Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16841 | 06 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan lemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yaitu lemas, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Kelelahan (00093)
Definisi: Sensasi terus-menerus dan berkepanjangan dari kelelahan fisik dan/atau mental yang tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan dan mengganggu fungsi sehari-hari.
2. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00093
- Definisi: Sensasi terus-menerus dan berkepanjangan dari kelelahan fisik dan/atau mental yang tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan dan mengganggu fungsi sehari-hari.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 1608
- Judul: Tingkat Kelelahan
- Definisi: Tingkatan berdasarkan persepsi individu tentang keletihan yang dialami.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 6480
- Judul: Manajemen Kelelahan
- Definisi: Pemberian bantuan untuk mengatasi atau mengurangi kelelahan yang dialami.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Kelelahan" menggambarkan kondisi pasien yang merasa terus-menerus dan berkepanjangan lelah secara fisik dan/atau mental. Hal ini tidak sebanding dengan aktivitas yang dilakukan dan dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Luaran yang diharapkan adalah penurunan tingkat kelelahan yang dialami pasien. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kelelahan, yaitu pemberian bantuan untuk mengatasi atau mengurangi kelelahan yang dialami. -
Article No. 16842 | 06 May 2025
Klinis : Data Subjektif : Ny.S mengatakan bahwa ia pernah merasa tidak ada harapan dalam beberapa kondisi Data Objektif Perilaku pasif dan minimnya kontak mata. etiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, maka dapat diterapkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
D.0089 Depresi
Definisi: Perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, dan kehilangan minat dalam hidup yang berlangsung lama.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
D.0089 Depresi
Kode: D.0089
Definisi: Perasaan sedih, putus asa, kehilangan semangat, dan kehilangan minat dalam hidup yang berlangsung lama.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
L.0047 Mood Positif
Kode: L.0047
Definisi: Kemampuan untuk merasakan dan mengekspresikan emosi positif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
I.0189 Terapi Perilaku Kognitif
Kode: I.0189
Definisi: Intervensi untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir disfungsional serta perilaku yang maladaptif.
Etiologi:
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan depresi pada Ny. S antara lain:
1. Riwayat depresi sebelumnya
2. Perubahan gaya hidup atau kehilangan yang signifikan
3. Masalah psikososial seperti konflik interpersonal atau isolasi sosial
Dengan pendekatan akademis dan persona sebagai pakar keperawatan, dapat disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Depresi (D.0089) dengan intervensi utama berupa Terapi Perilaku Kognitif (I.0189) untuk membantu Ny. S dalam meningkatkan mood positif (L.0047). -
Article No. 16843 | 06 May 2025
Klinis : Tn T, usia 78 tahun dirawat di ruang ICU hari kedua dengan gagal nafas. Pasien mempunyai riwayat kemoterapi 3 kali et causa Limfoma Malignant Non Hodgkin. Pasien masuk rumah sakit dengan demam disertai sesak nafas dan penurunan kesadaran sejak dua hari sebelumnya. Hasil pengkajian menunjukkan frekuensi nadi 121 x/menit, lemah, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara rochi di paru kanan dan kiri, suhu 38,1°C, Sp02 90%, GCS E1M1V1, sopor, pitting oedema ekstremitas bawah +3/+2, GDS 92 mg/dL. Pasien terpasang HENC T 34 Flow 60 FiO2 90%, NGT hari kedua dengan residu kehitaman 150 cc, dan folley catheter hari kedua urine pekat produksi urine/ 24 jam 100 cc, balans cairan +980 cc. Keluarga menyatakan pasien DNR. Hasil lab menunjukkan leukosit 1,2 x 103 nL, Hb 8,6 g/dL, procalsitonin 14 ng/L, CRP 4 mg/L, laktat 10 mmol/L, pH: 7,2, pCO2 28 mmHG, p02 88, HC03 15 U/L BE -6, SO2 90%, FiO2 100%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kasus Tn T.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Berhubungan dengan: Penyakit paru, kondisi kritis, dan gangguan pertukaran gas
Ditandai dengan: Frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara rochi di paru kanan dan kiri, Sp02 90%, dan penggunaan alat bantu nafas HFNC.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Berhubungan dengan: Kondisi kritis, syok sepsis, dan gangguan kardiovaskular
Ditandai dengan: Nadi lemah 121 x/menit, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, pitting edema +3/+2 di ekstremitas bawah, dan laktat 10 mmol/L.
3. Ketidakseimbangan Cairan
Berhubungan dengan: Kondisi kritis, gangguan asupan/output, dan gangguan metabolisme
Ditandai dengan: Produksi urin 100 cc/24 jam, balans cairan +980 cc, dan hasil laboratorium menunjukkan asidosis metabolik (pH 7,2, HCO3 15 U/L, BE -6).
4. Risiko Infeksi
Berhubungan dengan: Sistem imun yang terganggu, prosedur invasif, dan kondisi kritis
Ditandai dengan: Leukopenia 1,2 x 103 /nL, procalcitonin 14 ng/L, dan CRP 4 mg/L.
5. Ketidakefektifan Perfusi Serebral
Berhubungan dengan: Kondisi kritis, gangguan kardiovaskular, dan penurunan oksigenasi
Ditandai dengan: Penurunan kesadaran (GCS E1M1V1), dan hipoksemia (pO2 88 mmHg).
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
2. Perfusi Jaringan Adekuat
3. Keseimbangan Cairan Terpelihara
4. Bebas Infeksi
5. Perfusi Serebral Adekuat
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif:
- Atur pemberian oksigen melalui HFNC
- Pantau status respirasi dan oksigenasi
- Berikan suction endotrakeal jika diperlukan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi pernapasan
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif:
- Pantau tanda-tanda vital dan perfusi perifer
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi vasopressor
- Pertahankan posisi semi-fowler untuk meningkatkan perfusi
3. Ketidakseimbangan Cairan:
- Pantau intake dan output cairan
- Hitung kebutuhan cairan dan elektrolit
- Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Monitoring hasil laboratorium
4. Risiko Infeksi:
- Lakukan perawatan luka dan pencegahan infeksi
- Pantau tanda-tanda infeksi
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Kolaborasi dengan tim medis untuk memantau proses infeksi
5. Ketidakefektifan Perfusi Serebral:
- Pantau status neurologis
- Pertahankan posisi kepala elevasi 30-45 derajat
- Pantau oksigenasi dan perfusi serebral
- Berikan terapi untuk meningkatkan perfusi serebral
Dengan penerapan rencana asuhan keperawatan yang komprehensif ini, diharapkan dapat membantu dalam mencapai luaran yang diinginkan bagi pasien Tn T. -
Article No. 16844 | 06 May 2025
Klinis : Tn T, usia 78 tahun dirawat di ruang ICU hari kedua dengan gagal nafas. Pasien mempunyai riwayat kemoterapi 3 kali et causa Limfoma Malignant Non Hodgkin. Pasien masuk rumah sakit dengan demam disertai sesak nafas dan penurunan kesadaran sejak dua hari sebelumnya. Hasil pengkajian menunjukkan frekuensi nadi 121 x/menit, lemah, akral dingin, tekanan darah 92/54 mmHg, frekuensi napas 32 x/menit, terdengar suara rochi di paru kanan dan kiri, suhu 38,1°C, Sp02 90%, GCS E1M1V1, sopor, pitting oedema ekstremitas bawah +3/+2, GDS 92 mg/dL. Pasien terpasang HENC T 34 Flow 60 FiO2 90%, NGT hari kedua dengan residu kehitaman 150 cc, dan folley catheter hari kedua urine pekat produksi urine/ 24 jam 100 cc, balans cairan +980 cc. Keluarga menyatakan pasien DNR. Hasil lab menunjukkan leukosit 1,2 x 103 nL, Hb 8,6 g/dL, procalsitonin 14 ng/L, CRP 4 mg/L, laktat 10 mmol/L, pH: 7,2, pCO2 28 mmHG, p02 88, HC03 15 U/L BE -6, SO2 90%, FiO2 100%.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi pasien Tn T yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan beban kerja pernapasan dan gangguan pertukaran gas akibat gagal napas.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan penurunan asupan nutrisi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan penurunan kapasitas fungsional.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun dan prosedur invasif.
5. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pola napas efektif: pasien menunjukkan peningkatan frekuensi napas, kedalaman napas, dan nilai saturasi oksigen yang memadai.
2. Asupan nutrisi adekuat: pasien menunjukkan peningkatan berat badan dan kadar albumin/prealbumin dalam batas normal.
3. Toleransi aktivitas meningkat: pasien mampu melakukan aktivitas harian dengan bantuan minimal.
4. Bebas infeksi: tidak ada tanda-tanda infeksi dan nilai parameter infeksi (misalnya, leukosit, CRP, procalcitonin) dalam batas normal.
5. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara: pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat dan hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen jalan napas:
- Mempertahankan jalan napas paten dengan bantuan ventilasi mekanik (HFNC).
- Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret.
- Memantau parameter pernapasan (frekuensi, kedalaman, saturasi oksigen).
2. Manajemen nutrisi:
- Memberikan nutrisi enteral melalui NGT sesuai kebutuhan.
- Memantau intake dan output nutrisi serta tanda-tanda malnutrisi.
- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang optimal.
3. Manajemen aktivitas dan latihan:
- Memfasilitasi mobilisasi pasien sesuai toleransi.
- Memberikan latihan pernapasan dan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
- Memantau tanda-tanda intoleransi aktivitas.
4. Manajemen infeksi:
- Memantau tanda-tanda infeksi dan melakukan kultur/pemeriksaan laboratorium.
- Memberikan terapi antibiotik sesuai rekomendasi tim medis.
- Menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah transmisi infeksi.
5. Manajemen cairan dan elektrolit:
- Memantau status hidrasi dan keseimbangan cairan.
- Memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan dan memantau intake/output.
- Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memantau elektrolit.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang ditetapkan berdasarkan data pasien mencakup permasalahan utama yang dihadapi, yaitu ketidakefektifan pola napas, malnutrisi, intoleransi aktivitas, risiko infeksi, dan hipovolemia. Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah kondisi optimal yang diharapkan tercapai, seperti pola napas efektif, asupan nutrisi adekuat, toleransi aktivitas meningkat, bebas infeksi, dan keseimbangan cairan terpelihara. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup tindakan spesifik untuk mengatasi setiap masalah keperawatan, seperti manajemen jalan napas, nutrisi, aktivitas, infeksi, serta cairan dan elektrolit. Keseluruhan rencana asuhan keperawatan ini bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien secara holistik dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 16845 | 06 May 2025
Klinis : Tn A, laki-laki 56 tahun, wiraswata dirawat dirumah sakit sejak 1 hari yang lalu dengan keluhan batuk dengan sekret berwarna putih yang sulit dikeluarkan terutama pada pagi hari disertai pusing dan sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Sumber informasi adalah pasien sendiri dan istri Ny.B 52 tahun, ibu rumah tangga yang mendampingi. Sesak semakin memburuk saat beraktivitas ringan. Pasien tidak mampu berjalan lebih dari 100 meter dan harus berhenti karena sesak. Pasien lelah dan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas. Sesak napas yang dialami pasien mengakibatkan tubuh terasa lemah, sehingga aktivitas sehari-hari harus dibantu oleh keluarga dan perawat. Pasien merasakan gejala memburuk dalam 1 bulan terakhir. Pasien mengalami Riwayat Bronkitis sejak usia 10 tahun. Merokok 10 batang per hari sejak usia 18 tahun, tidak ada hemoptisis dan mengalami kekambuhan yang ditangani dengan antibiotik, steroid, dan salbutamol. Pasien didiagnosis PPOK sejak 3 tahun lalu berdasarkan Riwayat medis dan spirometri rasio FEV1/FVC 57%. Keluarga lain dalam kondisi sehat, namun kedua orang tua telah meninggal dunia. Bapak meninggal diusia 65 tahun karena penyakit jantung dan ibu meninggal di usia 60 tahun karena komplikasi diabetes. Hasil anamneses lain: tidak ada keluhan mual dan muntah. Selama ini tidak ada keluhan saat buang air kecil atau buang air besar. Buang air besar 1 kali dalam 2 hari, konsistensi feses lunak. Pasien mengeluh nyeri dada ringan saat batuk. Tidur sekitar 5 jam sehari terganggu akibat saat sesak. Mengalami kecemasan ringan karena ketergantungan pada orang lain, namun 2 orang anak perempuan yang masih kuliah dan tinggal bersama sangat perhatian dan selalu memberi bantuan. Anak laki-laki beserta istri dan 2 orang cucu selalu memberikan support meskipun mereka sudah tinggal terpisah. Pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis, Tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi istirahat 60x/menit mengalami peningkatan hingga 132x/menit jika banyak bergerak. Frekuensi pernapasan meningkat 32x/menit, suhu 37oC. Pasien kesulitan mengeluarkan dahak dan tidak mampu batuk efektif. Conjungtiva pucat, terdapat pernapasan cuping hidung. Pasien menggunakan otot bantu pernapasan. Diameter thoraks anteroposterior 2:2. Pada pemeriksaan auskultasi, ditemukan ronkhi dikedua lapang paru. Hasil pemeriksaan sputum: Streptococcus Pneumonia, Hemophylus influenza; Pemeriksaan darah: Hb 10 g/dl, Trombosit 311x10³/µL, Leukosit 15,77 x 10³/µL. Hasil analisis gas darah menunjukkan pH: 7,33, PCO₂: 71 mmHg, PO₂: 119 mmHg dan HCO₃: 38 mmol/L. Hasil thoraks foto: Hiperinflasi paru bilateral, diafragma mendatar, peningkatan transparansi paru, pola bronkovaskular menebal, dan kemungkinan atelektasis atau infiltrat segmental. Tidak tampak efusi pleura atau kardiomegali jelas. Gambaran mendukung eksaserbasi PPOK akut. Saat ini, terpasang infus RL 20 tetes/menit, terpasang kateter urine, serta oksigen Non Rebreathing Mask (NRM) 10L/menit.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Tn. A:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Faktor yang berhubungan: Sekresi jalan napas yang berlebihan, ketidakmampuan untuk batuk efektif.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.
- Faktor yang berhubungan: Sesak napas, kelemahan.
3. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap persepsi ancaman yang dapat mengurangi kemampuan beradaptasi atau fungsi.
- Faktor yang berhubungan: Ketergantungan pada orang lain.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator: Frekuensi pernapasan normal, pola pernapasan normal, suara napas bersih, mampu mengeluarkan sekret dengan batuk.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator: Pasien dapat berjalan lebih dari 100 meter tanpa harus berhenti, mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
3. Kecemasan Terkontrol
- Indikator: Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas, mampu melakukan teknik relaksasi, tampak tenang dan rileks.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Manajemen Jalan Napas
- Fisioterapi Dada
- Terapi Oksigen
- Manajemen Batuk
2. Untuk Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas
- Latihan Fisik Terkontrol
3. Untuk Kecemasan Terkontrol:
- Manajemen Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Dukungan Emosional
Penjelasan rinci:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas: Pasien mengalami kesulitan dalam mengeluarkan sekret, tidak mampu batuk efektif, dan terdapat ronki di kedua lapang paru, sehingga jalan napas tidak dapat dibersihkan secara efektif.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas ringan, sehingga aktivitas sehari-hari harus dibantu oleh keluarga dan perawat. Hal ini menunjukkan intoleransi terhadap aktivitas.
- Kecemasan: Pasien mengalami kecemasan ringan akibat ketergantungan pada orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Bersihan Jalan Napas Efektif: Diharapkan pasien dapat mempertahankan frekuensi pernapasan normal, pola pernapasan normal, suara napas bersih, dan mampu mengeluarkan sekret dengan batuk efektif.
- Toleransi Aktivitas Meningkat: Diharapkan pasien dapat berjalan lebih dari 100 meter tanpa harus berhenti dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain.
- Kecemasan Terkontrol: Diharapkan pasien dapat mengungkapkan perasaan cemas, mampu melakukan teknik relaksasi, dan tampak tenang serta rileks.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
- Untuk Bersihan Jalan Napas Efektif:
- Manajemen Jalan Napas: Mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang bersih dan terbuka.
- Fisioterapi Dada: Membantu mengeluarkan sekret dari saluran napas.
- Terapi Oksigen: Memenuhi kebutuhan oksigen pasien.
- Manajemen Batuk: Memfasilitasi batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
- Untuk Toleransi Aktivitas Meningkat:
- Manajemen Energi: Mengatur aktivitas dan istirahat pasien untuk memaksimalkan energi.
- Peningkatan Aktivitas: Meningkatkan kemampuan fisik pasien secara bertahap.
- Latihan Fisik Terkontrol: Melakukan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Untuk Kecemasan Terkontrol:
- Manajemen Kecemasan: Membantu pasien mengelola kecemasan yang dirasakan.
- Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
- Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga. -
Article No. 16846 | 06 May 2025
Klinis : Tn A, laki-laki 56 tahun, wiraswata dirawat dirumah sakit sejak 1 hari yang lalu dengan keluhan batuk dengan sekret berwarna putih yang sulit dikeluarkan terutama pada pagi hari disertai pusing dan sesak napas sejak 2 hari yang lalu. Sumber informasi adalah pasien sendiri dan istri Ny.B 52 tahun, ibu rumah tangga yang mendampingi. Sesak semakin memburuk saat beraktivitas ringan. Pasien tidak mampu berjalan lebih dari 100 meter dan harus berhenti karena sesak. Pasien lelah dan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas. Sesak napas yang dialami pasien mengakibatkan tubuh terasa lemah, sehingga aktivitas sehari-hari harus dibantu oleh keluarga dan perawat. Pasien merasakan gejala memburuk dalam 1 bulan terakhir. Pasien mengalami Riwayat Bronkitis sejak usia 10 tahun. Merokok 10 batang per hari sejak usia 18 tahun, tidak ada hemoptisis dan mengalami kekambuhan yang ditangani dengan antibiotik, steroid, dan salbutamol. Pasien didiagnosis PPOK sejak 3 tahun lalu berdasarkan Riwayat medis dan spirometri rasio FEV1/FVC 57%. Keluarga lain dalam kondisi sehat, namun kedua orang tua telah meninggal dunia. Bapak meninggal diusia 65 tahun karena penyakit jantung dan ibu meninggal di usia 60 tahun karena komplikasi diabetes. Hasil anamneses lain: tidak ada keluhan mual dan muntah. Selama ini tidak ada keluhan saat buang air kecil atau buang air besar. Buang air besar 1 kali dalam 2 hari, konsistensi feses lunak. Pasien mengeluh nyeri dada ringan saat batuk. Tidur sekitar 5 jam sehari terganggu akibat saat sesak. Mengalami kecemasan ringan karena ketergantungan pada orang lain, namun 2 orang anak perempuan yang masih kuliah dan tinggal bersama sangat perhatian dan selalu memberi bantuan. Anak laki-laki beserta istri dan 2 orang cucu selalu memberikan support meskipun mereka sudah tinggal terpisah. Pemeriksaan fisik, kesadaran compos mentis, Tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi istirahat 60x/menit mengalami peningkatan hingga 132x/menit jika banyak bergerak. Frekuensi pernapasan meningkat 32x/menit, suhu 37oC. Pasien kesulitan mengeluarkan dahak dan tidak mampu batuk efektif. Conjungtiva pucat, terdapat pernapasan cuping hidung. Pasien menggunakan otot bantu pernapasan. Diameter thoraks anteroposterior 2:2. Pada pemeriksaan auskultasi, ditemukan ronkhi dikedua lapang paru. Hasil pemeriksaan sputum: Streptococcus Pneumonia, Hemophylus influenza; Pemeriksaan darah: Hb 10 g/dl, Trombosit 311x10³/µL, Leukosit 15,77 x 10³/µL. Hasil analisis gas darah menunjukkan pH: 7,33, PCO₂: 71 mmHg, PO₂: 119 mmHg dan HCO₃: 38 mmol/L. Hasil thoraks foto: Hiperinflasi paru bilateral, diafragma mendatar, peningkatan transparansi paru, pola bronkovaskular menebal, dan kemungkinan atelektasis atau infiltrat segmental. Tidak tampak efusi pleura atau kardiomegali jelas. Gambaran mendukung eksaserbasi PPOK akut. Saat ini, terpasang infus RL 20 tetes/menit, terpasang kateter urine, serta oksigen Non Rebreathing Mask (NRM) 10L/menit. 5 diagnosis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan 5 diagnosis keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi Tn. A yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- Penyebab: Hipersekresi jalan napas, ketidakmampuan mengeluarkan sekresi, dan kelemahan otot pernapasan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Definisi: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengakibatkan ketidakefektifan ventilasi.
- Penyebab: Penyakit pernapasan, seperti PPOK, yang menyebabkan perubahan pada pola napas.
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan karena keterbatasan kapasitas fisik.
- Penyebab: Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, perubahan fungsi neuromuskular, dan kelemahan.
4. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan perilaku terhadap sumber ancaman yang tidak diketahui atau dialami.
- Penyebab: Perubahan status kesehatan, keterbatasan fisik, dan ketergantungan pada orang lain.
5. Gangguan Tidur
- Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
- Penyebab: Sesak napas saat tidur, ketidaknyamanan fisik, dan kecemasan.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Indikator: Pasien mampu mengeluarkan sekresi dengan batuk yang efektif, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, dan suara napas normal.
2. Pola Napas Efektif
- Indikator: Pasien mempertahankan pola napas yang normal, dengan frekuensi pernapasan 12-20 kali per menit, tanpa penggunaan otot bantu pernapasan.
3. Toleransi Aktivitas Meningkat
- Indikator: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa sesak napas dan kelelahan yang berlebihan.
4. Kecemasan Terkendali
- Indikator: Pasien mampu mengontrol kecemasan, tidak ada tanda-tanda kecemasan, dan merasa lebih nyaman.
5. Pola Tidur Membaik
- Indikator: Pasien dapat tidur dengan nyenyak selama 5-8 jam per hari, tanpa interupsi karena sesak napas.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Oksigenasi
- Manajemen Jalan Napas
- Fisioterapi Dada
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- Manajemen Jalan Napas
- Terapi Oksigen
- Latihan Pernapasan
3. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi
- Peningkatan Aktivitas
- Edukasi Manajemen Diri
4. Kecemasan
- Terapi Relaksasi
- Dukungan Emosional
- Manajemen Kecemasan
5. Gangguan Tidur
- Manajemen Tidur
- Terapi Lingkungan
- Edukasi Kesehatan
Setiap intervensi keperawatan yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi pasien, mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses asuhan keperawatan. -
Article No. 16847 | 06 May 2025
Klinis : Ny. H, usia 30 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 33 minggu, datangke puskesmas dengan keluhan sering merasa haus berlebihan(polidipsi), sering buang air kecil (poliuria), mudah merasa lelah,dan penglihatan menjadi kabur. Pasien juga menyatakanmengalami sakit kepala ringan dan sering merasa lapar meskipunsudah makan. Ia mengaku tidak teratur mengontrol kadar guladarah dan belum mengetahui apa itu diabetes gestasionalHasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 120/90 mmHgnadi 96x/menit, pernafasan 22x/menit, Suhu tubuh: 36,9°C ,Guladarah puasa: 118 mg/dL , Gula darah 2 jam postprandial: 192mg/dL , Berat badan: 73 kg (naik 3 kg dalam 2 minggu). pasientampak lemas, bibir kering, dan turgor kulit menurun.pasienbelum memahami makanan apa saja yang boleh di makan danyang tidak boleh.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. H yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai, luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan, penurunan tenaga, dan penurunan kemampuan fungsional akibat diabetes gestasional.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran cairan (poliuria) dan penurunan asupan cairan (polidipsi).
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman tentang diabetes gestasional dan manajemen diet yang tepat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan toleransi yang meningkat.
- Pasien melaporkan peningkatan energi dan penurunan kelelahan.
- Pasien dapat menjalankan aktivitas tanpa mengalami sesak napas atau denyut jantung yang berlebihan.
2. Keseimbangan Cairan:
- Pasien dapat mempertahankan status cairan yang seimbang.
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda ketidakseimbangan cairan dan melaporkannya.
- Pasien dapat menjaga asupan cairan yang adekuat.
3. Pengetahuan tentang Diabetes Gestasional:
- Pasien dapat menjelaskan definisi, penyebab, dan komplikasi diabetes gestasional.
- Pasien dapat menjelaskan pola makan yang sesuai untuk mengelola diabetes gestasional.
- Pasien dapat menjelaskan pentingnya pemantauan gula darah dan pentingnya kontrol rutin.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas:
- Monitoring tanda-tanda vital dan respons tubuh terhadap aktivitas.
- Mengatur dan memfasilitasi aktivitas sesuai dengan toleransi pasien.
- Memberikan edukasi tentang manajemen kelelahan dan energi.
- Membantu pasien merencanakan aktivitas harian yang seimbang.
2. Keseimbangan Cairan:
- Monitoring intake dan output cairan.
- Mengatur asupan cairan sesuai kebutuhan pasien.
- Memberikan edukasi tentang tanda-tanda ketidakseimbangan cairan.
- Memfasilitasi pasien untuk memantau asupan dan pengeluaran cairan.
3. Pengetahuan tentang Diabetes Gestasional:
- Memberikan edukasi tentang definisi, penyebab, dan komplikasi diabetes gestasional.
- Mengajarkan pasien tentang pola makan yang sesuai untuk mengelola diabetes gestasional.
- Memberikan edukasi tentang pentingnya pemantauan gula darah dan kontrol rutin.
- Melibatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan pengambilan keputusan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan Ny. H dapat mencapai luaran yang diharapkan dan mengelola diabetes gestasionalnya dengan baik. -
Article No. 16848 | 06 May 2025
Klinis : Pasien mengeluh pada bagian mata kirinya ada yang menggajal,Mata kiri pasien merah (sklera). Sklera mata kiri pasien bengkak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PENJELASAN SDKI – SLKI – SIKI**
*(Berdasarkan Standar PPNI untuk Kondisi Pasien dengan Keluhan Mata Kiri Merah, Bengkak, dan Rasa Mengganjal)*
---
### **1. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)**
**Kode DX.00079** – **Nyeri Akut**
**Definisi**: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau ringan hingga berat.
**Karakteristik Mayor**:
- Laporan nyeri (skala 1-10)
- Perilaku melindungi area nyeri (pasien mengeluh mata kiri terasa mengganjal)
- Perubahan tonus otot (sklera bengkak)
**Karakteristik Minor**:
- Ekspresi wajah kesakitan
- Perubahan tanda vital (jika ada)
**Faktor yang Berhubungan**:
- Proses inflamasi (konjungtivitis, iritis, atau trauma)
---
### **2. LUARAN KEPERAWATAN (SLKI)**
**Kode LO.08016** – **Tingkat Nyeri**
**Indikator**:
- Skala nyeri menurun (0-3)
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor pemicu dan penurun nyeri
- Tidak ada perilaku melindungi area nyeri
**Target**:
- **Setelah 24 jam intervensi**: Nyeri berkurang dari skala 6 ke ≤3.
---
### **3. INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)**
**Kode IN.03001** – **Manajemen Nyeri**
**Tindakan**:
- **Observasi**:
- Skala nyeri menggunakan *Numeric Rating Scale (NRS)*.
- Tanda inflamasi (kemerahan, bengkak, suhu).
- **Edukasi**:
- Hindari menggosok mata.
- Kompres hangat/dingin sesuai indikasi.
- **Kolaborasi**:
- Pemberian analgesik topikal/sistemik (sesuai resep dokter).
- Rujuk ke dokter mata jika dicurigai infeksi (misal: konjungtivitis bakterial).
**Kode IN.04003** – **Perawatan Mata**
**Tindakan**:
- Bersihkan mata dengan larutan saline steril.
- Monitor sekret atau tanda infeksi tambahan.
---
### **PENJELASAN SINGKAT**
- **SDKI (DX.00079)**: Fokus pada respon pasien terhadap nyeri dan inflamasi.
- **SLKI (LO.08016)**: Mengukur efektivitas intervensi melalui penurunan skala nyeri.
- **SIKI (IN.03001 & IN.04003)**: Kombinasi manajemen nyeri dan perawatan lokal mata untuk mengatasi gejala dan mencegah komplikasi.
**Catatan**: Diagnosis ini bersifat tentatif. Re-evaluasi diperlukan jika ditemukan etiologi lain (misal: glaukoma akut atau abrasi kornea).
---
*Referensi: Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini – PPNI.* -
Article No. 16849 | 06 May 2025
Klinis : 1. Batuk tidak efektif 2. Sputum berlebihan 3. Mengi, wheezing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar keperawatan.
1. Batuk tidak efektif
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas (0410)
Definisi: Status permeabilitas dan kemampuan untuk membersihkan sekret dari saluran pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Jalan Napas (3140)
Definisi: Memfasilitasi pembebasan jalan napas dan pemeliharaan pertukaran gas.
2. Sputum berlebihan
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031)
SDKI, SLKI, dan SIKI sama dengan diagnosa keperawatan sebelumnya.
3. Mengi, wheezing
Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif (00032)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif (00032)
Definisi: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pola Napas (0415)
Definisi: Kemampuan untuk bernapas dengan lancar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Jalan Napas (3140)
Definisi: Memfasilitasi pembebasan jalan napas dan pemeliharaan pertukaran gas.
Secara keseluruhan, ketiga kondisi yang Anda sebutkan berkaitan dengan masalah pada sistem pernapasan, sehingga diagnosa keperawatan yang relevan adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (00031) dan Pola Napas Tidak Efektif (00032). Pemantauan dan intervensi keperawatan yang sesuai dapat dilakukan untuk mengelola masalah pernapasan ini. -
Article No. 16850 | 06 May 2025
Klinis : syok
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi syok.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Syok:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi syok adalah "Penurunan Perfusi Jaringan". Kondisi syok menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigenasi ke jaringan, sehingga mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Diagnosa ini menggambarkan adanya gangguan dalam pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan, yang dapat berdampak pada kerusakan sel dan disfungsi organ.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI) setelah Asuhan Keperawatan:
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda stabilitas hemodinamik, seperti tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan yang berada dalam rentang normal.
2. Perfusi Jaringan yang Memadai: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang memadai, seperti suhu kulit yang hangat, kapiler refill yang kurang dari 2 detik, dan urin yang berwarna kuning terang.
3. Tidak ada Tanda-tanda Hipovolemia: Pasien tidak akan menunjukkan tanda-tanda hipovolemia, seperti penurunan volume darah, pengeluaran urin yang berkurang, dan kekeringan mukosa.
4. Tidak Ada Komplikasi: Pasien tidak akan mengalami komplikasi akibat syok, seperti kerusakan organ, gangguan neurologi, atau kematian.
Intervensi Keperawatan (SIKI) untuk Mencapai Tujuan Luaran:
1. Pemantauan Hemodinamik: Melakukan pemantauan hemodinamik secara ketat, termasuk pengukuran tekanan darah, nadi, laju pernapasan, dan output urin.
2. Pengelolaan Cairan dan Elektrolit: Memberikan cairan intravena sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mengembalikan volume darah dan mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
3. Pemberian Oksigen: Memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan pasien untuk memastikan oksigenasi jaringan yang memadai.
4. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin dialami pasien untuk mencegah peningkatan kebutuhan oksigen dan komplikasi lainnya.
5. Pemantauan Tanda-tanda Vital: Melakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital, termasuk suhu, warna dan kelembaban kulit, serta kapiler refill.
6. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lainnya untuk mengelola kondisi syok secara komprehensif.
7. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi syok, tujuan perawatan, dan pentingnya kepatuhan terhadap intervensi yang diberikan.
Penjelasan yang rinci dan terperinci di atas diharapkan dapat membantu dalam memahami pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani kondisi syok.