Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16781 | 05 May 2025
Klinis : Restrain
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) pada kondisi restrain.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Restrain:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi restrain adalah "Risiko Keselamatan: Cedera". Kondisi restrain dapat meningkatkan risiko cedera pada pasien, baik secara fisik maupun psikologis. Pasien yang direstrain dapat mengalami kesulitan bergerak, terjatuh, atau bahkan melukai diri sendiri dalam upaya melepaskan diri dari restrain. Selain itu, restrain juga dapat menimbulkan distres psikologis seperti kecemasan, agitasi, atau depresi pada pasien.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan kondisi restrain dapat mencapai luaran/output berikut:
1. Penurunan risiko cedera fisik: Pasien tidak mengalami cedera akibat restrain, seperti luka, memar, atau fraktur.
2. Penurunan distres psikologis: Pasien menunjukkan penurunan tanda-tanda kecemasan, agitasi, atau depresi.
3. Peningkatan kemampuan mobilisasi: Pasien dapat bergerak dengan aman dan nyaman, sesuai dengan kondisi medisnya.
4. Peningkatan rasa aman dan nyaman: Pasien merasa aman dan nyaman selama proses restrain.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Pemantauan dan pencegahan cedera:
- Melakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital dan kondisi fisik pasien.
- Menjaga integritas kulit dan mencegah terjadinya luka tekan.
- Memastikan restrain tidak mengganggu sirkulasi darah dan pernapasan.
2. Manajemen distres psikologis:
- Memberikan dukungan emosional dan psikoedukasi kepada pasien.
- Menerapkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi kecemasan atau agitasi.
- Melibatkan keluarga atau significant others dalam proses perawatan.
3. Fasilitasi mobilisasi aman:
- Menerapkan teknik restrain yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
- Mengoptimalkan fungsi gerak pasien dengan latihan atau bantuan alat bantu.
- Melakukan transisi yang aman dari restrain ke mobilisasi mandiri.
4. Penciptaan lingkungan yang aman dan nyaman:
- Menyediakan lingkungan yang tenang dan suportif.
- Mempertahankan privasi dan martabat pasien selama proses restrain.
- Melibatkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan terkait restrain.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi restrain, perawat harus mempertimbangkan aspek fisiologis, psikologis, dan sosial secara holistik. Tujuan utamanya adalah memastikan keselamatan pasien, mengurangi distres, dan memfasilitasi pemulihan yang optimal. -
Article No. 16782 | 05 May 2025
Klinis : diabetes militus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi diabetes melitus berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Risiko Glukosa Darah Tidak Stabil (00179)
- Definisi: Berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah di luar rentang normal.
c. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif (00080)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan pengobatan atau terapi.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 00002
Nama: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Kode: 00179
Nama: Risiko Glukosa Darah Tidak Stabil
Definisi: Berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah di luar rentang normal.
c. Kode: 00080
Nama: Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan pengobatan atau terapi.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 1908
Nama: Keseimbangan Nutrisi
Definisi: Tercapainya keseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi.
b. Kode: 2301
Nama: Kontrol Glukosa Darah
Definisi: Kemampuan mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
c. Kode: 1601
Nama: Kepatuhan Regimen Terapeutik
Definisi: Kemampuan untuk mengikuti dan menyelesaikan pengobatan atau terapi.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Kode: 3320
Nama: Manajemen Nutrisi
Definisi: Perencanaan, implementasi, dan evaluasi asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Kode: 2120
Nama: Manajemen Diabetes Melitus
Definisi: Perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan untuk mengontrol kadar glukosa darah.
c. Kode: 4420
Nama: Manajemen Regimen Terapeutik
Definisi: Perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan untuk membantu pasien mencapai tujuan pengobatan atau terapi.
Tone akademis dan persona pakar/perawat telah diterapkan dalam penjelasan ini. -
Article No. 16783 | 05 May 2025
Klinis : Nama : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 42 tahun Diagnosa medis : Gastroenteritis Pengkajian tanggal : 13/12/2014 Riwayat pasien : Keluhan utama : Klien mengatakan diare dari semalam ± 9 kali Riwayat penyakit sekarang : Klien mengatakan diare pada hari kamis (11/12/14), BAB > 10 kali, BAB cair, ampas sedikit, lender putih (+), darah (-), mual (+), muntah (-), perut melilit (+), klien mengobati sendiri dengan minum oralit 2 gelas dan enterostop 1 tablet namun belum ada perubahan. Hari jumat (12/12/14) klien periksa ke puskesmas diberi obat namun masih diare, BAB cair, BAB > 10 kali, lender putih (+), ampas sedikit, jumlah cairan ± 150 cc, mual (+), muntah (-), perut melilit (+). Kemudian klien periksa kembali di UGD RSUD Tidar. Diberikan terapi obat per oral diatab, injeksi ranitidine, injekdi metronidasol dan infuse RL 20 tpm. Selama di IGD klien BAB ± 8 kali, BAB cair, ampas sedikit, jumlah cairan ± 100 cc, lendir putih (+), mual (+), muntah (-), perut melilit (+) klien merasa lemas. Klien dibawa ke bangsal (R. G) untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Riwayat penyakit dahulu : Klien alergi terhadap telur dan ikan asin, reaksi alerginya gatal-gatal. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : composmentis, terlihat lemas, sering bolak-balik KM, TD : 90/60 mmHg, S : 36,6OC, N : 88 x/m regular, RR : 18 x/m Mata : konjungtiva anemis (-) Mulut : mukosa bibir kering, sariawan Abdomen \ Inspeksi : bentuk supel Group 1, Grouped objectAuskultasi : bising usus 16 x/m (meningkat) Palpasi : nyeri tekan Perkusi : timpani Kulit dan kuku : kuku tangan kiri panjang & kotor, kuku kedua kaki panjang & kotor, turgor kulit baik, CRT > 3 dtk Nutrisi dan cairan BB sebelum 52 kg, BB sekarang 48 kg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI**
**Nama Pasien**: Tn. S
**Jenis Kelamin**: Laki-laki
**Usia**: 42 tahun
**Diagnosa Medis**: Gastroenteritis
**Tanggal Pengkajian**: 13 Desember 2014
### **1. Diagnosa Keperawatan Utama**
**Kode SDKI**: **0002** – **Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit**
**Definisi**: Kondisi di mana tubuh mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan serta elektrolit.
**Data Pendukung**:
- Diare akut (>10 kali/hari) dengan volume cairan ±100–150 cc per BAB.
- Turgor kulit baik, tetapi CRT >3 detik (indikasi dehidrasi ringan-sedang).
- TD 90/60 mmHg (hipotensi relatif).
- Mukosa bibir kering.
- Penurunan berat badan dari 52 kg menjadi 48 kg dalam waktu singkat.
**Kode SLKI**: **0402** – **Pemantauan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit**
**Intervensi**:
- Pantau tanda vital (TD, nadi, suhu, pernapasan).
- Observasi frekuensi dan karakteristik BAB.
- Berikan terapi rehidrasi oral (oralit) atau intravena (RL 20 tpm).
- Anjurkan asupan cairan yang adekuat.
**Kode SIKI**: **040201** – **Memantau Tanda-Tanda Dehidrasi**
**Kriteria Evaluasi**:
- CRT ≤2 detik.
- Turgor kulit kembali normal.
- Tekanan darah stabil (≥100/60 mmHg).
- Frekuensi BAB menurun (<3 kali/hari).
---
### **2. Diagnosa Keperawatan Sekunder**
**Kode SDKI**: **0018** – **Nyeri Akut**
**Definisi**: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan atau potensi kerusakan jaringan.
**Data Pendukung**:
- Keluhan perut melilit (+) sejak awal gejala.
- Nyeri tekan pada abdomen saat palpasi.
- Bising usus meningkat (16x/menit).
**Kode SLKI**: **1402** – **Manajemen Nyeri**
**Intervensi**:
- Berikan posisi nyaman (misalnya, semi-Fowler).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai resep (ranitidine untuk mengurangi iritasi lambung).
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
**Kode SIKI**: **140201** – **Mengurangi Stimulus Nyeri**
**Kriteria Evaluasi**:
- Skala nyeri menurun (dari skala subjektif pasien).
- Klien melaporkan perut tidak melilit lagi.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan Tambahan**
**Kode SDKI**: **0005** – **Risiko Infeksi**
**Definisi**: Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen.
**Data Pendukung**:
- Riwayat alergi (telur & ikan asin).
- Kebersihan kuku buruk (panjang dan kotor).
- Adanya lendir putih pada feses (indikasi inflamasi/infeksi).
**Kode SLKI**: **0702** – **Pencegahan Infeksi**
**Intervensi**:
- Edukasi cuci tangan sebelum dan setelah BAB.
- Anjurkan perawatan kuku yang bersih.
- Pantau tanda-tanda infeksi (demam, leukositosis).
**Kode SIKI**: **070201** – **Menerapkan Kewaspadaan Universal**
**Kriteria Evaluasi**:
- Tidak ada tanda infeksi sekunder (mis., demam).
- Kebersihan personal klien membaik.
---
### **Kesimpulan**
Prioritas intervensi keperawatan untuk Tn. S adalah:
1. **Koreksi dehidrasi** (SDKI 0002, SLKI 0402).
2. **Manajemen nyeri abdomen** (SDKI 0018, SLKI 1402).
3. **Pencegahan komplikasi infeksi** (SDKI 0005, SLKI 0702).
Dokumentasi harus mencakup perkembangan tanda vital, asupan-output cairan, dan respons terhadap terapi.
*(Sumber: Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia [SDKI], Standar Luaran Keperawatan Indonesia [SLKI], Standar Intervensi Keperawatan Indonesia [SIKI] – PPNI, 2016–2023).*
**Disusun oleh**,
[Asisten Perawat Klinis] -
Article No. 16784 | 05 May 2025
Klinis : pasien datang dalam keadaan luka lecet dan memar di dahi, kaki kanan dan bibir atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit (NANDA-I: 00046)
Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: D.0022
Definisi: Kerusakan pada kulit dan membran mukosa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: L.0166
Definisi: Pemulihan integritas kulit dan/atau membran mukosa.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: I.0089
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi penyembuhan luka dan pemulihan integritas kulit.
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, yaitu adanya luka lecet dan memar di dahi, kaki kanan, dan bibir atas, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kerusakan Integritas Kulit. Hal ini mengacu pada Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dengan kode D.0022, yang menjelaskan bahwa kerusakan terjadi pada kulit dan membran mukosa.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, diperlukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dengan kode L.0166, yakni pemulihan integritas kulit dan/atau membran mukosa. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan kode I.0089 adalah tindakan untuk memfasilitasi penyembuhan luka dan pemulihan integritas kulit.
Dengan memberikan perawatan yang sesuai, diharapkan luka lecet dan memar pada pasien dapat sembuh dan integritas kulit dapat pulih dengan baik. -
Article No. 16785 | 05 May 2025
Klinis : pasien datang dalam dengan keluhan menstruasi tidak lancar
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan menstruasi tidak lancar.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan menstruasi tidak lancar adalah "Ketidakefektifan Pola Menstruasi" (SDKI, 2017). Diagnosa ini mencerminkan adanya perubahan atau gangguan pada pola dan karakteristik menstruasi yang tidak sesuai dengan kondisi normal. Ketidakefektifan Pola Menstruasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, perubahan hormonal, atau kondisi medis lainnya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemulihan Pola Menstruasi: Pasien menunjukkan pola menstruasi yang teratur dan normal sesuai siklus menstruasi individu.
2. Kontrol Gejala: Pasien mampu mengendalikan dan mengelola gejala-gejala yang terkait dengan ketidakefektifan pola menstruasi, seperti nyeri, kram, atau perdarahan yang berlebihan.
3. Peningkatan Pengetahuan: Pasien memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola menstruasi dan mengetahui cara-cara untuk menjaga kesehatan reproduksi.
4. Adaptasi Psikologis: Pasien dapat beradaptasi secara psikologis dan emosional terhadap perubahan pola menstruasi, serta mampu mengelola stres yang terkait.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, perawat dapat melakukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Pengkajian Komprehensif:
- Mengkaji riwayat menstruasi, termasuk pola, durasi, dan gejala yang dialami.
- Mengevaluasi faktor-faktor yang mungkin memengaruhi pola menstruasi, seperti riwayat medis, gaya hidup, dan stress.
2. Edukasi dan Konseling:
- Memberikan edukasi kepada pasien mengenai pola menstruasi normal dan faktor-faktor yang dapat memengaruhinya.
- Mengajarkan teknik manajemen gejala, seperti penggunaan kompres hangat, latihan fisik, dan teknik relaksasi.
- Memberikan konseling untuk membantu pasien memahami dan beradaptasi dengan perubahan pola menstruasi.
3. Intervensi Terapeutik:
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter ginekologi) untuk menentukan penyebab dan penatalaksanaan yang sesuai.
- Memantau tanda-tanda vital, gejala, dan respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
- Memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada pasien selama proses pemulihan.
4. Koordinasi dan Kolaborasi:
- Berkoordinasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan terintegrasi.
- Melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien dalam proses perawatan, jika diperlukan.
Dengan melakukan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu pemulihan pola menstruasi, kontrol gejala, peningkatan pengetahuan, dan adaptasi psikologis yang optimal. -
Article No. 16786 | 05 May 2025
Klinis : pasien datang dalam dengan keluhan pandangan rabun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan pandangan rabun.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan pandangan rabun adalah "Gangguan Penglihatan" (Visual Impairment). Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kemampuan melihat yang dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari. Tanda dan gejala yang dapat teridentifikasi pada pasien dengan keluhan pandangan rabun antara lain: pasien mengeluhkan pandangan yang kabur, sulit membaca, dan terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pemulihan Penglihatan: Pasien menunjukkan perbaikan dalam kemampuan melihat dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
2. Pengetahuan Tentang Penglihatan: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang kondisi penglihatan, faktor risiko, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah atau memperbaiki gangguan penglihatan.
3. Kemandirian dalam Perawatan Diri: Pasien mampu melakukan perawatan diri terkait dengan gangguan penglihatan secara mandiri, seperti penggunaan alat bantu penglihatan dan adaptasi lingkungan.
4. Koping yang Efektif: Pasien menunjukkan koping yang efektif dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan gangguan penglihatan yang dialami.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Asuhan Penglihatan
- Evaluasi status penglihatan pasien secara komprehensif
- Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan penglihatan
- Kolaborasi dengan profesional kesehatan lain (dokter, ahli refraksi, dll.) untuk penanganan dan pemulihan penglihatan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang kondisi penglihatan, penggunaan alat bantu, dan adaptasi lingkungan
2. Manajemen Gejala
- Identifikasi dan monitor gejala-gejala yang dialami pasien terkait gangguan penglihatan
- Berikan intervensi simptomatik untuk mengurangi gejala, seperti penggunaan obat tetes mata, kompres mata, dll.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mengatasi gejala, seperti istirahat mata, pengaturan pencahayaan, dll.
3. Peningkatan Kemandirian
- Ajarkan dan latih pasien dalam melakukan perawatan diri terkait gangguan penglihatan, seperti penggunaan alat bantu, adaptasi lingkungan, dan strategi kompensasi
- Dukung dan dorong pasien untuk meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari
4. Dukungan Psikososial
- Identifikasi respons emosional pasien terhadap gangguan penglihatan
- Berikan dukungan emosional dan konseling untuk membantu pasien menyesuaikan diri dengan kondisi penglihatan
- Kolaborasi dengan profesional kesehatan mental jika diperlukan
Penjelasan di atas memberikan gambaran komprehensif mengenai diagnosis keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk menangani kondisi pasien dengan keluhan pandangan rabun. Sebagai perawat, saya akan melakukan asuhan keperawatan yang berpusat pada pasien dan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 16787 | 05 May 2025
Klinis : pasien datang dalam dengan keluhan sariawan dan demam sejak 2 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: pasien datang dalam dengan keluhan sariawan dan demam sejak 2 hari yang lalu
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu sariawan dan demam selama 2 hari, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Infeksi Mulut Akut
Definisi: Keadaan di mana individu mengalami infeksi pada rongga mulut yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat.
Penyebab: Virus, bakteri, atau jamur.
Gejala: Sariawan, rasa sakit atau nyeri pada mulut, demam, dan pembengkakan pada rongga mulut.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
a. Pemulihan Infeksi Mulut
Definisi: Tingkat di mana individu dapat mengatasi infeksi pada rongga mulut.
Kriteria Hasil:
1) Skala nyeri mulut menurun
2) Suhu tubuh kembali normal
3) Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mukosa mulut
4) Pasien dapat makan dan minum dengan nyaman
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan infeksi mulut, maka intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Manajemen Infeksi Mulut
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan untuk mengatasi infeksi pada rongga mulut.
Aktivitas:
1) Kaji tanda dan gejala infeksi mulut (sariawan, nyeri, demam, pembengkakan)
2) Berikan perawatan mulut secara teratur sesuai prosedur
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologis (antibiotik, antivirus, antijamur)
4) Edukasi pasien dan keluarga tentang cara perawatan mulut yang benar
5) Monitor perkembangan kondisi infeksi mulut secara berkala
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai pemulihan infeksi mulut sehingga tidak terjadi komplikasi dan dapat kembali beraktivitas secara normal. -
Article No. 16788 | 05 May 2025
Klinis : Effusi pleura, sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu Effusi pleura, sesak dengan tone akademis dan persona pakar, saya dapat memberikan diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosis Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Kode: 00032 (NANDA-I)
Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Pola napas yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Pasien menunjukkan pola napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif.
2. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Kode: 00030 (NANDA-I)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI:
Kode: 10002
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI:
Kode: 10002
Definisi: Pasien menunjukkan jalan napas yang efektif.
SIKI:
Kode: 10002
Definisi: Serangkaian tindakan keperawatan yang dilakukan untuk membantu pasien mencapai jalan napas yang efektif.
Penjelasan Singkat:
Effusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura, yang dapat menyebabkan sesak napas. Diagnosis keperawatan yang tepat adalah Pola Napas Tidak Efektif dan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas, yang disebabkan oleh adanya cairan di dalam rongga pleura yang mengganggu fungsi pernapasan.
Tone akademis dan persona pakar menunjukkan bahwa penjelasan ini ditujukan untuk kalangan profesional kesehatan, dalam hal ini perawat, sehingga menggunakan terminologi dan kode diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 16789 | 05 May 2025
Klinis : Effusi pleura, sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi efusi pleura dengan sesak napas, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Kode: 00032
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemeliharaan Jalan Napas (0403)
Kode: 0403
Definisi: Kemampuan mempertahankan dan menjaga jalan napas terbuka.
2. Ventilasi Spontan (0401)
Kode: 0401
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (3160)
Kode: 3160
Definisi: Memfasilitasi masuknya dan keluarnya udara ke dan dari paru-paru.
2. Manajemen Ventilasi (3390)
Kode: 3390
Definisi: Memfasilitasi pertukaran gas dalam upaya memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Penjelasan:
Efusi pleura dengan sesak napas dapat menyebabkan pola napas tidak efektif, karena akumulasi cairan di ruang pleura dapat menghambat ekspansi paru-paru sehingga ventilasi tidak adekuat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas dan manajemen ventilasi untuk memfasilitasi pertukaran gas dan mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat. -
Article No. 16790 | 05 May 2025
Klinis : Kasus : Ibu Dina adalah seorang ibu muda berusia 26 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Saat ini, bayinya berusia 2 bulan. Ibu Dina sebenarnya sangat senang dengan kehadiran anak pertamanya. Namun, Ibu Dina tidak memahami pentingnya nutrisi selama masa menyusui. Dalam kesehariannya, Ibu Dina sering melewatkan waktu makan, jarang minum air putih. Ia juga menghindari makan sayur karena merasa sayur tidak enak, dan lebih banyak mengonsumsi minuman manis. Beberapa minggu kemudian, Ibu Dina mulai merasa cepat lelah, pusing, dan kadang bayinya tampak rewel setelah menyusu. Saat dibawa ke Klinik, perawat menemukan bahwa berat badan bayi Dina tidak bertambah sesuai grafik pertumbuhan yang normal. Setelah ditanya lebih lanjut, terungkap bahwa pola makan Ibu Dina sangat tidak seimbang dan kurang kaya gizi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu Dina. Berdasarkan kasus yang Ibu Dina hadapi, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (SDKI: 10016)
Definisi: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10016
- Definisi: Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10016.1 Keseimbangan Nutrisi
- Definisi: Keadaan dimana asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10016.1 Manajemen Nutrisi
- Definisi: Tindakan untuk mengatur jumlah dan jenis nutrisi yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Ibu Dina, saya melihat bahwa Ibu mengalami ketidakseimbangan nutrisi karena pola makan yang tidak sesuai kebutuhan selama masa menyusui. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan bayi Ibu. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi Ibu dan memastikan pertumbuhan bayi yang optimal. Saya siap membantu Ibu dalam mengatasinya. Apakah ada pertanyaan yang bisa saya bantu?