Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18700 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan multiple sclerosis yang disertai dengan kelemahan ekstremitas bawah berisiko tinggi jatuh. Intervensi prioritas untuk mengurangi risiko jatuh adalah: Question 30Answer A. Memastikan lingkungan bebas dari benda berbahaya B. Memberikan kursi roda meski pasien masih mampu berjalan C. Membatasi pasien hanya berada di tempat tidur D. Menyarankan pasien berjalan tanpa bantuan untuk meningkatkan kepercayaan diri E. Menghindari alat bantu mobilitas untuk pasien dengan MS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien dengan multiple sclerosis yang disertai dengan kelemahan ekstremitas bawah berisiko tinggi jatuh adalah: Risiko Jatuh.
Intervensi prioritas untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien tersebut adalah:
A. Memastikan lingkungan bebas dari benda berbahaya
Penjelasan: Lingkungan yang bebas dari benda berbahaya seperti lantai yang licin, kabel yang berserakan, dan perabotan yang mudah tersenggol dapat mengurangi risiko pasien untuk jatuh. Perawat harus melakukan identifikasi dan menghilangkan potensi bahaya di lingkungan sekitar pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Lingkungan Aman, yaitu lingkungan yang bebas dari potensi bahaya yang dapat menyebabkan pasien jatuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Identifikasi potensi bahaya di lingkungan pasien
2. Eliminasi potensi bahaya di lingkungan pasien
3. Pengaturan tata letak perabotan yang aman
4. Penerangan yang cukup di area pasien
5. Penggunaan peralatan bantu yang sesuai
B. Memberikan kursi roda meski pasien masih mampu berjalan
Penjelasan: Memberikan kursi roda pada pasien dengan multiple sclerosis yang masih mampu berjalan tidak direkomendasikan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kemampuan berjalan dan mobilitas pasien. Sebaiknya pasien didorong untuk tetap aktif bergerak dan menggunakan alat bantu mobilitas yang sesuai dengan kemampuannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Mobilitas Terganggu Ringan, yaitu kemampuan pasien untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan yang terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien
2. Edukasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai
3. Latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan
4. Pengawasan saat pasien melakukan aktivitas
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
C. Membatasi pasien hanya berada di tempat tidur
Penjelasan: Membatasi pasien hanya berada di tempat tidur tidak direkomendasikan, karena dapat menyebabkan penurunan kemampuan fungsional dan risiko komplikasi lainnya. Pasien dengan multiple sclerosis perlu didorong untuk tetap aktif dan bergerak sesuai dengan kemampuannya, dengan pengawasan dan alat bantu yang sesuai.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Mobilitas Terganggu Ringan, yaitu kemampuan pasien untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan yang terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien
2. Edukasi pentingnya aktivitas fisik dan mobilitas
3. Latihan fisik yang terstruktur dan bertahap
4. Pengawasan saat pasien melakukan aktivitas
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
D. Menyarankan pasien berjalan tanpa bantuan untuk meningkatkan kepercayaan diri
Penjelasan: Menyarankan pasien dengan multiple sclerosis yang mengalami kelemahan ekstremitas bawah untuk berjalan tanpa bantuan tidak disarankan. Hal ini dapat meningkatkan risiko jatuh dan menyebabkan cidera pada pasien. Sebaiknya, pasien diberikan alat bantu mobilitas yang sesuai dengan kemampuannya untuk meningkatkan keamanan dan kepercayaan diri.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Mobilitas Terganggu Ringan, yaitu kemampuan pasien untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan yang terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien
2. Edukasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai
3. Latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan
4. Pengawasan saat pasien melakukan aktivitas
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi
E. Menghindari alat bantu mobilitas untuk pasien dengan MS
Penjelasan: Pernyataan ini tidak sesuai. Penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai dengan kemampuan pasien sangat penting untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien dengan multiple sclerosis yang mengalami kelemahan ekstremitas bawah. Alat bantu mobilitas dapat membantu meningkatkan keamanan dan mobilitas pasien, sehingga dapat mencegah terjadinya jatuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Mobilitas Terganggu Ringan, yaitu kemampuan pasien untuk bergerak secara mandiri dalam lingkungan yang terbatas.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Evaluasi kemampuan mobilitas pasien
2. Edukasi penggunaan alat bantu mobilitas yang sesuai
3. Latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan keseimbangan
4. Pengawasan saat pasien melakukan aktivitas
5. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk rehabilitasi -
Article No. 18701 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan multiple sclerosis yang disertai dengan kelemahan ekstremitas bawah berisiko tinggi jatuh. Intervensi prioritas untuk mengurangi risiko jatuh adalah: Question 30Answer A. Memastikan lingkungan bebas dari benda berbahaya B. Memberikan kursi roda meski pasien masih mampu berjalan C. Membatasi pasien hanya berada di tempat tidur D. Menyarankan pasien berjalan tanpa bantuan untuk meningkatkan kepercayaan diri E. Menghindari alat bantu mobilitas untuk pasien dengan MS
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan multiple sclerosis yang disertai dengan kelemahan ekstremitas bawah dan berisiko tinggi jatuh adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Risiko Jatuh
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Postur Tubuh
2. Mobilitas
3. Integritas Kulit
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Memastikan lingkungan bebas dari benda berbahaya (A)
- Mengevaluasi lingkungan pasien untuk mengidentifikasi bahaya potensial yang dapat menyebabkan jatuh, seperti permukaan licin, penerangan yang buruk, dan benda-benda yang mengganggu.
- Menghilangkan atau meminimalkan bahaya-bahaya tersebut untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.
2. Memberikan alat bantu mobilitas yang sesuai (B)
- Mengevaluasi kemampuan mobilitas pasien dan memberikan alat bantu mobilitas yang tepat, seperti walker atau kruk, untuk membantu pasien berjalan dengan aman.
- Memastikan alat bantu mobilitas yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien.
3. Mempromosikan mobilitas yang aman (C)
- Mendorong pasien untuk tetap aktif dan bergerak sesuai dengan kemampuannya, dengan pengawasan dan bantuan yang diperlukan.
- Mengajarkan teknik berjalan yang benar dan aman untuk mencegah jatuh.
4. Meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam mobilitas (D)
- Memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk tetap aktif dan mandiri dalam mobilitas.
- Membantu pasien mengembangkan strategi coping yang efektif untuk mengatasi rasa takut akan jatuh.
5. Menghindari penggunaan alat bantu mobilitas yang tidak sesuai (E)
- Mengevaluasi penggunaan alat bantu mobilitas yang diberikan kepada pasien dengan multiple sclerosis.
- Memastikan alat bantu mobilitas yang digunakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pasien, untuk mencegah risiko jatuh yang lebih tinggi.
Dalam mengelola risiko jatuh pada pasien dengan multiple sclerosis, pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien sangat penting. Intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individual pasien untuk memaksimalkan keamanan, mobilitas, dan kepercayaan diri dalam beraktivitas. -
Article No. 18702 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan SLE yang sedang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi dapat mengalami peningkatan suhu atau demam ringan (37.9°C), kelelahan, dan peningkatan CRP. Sebagai perawat, intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah penjelasan rinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan SLE yang sedang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi dengan peningkatan suhu atau demam ringan, kelelahan, dan peningkatan CRP adalah "Intoleransi Aktivitas". Diagnosa ini dipilih karena pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas akibat kelelahan yang disebabkan oleh peradangan sistemik dan efek samping terapi kortikosteroid.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan kemampuan fungsional.
- Pasien menunjukkan peningkatan energi dan stamina.
2. Keadaan Klinis Membaik
- Pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh atau bebas dari demam ringan.
- Kadar CRP pasien menurun menuju batas normal.
- Pasien melaporkan penurunan keluhan kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Energi
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada pasien.
- Mengatur ulang jadwal aktivitas dan istirahat pasien untuk mencegah kelelahan.
- Mengajarkan teknik-teknik manajemen energi, seperti pengaturan aktivitas, istirahat yang cukup, dan penggunaan alat bantu.
- Memantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap aktivitas.
2. Manajemen Peradangan
- Memantau tanda-tanda peradangan, seperti suhu tubuh dan kadar CRP.
- Mengkaji efek samping terapi kortikosteroid dan melaporkan kepada tim kesehatan.
- Mengkolaborasikan pemberian terapi anti-inflamasi sesuai dengan resep dokter.
- Memberikan edukasi kepada pasien mengenai manajemen peradangan dan perawatan diri.
3. Manajemen Kelelahan
- Mengkaji tingkat kelelahan pasien dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
- Mengembangkan rencana aktivitas dan istirahat yang seimbang.
- Mengajarkan teknik-teknik manajemen kelelahan, seperti relaksasi, meditasi, dan pengaturan pola tidur.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis untuk mengatasi kelelahan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada manajemen energi, peradangan, dan kelelahan, diharapkan pasien dapat mencapai toleransi aktivitas yang meningkat dan keadaan klinis yang membaik sesuai dengan luaran yang diharapkan. -
Article No. 18703 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan SLE yang sedang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi dapat mengalami peningkatan suhu atau demam ringan (37.9°C), kelelahan, dan peningkatan CRP. Sebagai perawat, intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan SLE yang sedang menjalani terapi kortikosteroid dosis tinggi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Hipertermia". Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk efek samping penggunaan kortikosteroid dosis tinggi pada pasien dengan SLE. Pasien mengalami peningkatan suhu atau demam ringan (37.9°C), kelelahan, dan peningkatan CRP, yang merupakan gejala-gejala dari hipertermia.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Suhu tubuh pasien kembali normal (36.5°C - 37.5°C).
2. Pasien menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang berkurang.
3. Nilai CRP pasien menurun ke dalam batas normal.
4. Pasien dapat beraktivitas sehari-hari tanpa hambatan yang berarti.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah:
1. Pemantauan Tanda Vital:
- Mengukur suhu tubuh pasien secara berkala (misal setiap 4 jam).
- Memantau tanda-tanda vital lainnya seperti denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
2. Manajemen Suhu Tubuh:
- Memberikan kompres hangat atau dingin untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
- Mengatur lingkungan agar suhu dan kelembaban ruangan tetap nyaman.
- Menganjurkan pasien untuk minum air hangat atau dingin.
3. Manajemen Kelelahan:
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan pada pasien.
- Membantu pasien mengatur pola istirahat dan aktivitas yang seimbang.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kelelahan.
4. Pemantauan Laboratorium:
- Memantau nilai CRP secara berkala untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien.
- Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan laboratorium kepada tim kesehatan lainnya.
5. Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit SLE, efek samping terapi kortikosteroid, dan pentingnya menjaga kesehatan.
- Melakukan konseling untuk membantu pasien dan keluarga mengatasi masalah yang muncul.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu suhu tubuh kembali normal, tanda-tanda kelelahan berkurang, nilai CRP menurun, dan pasien dapat beraktivitas sehari-hari tanpa hambatan yang berarti. -
Article No. 18704 | 17 Jun 2025
Klinis : Seorang pria usia 65 tahun datang ke ruang hemodialisa dengan keluhan sesak napas dan bengkak pada kaki. Hasil pemeriksaan menunjukkan peningkatan tekanan vena jugularis dan terdapat ronki basah bilateral. Riwayat intake cairan lebih dari output urin dalam 3 hari terakhir. Apa masalah keperawatan utama pada kasus tersebut? Question 36Answer A. Risiko syok hipovolemik B. Gangguan pola tidur C. Intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, masalah keperawatan utama yang paling sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Kelebihan volume cairan
Kelebihan volume cairan merupakan kondisi di mana individu mengalami akumulasi cairan berlebihan dalam ruang intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan
- Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- Tanda-tanda kelebihan volume cairan (seperti peningkatan tekanan vena jugularis dan adanya ronki basah bilateral) dapat berkurang atau teratasi.
2. Status pernapasan
- Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa sesak napas.
3. Sirkulasi
- Pasien dapat mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen cairan
- Kaji intake dan output cairan pasien, serta tanda-tanda kelebihan volume cairan.
- Lakukan pembatasan asupan cairan sesuai kebutuhan pasien.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diuretik atau dialisis jika diperlukan.
2. Manajemen pernapasan
- Pantau status pernapasan pasien, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Ajarkan teknik pernapasan yang efektif kepada pasien.
3. Manajemen kardiovaskular
- Pantau tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, dan perfusi perifer.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan kondisi yang menyebabkan kelebihan volume cairan, seperti gagal jantung.
Penjelasan rinci:
Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah kelebihan volume cairan, yang ditandai dengan peningkatan tekanan vena jugularis, adanya ronki basah bilateral, dan riwayat intake cairan yang melebihi output urin dalam 3 hari terakhir. Kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas dan bengkak pada kaki. Tujuan asuhan keperawatan adalah mencapai keseimbangan cairan yang adekuat, memperbaiki status pernapasan, dan mempertahankan fungsi kardiovaskular yang optimal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen cairan, manajemen pernapasan, dan manajemen kardiovaskular, serta kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan yang sesuai. -
Article No. 18705 | 17 Jun 2025
Klinis : Tn S usia 65 tahun di rawat di melati dengan diagnosa medis BPH dengan keluhan sering berkemih. saat pengkajian ditemukan abdomen tegang, urin menetes setelah berkemih, merasa nyeri dan tidak puas saat berkemih, serta ada dorongan untuk berkemih. pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/80 mmHg, S 36.5 C, Nadi 80 X/Mnt, Pe: 24 X/ mnt. apakah masalah keperawatan utama pada kasus ini? Question 37Answer A. Nyeri B. Disfungsi Seksual C. Perubahan nutrisi D. Risiko infeksi E. Perubahan pola eliminasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah Perubahan pola eliminasi. Hal ini didasarkan pada gejala-gejala yang dialami oleh Tn. S, yaitu sering berkemih, abdomen tegang, urin menetes setelah berkemih, serta adanya dorongan untuk berkemih.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Perubahan pola eliminasi urin
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola eliminasi urin membaik
a. Indikator:
- Frekuensi berkemih menurun
- Tidak ada rasa tidak puas saat berkemih
- Tidak ada rasa sakit saat berkemih
- Tidak ada urin yang menetes setelah berkemih
- Tidak ada dorongan untuk berkemih secara terus-menerus
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Monitor pola eliminasi urin
a. Kaji frekuensi, volume, dan karakteristik urin
b. Pantau tanda-tanda infeksi saluran kemih
2. Berikan edukasi terkait pola eliminasi urin yang sehat
a. Jelaskan tentang anatomi dan fisiologi sistem urinari
b. Anjurkan konsumsi cairan yang cukup
c. Anjurkan toilet training yang benar
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan BPH
a. Koordinasi dengan dokter untuk evaluasi kondisi dan pemberian terapi yang sesuai
b. Koordinasi dengan fisioterapis untuk latihan otot dasar panggul
Penjelasan rinci:
Perubahan pola eliminasi urin merupakan masalah keperawatan utama pada kasus ini karena Tn. S mengalami gejala-gejala terkait gangguan fungsi sistem urinari, seperti sering berkemih, rasa tidak puas saat berkemih, serta dorongan berkemih yang tidak terkontrol. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) yang dialami oleh Tn. S.
Luaran yang diharapkan adalah perbaikan pola eliminasi urin, yang ditandai dengan penurunan frekuensi berkemih, tidak ada rasa tidak puas atau nyeri saat berkemih, tidak ada urin yang menetes setelah berkemih, serta tidak ada dorongan berkemih yang terus-menerus. Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah pemantauan pola eliminasi urin, edukasi terkait pola eliminasi urin yang sehat, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, fisioterapis) untuk penatalaksanaan BPH.
Pemantauan pola eliminasi urin bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini dan evaluasi perkembangan. Edukasi terkait pola eliminasi urin yang sehat bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien dan kemampuan melakukan perawatan diri. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain bertujuan untuk memastikan penatalaksanaan BPH yang sesuai, baik melalui terapi farmakologis maupun latihan otot dasar panggul. -
Article No. 18706 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita 27 tahun datang dengan keluhan sering buang air kecil, nyeri saat berkemih, dan merasa ingin terus buang air kecil meski kandung kemih kosong. Apa masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien wanita 27 tahun dengan keluhan sering buang air kecil, nyeri saat berkemih, dan merasa ingin terus buang air kecil meski kandung kemih kosong, maka dapat diidentifikasi beberapa diagnosis keperawatan yang sesuai menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Diagnosis Keperawatan SDKI:
a. Inkontinensia urin
b. Nyeri
c. Ketidakseimbangan cairan
Penjelasan:
a. Inkontinensia urin: Pasien mengalami keluhan sering buang air kecil dan merasa ingin terus buang air kecil meski kandung kemih kosong, yang menunjukkan adanya gangguan kontrol berkemih.
b. Nyeri: Pasien mengalami nyeri saat berkemih, yang merupakan gejala dari adanya masalah pada saluran kemih.
c. Ketidakseimbangan cairan: Pasien mungkin mengalami ketidakseimbangan cairan akibat frekuensi berkemih yang tinggi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Inkontinensia urin terkontrol
- Pasien dapat mengontrol pola berkemih
- Pasien tidak lagi mengalami kebocoran urin
- Pasien tidak lagi merasakan ingin terus berkemih meski kandung kemih kosong
b. Nyeri berkurang
- Pasien tidak lagi merasakan nyeri saat berkemih
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu oleh nyeri
c. Keseimbangan cairan terpelihara
- Pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat
- Pasien tidak mengalami dehidrasi atau kelebihan cairan
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Inkontinensia urin terkontrol:
- Identifikasi penyebab inkontinensia urin
- Atur pola berkemih sesuai jadwal
- Latihan otot dasar panggul
- Edukasi tentang manajemen inkontinensia urin
b. Nyeri berkurang:
- Identifikasi penyebab nyeri
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri
c. Keseimbangan cairan terpelihara:
- Monitor intake dan output cairan
- Berikan edukasi tentang asupan cairan yang adekuat
- Identifikasi penyebab ketidakseimbangan cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan masalah cairan
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai hasil yang optimal dalam penanganan kondisi yang dialaminya. -
Article No. 18707 | 17 Jun 2025
Klinis : Seorang laki-laki, 42 tahun, datang ke RS dengan keluhan sering kram otot yang lama dan parah. Pemeriksaan tanda vital pasien menunjukkan frekuendi nadi = 98 x/menit, RR = 24 x/menit, suhu = 37,20C, dan TD = 110/75 mmHg. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan pasien memiliki riwayat Multiple Sclerosis sejak 6 bulan terakhir. Intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien tersebut adalah: Question 52Answer A. Melakukan latihan peregangan pasif pada ekstremitas B. Membatasi semua gerakan untuk mengurangi rasa sakit C. Memberikan kompres dingin selama 60 menit tanpa jeda D. Menghentikan latihan fisioterapi hingga nyeri hilang sepenuhnya E. Menyarankan pasien untuk meningkatkan asupan kalori
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Setelah melakukan analisis terhadap kondisi pasien yang disampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tonus otot akibat multiple sclerosis.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri Terkendali: Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri otot yang signifikan selama perawatan.
2. Integritas Otot Membaik: Pasien dapat melakukan gerakan/pergerakan ekstremitas dengan lebih baik tanpa rasa nyeri yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri).
- Berikan intervensi farmakologis sesuai dengan resep dokter (misal analgesik, antikonvulsan, dan relaksan otot).
- Terapkan intervensi non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, pijatan, dan latihan peregangan pasif.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik lain (fisioterapis, terapis okupasi, dll) untuk menentukan intervensi yang paling efektif.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Manajemen Aktivitas:
- Kaji kemampuan, toleransi, dan kendala pasien dalam melakukan aktivitas.
- Berikan edukasi dan bimbingan kepada pasien dan keluarga mengenai teknik latihan gerak dan pergerakan yang aman dan tepat.
- Bantu pasien dalam melakukan latihan pergerakan dan peregangan secara bertahap sesuai toleransi.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik lain untuk mengembangkan rencana latihan yang optimal.
- Evaluasi kemajuan pasien dalam melakukan aktivitas dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
3. Manajemen Gejala:
- Kaji gejala-gejala yang dialami pasien terkait multiple sclerosis, seperti kelelahan, gangguan keseimbangan, dan kesulitan berbicara.
- Berikan edukasi dan dukungan kepada pasien dan keluarga dalam mengelola gejala-gejala yang muncul.
- Kolaborasi dengan tim terapeutik lain untuk mengembangkan intervensi yang komprehensif dalam mengelola gejala.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan implementasi intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mengendalikan nyeri, meningkatkan integritas otot, dan mengelola gejala-gejala multiple sclerosis secara efektif. -
Article No. 18708 | 17 Jun 2025
Klinis : Seorang pria usia 29 tahun dengan HIV/AIDS dirawat karena sesak napas berat. Pemeriksaan menunjukkan Pneumocystis jirovecii. Intervensi prioritas keperawatan adalah: Question 54Answer A. Memberikan oksigen dan memantau status respirasi B. Mengatur posisi tidur miring C. Menganjurkan istirahat total D. Meningkatkan aktivitas pasien E. Memberikan makanan tinggi kalori
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Saya akan memberikan penjelasan rinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, intervensi prioritas keperawatan, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) pada kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Kondisi ini ditandai dengan adanya sesak napas berat pada pasien dengan HIV/AIDS yang disertai dengan infeksi Pneumocystis jirovecii. Pasien mengalami hambatan dalam mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
Intervensi Prioritas Keperawatan:
A. Memberikan oksigen dan memantau status respirasi
Ini merupakan intervensi prioritas karena pasien mengalami sesak napas berat yang mengancam kehidupan. Pemberian oksigen dapat membantu meningkatkan oksigenasi dan memantau status respirasi pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Tidak ada wheezing atau ronki pada auskultasi paru
- Frekuensi pernapasan dalam rentang normal
- Saturasi oksigen dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Pantau status respirasi pasien secara berkala
- Bantu pasien melakukan latihan batuk dan napas dalam
- Lakukan suction bila diperlukan untuk mengeluarkan sekret
2. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri pasien
- Berikan analgesik sesuai resep dokter
- Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri
3. Peningkatan Mobilitas
- Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan
- Bantu pasien melakukan mobilisasi bertahap
- Pantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap aktivitas
Penjelasan di atas disampaikan dengan nada akademis dan persona pakar/perawat. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan dengan senang hati membantu. Terima kasih. -
Article No. 18709 | 17 Jun 2025
Klinis : Pasien dengan distensi kandung kemih menunjukkan tekanan darah meningkat dan gelisah. Ia belum berkemih sejak 8 jam lalu. Apa intervensi keperawatan yang tepat pada kasus tersebut? Question 59Answer A. Kolaborasi pemberian obat penenang B. Kolaborasi pemberian analgesik C. Kolaborasi kateterisasi D. Kolaborasi pemberian cairan oral E. Edukasi manajemen stres
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu pasien dengan distensi kandung kemih, tekanan darah meningkat, dan belum berkemih selama 8 jam, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Retensi Urin
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara lengkap.
Intervensi Keperawatan yang tepat untuk kasus ini adalah:
1. Kolaborasi Kateterisasi
- Tujuan: Membantu pengosongan kandung kemih secara efektif dan mencegah komplikasi akibat retensi urin.
- Kegiatan:
- Lakukan asepsis pada area genital sebelum melakukan kateterisasi.
- Lakukan kateterisasi menggunakan kateter ukuran yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Pantau jumlah, warna, dan karakteristik urin yang dikeluarkan.
- Evaluasi efektivitas kateterisasi dalam mengatasi distensi kandung kemih.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Pola Berkemih Kembali Normal
- Kriteria hasil:
- Pasien dapat berkemih secara spontan dan lengkap.
- Tidak ada tanda-tanda distensi kandung kemih.
- Tekanan darah kembali normal.
- Pasien tidak lagi merasa gelisah.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Retensi Urin" dipilih karena pasien menunjukkan tanda-tanda distensi kandung kemih, yakni belum berkemih selama 8 jam dan tekanan darah meningkat serta gelisah, yang merupakan gejala dari retensi urin. Intervensi keperawatan yang tepat adalah kolaborasi kateterisasi, yang bertujuan untuk membantu pengosongan kandung kemih secara efektif dan mencegah komplikasi akibat retensi urin. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat berkemih secara spontan dan lengkap, tidak ada tanda-tanda distensi kandung kemih, tekanan darah kembali normal, dan pasien tidak lagi merasa gelisah, menunjukkan bahwa pola berkemih telah kembali normal.