Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16887 | 07 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan bisa tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, dimana pasien mengatakan tidak ada keluhan dan bisa tidur, maka diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan: "Tidur Efektif"
- Kode SDKI: 00198
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan atau mencapai periode tidur yang memuaskan dan memulihkan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) merupakan sistem klasifikasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI memberikan kode dan definisi untuk setiap diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang juga ditetapkan oleh PPNI. SLKI memberikan kode dan definisi untuk setiap luaran keperawatan yang diharapkan dicapai setelah intervensi keperawatan dilakukan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI. SIKI memberikan kode dan definisi untuk setiap intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan.
Dalam kasus ini, diagnosa keperawatan "Tidur Efektif" memiliki kode SDKI 00198 dengan definisi "Kemampuan untuk mempertahankan atau mencapai periode tidur yang memuaskan dan memulihkan". -
Article No. 16888 | 07 May 2025
Klinis : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan bisa tidur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien mengatakan tidak ada keluhan dan bisa tidur, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Diagnosis Keperawatan (SDKI):
a. Kode: 00198
b. Judul: Pola Tidur Efektif
c. Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan periode tidur yang adekuat dan menyegarkan.
2. Luaran Keperawatan (SLKI):
a. Kode: 10008
b. Judul: Tidur
c. Definisi: Kemampuan individu untuk mengalami periode istirahat dan pemulihan yang adekuat.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Kode: 6670
b. Judul: Manajemen Tidur
c. Definisi: Mengoptimalkan pola tidur dan memaksimalkan kualitas istirahat individu.
Penjelasan singkat:
- Diagnosis Keperawatan (SDKI) "Pola Tidur Efektif" menggambarkan kemampuan pasien untuk mempertahankan tidur yang adekuat dan menyegarkan.
- Luaran Keperawatan (SLKI) "Tidur" menggambarkan kemampuan individu untuk mengalami periode istirahat dan pemulihan yang adekuat.
- Intervensi Keperawatan (SIKI) "Manajemen Tidur" menggambarkan upaya perawat untuk mengoptimalkan pola tidur dan memaksimalkan kualitas istirahat individu.
Kode-kode di atas mengacu pada sistem klasifikasi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 16889 | 07 May 2025
Klinis : pasien mengatakan pernah dipukul oleh orang tua dan mengalami kekerasan dalam keluarga
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, yaitu pasien mengatakan pernah dipukul oleh orang tua dan mengalami kekerasan dalam keluarga, maka kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T74.1
- Deskripsi: Pengabaian dan penganiayaan fisik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.81
- Deskripsi: Konseling psikososial
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 T74.1 (Pengabaian dan penganiayaan fisik) digunakan untuk mengkodekan kondisi pasien yang melaporkan adanya riwayat kekerasan fisik oleh orang tua atau anggota keluarga lainnya. Kode ini menggambarkan situasi di mana pasien telah mengalami tindakan penganiayaan fisik yang dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab untuk menjaga dan melindunginya.
2. Kode ICD-9-CM 95.81 (Konseling psikososial) dapat digunakan untuk mengkodekan tindakan medis yang dilakukan dalam rangka memberikan dukungan dan intervensi psikologis kepada pasien yang mengalami kekerasan dalam keluarga. Prosedur ini dapat melibatkan konseling, terapi, atau intervensi lain yang bertujuan untuk membantu pasien mengatasi dampak psikologis dari pengalaman tersebut.
Penggunaan kode-kode ini dapat membantu dalam mendokumentasikan secara akurat kondisi dan penanganan medis yang diterima oleh pasien, serta memfasilitasi perencanaan perawatan dan pemantauan perkembangan selanjutnya. -
Article No. 16890 | 07 May 2025
Klinis : Seorang pasien laki-laki (55 tahun) terdiagnosis hipertensi. Saat ini pasien merasa lemah, mual, dan merasa haus yang berlebihan. Pasien mengatakan suka makan makanan asin dan jarang minum air putih. TD 160/98 mmHg, nadi 99x/menit, RR 12 x/menit, suhu; 37 C. Hasil pemeriksaan lab natrium: 200 mEq/L Tentukan diagnosis keperawatan dan buatkan rencana keperawatan berdasarkan kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan rencana perawatan berdasarkan kasus yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat dan konsumsi natrium yang berlebihan
- Kode SDKI: 00195
- Definisi: Kondisi di mana terdapat perubahan dalam volume dan komposisi cairan tubuh dan/atau elektrolit.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
- Kode SDKI: 00092
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi aktivitas fisik.
3. Mual berhubungan dengan hipertensi
- Kode SDKI: 00134
- Definisi: Sensasi tidak nyaman di bagian belakang tenggorokan atau perut yang dapat mengarah pada dorongan untuk muntah.
Rencana Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat dan konsumsi natrium yang berlebihan
- Kode SLKI: 4301 - Keseimbangan Cairan
- Tujuan: Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal.
- Intervensi:
- Pantau tanda-tanda vital dan status hidrasi pasien secara teratur.
- Batasi asupan natrium sesuai kebutuhan.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan yang cukup.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemantauan dan pengobatan elektrolit.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
- Kode SIKI: 1401 - Manajemen Aktivitas
- Tujuan: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan.
- Intervensi:
- Identifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi oleh pasien.
- Rencanakan aktivitas dan istirahat secara seimbang.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai.
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen aktivitas.
3. Mual berhubungan dengan hipertensi
- Kode SIKI: 1804 - Manajemen Mual dan Muntah
- Tujuan: Pasien akan mengelola mual dan muntah secara efektif.
- Intervensi:
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi mual dan muntah.
- Berikan antiemetik sesuai instruksi medis.
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat meringankan mual.
- Berikan dukungan emosional dan informasi terkait mual dan muntah.
Dengan diagnosa keperawatan dan rencana perawatan yang telah saya berikan, diharapkan pasien dapat mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya secara komprehensif. Jika ada pertanyaan atau hal yang perlu diklarifikasi, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 16891 | 07 May 2025
Klinis : 7 hari yang lalu klien tampak bingung, mondar-mandir, dan senyum sendiri, pada tanggal klien pergi kerumah temannya dan waktu shubuh ditangkap warga lalu diamankan ke polres Sukoharjo. Tanggal 26 November 2024 klien di bawa ke IGD RS Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Klien mengatakan bahwa depresi setelah putus dengan kekasihnya di tahun 2018 setelah dikenalkan kepada keluarga klien. Kemudian klien merasa putus asa dan patah semangat dan klien memiliki riwayat minum alkohol semenjak 2018-2020. Keluarga klien mengatakan semenjak 2 bulan yang lalu sempat rawat jalan di RS Indriati dengan mendapatkan obat Alpazolam 1x1, Sandepril 1x50mg, Risperidone 2x1, Trihexyphenidyl 2x1.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kasus tersebut adalah:
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Definisi: Keadaan berisiko terjadinya perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan secara fisik, verbal, atau secara psikologis.
Tanda dan Gejala: Klien tampak bingung, mondar-mandir, dan senyum sendiri, menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
2. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Keadaan yang ditandai dengan adanya gangguan dalam kualitas, isi, dan proses berpikir.
Tanda dan Gejala: Klien tampak bingung dan senyum sendiri, menunjukkan adanya gangguan dalam proses berpikir.
3. Depresi
Definisi: Keadaan yang ditandai dengan suasana hati yang menurun dan hilangnya minat atau kesenangan dalam hampir semua aktivitas.
Tanda dan Gejala: Klien mengatakan mengalami depresi setelah putus dengan kekasihnya, merasa putus asa dan patah semangat.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Klien dapat mengendalikan perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dengan cara yang tepat.
- Keluarga dapat mendukung klien dalam mengendalikan perilaku kekerasan.
2. Gangguan Proses Pikir
- Klien dapat mengidentifikasi gangguan proses pikir yang dialami.
- Klien dapat menunjukkan kemampuan berpikir secara logis dan rasional.
- Keluarga dapat membantu klien dalam mengatasi gangguan proses pikir.
3. Depresi
- Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi depresi.
- Klien dapat menunjukkan penerimaan diri dan harapan untuk masa depan.
- Keluarga dapat memberikan dukungan emosional dan praktis bagi klien.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
- Monitor tanda-tanda perilaku kekerasan
- Fasilitasi klien untuk mengekspresikan perasaan marah secara tepat
- Libatkan keluarga dalam mendukung klien mengendalikan perilaku kekerasan
2. Gangguan Proses Pikir
- Identifikasi gangguan proses pikir yang dialami klien
- Ajarkan teknik-teknik berpikir logis dan rasional
- Libatkan keluarga dalam membantu klien mengatasi gangguan proses pikir
3. Depresi
- Identifikasi penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi depresi
- Fasilitasi klien untuk menerima diri dan memiliki harapan untuk masa depan
- Kolaborasi dengan keluarga dalam memberikan dukungan emosional dan praktis
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berpedoman pada standar praktik keperawatan jiwa dan mengintegrasikan intervensi yang berpusat pada klien, keluarga, dan komunitas. Selain itu, perawat juga harus melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal bagi klien. -
Article No. 16892 | 07 May 2025
Klinis : 7 hari yang lalu klien tampak bingung, mondar-mandir, dan senyum sendiri, pada tanggal klien pergi kerumah temannya dan waktu shubuh ditangkap warga lalu diamankan ke polres Sukoharjo. Tanggal 26 November 2024 klien di bawa ke IGD RS Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Klien mengatakan bahwa depresi setelah putus dengan kekasihnya di tahun 2018 setelah dikenalkan kepada keluarga klien. Kemudian klien merasa putus asa dan patah semangat dan klien memiliki riwayat minum alkohol semenjak 2018-2020. Keluarga klien mengatakan semenjak 2 bulan yang lalu sempat rawat jalan di RS Indriati dengan mendapatkan obat Alpazolam 1x1, Sandepril 1x50mg, Risperidone 2x1, Trihexyphenidyl 2x1.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (10029)
- SDKI: Risiko Perilaku Kekerasan
- SLKI: Manajemen Risiko Perilaku Kekerasan
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
2. Perubahan Proses Pikir (10025)
- SDKI: Perubahan Proses Pikir
- SLKI: Manajemen Perubahan Proses Pikir
- SIKI: Manajemen Perubahan Proses Pikir
Penjelasan singkat:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (10029)
- Definisi: Keadaan di mana individu memiliki potensi untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cidera fisik pada diri sendiri atau orang lain.
- Kode SDKI: 10029
- Kode SLKI: Manajemen Risiko Perilaku Kekerasan
- Kode SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
2. Perubahan Proses Pikir (10025)
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami perubahan pada proses berpikir, termasuk persepsi, pemahaman, dan interpretasi terhadap informasi yang diterima.
- Kode SDKI: 10025
- Kode SLKI: Manajemen Perubahan Proses Pikir
- Kode SIKI: Manajemen Perubahan Proses Pikir
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, klien menunjukkan gejala-gejala seperti tampak bingung, mondar-mandir, dan senyum sendiri, yang dapat mengarah pada diagnosa keperawatan "Risiko Perilaku Kekerasan" dan "Perubahan Proses Pikir". Klien juga memiliki riwayat depresi, putus asa, dan minum alkohol, yang dapat menyebabkan perubahan proses pikir dan meningkatkan risiko perilaku kekerasan. -
Article No. 16893 | 07 May 2025
Klinis : 7 hari yang lalu klien tampak bingung, mondar-mandir, dan senyum sendiri, pada tanggal klien pergi kerumah temannya dan waktu shubuh ditangkap warga lalu diamankan ke polres Sukoharjo. Tanggal 26 November 2024 klien di bawa ke IGD RS Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Klien mengatakan bahwa depresi setelah putus dengan kekasihnya di tahun 2018 setelah dikenalkan kepada keluarga klien. Kemudian klien merasa putus asa dan patah semangat dan klien memiliki riwayat minum alkohol semenjak 2018-2020. Keluarga klien mengatakan semenjak 2 bulan yang lalu sempat rawat jalan di RS Indriati dengan mendapatkan obat Alpazolam 1x1, Sandepril 1x50mg, Risperidone 2x1, Trihexyphenidyl 2x1.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Perubahan Proses Pikir: Ditandai dengan adanya gejala-gejala bingung, mondar-mandir, dan senyum sendiri yang dialami klien dalam 7 hari terakhir. Klien juga menunjukkan perilaku tidak wajar seperti pergi ke rumah teman pada dini hari dan ditangkap warga.
2. Risiko Perilaku Kekerasan: Klien menunjukkan perilaku tidak terkontrol yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain, seperti ditangkap warga dan dibawa ke Polres.
3. Depresi: Klien mengalami depresi setelah putus dengan kekasihnya di tahun 2018, merasa putus asa dan patah semangat. Klien juga memiliki riwayat minum alkohol dari tahun 2018-2020.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Proses Pikir Teratasi: Klien dapat berpikir jernih dan logis, tidak menunjukkan gejala bingung, mondar-mandir, atau senyum sendiri.
2. Perilaku Kekerasan Terkendali: Klien dapat mengendalikan diri dan tidak menunjukkan perilaku membahayakan diri sendiri atau orang lain.
3. Depresi Berkurang: Klien dapat mengelola depresi dengan baik, tidak merasa putus asa atau patah semangat, dan tidak lagi minum alkohol.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Perubahan Proses Pikir:
a. Monitoring tanda-tanda vital dan status mental klien secara berkala.
b. Terapi aktivitas untuk meningkatkan orientasi dan fungsi kognitif.
c. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
2. Untuk Risiko Perilaku Kekerasan:
a. Pengkajian faktor-faktor pencetus perilaku kekerasan.
b. Intervensi de-eskalasi dan manajemen krisis.
c. Terapi perilaku untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri.
3. Untuk Depresi:
a. Asesmen komprehensif terkait gejala, faktor penyebab, dan riwayat penyakit.
b. Terapi kognitif-perilaku untuk mengatasi pikiran dan perasaan negatif.
c. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen depresi.
d. Kolaborasi dengan psikiater untuk evaluasi dan penyesuaian obat-obatan.
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Perubahan Proses Pikir: Diagnosa ini dipilih karena klien menunjukkan gejala-gejala bingung, mondar-mandir, dan senyum sendiri, yang merupakan indikasi adanya perubahan proses pikir. Klien juga menunjukkan perilaku tidak wajar, seperti pergi ke rumah teman pada dini hari dan ditangkap warga, yang dapat disebabkan oleh gangguan proses pikir.
2. Risiko Perilaku Kekerasan: Diagnosa ini dipilih karena klien menunjukkan perilaku tidak terkontrol yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain, seperti ditangkap warga dan dibawa ke Polres. Hal ini menunjukkan adanya risiko perilaku kekerasan yang perlu diatasi.
3. Depresi: Diagnosa ini dipilih karena klien mengalami depresi setelah putus dengan kekasihnya di tahun 2018, merasa putus asa dan patah semangat. Klien juga memiliki riwayat minum alkohol dari tahun 2018-2020, yang dapat terkait dengan depresi yang dialaminya.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Proses Pikir Teratasi: Luaran ini diharapkan agar klien dapat berpikir jernih dan logis, tidak lagi menunjukkan gejala-gejala bingung, mondar-mandir, atau senyum sendiri. Hal ini akan membantu klien untuk dapat berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
2. Perilaku Kekerasan Terkendali: Luaran ini diharapkan agar klien dapat mengendalikan diri dan tidak menunjukkan perilaku membahayakan diri sendiri atau orang lain. Hal ini akan mencegah terjadinya insiden-insiden yang dapat membahayakan klien atau orang-orang di sekitarnya.
3. Depresi Berkurang: Luaran ini diharapkan agar klien dapat mengelola depresi dengan baik, tidak lagi merasa putus asa atau patah semangat, dan tidak lagi minum alkohol. Hal ini akan membantu klien untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Perubahan Proses Pikir:
a. Monitoring tanda-tanda vital dan status mental klien secara berkala: Hal ini penting untuk mengidentifikasi adanya perubahan atau perkembangan kondisi klien.
b. Terapi aktivitas untuk meningkatkan orientasi dan fungsi kognitif: Kegiatan-kegiatan terstruktur dapat membantu melatih kemampuan kognitif dan orientasi klien.
c. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan minum obat: Pemahaman yang baik tentang pentingnya kepatuhan minum obat dapat membantu mencegah kekambuhan gejala.
2. Untuk Risiko Perilaku Kekerasan:
a. Pengkajian faktor-faktor pencetus perilaku kekerasan: Identifikasi faktor-faktor yang dapat memicu perilaku kekerasan pada klien sangat penting untuk menentukan intervensi yang tepat.
b. Intervensi de-eskalasi dan manajemen krisis: Intervensi ini dilakukan untuk mencegah atau mengatasi situasi-situasi yang dapat memicu perilaku kekerasan pada klien.
c. Terapi perilaku untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri: Terapi perilaku dapat membantu klien untuk meningkatkan kemampuan mengontrol diri dan mengatasi dorongan perilaku kekerasan.
3. Untuk Depresi:
a. Asesmen komprehensif terkait gejala, faktor penyebab, dan riwayat penyakit: Pengkajian yang menyeluruh diperlukan untuk memahami kondisi klien secara mendalam.
b. Terapi kognitif-perilaku untuk mengatasi pikiran dan perasaan negatif: Terapi ini dapat membantu klien untuk mengubah pola berpikir dan perilaku yang maladaptif.
c. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen depresi: Pemahaman yang baik tentang depresi dan cara mengelolanya dapat membantu klien dan keluarga dalam proses pemulihan.
d. Kolaborasi dengan psikiater untuk evaluasi dan peny -
Article No. 16894 | 07 May 2025
Klinis : 7 hari yang lalu klien tampak bingung, mondar-mandir, dan senyum sendiri, pada tanggal klien pergi kerumah temannya dan waktu shubuh ditangkap warga lalu diamankan ke polres Sukoharjo. Tanggal 26 November 2024 klien di bawa ke IGD RS Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Klien mengatakan bahwa depresi setelah putus dengan kekasihnya di tahun 2018 setelah dikenalkan kepada keluarga klien. Kemudian klien merasa putus asa dan patah semangat dan klien memiliki riwayat minum alkohol semenjak 2018-2020. Keluarga klien mengatakan semenjak 2 bulan yang lalu sempat rawat jalan di RS Indriati dengan mendapatkan obat Alpazolam 1x1, Sandepril 1x50mg, Risperidone 2x1, Trihexyphenidyl 2x1.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dengan kode dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan
- Kode SDKI: 10020
- Definisi: Keadaan di mana individu berisiko untuk melakukan tindakan yang dapat menyebabkan cidera fisik pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
- SLKI: Kontrol Perilaku Kekerasan
- SIKI: Manajemen Perilaku Kekerasan
2. Diagnosa Keperawatan: Perubahan Proses Pikir
- Kode SDKI: 10070
- Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan perubahan dalam kemampuan berpikir secara logis, teratur, dan berhubungan.
- SLKI: Proses Pikir Adaptif
- SIKI: Terapi Perilaku Kognitif
3. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- Kode SDKI: 10003
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
- SLKI: Ketenangan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
- Kode SDKI: 10038
- Definisi: Keadaan di mana individu menunjukkan penilaian negatif terhadap dirinya sendiri.
- SLKI: Harga Diri
- SIKI: Peningkatan Harga Diri
Berdasarkan kasus yang diberikan, klien menunjukkan gejala-gejala seperti bingung, mondar-mandir, senyum sendiri, depresi, putus asa, dan riwayat minum alkohol. Hal ini mengarah pada kemungkinan klien mengalami gangguan jiwa atau psikotik. Diagnosa keperawatan yang dapat ditetapkan adalah risiko perilaku kekerasan, perubahan proses pikir, kecemasan, dan gangguan konsep diri: harga diri rendah. -
Article No. 16895 | 07 May 2025
Klinis : Nyeri dada kiri, panas terasa terhimpit dan sesak kambuh saat aktivitaa,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis yang rinci untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu nyeri dada kiri, rasa panas terasa terhimpit, dan sesak napas yang kambuh saat aktivitas, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan proses patofisiologis penyakit jantung, ditandai dengan gejala nyeri dada, rasa terhimpit, dan sesak napas yang bertambah buruk saat aktivitas.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien dapat melaporkan penurunan nyeri dada kiri dari skala 8 menjadi skala 3 atau kurang.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami sesak napas yang berlebihan.
3. Pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi yang efektif untuk mengatasi nyeri dada.
4. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan faktor-faktor pencetus dan cara penanganan nyeri dada.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor pencetus)
- Berikan analgesik sesuai anjuran medis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis seperti relaksasi, distraksi, dan kompres hangat untuk mengatasi nyeri
2. Manajemen Jalan Napas
- Monitor tanda-tanda vital dan status pernapasan pasien secara berkala
- Bantu pasien dalam melakukan teknik pernapasan dalam dan pursed-lip breathing untuk meningkatkan ventilasi
- Anjurkan pasien untuk beristirahat saat terjadi sesak napas
3. Edukasi Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakit jantung, faktor pencetus, dan manajemen gejala
- Ajarkan pasien untuk mengidentifikasi tanda/gejala nyeri dada dan sesak napas yang membutuhkan penanganan segera
- Berikan informasi tentang gaya hidup sehat, seperti manajemen stres, diet, dan aktivitas fisik yang sesuai
4. Kolaborasi Interprofesional
- Berkoordinasi dengan tim medis untuk pengaturan terapi farmakologis
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk penyusunan diet yang sesuai dengan kondisi pasien
- Rujuk ke fisioterapis untuk program latihan fisik yang terstruktur
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diinginkan, yaitu penurunan nyeri dada, peningkatan toleransi aktivitas, dan peningkatan pemahaman pasien serta keluarga dalam mengelola kondisi penyakit jantung. -
Article No. 16819 | 06 May 2025
Klinis : Seorang laki laki (65thn) dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari, batuk berdahakdan sulit dikeluarkan Apa pengkajian tambahan yngdibutuhkan Jelaskan masalah keperawatan kasus ini
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu sesak napas sejak 3 hari, batuk berdahak dan sulit dikeluarkan, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya sputum yang sulit dikeluarkan dan sesak napas yang dialami pasien.
Pengkajian tambahan yang dibutuhkan:
1. Riwayat penyakit pernapasan sebelumnya (misalnya, asma, PPOK, pneumonia, dll)
2. Riwayat merokok atau paparan asap rokok
3. Pemeriksaan fisik yang lebih rinci, seperti:
- Inspeksi: pola napas, penggunaan otot bantu napas, dan tanda-tanda distres pernapasan
- Palpasi: adanya ronki atau wheezing
- Auskultasi: suara napas, suara jantung, dan adanya suara tambahan (ronki, wheezing, dll)
4. Pemeriksaan penunjang, seperti:
- Rontgen dada
- Pemeriksaan laboratorium (misalnya, darah lengkap, gas darah)
Masalah keperawatan kasus ini:
Masalah keperawatan utama pada kasus ini adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, yang disebabkan oleh adanya sesak napas, batuk berdahak, dan sputum yang sulit dikeluarkan. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan ventilasi dan oksigenasi pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bersihan Jalan Napas Efektif
- Kriteria hasil:
- Pasien dapat batuk dan mengambil napas dalam secara efektif
- Pasien dapat mengeluarkan sputum dengan mudah
- Tidak ada tanda-tanda distres pernapasan
- Tidak ada suara napas tambahan (ronki, wheezing)
- Saturasi oksigen dalam batas normal
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
- Lakukan tindakan fisik untuk meningkatkan bersihan jalan napas, seperti:
- Postural drainage
- Percussive therapy
- Pengisapan lendir
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan farmakologis (misalnya, pemberian bronkodilator, mukolitik)
2. Manajemen Oksigenasi
- Pantau status oksigenasi pasien (saturasi oksigen, gas darah)
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
- Ajarkan pasien teknik pernapasan yang benar
3. Edukasi Kesehatan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, perawatan, dan gaya hidup sehat
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah saya berikan. Sebagai seorang perawat, saya berharap bahwa penanganan yang komprehensif dan kolaboratif dapat membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu Bersihan Jalan Napas Efektif.