Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19769 | 18 Jul 2025
Klinis : Mual muntah BB menurun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "Mual muntah BB menurun":
1. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Mual dan muntah, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.3
- Deskripsi: Pemberian obat antiemetik (antiemetic administration)
Penjelasan:
Kode ICD-10 R11.2 (Mual dan muntah, tidak terspesifikasi) adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi mual dan muntah yang dialami oleh pasien, tanpa adanya penyebab spesifik yang dapat diidentifikasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi, efek samping obat, atau kondisi medis lainnya.
Selanjutnya, jika terdapat pemberian obat antiemetik (obat untuk mengurangi atau mencegah mual dan muntah) sebagai bagian dari penatalaksanaan, maka kode ICD-9-CM 94.3 (Pemberian obat antiemetik) dapat digunakan untuk mendokumentasikan tindakan medis tersebut.
Dalam praktik klinis, diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan akan bergantung pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menentukan penyebab dan penatalaksanaan yang sesuai bagi pasien. -
Article No. 19770 | 18 Jul 2025
Klinis : infeksi aliran darah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis infeksi aliran darah, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A41
- Deskripsi: Sepsis, infeksi bakteri lainnya dalam aliran darah
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 38.93
- Deskripsi: Pemberian antibiotik intravena untuk sepsis atau bakteremia
Penjelasan:
Kode ICD-10 A41 digunakan untuk mengkodekan infeksi bakteri dalam aliran darah, yang dikenal sebagai sepsis. Sepsis merupakan respons sistemik tubuh terhadap infeksi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi organ dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat.
Pada kasus infeksi aliran darah, salah satu tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemberian antibiotik intravena, yang dikodekan dengan kode ICD-9-CM 38.93. Terapi antibiotik intravena bertujuan untuk memberantas infeksi bakteri di dalam aliran darah dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Dokter atau perekam medis harus memastikan dokumentasi yang akurat dan lengkap terkait diagnosis dan tindakan medis yang dilakukan, sehingga kode ICD yang digunakan dapat mencerminkan kondisi pasien dengan tepat. -
Article No. 19771 | 18 Jul 2025
Klinis : infeksi luka operasi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi infeksi luka operasi, kode-kode yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T81.4
- Deskripsi: Infeksi yang terjadi setelah prosedur, bukan diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.04
- Deskripsi: Debridemen luka, infeksi atau selulitis; prosedur yang dilakukan untuk menangani infeksi luka operasi, seperti pembersihan luka, drainase, dan debridemen.
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 T81.4 (Infeksi yang terjadi setelah prosedur, bukan diklasifikasikan di tempat lain) digunakan untuk mengkodekan infeksi yang terjadi sebagai komplikasi dari suatu prosedur medis atau pembedahan. Ini termasuk infeksi luka operasi, infeksi setelah pemasangan kateter, dan infeksi terkait prosedur lainnya.
2. Kode ICD-9-CM 86.04 (Debridemen luka, infeksi atau selulitis) mengacu pada prosedur bedah untuk menangani infeksi pada luka operasi. Debridemen melibatkan pembersihan dan pemotongan jaringan mati atau nekrotik dari luka untuk mencegah penyebaran infeksi dan memfasilitasi penyembuhan.
Pengkodean yang tepat membantu dalam dokumentasi, pelaporan, dan penagihan yang akurat terkait kondisi dan tindakan medis yang dilakukan untuk menangani infeksi luka operasi. -
Article No. 19772 | 18 Jul 2025
Klinis : dispnoe
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi dispnea.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi:
Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00032
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301 Pola Napas
Definisi: Pola bernapas yang teratur, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan oksigen.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10207 Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan atau memperbaiki permeabilitas jalan napas.
Dalam konteks akademis, sebagai seorang pakar perawat, saya dapat menjelaskan bahwa dispnea atau sesak napas merupakan gejala yang terkait dengan pola napas tidak efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti penyakit paru-paru, penyakit jantung, atau gangguan neuromuskular. Tujuan utama dalam penanganan dispnea adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki permeabilitas jalan napas, sehingga pasien dapat bernapas dengan lebih mudah dan lancar. -
Article No. 19773 | 18 Jul 2025
Klinis : PASIEN DEMAM
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, jika ada, untuk kondisi pasien demam.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R50.9 digunakan untuk menggambarkan kondisi demam pada pasien, di mana penyebab spesifik dari demam tersebut tidak dapat ditentukan. Ini adalah kode umum yang digunakan ketika tidak ada diagnosis yang lebih spesifik yang dapat diterapkan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi demam.
Penjelasan:
Pada kasus demam, tidak ada prosedur atau tindakan medis spesifik yang tercakup dalam kode ICD-9-CM. Penanganan demam biasanya melibatkan tindakan-tindakan seperti pemberian obat penurun demam, pemberian cairan, pemantauan tanda-tanda vital, dan investigasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab demam, jika diperlukan. Namun, tindakan-tindakan tersebut tidak memiliki kode ICD-9-CM yang spesifik. -
Article No. 19774 | 18 Jul 2025
Klinis : DEMAM MENGGIGIL SUHU 37,7
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu DEMAM MENGGIGIL SUHU 37,7, berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tak tergolong lain
Penjelasan:
Kode ICD-10 R50.9 (Demam, tak tergolong lain) digunakan untuk mengkodekan kondisi demam dengan suhu 37,7 derajat Celsius, yang disertai dengan menggigil. Ini merupakan kode untuk manifestasi gejala umum demam, tanpa mengidentifikasi penyebab spesifik.
Tidak terdapat kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang terkait dengan kondisi ini, karena pada umumnya penanganan demam ringan seperti ini tidak memerlukan tindakan prosedural khusus, tetapi cukup dengan manajemen simptomatik. -
Article No. 19775 | 18 Jul 2025
Klinis : HIPERTERMI MENGGIGIL SUHU 37,7
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi hipertermi menggigil dengan suhu 37,7°C:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan terapi simptomatik untuk mengatasi hipertermi dan menggigil.
Penjelasan:
Dalam kasus ini, pasien mengalami hipertermi (demam) dengan suhu 37,7°C dan disertai dengan menggigil. Berdasarkan informasi yang diberikan, tidak terdapat rincian tambahan mengenai penyebab atau kondisi yang mendasari hipertermi tersebut. Oleh karena itu, kode ICD-10 yang paling sesuai adalah R50.9 (Demam, tidak terspesifikasi).
Kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis tidak tersedia, karena penanganan yang dilakukan biasanya bersifat simptomatik, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan terapi untuk mengatasi hipertermi dan menggigil. Tindakan medis yang spesifik akan bergantung pada penilaian klinis dan kondisi pasien secara keseluruhan. -
Article No. 19776 | 18 Jul 2025
Klinis : HIPERTERMI MENGGIGIL SUHU 37,7
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi hipertermi dengan menggigil dan suhu 37,7 derajat Celsius.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00007
Definisi: Suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS-08
Judul: Termoregulasi
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: NI-08
Judul: Manajemen Hipertermia
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal.
Dalam kondisi hipertermi dengan menggigil dan suhu 37,7 derajat Celsius, perawat perlu melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI NI-08 Manajemen Hipertermia. Intervensi ini dapat mencakup pemberian cairan intravena, pemberian antipiretik, penggunaan kompres dingin, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. -
Article No. 19777 | 18 Jul 2025
Klinis : Pasien mengatakan muntah darah sejak subuh tadi, warna merah kehitaman, jumlah banyak. Riwayat terakhir kemarin. Nyeri perut tidak ada, ada mual. Nyeri kepala sejak kemarin malam. Tidak ada sesak, tidak ada nyeri dada. Riwayat sakit: polisitemia vera, portal hypertension, chronic hepatitis. Kontrol ke RSSA. Obat yang digunakan: Hydroxyurea, Propanolol, Spironolactone, Asam Folat, Vitamin B12. Tensi 122/87, nadi 93 kali per menit, RR 22 kali per menit, suhu 36,6 derajat Celcius, saturasi 99%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan Gastrointestinal (SDKI 2017)
- Definisi: Keluarnya darah dari saluran cerna, yang dapat berasal dari esofagus, lambung, usus halus, atau usus besar.
- Penyebab: Portal hypertension, chronic hepatitis.
- Karakteristik: Pasien mengatakan muntah darah sejak subuh tadi, warna merah kehitaman, jumlah banyak. Riwayat terakhir kemarin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Perdarahan (SLKI 2019)
- Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengendalikan perdarahan.
- Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
b. Tidak ada perdarahan aktif.
c. Tidak ada tanda-tanda hipovolemia.
d. Tidak ada komplikasi terkait perdarahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perdarahan (SIKI 2018)
- Definisi: Serangkaian tindakan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi perdarahan.
- Aktivitas:
a. Kaji tanda-tanda vital secara berkala.
b. Kaji karakteristik perdarahan (lokasi, jumlah, warna, dan durasi).
c. Berikan oksigen sesuai indikasi.
d. Berikan cairan intravena sesuai indikasi.
e. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi.
f. Pantau komplikasi terkait perdarahan.
g. Berikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Perdarahan Gastrointestinal. Pasien mengeluhkan muntah darah sejak subuh tadi dengan karakteristik darah berwarna merah kehitaman dan jumlah yang banyak, serta riwayat perdarahan kemarin. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan dari saluran cerna, yang kemungkinan disebabkan oleh kondisi penyakit penyerta pasien, yaitu polisitemia vera, portal hypertension, dan chronic hepatitis.
Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Perdarahan, di mana tanda-tanda vital pasien harus dalam rentang normal, tidak ada perdarahan aktif, tidak ada tanda-tanda hipovolemia, dan tidak ada komplikasi terkait perdarahan. Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Perdarahan, yang mencakup pengkajian tanda-tanda vital dan karakteristik perdarahan, pemberian oksigen dan cairan intravena sesuai indikasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologi, pemantauan komplikasi, serta pemberian dukungan emosional pada pasien dan keluarga. -
Article No. 19778 | 18 Jul 2025
Klinis : demam 1 hari SMRS, kejang 2x
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang ditampilkan, yaitu demam 1 hari dan kejang 2 kali, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Hiperthermi Berhubungan dengan Proses Penyakit
Hiperthermi didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan kehilangan panas. Kondisi ini sesuai dengan gejala demam 1 hari yang dialami pasien.
2. Resiko Cedera Berhubungan dengan Kejang
Resiko Cedera merupakan kerentanan individu terhadap cedera fisik yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kejang. Dalam kasus ini, pasien mengalami kejang sebanyak 2 kali, sehingga terdapat risiko cedera yang perlu diantisipasi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Tanda Vital
Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah yang berada dalam rentang normal.
2. Tidak Terjadi Cedera Selama Kejang
Pasien tidak mengalami cedera fisik selama episode kejang yang terjadi, seperti luka pada kepala, bibir, atau lidah.
3. Pengetahuan Peningkatan Manajemen Kesehatan
Pasien dan keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen kesehatan terkait kondisi demam dan kejang, serta mampu melakukan tindakan yang tepat saat menghadapi episode kejang.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan:
1. Manajemen Demam
a. Monitor suhu tubuh pasien secara berkala.
b. Berikan obat antipiretik sesuai resep dokter untuk menurunkan demam.
c. Lakukan tindakan pendinginan, seperti kompres hangat, untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
d. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen demam, termasuk cara memonitor suhu dan pemberian obat.
2. Pencegahan Cedera saat Kejang
a. Posisikan pasien dengan aman untuk mencegah cedera saat kejang.
b. Letakkan bantal atau bantalan di sekitar pasien untuk melindungi kepala.
c. Jauhkan benda-benda keras atau tajam yang dapat menyebabkan cedera.
d. Pastikan jalan napas pasien tetap terbuka dan berikan oksigen jika diperlukan.
e. Dokumentasikan durasi, frekuensi, dan gejala kejang yang terjadi.
f. Edukasi pasien dan keluarga tentang cara mencegah cedera saat kejang.
3. Peningkatan Pengetahuan Manajemen Kesehatan
a. Identifikasi pemahaman pasien dan keluarga tentang kondisi demam dan kejang.
b. Berikan edukasi komprehensif tentang gejala, penyebab, penanganan, dan pencegahan demam serta kejang.
c. Libatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Berikan kesempatan bagi pasien dan keluarga untuk mempraktikkan tindakan yang telah diajarkan.
e. Evaluasi secara berkala tingkat pengetahuan dan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola kondisi kesehatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu stabilitas tanda vital, pencegahan cedera saat kejang, serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan manajemen kesehatan.