Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16771 | 05 May 2025
Klinis : sakit telinga sudah sejak seminngu terakhir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi sakit telinga yang sudah terjadi selama seminggu terakhir.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Nyeri Akut" (SDKI kode 00132). Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Dalam kasus sakit telinga, pasien mengalami nyeri akut di area telinga yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan di telinga.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pengurangan Nyeri (SLKI kode 1605): Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat melaporkan pengurangan tingkat nyeri pada skala nyeri yang digunakan.
2. Kontrol Nyeri (SLKI kode 1608): Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri telinga.
3. Peningkatan Tidur (SLKI kode 0004): Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat melaporkan peningkatan kualitas dan durasi tidur yang lebih baik.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (SIKI kode 1400):
a. Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan intensitas nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
c. Ajarkan teknik non-farmakologis seperti relaksasi, kompres hangat, atau distraksi untuk mengurangi nyeri.
d. Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan pengkajian nyeri secara berkala.
2. Peningkatan Tidur (SIKI kode 1850):
a. Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur (nyeri, kecemasan, lingkungan).
b. Ajarkan teknik relaksasi untuk memfasilitasi tidur.
c. Optimalkan lingkungan untuk mendukung tidur yang nyaman.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi kebutuhan farmakologis jika diperlukan.
3. Edukasi Kesehatan (SIKI kode 5510):
a. Berikan edukasi tentang penyebab, gejala, dan penanganan sakit telinga.
b. Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri dan teknik non-farmakologis.
c. Dorong pasien untuk mematuhi instruksi pengobatan dan kontrol ke tenaga kesehatan.
d. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga, serta identifikasi kebutuhan edukasi lebih lanjut.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada pengurangan nyeri, peningkatan kualitas tidur, serta edukasi kepada pasien dan keluarga, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan dan membantu pasien pulih dari kondisi sakit telinga yang dialaminya. -
Article No. 16772 | 05 May 2025
Klinis : [4/5, 23.57] Sadam.h: ciek se ka dam tanyo ratu [4/5, 23.57] Sadam.h: awak ko apo sabana nyo ??KASUS 21 Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS dengan Stroke Infark hari rawatan ke-8. Hasil pengkajian pasien mengeluh perut terasa kembung dan merasa tidak nyaman, BAB baru 1 kali sejak masuk RS dengan pengeluaran feses keras serta pasien mengejan saat BAB. Bising usus menurun dan teraba distensi abdomen Lakukan asuhan keperawatan pada kasus di atas minimal 2 masalah keperawatan (actual dan risiko)?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.9
- Deskripsi: Stroke infark, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Kolonoskopi
Berdasarkan kasus yang diberikan, pasien seorang perempuan berusia 56 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan diagnosis Stroke Infark pada hari rawat ke-8. Pasien mengeluhkan perut terasa kembung dan tidak nyaman, BAB baru 1 kali sejak masuk rumah sakit dengan pengeluaran feses keras serta mengejan saat BAB. Selain itu, bising usus menurun dan teraba distensi abdomen.
Dari kondisi pasien tersebut, dapat diidentifikasi dua masalah keperawatan, yaitu:
1. Masalah Keperawatan Aktual: Konstipasi
- Definisi: Kondisi di mana pasien mengalami kesulitan dalam defekasi, dengan frekuensi BAB kurang dari normal dan pengeluaran feses yang keras.
- Penyebab: Mobilitas terbatas akibat stroke, asupan cairan dan serat yang tidak adekuat, efek samping obat-obatan.
- Gejala: Perut terasa kembung dan tidak nyaman, pengeluaran feses keras, mengejan saat BAB, dan penurunan bising usus.
- Intervensi Keperawatan:
- Monitor pola BAB pasien, frekuensi, dan karakteristik feses.
- Berikan asupan cairan yang adekuat, serta makanan tinggi serat.
- Lakukan stimulasi abdomen dan berikan laksatif sesuai indikasi.
- Ajarkan teknik relaksasi dan posisi yang tepat saat BAB.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan laksatif jika diperlukan.
2. Masalah Keperawatan Risiko: Risiko Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Risiko ketidakmampuan untuk mentoleransi atau melakukan aktivitas fisik yang dibutuhkan.
- Faktor Risiko: Kondisi stroke yang menyebabkan penurunan mobilitas dan kelemahan fisik.
- Intervensi Keperawatan:
- Lakukan pengkajian tingkat aktivitas dan kemampuan fungsional pasien.
- Berikan latihan fisik yang sesuai dan bertahap untuk meningkatkan mobilitas.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen aktivitas.
- Kolaborasi dengan dokter dan tim rehabilitasi untuk rencana latihan dan pemulihan.
- Berikan dukungan psikologis dan motivasi untuk meningkatkan kemandirian pasien.
Penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, dengan memperhatikan kedua masalah keperawatan di atas, diharapkan dapat membantu pemulihan pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul. -
Article No. 16773 | 05 May 2025
Klinis : [4/5, 23.57] Sadam.h: ciek se ka dam tanyo ratu [4/5, 23.57] Sadam.h: awak ko apo sabana nyo ??KASUS 21 Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS dengan Stroke Infark hari rawatan ke-8. Hasil pengkajian pasien mengeluh perut terasa kembung dan merasa tidak nyaman, BAB baru 1 kali sejak masuk RS dengan pengeluaran feses keras serta pasien mengejan saat BAB. Bising usus menurun dan teraba distensi abdomen Lakukan asuhan keperawatan pada kasus di atas minimal 2 masalah keperawatan (actual dan risiko)?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan 1:
Konstipasi (00011) - SDKI
Definisi: Berkurangnya frekuensi pengeluaran feses, disertai kesulitan dalam pengeluaran feses.
Penjelasan:
Berdasarkan pengkajian, pasien mengeluh perut terasa kembung, merasa tidak nyaman, BAB baru 1 kali sejak masuk RS dengan pengeluaran feses keras, serta pasien mengejan saat BAB. Hal ini menunjukkan adanya penurunan frekuensi dan kesulitan dalam pengeluaran feses, sehingga dapat ditetapkan diagnosa keperawatan Konstipasi.
Diagnosa Keperawatan 2:
Intoleransi Aktivitas (00rollback) - SDKI
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Penjelasan:
Pasien mengelami stroke infark, yang dapat menyebabkan keterbatasan fisik dan berdampak pada kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas rutin. Hal ini dapat menyebabkan intoleransi aktivitas pada pasien.
Kode SDKI, SLKI, SIKI:
1. Konstipasi (00011) - SDKI
2. Intoleransi Aktivitas (00rollback) - SDKI
Dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kasus yang Anda berikan. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. -
Article No. 16774 | 05 May 2025
Klinis : [4/5, 23.57] Sadam.h: ciek se ka dam tanyo ratu [4/5, 23.57] Sadam.h: awak ko apo sabana nyo ??KASUS 21 Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS dengan Stroke Infark hari rawatan ke-8. Hasil pengkajian pasien mengeluh perut terasa kembung dan merasa tidak nyaman, BAB baru 1 kali sejak masuk RS dengan pengeluaran feses keras serta pasien mengejan saat BAB. Bising usus menurun dan teraba distensi abdomen Lakukan asuhan keperawatan pada kasus di atas minimal 2 masalah keperawatan (actual dan risiko)?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI**
**Kasus:**
Pasien perempuan (56 tahun) dengan *Stroke Infark* hari rawatan ke-8 mengeluh kembung, ketidaknyamanan abdomen, BAB 1 kali sejak masuk RS dengan feses keras, distensi abdomen, dan bising usus menurun.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan Aktual**
**Kode SDKI:** **G.0012 – Konstipasi**
**Definisi:** Penurunan frekuensi defekasi disertai kesulitan pengeluaran feses yang keras/kering.
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SLKI:** **L.14001** – Frekuensi defekasi dalam rentang normal.
- **Kode SLKI:** **L.14002** – Konsistensi feses lunak.
- **Kode SLKI:** **L.14003** – Pasien tidak mengejan saat defekasi.
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):**
- **Kode SIKI:** **I.14001** – Manajemen konstipasi (pemberian cairan, serat, aktivitas fisik, laksatif sesuai indikasi).
- **Kode SIKI:** **I.14003** – Edukasi pola defekasi dan nutrisi tinggi serat.
**Penjelasan:**
Konstipasi pada pasien stroke disebabkan oleh imobilisasi, asupan serat/cairan kurang, dan efek neurologis. Intervensi difokuskan pada normalisasi motilitas usus dan pencegahan komplikasi.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan Risiko**
**Kode SDKI:** **R.0016 – Risiko Impaksi Feses**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap akumulasi feses keras yang sulit dikeluarkan.
**SLKI:**
- **Kode SLKI:** **L.14004** – Tidak terjadi impaksi feses.
- **Kode SLKI:** **L.14005** – Distensi abdomen berkurang.
**SIKI:**
- **Kode SIKI:** **I.14002** – Pemantauan tanda-tanda impaksi (auskultasi bising usus, palpasi abdomen).
- **Kode SIKI:** **I.14004** – Pemberian enema/laksatif stimulan jika diperlukan.
**Penjelasan:**
Imobilisasi dan konstipasi berkepanjangan meningkatkan risiko impaksi. Intervensi proaktif diperlukan untuk mencegah obstruksi usus.
---
**Rekomendasi Tambahan:**
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk diet tinggi serat dan hidrasi.
- Mobilisasi bertahap untuk stimulasi peristaltik.
**Referensi:**
PPNI. (2017). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis/resepons elektronik).* -
Article No. 16775 | 05 May 2025
Klinis : [4/5, 23.57] Sadam.h: ciek se ka dam tanyo ratu [4/5, 23.57] Sadam.h: awak ko apo sabana nyo ??KASUS 21 Seorang perempuan (56 tahun) dirawat di RS dengan Stroke Infark hari rawatan ke-8. Hasil pengkajian pasien mengeluh perut terasa kembung dan merasa tidak nyaman, BAB baru 1 kali sejak masuk RS dengan pengeluaran feses keras serta pasien mengejan saat BAB. Bising usus menurun dan teraba distensi abdomen Lakukan asuhan keperawatan pada kasus di atas minimal 2 masalah keperawatan (actual dan risiko)?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Konstipasi Akut
Definisi: Penurunan frekuensi dan/atau pengeluaran feses yang menyebabkan diskomfort atau gangguan pada individu.
Penyebab: Immobilisasi, perubahan pola diet, penggunaan obat-obatan, dan masalah neurologis.
2. Risiko Distres Gastrointestinal
Definisi: Berisiko mengalami ketidaknyamanan atau gangguan pada fungsi gastrointestinal.
Faktor Risiko: Penyakit serebrovaskular, immobilisasi, dan pembatasan asupan cairan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Konstipasi Akut:
- Pasien akan memiliki pola eliminasi yang teratur dan feses yang lunak dalam 3-5 hari.
- Pasien akan melaporkan peningkatan kenyamanan gastrointestinal.
- Pasien akan mendemonstrasikan teknik defekasi yang efektif.
2. Risiko Distres Gastrointestinal:
- Pasien akan mempertahankan fungsi GI yang optimal.
- Pasien akan melaporkan tidak ada tanda-tanda distres GI.
- Pasien akan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap asupan nutrisi dan cairan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Konstipasi Akut:
- Kaji pola eliminasi dan karakteristik feses.
- Berikan nutrisi yang kaya serat dan cairan yang cukup.
- Anjurkan pasien untuk melakukan latihan dan mobilisasi.
- Berikan obat laksatif atau enema sesuai instruksi dokter.
- Ajarkan teknik defekasi yang efektif.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
2. Risiko Distres Gastrointestinal:
- Kaji tanda-tanda distres GI secara berkala.
- Pantau asupan nutrisi dan cairan pasien.
- Anjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi sesuai toleransi.
- Kolaborasi dengan tim interdisipliner untuk mengelola faktor risiko.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen distres GI.
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan.
Penjelasan Rinci:
Diagnosa keperawatan Konstipasi Akut dan Risiko Distres Gastrointestinal dipilih berdasarkan gejala yang dilaporkan oleh pasien, yaitu perut terasa kembung, BAB baru 1 kali dengan feses keras, dan distens abdomen. Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti immobilisasi, perubahan pola diet, dan masalah neurologik akibat stroke.
Luaran/output yang diharapkan mencakup pemulihan pola eliminasi yang normal, peningkatan kenyamanan gastrointestinal, serta pencegahan dan pengelolaan distres gastrointestinal. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi pengkajian, pemberian nutrisi dan cairan yang adekuat, mobilisasi, pemberian obat laksatif, edukasi, dan evaluasi yang berkelanjutan.
Dengan implementasi asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mengatasi masalah konstipasi dan mencegah komplikasi gastrointestinal lebih lanjut, sehingga dapat membantu pemulihan kondisi secara keseluruhan. -
Article No. 16776 | 05 May 2025
Klinis : Effusi pleura masif, sesak nafas, respirasi 30 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons dalam format RTF yang sesuai dengan permintaan Anda:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
\b DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI - SLKI - SIKI\b0
\par \line \b (EFFUSI PLEURA MASSIF DENGAN SESAK NAPAS)\b0
\par
\b 1. Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b \i Gangguan Pertukaran Gas (00030)\i0\b0
\par \b Penjelasan SDKI:\b0
\par Kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan metabolik tubuh akibat penumpukan cairan di rongga pleura (effusi pleura), mengganggu ekspansi paru dan pertukaran gas. Ditandai dengan sesak napas (\i dyspnea\i0), peningkatan frekuensi pernapasan (30x/menit), serta potensi penurunan saturasi oksigen.
\b SLKI (Luaran):\b0
\par - \b 1403: Fungsi Pernapasan\b0 \line Mempertahankan frekuensi pernapasan dalam rentang normal (12-20x/menit) dan saturasi oksigen >94%.
\par - \b 1405: Keseimbangan Asam-Basa\b0 \line Nilai analisis gas darah (AGD) dalam parameter normal (pH: 7.35-7.45, PaO2: 80-100 mmHg).
\b SIKI (Intervensi):\b0
\par - \b 3310: Manajemen Jalan Napas\b0 \line Memantau patensi jalan napas, posisi semi-Fowler, dan pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
\par - \b 3320: Fisioterapi Dada\b0 \line Latihan napas dalam dan batuk efektif untuk optimalisasi ventilasi.
\par
\b 2. Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b \i Nyeri Akut (00132)\i0\b0
\par \b Penjelasan SDKI:\b0
\par Nyeri pleuritik yang timbul akibat iritasi membran pleura oleh cairan effusi, dengan karakteristik tajam dan terlokalisasi pada area toraks.
\b SLKI:\b0
\par - \b 2102: Tingkat Nyeri\b0 \line Skala nyeri berkurang dari ≥4 menjadi ≤2 (skala 0-10) dalam 24 jam.
\b SIKI:\b0
\par - \b 5240: Manajemen Nyeri\b0 \line Pemberian analgesik sesuai protokol dan teknik non-farmakologis (reposisi, relaksasi).
\par
\b 3. Diagnosa Keperawatan:\b0
\par \b \i Ansietas (00146)\i0\b0
\par \b Penjelasan SDKI:\b0
\par Perasaan cemas akibat distress pernapasan dan ketidaknyamanan fisik, ditandai dengan gelisah, ekspresi wajah tegang, atau verbalisasi kekhawatiran.
\b SLKI:\b0
\par - \b 1210: Koping\b0 \line Pasien mampu mengidentifikasi strategi untuk mengurangi ansietas dalam 48 jam.
\b SIKI:\b0
\par - \b 5820: Dukungan Emosional\b0 \line Edukasi dan pendampingan untuk mengurangi ketakutan terkait kondisi.
\par
\b Catatan Akademik:\b0
\par Kode dan terminologi mengacu pada \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi V, SLKI Edisi II, dan SIKI Edisi II\i0 (PPNI, 2017-2019). Intervensi disesuaikan dengan \i evidence-based practice\i0 untuk manajemen effusi pleura.
\par
\par }
**Keterangan Format RTF:**
- Teks utama menggunakan font Calibri ukuran 11pt.
- Judul dan kode diagnosa/intervensi ditandai dengan **bold**.
- Istilah asing/khusus menggunakan *italic*.
- Spasi antarbaris 1,5 untuk keterbacaan akademik.
Semoga respons ini memenuhi kebutuhan klinis dan akademik Anda. -
Article No. 16777 | 05 May 2025
Klinis : Diagnosa aktual
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi aktual dengan nada akademis dan persona seorang pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan Aktual:
Intoleransi Aktivitas (00092)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas (00092) adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, yang disebabkan oleh kekurangan energi fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas (1616)
2. Pemulihan Fisik (0312)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Energi (4920)
2. Peningkatan Latihan Fisik (0200)
3. Manajemen Aktivitas (0200)
Definisi:
1. Intoleransi Aktivitas (00092): Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan, yang disebabkan oleh kekurangan energi fisik.
2. Toleransi Aktivitas (1616): Kemampuan untuk melakukan aktivitas tanpa kelelahan yang berlebihan.
3. Pemulihan Fisik (0312): Pemulihan kembali kondisi fisik yang optimal.
4. Manajemen Energi (4920): Membantu pasien untuk mengatur dan menggunakan energi yang tersedia secara efektif.
5. Peningkatan Latihan Fisik (0200): Membantu pasien untuk meningkatkan kemampuan fisik melalui latihan yang teratur.
6. Manajemen Aktivitas (0200): Membantu pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. -
Article No. 16778 | 05 May 2025
Klinis : Diagnosa diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi diare, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Diare (00011)
Definisi: Pengeluaran feses yang tidak normal, tidak terkontrol, dan terlalu sering (biasanya tiga kali atau lebih dalam 24 jam) dengan konsistensi yang lebih cair atau setengah cair.
Sistem Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Risiko Dehidrasi (00028)
Definisi: Peningkatan risiko kehilangan cairan dan elektrolit yang melebihi intake.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Status Cairan (LK001)
Definisi: Keseimbangan antara intake dan output cairan.
2. Status Nutrisi (LK002)
Definisi: Keadaan yang mencerminkan intake, absorbsi, dan penggunaan nutrisi oleh tubuh.
Sistem Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Diare (I0046)
Definisi: Tindakan untuk mengatasi pengeluaran feses yang tidak normal, tidak terkontrol, dan terlalu sering dengan konsistensi yang lebih cair atau setengah cair.
2. Manajemen Cairan (I0028)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Manajemen Nutrisi (I0048)
Definisi: Tindakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang.
Dalam menangani kondisi diare, perawat akan berfokus pada mengatasi diare itu sendiri, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI akan membantu perawat dalam melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang terstruktur dan komprehensif dalam penanganan diare. -
Article No. 16779 | 05 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi pasien dengan keluhan kelemahan anggota gerak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan yang disampaikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Gangguan Mobilitas Fisik". Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan terkontrol dari tubuh atau salah satu bagian tubuh.
Gangguan Mobilitas Fisik ditandai dengan gejala-gejala seperti kelemahan otot, penurunan rentang gerak, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit neurologis, muskuloskeletal, atau kondisi lainnya yang mempengaruhi fungsi pergerakan.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, luaran/output yang diharapkan adalah:
1. Peningkatan Mobilitas: Pasien mampu melakukan pergerakan anggota gerak secara mandiri atau dengan bantuan minimal.
2. Peningkatan Kemandirian Aktivitas Sehari-hari: Pasien dapat melakukan aktivitas harian dasar (makan, mandi, berpakaian, dll.) secara independen atau dengan sedikit bantuan.
3. Penurunan Risiko Komplikasi: Pasien tidak mengalami komplikasi terkait dengan immobilitas, seperti dekubitus, kontraktur, atau pneumonia.
4. Peningkatan Kualitas Hidup: Pasien menunjukkan peningkatan dalam kesejahteraan fisik, mental, dan sosial akibat perbaikan mobilitas.
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
1. Manajemen Mobilitas
- Latihan rentang gerak pasif dan aktif untuk meningkatkan mobilitas
- Latihan ambulasi dengan alat bantu (walker, kursi roda) sesuai kondisi pasien
- Pengaturan posisi dan perawatan kulit untuk mencegah komplikasi
2. Perawatan Diri
- Latihan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari (makan, mandi, berpakaian)
- Pemberian alat bantu perawatan diri jika diperlukan
- Edukasi dan latihan bagi pasien dan keluarga terkait perawatan diri
3. Manajemen Risiko
- Identifikasi dan pencegahan risiko komplikasi akibat immobilitas
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapis, okupasi terapis) jika diperlukan
- Pemberian dukungan psikologis untuk meningkatkan motivasi dan kualitas hidup
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu peningkatan mobilitas, kemandirian, dan kualitas hidup secara keseluruhan. -
Article No. 16780 | 05 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak karena riwayat stroke
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi pasien yang datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak karena riwayat stroke.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini adalah "Ketidakstabilan Aktivitas Fisik" dari domain Aktivitas/Istirahat. Pasien mengalami kelemahan anggota gerak sebagai dampak dari riwayat stroke yang dialaminya, yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan perubahan pada pola aktivitas dan istirahat.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Aktivitas Fisik: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik secara aman dan mandiri sesuai dengan kemampuannya.
2. Pergerakan Sendi: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan pergerakan sendi secara optimal.
3. Kemampuan Mobilitas: Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan mobilitas secara aman dan mandiri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen Aktivitas
- Lakukan asesmen menyeluruh terhadap kemampuan aktivitas fisik pasien.
- Kembangkan rencana aktivitas yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
- Ajarkan teknik-teknik untuk mempertahankan dan meningkatkan aktivitas fisik.
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.
2. Terapi Latihan Gerak
- Lakukan asesmen terhadap kemampuan pergerakan sendi pasien.
- Kembangkan program latihan gerak yang sesuai untuk meningkatkan pergerakan sendi.
- Lakukan latihan gerak secara bertahap dan teratur bersama pasien.
- Pantau progres pasien dan lakukan penyesuaian program latihan jika diperlukan.
3. Manajemen Mobilitas
- Lakukan asesmen terhadap kemampuan mobilitas pasien.
- Kembangkan rencana mobilitas yang aman dan sesuai dengan kondisi pasien.
- Ajarkan teknik-teknik mobilitas yang aman dan efektif.
- Fasilitasi penggunaan alat bantu mobilitas jika diperlukan.
- Berikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk meningkatkan kemampuan mobilitas secara mandiri.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada peningkatan aktivitas fisik, pergerakan sendi, dan kemampuan mobilitas, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan dan meningkatkan kualitas hidup sesuai dengan kondisinya.