang normal, yang dapat memengaruhi kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 00306
Definisi: Pemulihan dan/atau pemeliharaan struktur dan fungsi kulit yang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6730
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah, memperbaiki, atau mempertahankan integritas kulit.
Catatan:
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Perawat -
Article No. 16716 | 04 May 2025
Klinis : Data subjektif : Risiko gangguan integritas Paparan suhu tinggi dan Ny. S mengatakan bahwa kulit.kurangnya perlindungan ia memiliki luka bakar di kulit terhadap sumber daerah punggung kaki panas.akibat kecelakaan dan kulit kering dibagian kaki dan perut.Data objektif : Bekas luka Kulit kering di perut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Rentan terhadap perubahan pada epidermis dan/atau dermis yang dapat mengganggu fungsi kulit sebagai penghalang.
Faktor Risiko:
- Paparan suhu tinggi (luka bakar)
- Kurang perlindungan terhadap sumber panas (luka bakar)
- Kulit kering
Data subjektif dan objektif yang tersedia mendukung diagnosis ini, seperti adanya luka bakar di daerah punggung kaki, kulit kering di perut, dan bekas luka.
Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
1. Integritas Kulit Terpelihara
- Kulit tampak utuh
- Tidak ada perubahan warna, tekstur, atau suhu pada kulit
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Penyembuhan Luka
- Luka bakar di punggung kaki membaik dan menutup
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
3. Hidrasi Kulit Adekuat
- Kulit lembab dan elastis
- Tidak ada kulit kering atau pengelupasan
Intervensi Keperawatan SIKI yang Diperlukan:
1. Manajemen Luka
- Membersihkan dan merawat luka bakar di punggung kaki
- Mengaplikasikan salep/krim pelembab pada luka
- Memantau tanda-tanda infeksi
2. Manajemen Kulit Kering
- Mengidentifikasi dan mengatasi faktor penyebab kulit kering
- Mengaplikasikan pelembab/moisturizer pada kulit kering di perut dan kaki
- Mengajarkan pasien tentang perawatan kulit kering
3. Manajemen Suhu
- Menghindari paparan suhu tinggi yang dapat menyebabkan luka bakar
- Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai saat beraktivitas di lingkungan dengan suhu tinggi
- Mengajarkan pasien tentang pencegahan luka bakar akibat paparan suhu tinggi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko Kerusakan Integritas Kulit" dipilih karena data subjektif dan objektif menunjukkan adanya risiko kerusakan pada kulit pasien, yaitu luka bakar di punggung kaki dan kulit kering di perut. Faktor risiko yang teridentifikasi adalah paparan suhu tinggi dan kurangnya perlindungan terhadap sumber panas, serta kulit kering.
Luaran/output yang diharapkan adalah pemeliharaan integritas kulit, penyembuhan luka bakar, dan hidrasi kulit yang adekuat. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen luka, manajemen kulit kering, dan manajemen suhu untuk mencegah dan mengatasi kerusakan kulit.
Pendekatan ini bertujuan untuk memulihkan integritas kulit pasien, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kenyamanan serta kesejahteraan pasien. -
Article No. 16717 | 04 May 2025
Klinis : Data subjektif : Risiko gangguan integritas Paparan suhu tinggi dan Ny. S mengatakan bahwa kulit.kurangnya perlindungan ia memiliki luka bakar di kulit terhadap sumber daerah punggung kaki panas.akibat kecelakaan dan kulit kering dibagian kaki dan perut.Data objektif : Bekas luka Kulit kering di perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan **SDKI, SLKI, dan SIKI** sesuai standar **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk kasus Ny. S dengan risiko gangguan integritas kulit akibat paparan suhu tinggi dan luka bakar:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Risiko Gangguan Integritas Kulit** *(Risk for Impaired Skin Integrity)*
**Kode SDKI**: **D.0016**
**Definisi (SDKI)**:
Kondimen di mana individu berisiko mengalami perubahan pada epidermis dan/atau dermis yang dapat mengganggu fungsi perlindungan kulit.
**Faktor Risiko pada Ny. S**:
1. Paparan suhu tinggi (luka bakar di punggung kaki).
2. Kulit kering di perut dan kaki.
3. Kurangnya perlindungan terhadap sumber panas.
---
### **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
**Kode SLKI**: **L.1401** – **Integritas Kulit Membaik**
**Kriteria Luaran**:
1. Kulit tetap utuh (*tidak ada lesi baru*).
2. Area luka bakar menunjukkan tanda penyembuhan (*reduksi eritema, tidak ada eksudat*).
3. Kulit kering mengalami hidrasi adekuat (*tekstur kulit lembap, tidak bersisik*).
---
### **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
**Kode SIKI**: **I.14001** – **Perawatan Luka Bakar**
**Intervensi Utama**:
1. **Lindungi area luka bakar** dari trauma/friksasi (*gunakan dressing steril*).
2. **Pantau tanda infeksi** (*kalor, dolor, rubor, tumor, functio laesa*).
3. **Berikan edukasi** tentang:
- Hindari paparan panas berulang.
- Penggunaan pelembap untuk kulit kering (*non-alergenik*).
- Perawatan luka harian (*teknik aseptik*).
**Intervensi Tambahan**:
- **I.11004** (*Manajemen Nyeri*) jika luka bakar menimbulkan nyeri.
- **I.13002** (*Perawatan Kulit Kering*) untuk area perut dan kaki.
---
### **Penjelasan Singkat**
- **SDKI (D.0016)**: Menjelaskan risiko kerusakan kulit akibat faktor eksternal (panas/kekeringan).
- **SLKI (L.1401)**: Target luaran adalah pemulihan integritas kulit.
- **SIKI (I.14001)**: Fokus pada proteksi luka bakar dan perbaikan kulit kering.
**Catatan**: Jika luka bakar sudah terinfeksi, tambahkan diagnosa **Infeksi Luka (D.0024)** dengan intervensi terkait.
Format ini memenuhi standar PPNI dan dapat digunakan dalam dokumentasi asuhan keperawatan.
*(Ditulis dalam format RTF sesuai permintaan, menggunakan bahasa formal dan akademis.)* -
Article No. 16718 | 04 May 2025
Klinis : Data subjektif : Risiko gangguan integritas Paparan suhu tinggi dan Ny. S mengatakan bahwa kulit.kurangnya perlindungan ia memiliki luka bakar di kulit terhadap sumber daerah punggung kaki panas.akibat kecelakaan dan kulit kering dibagian kaki dan perut.Data objektif : Bekas luka Kulit kering di perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Kode SDKI: 13065
Definisi: Rentan mengalami kerusakan pada epidermis dan/atau dermis, yang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
Kode: 13065
Definisi: Rentan mengalami kerusakan pada epidermis dan/atau dermis, yang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Kode: 30028
Definisi: Integritas kulit yang terpelihara, termasuk epidermis dan dermis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kode: 80032
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan/atau memperbaiki kerusakan pada epidermis dan/atau dermis. -
Article No. 16719 | 04 May 2025
Klinis : Data subjektif : Ny. S mengatakan bahwa ia memiliki pola makan yang kurang seimbang karena sering melewatkan sarapan dan hanya makan sebanyak 2 kali dalam sehari serta tidak mengonsumsi vitamin tambahan. Makanan yang dikonsumsi Ny. S didominasi dengan rasa asin, namun Ny. S tetap rutin mengonsumsi sayur. Data objektif : Berat badan : 60 kg Tinggi badan : 156 cm Pola makan yang kurang seimbang. Kebiasaan pola makan yang tidak teratur Penurunan nafsu makan Kesibukan atau keterbatasan waktu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kondisi Ny. S berdasarkan data yang diberikan:
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(Kode: D.0016)*
**Definisi:** Asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh.
**Data Pendukung:**
1. **Subjektif:**
- Pola makan tidak seimbang (melewatkan sarapan, hanya makan 2x sehari).
- Dominasi makanan asin.
- Tidak mengonsumsi vitamin tambahan.
- Penurunan nafsu makan.
- Kesibukan/keterbatasan waktu.
2. **Objekif:**
- **IMT (Indeks Massa Tubuh):**
\[
\text{IMT} = \frac{\text{Berat Badan (kg)}}{\text{Tinggi Badan (m)}^2} = \frac{60}{1.56^2} = 24,7 \, (\text{Kategori: Overweight})
\]
- Pola makan tidak teratur.
Meskipun IMT Ny. S termasuk kategori *overweight*, pola makan yang tidak seimbang (kurang variasi nutrisi, asupan garam berlebih, dan defisiensi vitamin) dapat memicu risiko gangguan metabolik seperti hipertensi atau malnutrisi mikro.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**L.0403 – Status Nutrisi**
**Kriteria Evaluasi:**
1. Asupan makanan sesuai kebutuhan (*skor 4–5*).
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit (*skor 4–5*).
3. Tidak menunjukkan tanda defisiensi nutrisi (*skor 4–5*).
*(Skala: 1 = sangat buruk, 5 = sangat baik)*
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**I.11012 – Edukasi Nutrisi**
**Tindakan:**
1. Ajarkan pentingnya pola makan seimbang (3x makan utama + 2x selingan).
2. Anjurkan pembatasan asupan garam berlebih.
3. Sarankan konsumsi vitamin atau suplemen jika diperlukan.
4. Bantu klien membuat jadwal makan yang realistis sesuai kesibukan.
**I.11015 – Manajemen Berat Badan**
**Tindakan:**
1. Pantau IMT secara berkala.
2. Berikan konseling tentang diet seimbang untuk mencegah risiko metabolik.
---
### **Rekomendasi**
1. **Kolaborasi dengan ahli gizi** untuk penyusunan menu seimbang.
2. **Pemantauan tekanan darah** (karena konsumsi garam tinggi berisiko hipertensi).
3. **Edukasi tentang *mindful eating*** untuk meningkatkan kesadaran pola makan.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
*(Format RTF dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dokumen klinis.)* -
Article No. 16720 | 04 May 2025
Klinis : klien mengatakan pernah mengalami sakit diare dengan frekuensi BAB lebih dari 10 kali semalam dan konsistensi BAB nya cair. Saya mencoba mengatasi dengan minum obat sakit perut yg dijual bebas di warung dan minum air putih yg banyak. Selain itu saya juga mengalami mual mual. Tetapi kondisi saya bukan makin membaik bahkan semakin memburuk. Tubuh saya makin lemas dan tidak bisa makan. Karena kondisi saya makin memburuk akhirnya saya berobat ke UGD dan ditangani dokter jaga. Hasil pemeriksaan dokter menyimpulkan bahwa saya terkena diare akut dan menemukan tanda tanda dehidrasi yg disebabkan infeksi bakteri yang serius. Karena kondisi saya yang tidak memungkinkan untuk dirawat dirumah dan indikasi dehidrasi berat maka saya disarankan untuk dirawat inap di rumah sakit. Dirumah sakit saya mendapatkan pengobatan berupa cairan infus untuk mengatasi dehidrasi, antibiotik untuk mengobati infeksi serta obat obat-obatan lain utk mengendalikan diare dan infeksi pada pencernaan. Selama ditangani di ruang perawatan rumah sakit penyakit yang saya alami makin menunjukkan hasil yang baik dan mengarah pada kesembuhan. Akhirnya setelah 3 hari dirawat saya diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat saya. Akhirnya saya bisa sembuh dari diare dan mual mual yang saya derita dengan saran dokter agar makan teratur dan tidak makan yang pedas pedas. Awal mulanya saya terkena diare karena saya telat makan, makan siang yang ada pedasnya dan minum kopi. Obat yang diberikan oralit, diatab (obat mencret), ranitidin (obat lambung).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Diare Akut (00013)
- SDKI: Diare Akut
- Definisi: Pola pengeluaran feses yang cair, frekuensi meningkat, dan volume meningkat, yang berlangsung kurang dari 14 hari.
- SLKI: Manajemen Diare
- SIKI: Manajemen Diare
2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Dehidrasi (00028)
- SDKI: Risiko Dehidrasi
- Definisi: Berisiko mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan, yang dapat mengganggu fungsi fisiologis.
- SLKI: Manajemen Cairan
- SIKI: Manajemen Cairan
3. Diagnosa Keperawatan: Mual (00134)
- SDKI: Mual
- Definisi: Perasaan tidak nyaman yang dapat menyebabkan dorongan untuk muntah.
- SLKI: Manajemen Mual dan Muntah
- SIKI: Manajemen Mual dan Muntah
4. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas (00092)
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
- SIKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
Dalam kasus ini, klien mengalami diare akut, risiko dehidrasi, mual, dan intoleransi aktivitas akibat infeksi bakteri yang serius. Penanganan yang dilakukan di rumah sakit, yaitu pemberian cairan infus, antibiotik, dan obat-obatan lain untuk mengatasi diare dan infeksi, telah menunjukkan hasil yang baik dan mengarah pada kesembuhan. -
Article No. 16721 | 04 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Berhubungan dengan peningkatan produksi sekret pernapasan
- Ditandai dengan batuk berdahak, adanya suara napas bronkial, dan sesak napas
2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- Berhubungan dengan anoreksia (kehilangan nafsu makan)
- Ditandai dengan penurunan berat badan
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Pasien menunjukkan perbaikan suara napas dan pola napas
- Pasien tidak mengalami sesak napas
2. Status Nutrisi Membaik
- Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Pasien mencapai atau mendekati berat badan ideal
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor pola napas, kedalaman, dan usaha napas pasien
- Bantu pasien melakukan teknik batuk efektif dan pembersihan jalan napas
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat-obatan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen batuk dan sekresi pernapasan
2. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh:
- Kaji status nutrisi pasien, termasuk berat badan, asupan makanan, dan hasil laboratorium
- Berikan makanan bergizi tinggi yang sesuai dengan preferensi pasien
- Berikan suplemen nutrisi jika diperlukan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan nutrisi pasien
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi yang adekuat untuk pemulihan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh. Hal ini didasarkan pada keluhan pasien, yaitu batuk berdahak, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan.
Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif dan Status Nutrisi Membaik. Intervensi keperawatan yang diperlukan berfokus pada manajemen sekresi pernapasan, oksigenasi, dan peningkatan asupan nutrisi pasien. Kerja sama dengan tim medis dan edukasi kepada pasien serta keluarga juga penting untuk mencapai tujuan tersebut. -
Article No. 16722 | 04 May 2025
Klinis : intervensi keperawatan pada pasien integritas kulit dan jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi integritas kulit dan jaringan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
SDKI:
1. Kerusakan Integritas Kulit (00046)
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
Kode: 00046
SLKI:
1. Integritas Kulit Membaik (1101)
Definisi: Pemulihan struktur dan fungsi kulit.
Kode: 1101
SIKI:
1. Perawatan Luka (I.M2)
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mencegah dan mengobati kerusakan kulit dan jaringan.
Kode: I.M2
2. Manajemen Kulit (I.M4)
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk menjaga dan meningkatkan integritas kulit.
Kode: I.M4
3. Terapi Oksigen (I.M13)
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk memberikan oksigen tambahan untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Kode: I.M13
Dalam menangani pasien dengan integritas kulit dan jaringan, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan, seperti perawatan luka, manajemen kulit, dan terapi oksigen. Tujuannya adalah untuk memulihkan struktur dan fungsi kulit, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 16723 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut Anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan. Tentukan Pengkajian berupa data subjektif dan objektif dari fisiologis, psikologi, perilaku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Penurunan Perfusi Serebral Berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
- SDKI: Risiko Penurunan Perfusi Serebral (00201)
- SLKI: Perfusi Serebral (L04008)
- SIKI: Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I0119)
Penjelasan:
Pasien mengalami hidrosefalus obstruktif yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dapat berdampak pada penurunan perfusi serebral yang dapat mengancam fungsi otak dan mengakibatkan kerusakan jaringan saraf.
2. Gangguan Tidur Berhubungan dengan Ketidaknyamanan Fisik
- SDKI: Gangguan Tidur (00095)
- SLKI: Tidur (L04021)
- SIKI: Manajemen Nyeri (I0122)
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala rewel, sulit tidur, dan kurang nafsu makan yang dapat disebabkan oleh ketidaknyamanan fisik akibat peningkatan tekanan intrakranial.
3. Kecemasan Berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan
- SDKI: Kecemasan (00146)
- SLKI: Peran Orang Tua (L04005)
- SIKI: Manajemen Kecemasan (I0121)
Penjelasan:
Ibu pasien tampak cemas dan kelelahan secara fisik dan emosional terkait kondisi anak yang memburuk dan akan menjalani operasi lagi. Keluarga juga belum sepenuhnya memahami kondisi hidrosefalus anak.
Pengkajian:
Data Subjektif:
- Ibu melaporkan kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot.
- Ibu mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring.
- Ibu melaporkan anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan.
- Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti.
- Ibu menyatakan masih belum tenang dan sulit fokus saat edukasi tentang kondisi hidrosefalus diberikan.
Data Objektif:
- Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu.
- Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm.
- Pemeriksaan CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan.
- Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. -
Article No. 16724 | 04 May 2025
Klinis : Berdasarkan kasus berikut tentukan diagnosis masalah keperawatan Anak laki-laki, usia 16 bulan, dirawat di ruang anak dengan diagnosis medis hidrosefalus obstruktif. Pasien sebelumnya telah menjalani pemasangan VP shunt (Ventriculoperitoneal shunt) 3 bulan yang lalu untuk mengalirkan kelebihan cairan serebrospinal ke rongga peritoneum. Namun, dalam seminggu terakhir, ibu mengamati bahwa kepala anak kembali tampak membesar, anak lebih rewel, nafsu makan menurun, dan sering muntah menyemprot. Ibu juga mengeluhkan bahwa perkembangan anak tampak semakin tertinggal: belum bisa bicara, belum bisa duduk tegak, dan sering hanya terbaring. Selain itu, dalam 3 hari terakhir, anak mengalami demam naik turun dan beberapa kali tampak sesak napas ringan. Pemeriksaan fisik menunjukkan retraksi dinding dada, fontanel anterior belum menutup, dan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (TIK) seperti refleks abnormal, iritabilitas, dan pola tidur terganggu. Lingkar kepala saat ini mencapai 48 cm. Pada pemeriksaan penunjang, CT-scan terbaru menunjukkan pelebaran kembali ventrikel lateral dan ventrikel III, serta dilatasi shunt di daerah kepala bagian kanan. Tim bedah saraf mencurigai adanya malfungsi VP shunt, kemungkinan tersumbat atau terlepas. Anak direncanakan untuk menjalani operasi revisi VP shunt dalam 24 jam ke depan. Selama dirawat, anak tampak rewel, cengeng, sulit tidur, dan kurang nafsu makan. Ibu tampak kelelahan secara fisik dan emosional, menyatakan cemas karena anak akan kembali operasi, dan mengeluhkan perubahan jadwal operasi yang tidak pasti. Keluarga telah mendapatkan edukasi tentang kondisi hidrosefalus, namun ibu masih terlihat belum tenang dan sulit fokus saat edukasi diberikan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosis keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat ditetapkan untuk pasien anak laki-laki usia 16 bulan dengan hidrosefalus obstruktif:
Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Perkembangan Anak (GDPK)
- Kode SDKI: GDPK
- Definisi: Perubahan perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan perilaku yang tidak sesuai dengan rentang usia dan tahapan perkembangan.
- Kode SLKI: PKPK
- Definisi: Hasil yang diharapkan terkait dengan kemampuan klien untuk mencapai perkembangan sesuai tahapan usia.
- Kode SIKI: PRKB
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi dan memaksimalkan perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan perilaku sesuai tahapan usia.
2. Nyeri Akut (NA)
- Kode SDKI: NA
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan demikian.
- Kode SLKI: NPNK
- Definisi: Hasil yang diharapkan terkait dengan kemampuan klien untuk mengelola nyeri akut.
- Kode SIKI: NPKS
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mengelola nyeri akut.
3. Kecemasan (KCM)
- Kode SDKI: KCM
- Definisi: Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disebabkan oleh persepsi ancaman yang sebenarnya tidak terlalu berbahaya.
- Kode SLKI: KMNS
- Definisi: Hasil yang diharapkan terkait dengan kemampuan klien dan keluarga untuk mengelola kecemasan.
- Kode SIKI: KMKM
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mengelola kecemasan klien dan keluarga.
4. Hipertermia (HTR)
- Kode SDKI: HTR
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Kode SLKI: TNSU
- Definisi: Hasil yang diharapkan terkait dengan kemampuan klien untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Kode SIKI: TNSU
- Definisi: Tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh.
Penjelasan singkat:
Pasien anak laki-laki usia 16 bulan dengan hidrosefalus obstruktif mengalami gangguan perkembangan, nyeri akut, kecemasan, dan hipertermia. Diagnosis keperawatan ditujukan untuk memfasilitasi perkembangan, mengelola nyeri, mengelola kecemasan, dan mengelola peningkatan suhu tubuh. Tindakan keperawatan yang sesuai akan direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diharapkan pada pasien dan keluarga.