Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16818 | 05 May 2025
Klinis : Efusi pleura
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat pakar, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi efusi pleura.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi efusi pleura adalah "Gangguan Pertukaran Gas" dengan definisi "Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau ventilasi yang adekuat." Hal ini disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura, yang dapat menghambat ekspansi paru-paru sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemeliharaan Fungsi Pernapasan: Pasien dapat mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat dengan indikator:
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal.
- Irama pernapasan teratur.
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
2. Peningkatan Oksigenasi: Pasien dapat meningkatkan oksigenasi dengan indikator:
- Saturasi oksigen dalam darah (SpO2) dalam rentang normal.
- Tidak ada tanda-tanda sianosis.
- Tidak ada tanda-tanda hipoventilasi.
3. Pengendalian Cairan: Pasien dapat mengendalikan akumulasi cairan dalam rongga pleura dengan indikator:
- Tidak ada peningkatan volume cairan pleura.
- Tidak ada tanda-tanda penurunan ekspansi paru-paru.
- Tidak ada tanda-tanda gangguan pernapasan yang progresif.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital:
- Memantau frekuensi pernapasan, nadi, suhu, dan saturasi oksigen secara berkala.
- Mengkaji tanda-tanda distres pernapasan, seperti peningkatan usaha pernapasan, sianosis, dan ortopnea.
2. Pemberian Oksigen:
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam darah yang adekuat.
- Memantau efektivitas pemberian oksigen dan menyesuaikan laju aliran oksigen jika diperlukan.
3. Manajemen Cairan:
- Melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya akumulasi cairan dalam rongga pleura.
- Mengkolaborasi dengan tim medis untuk melakukan tindakan drainase cairan pleura, jika diperlukan.
- Memantau masukan dan pengeluaran cairan untuk mengendalikan keseimbangan cairan.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Memberikan edukasi tentang efusi pleura, tanda-tanda komplikasi, dan pentingnya mematuhi rencana perawatan.
- Melibatkan keluarga dalam proses perawatan dan mendorong partisipasi aktif mereka.
Dengan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang tepat, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan efektif untuk membantu pasien dengan efusi pleura mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 16676 | 04 May 2025
Klinis : bersihan jalan napas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "bersihan jalan napas tidak efektif".
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 00031
Nama: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 0301
Nama: Jalan Napas Lancar
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan bebas dari obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6305
Nama: Manajemen Jalan Napas
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan.
Penjelasan singkat:
Diagnosa Keperawatan "Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif" menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas, sehingga mengakibatkan jalan napas tidak bersih dan memadai. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah Manajemen Jalan Napas, yang bertujuan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi pernapasan pasien. -
Article No. 16677 | 04 May 2025
Klinis : Pasien menyatakan bahwa sejak terkena stroke 5 hari lalu, ia mengalami kesulitan berbicara jelas. Pasien merasa frustrasi dan sedih karena tidak bisa menyampaikan maksud kepada keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien ingin kembali dapat berbicara agar bisa berkomunikasi normal. Pasien menunjukkan antusiasme terhadap senam bicara. Pasien menyatakan masih mampu membaca dan memahami teks sederhana.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dengan kode dan definisinya sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Komunikasi Verbal Terganggu
SDKI: Kode D.0104, Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan lisan secara efektif.
SLKI: Kode K.0102, Definisi: Kemampuan untuk mengungkapkan pesan lisan secara efektif.
SIKI: Kode I.0102, Definisi: Intervensi untuk membantu klien dalam mengungkapkan pesan lisan secara efektif.
2. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
SDKI: Kode P.0001, Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dipersepsikan atau tidak diketahui, disertai rasa tidak nyaman dan perasaan tidak berdaya.
SLKI: Kode K.0001, Definisi: Kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan menghadapi perasaan cemas.
SIKI: Kode I.0001, Definisi: Intervensi untuk membantu klien dalam mengenali, mengelola, dan menghadapi perasaan cemas.
3. Diagnosa Keperawatan: Motivasi Rendah
SDKI: Kode P.0010, Definisi: Kurangnya dorongan internal untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku.
SLKI: Kode K.0010, Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
SIKI: Kode I.0010, Definisi: Intervensi untuk meningkatkan dorongan internal klien untuk melakukan tindakan atau perilaku.
Dalam menangani kondisi pasien ini, perawat dapat menerapkan intervensi-intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa-diagnosa tersebut, seperti:
- Membantu pasien dalam melatih kemampuan bicara melalui senam bicara
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan motivasi
- Membantu pasien dalam berkomunikasi dengan keluarga dan tenaga kesehatan menggunakan media alternatif (tulisan, isyarat, dsb.)
Tujuan akhirnya adalah membantu pasien mencapai kemampuan komunikasi verbal yang optimal sehingga dapat kembali berkomunikasi normal dengan keluarga dan tenaga kesehatan. -
Article No. 16678 | 04 May 2025
Klinis : Pasien menyatakan bahwa sejak terkena stroke 5 hari lalu, ia mengalami kesulitan berbicara jelas. Pasien merasa frustrasi dan sedih karena tidak bisa menyampaikan maksud kepada keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien ingin kembali dapat berbicara agar bisa berkomunikasi normal. Pasien menyatakan antusiasme terhadap senam bicara. Pasien menyatakan masih mampu membaca dan memahami teks sederhana.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Komunikasi Verbal Terganggu
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan atau menerima pesan verbal.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Komunikasi Verbal
- Pasien dapat berkomunikasi verbal secara efektif.
- Pasien dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan jelas.
- Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain sesuai kebutuhan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Wicara
- Fasilitasi pasien untuk melakukan senam bicara dan latihan artikulasi.
- Ajarkan teknik pernapasan dan latihan vokal untuk meningkatkan kemampuan berbicara.
- Kolaborasi dengan terapis wicara untuk menyusun program rehabilitasi komunikasi yang sesuai.
2. Dukungan Emosional
- Berikan empati dan validasi terhadap perasaan frustasi dan sedih pasien.
- Dorong pasien untuk mengekspresikan emosinya secara terbuka.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional bagi pasien.
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan informasi tentang kondisi pasca stroke dan dampaknya terhadap komunikasi verbal.
- Ajarkan teknik komunikasi alternatif, seperti menggunakan papan tulis, isyarat, atau menulis.
- Diskusikan harapan dan tujuan pasien dalam pemulihan komunikasi verbal.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan "Komunikasi Verbal Terganggu" sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami kesulitan berbicara jelas pasca stroke. Pasien merasa frustrasi dan sedih karena tidak dapat menyampaikan maksud kepada keluarga dan tenaga kesehatan. Namun, pasien masih mampu membaca dan memahami teks sederhana, serta antusias untuk mengikuti senam bicara.
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat berkomunikasi verbal secara efektif, dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan jelas, serta dapat berinteraksi dengan orang lain sesuai kebutuhan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi terapi wicara untuk meningkatkan kemampuan berbicara, dukungan emosional untuk mengelola perasaan frustasi dan sedih, serta edukasi kesehatan untuk membantu pasien memahami kondisinya dan menguasakan teknik komunikasi alternatif.
Melalui pendekatan holistik ini, diharapkan pasien dapat pulih secara optimal dan dapat kembali berkomunikasi dengan normal. -
Article No. 16679 | 04 May 2025
Klinis : Pasien menyatakan bahwa sejak terkena stroke 5 hari lalu, ia mengalami kesulitan berbicara jelas. Pasien merasa frustrasi dan sedih karena tidak bisa menyampaikan maksud kepada keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien ingin kembali dapat berbicara agar bisa berkomunikasi normal. Pasien menyatakan antusiasme terhadap senam bicara. Pasien menyatakan masih mampu membaca dan memahami teks sederhana.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, dengan mengacu pada standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Komunikasi Verbal** *(Kode: 00051)*
**Definisi**: Ketidakmampuan untuk menggunakan atau memahami bahasa dalam berinteraksi secara verbal.
**Fokus Intervensi (SIKI)**:
- **Peningkatan Kemampuan Komunikasi** *(Kode: 4410)*
- **Dukungan Emosional** *(Kode: 5270)*
**Luaran Keperawatan (SLKI)**:
- **Kemampuan Komunikasi Verbal** *(Kode: 0902)*
- Kriteria:
- **Kemampuan mengucapkan kata meningkat** (Skala 3: Kadang-kadang mampu).
- **Ekspresi verbal dipahami oleh orang lain** (Skala 2: Sedikit dipahami).
- **Kemampuan berpartisipasi dalam terapi wicara** (Skala 4: Sering berpartisipasi).
---
### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)**
- **Gangguan Komunikasi Verbal (00051)** dipilih karena pasien mengalami disfasia pasca-stroke, ditandai dengan kesulitan berbicara jelas dan frustrasi akibat ketidakmampuan menyampaikan maksud. Data pendukung:
- *Faktor terkait*: Kerusakan neurologis (stroke).
- *Manifestasi*: Kesulitan artikulasi, respons emosional (frustrasi/sedih).
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)**
- **Kemampuan Komunikasi Verbal (0902)** menjadi luaran utama, dengan target peningkatan:
- **Kemampuan mengucapkan kata** (dari *Skala 1: Tidak mampu* → *Skala 3: Kadang-kadang mampu*).
- **Pemahaman orang lain terhadap ucapan pasien** (dari *Skala 1: Tidak dipahami* → *Skala 2: Sedikit dipahami*).
- *Indikator tambahan*: **Kesiapan mengikuti terapi wicara** (Skala 4: Sering berpartisipasi) didukung oleh antusiasme pasien terhadap senam bicara.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)**
- **Peningkatan Kemampuan Komunikasi (4410)**:
- Latihan artikulasi dengan terapis wicara.
- Gunakan alat bantu komunikasi (gambar/teks sederhana).
- Beri waktu cukup untuk pasien merespons.
- **Dukungan Emosional (5270)**:
- Validasi perasaan frustrasi/sedih.
- Libatkan keluarga dalam proses komunikasi.
- Beri reinforcement positif atas kemajuan.
---
### **Rasional**
- **Dasar Pemilihan Diagnosa**: Gangguan komunikasi pada pasien stroke sering disebabkan oleh kerusakan area Broca/Wernicke di otak. Intervensi terstruktur (seperti terapi wicara) dan dukungan psikososial terbukti meningkatkan luaran.
- **Kesesuaian dengan Kondisi Pasien**:
- *Kemampuan membaca/pemahaman teks sederhana* menjadi modal untuk intervensi berbasis visual.
- *Antusiasme terhadap senam bicara* menunjukkan motivasi intrinsik, faktor prognostik positif.
---
### **Catatan Akademis**
Diagnosa ini konsisten dengan *NANDA-I 2021-2023* (Domain 5: Perception/Cognition, Kelas 3: Communication) dan *Clinical Practice Guidelines for Post-Stroke Rehabilitation*. Evaluasi berkala diperlukan untuk menilai progres artikulasi dan adaptasi emosional pasien.
---
*Referensi: Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi 4 (PPNI, 2020); Doenges et al. (2019). Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing Client Care.*
Format RTF terlampir dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis. -
Article No. 16680 | 04 May 2025
Klinis : Skenario Diare Seorang anak laki-laki, 3 tahun, dirawat di puskesmas, dalam enam jam terakhir ia mengalami diare sebanyak 5 kali. Ibunya mengatakan bahwa anaknya demam sejak kemarin. Ia mengatakan bahwa diare tersebut mungkin disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, karena kemarin sore ia melihat anaknya minum segelas susu yang disajikan untuk pagi hari. Berdasarkan pengkajian fisik, ia tampak mengantuk, turgor kulit empat detik, mukosa mulut kering, Suhu : 38,50 C dan berat badan 13,5 kg. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya sebelumnya 15 kg. Anak tersebut tampak takut ketika perawat mendekatinya, dan ia mulai menangis. Sementara kondisinya membaik, perawat memberi tahu ibunya tentang lima langkah untuk menghentikan diare, termasuk mencuci tangan sesering mungkin.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam skenario yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksi yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak ditentukan
Berdasarkan informasi yang diberikan, anak laki-laki berusia 3 tahun mengalami diare sebanyak 5 kali dalam 6 jam terakhir, disertai dengan demam sejak kemarin. Gejala-gejala yang ditemukan, seperti mengantuk, turgor kulit menurun, mukosa mulut kering, dan penurunan berat badan, menunjukkan adanya dehidrasi. Hal ini mengarah pada diagnosis diare infeksius yang mungkin disebabkan oleh kontaminasi makanan atau minuman.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.27
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena (IV)
Dalam kasus ini, tidak ada informasi spesifik mengenai tindakan medis yang dilakukan. Namun, mengingat kondisi dehidrasi yang dialami anak, pemberian cairan intravena (IV) mungkin diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit.
Selain itu, perawat juga memberikan edukasi kepada ibu mengenai lima langkah untuk menghentikan diare, termasuk mencuci tangan sesering mungkin. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya diare yang lebih parah dan mempercepat pemulihan anak. -
Article No. 16681 | 04 May 2025
Klinis : Skenario Diare Seorang anak laki-laki, 3 tahun, dirawat di puskesmas, dalam enam jam terakhir ia mengalami diare sebanyak 5 kali. Ibunya mengatakan bahwa anaknya demam sejak kemarin. Ia mengatakan bahwa diare tersebut mungkin disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, karena kemarin sore ia melihat anaknya minum segelas susu yang disajikan untuk pagi hari. Berdasarkan pengkajian fisik, ia tampak mengantuk, turgor kulit empat detik, mukosa mulut kering, Suhu : 38,50 C dan berat badan 13,5 kg. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya sebelumnya 15 kg. Anak tersebut tampak takut ketika perawat mendekatinya, dan ia mulai menangis. Sementara kondisinya membaik, perawat memberi tahu ibunya tentang lima langkah untuk menghentikan diare, termasuk mencuci tangan sesering mungkin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan skenario yang Anda berikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat tentang SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Dehidrasi (00028)
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang lebih besar dari yang masuk, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
2. Kecemasan (00146)
Definisi: Respon emosional dan perilaku terhadap sumber ancaman yang tidak diketahui atau tidak jelas.
3. Ketakutan (00148)
Definisi: Respon emosional yang disebabkan oleh pengenalan terhadap sumber bahaya yang dianggap nyata.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Dehidrasi (00028)
Kode: 10008
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang lebih besar dari yang masuk, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
2. Kecemasan (00146)
Kode: 10028
Definisi: Respon emosional dan perilaku terhadap sumber ancaman yang tidak diketahui atau tidak jelas.
3. Ketakutan (00148)
Kode: 10029
Definisi: Respon emosional yang disebabkan oleh pengenalan terhadap sumber bahaya yang dianggap nyata.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan (0601)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengatur masukan dan pengeluaran cairan untuk mempertahankan fungsi fisiologis yang optimal.
2. Tingkat Kecemasan (1211)
Definisi: Tingkat apresiasi individu terhadap ancaman, bahaya, atau tantangan.
3. Tingkat Ketakutan (1210)
Definisi: Intensitas respons emosional individu terhadap ancaman yang dikenali atau dirasakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan (4120)
Definisi: Pengaturan cairan dan elektrolit untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
2. Pengurangan Kecemasan (5820)
Definisi: Pengurangan intensitas perasaan cemas, ketakutan, kekhawatiran, atau ketidaknyamanan yang dialami individu.
3. Manajemen Rasa Takut (5380)
Definisi: Pemberian dukungan untuk mengurangi rasa takut yang dialami individu.
Dalam skenario yang diberikan, anak laki-laki tersebut mengalami diare yang disertai dengan demam, dehidrasi, dan kecemasan/ketakutan. Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa dan luaran yang telah disebutkan, seperti manajemen cairan, pengurangan kecemasan, dan manajemen rasa takut, serta memberikan edukasi kepada ibu mengenai langkah-langkah untuk menghentikan diare. -
Article No. 16682 | 04 May 2025
Klinis : Skenario Diare Seorang anak laki-laki, 3 tahun, dirawat di puskesmas, dalam enam jam terakhir ia mengalami diare sebanyak 5 kali. Ibunya mengatakan bahwa anaknya demam sejak kemarin. Ia mengatakan bahwa diare tersebut mungkin disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, karena kemarin sore ia melihat anaknya minum segelas susu yang disajikan untuk pagi hari. Berdasarkan pengkajian fisik, ia tampak mengantuk, turgor kulit empat detik, mukosa mulut kering, Suhu : 38,50 C dan berat badan 13,5 kg. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya sebelumnya 15 kg. Anak tersebut tampak takut ketika perawat mendekatinya, dan ia mulai menangis. Sementara kondisinya membaik, perawat memberi tahu ibunya tentang lima langkah untuk menghentikan diare, termasuk mencuci tangan sesering mungkin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Anak dengan Diare**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan berdasarkan skenario kasus, sesuai dengan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI: 00027)**
**Definisi:**
Penurunan volume cairan intravaskular, interstitial, atau intraselular yang mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau gangguan perfusi jaringan.
**Data Pendukung:**
- Diare 5x dalam 6 jam.
- Turgor kulit 4 detik (lambat).
- Mukosa mulut kering.
- Penurunan berat badan dari 15 kg menjadi 13,5 kg (kehilangan cairan).
- Demam (38,5°C) meningkatkan risiko dehidrasi.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI):**
**Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Meningkat (SLKI: 0401)**
**Indikator:**
- Turgor kulit membaik (<2 detik).
- Mukosa mulut lembab.
- Asupan cairan adekuat.
- Frekuensi diare menurun.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI):**
**a. Manajemen Cairan (SIKI: 2120)**
- **Tindakan:**
- Berikan oralit sesuai protokol rehidrasi.
- Pantau tanda vital (terutama suhu dan nadi).
- Observasi frekuensi diare dan karakteristik feses.
**b. Edukasi Kesehatan (SIKI: 5604)**
- **Tindakan:**
- Ajarkan ibu tentang pemberian cairan yang aman (air matang, oralit).
- Tekankan pentingnya cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan setelah BAB.
- Jelaskan tanda dehidrasi (mata cekung, lemas, jarang BAK).
**c. Manajemen Demam (SIKI: 3580)**
- **Tindakan:**
- Kompres hangat.
- Berikan antipiretik sesuai resep.
- Pantau suhu setiap 2–4 jam.
---
### **4. Diagnosa Tambahan (Jika Diperlukan):**
**Ansietas pada Anak (SDKI: 00146)**
**Data Pendukung:**
- Anak menangis dan takut saat perawat mendekat.
**Intervensi:**
- Gunakan pendekatan non-threatening (berbicara lembut, hindari gerakan tiba-tiba).
- Libatkan ibu dalam proses perawatan untuk mengurangi ketakutan.
---
### **Kesimpulan:**
Prioritas utama adalah **mengatasi dehidrasi** melalui rehidrasi dan pemantauan ketat, disertai edukasi untuk mencegah komplikasi. Pendekatan holistik mencakup aspek fisik (cairan, demam) dan psikologis (ansietas anak).
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis).* -
Article No. 16683 | 04 May 2025
Klinis : Skenario Diare Seorang anak laki-laki, 3 tahun, dirawat di puskesmas, dalam enam jam terakhir ia mengalami diare sebanyak 5 kali. Ibunya mengatakan bahwa anaknya demam sejak kemarin. Ia mengatakan bahwa diare tersebut mungkin disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, karena kemarin sore ia melihat anaknya minum segelas susu yang disajikan untuk pagi hari. Berdasarkan pengkajian fisik, ia tampak mengantuk, turgor kulit empat detik, mukosa mulut kering, Suhu : 38,50 C dan berat badan 13,5 kg. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya sebelumnya 15 kg. Anak tersebut tampak takut ketika perawat mendekatinya, dan ia mulai menangis. Sementara kondisinya membaik, perawat memberi tahu ibunya tentang lima langkah untuk menghentikan diare, termasuk mencuci tangan sesering mungkin.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci terkait kasus diare pada anak laki-laki berusia 3 tahun yang dirawat di puskesmas.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko Hipovolemia
- Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan tubuh yang dapat mengancam fungsi organ.
- Karakteristik Definisi: Diare, suhu tubuh meningkat, turgor kulit menurun, mukosa mulut kering, anak tampak mengantuk.
2. Ketakutan
- Definisi: Respon emosional terhadap ancaman yang diidentifikasi secara jelas yang dapat memengaruhi perilaku dan fisiologis individu.
- Karakteristik Definisi: Anak tampak takut ketika perawat mendekatinya dan mulai menangis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipovolemia Terkendali
- Indikator:
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
- Turgor kulit membaik
- Mukosa mulut lembab
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2. Kendali Rasa Takut
- Indikator:
- Anak kooperatif saat interaksi dengan perawat
- Ekspresi wajah rileks
- Anak dapat menunjukkan perasaan aman
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Cairan
- Tujuan: Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Aktivitas:
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Monitor tanda-tanda vital
- Berikan informasi kepada ibu tentang pentingnya menjaga hidrasi anak
2. Manajemen Rasa Takut
- Tujuan: Menurunkan rasa takut anak terhadap perawat.
- Aktivitas:
- Bangun hubungan saling percaya dengan anak
- Berikan penjelasan kepada anak tentang prosedur yang akan dilakukan
- Gunakan pendekatan yang lembut dan tenang saat berinteraksi dengan anak
- Beri pujian dan dukungan saat anak kooperatif
- Libatkan ibu dalam proses perawatan untuk membuat anak merasa aman
Dalam kasus ini, penanganan yang tepat dan komprehensif sangat penting untuk memulihkan kondisi anak, menjaga hidrasi, dan mengatasi rasa takutnya. Perawat harus bekerja sama dengan ibu untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan memastikan kesembuhan anak. -
Article No. 16684 | 04 May 2025
Klinis : Skenario Diare Seorang anak laki-laki, 3 tahun, dirawat di puskesmas, dalam enam jam terakhir ia mengalami diare sebanyak 5 kali. Ibunya mengatakan bahwa anaknya demam sejak kemarin. Ia mengatakan bahwa diare tersebut mungkin disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, karena kemarin sore ia melihat anaknya minum segelas susu yang disajikan untuk pagi hari. Berdasarkan pengkajian fisik, ia tampak mengantuk, turgor kulit empat detik, mukosa mulut kering, Suhu : 38,50 C dan berat badan 13,5 kg. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya sebelumnya 15 kg. Anak tersebut tampak takut ketika perawat mendekatinya, dan ia mulai menangis. Sementara kondisinya membaik, perawat memberi tahu ibunya tentang lima langkah untuk menghentikan diare, termasuk mencuci tangan sesering mungkin.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI untuk Pasien Anak dengan Diare**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan berdasarkan skenario kasus, sesuai dengan standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI Code: 00027)**
**Definisi:**
Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler yang mengakibatkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
**Data Pendukung:**
- Diare 5 kali dalam 6 jam.
- Turgor kulit 4 detik (lambat).
- Mukosa mulut kering.
- Penurunan berat badan dari 15 kg menjadi 13,5 kg (kehilangan cairan).
- Demam (38,5°C) meningkatkan risiko dehidrasi.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 2701 – Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjaga):**
- Turgor kulit normal (<2 detik).
- Mukosa mulut lembap.
- Asupan cairan adekuat.
- Frekuensi diare menurun.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 2701 – Manajemen Cairan):**
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa, produksi urine).
- Berikan oralit atau cairan rehidrasi oral (CRO) sesuai protokol.
- Kolaborasi pemberian cairan intravena jika diperlukan.
- Edukasi ibu tentang pemberian cairan yang adekuat.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Definisi:**
Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen akibat diare infeksius (diduga dari susu terkontaminasi).
**Data Pendukung:**
- Riwayat konsumsi susu yang diduga terkontaminasi.
- Demam (38,5°C) menunjukkan respons inflamasi.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 0401 – Risiko Infeksi Terkendali):**
- Suhu tubuh normal (36,5–37,5°C).
- Tidak ada episode diare berlanjut.
- Tanda-tanda infeksi berkurang.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 0401 – Pencegahan Infeksi):**
- Ajarkan ibu teknik cuci tangan yang benar.
- Pantau suhu tubuh secara berkala.
- Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas pada Anak (SDKI Code: 00146)**
**Definisi:**
Perasaan takut atau tidak nyaman yang dialami anak saat berinteraksi dengan tenaga kesehatan.
**Data Pendukung:**
- Anak menangis dan takut ketika perawat mendekati.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 1461 – Ansietas Terkendali):**
- Anak lebih kooperatif selama pemeriksaan.
- Ekspresi wajah lebih tenang.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 1461 – Manajemen Ansietas):**
- Gunakan pendekatan yang lembut dan tidak mengancam.
- Libatkan ibu dalam proses perawatan untuk memberikan rasa aman.
- Berikan distraksi (misal: mainan) untuk mengurangi ketakutan.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan Orang Tua tentang Penanganan Diare (SDKI Code: 00126)**
**Definisi:**
Ketidakpahaman orang tua mengenai tata laksana diare di rumah.
**Data Pendukung:**
- Ibu tidak menyadari risiko kontaminasi makanan.
- Perlu edukasi tentang langkah pencegahan diare.
**Luaran yang Diharapkan (SLKI Code: 1261 – Pengetahuan Orang Tua Meningkat):**
- Ibu mampu menyebutkan 5 langkah pencegahan diare.
- Ibu memahami pentingnya kebersihan makanan dan minuman.
**Intervensi Keperawatan (SIKI Code: 1261 – Edukasi Kesehatan):**
- Ajarkan langkah pencegahan diare (cuci tangan, penyimpanan makanan yang aman).
- Berikan informasi tentang tanda-tanda dehidrasi yang perlu diwaspadai.
---
### **Kesimpulan**
Prioritas intervensi keperawatan pada kasus ini adalah:
1. **Rehidrasi** untuk mengatasi dehidrasi.
2. **Pencegahan infeksi** melalui edukasi higienitas.
3. **Manajemen ansietas** anak.
4. **Edukasi orang tua** tentang penanganan diare di rumah.
Dokumentasi keperawatan harus mengacu pada **SDKI, SLKI, dan SIKI** untuk memastikan standar asuhan keperawatan yang terstruktur dan berbasis evidence.
---
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).* Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.