Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16965 | 08 May 2025
Klinis : caries gigi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis caries gigi, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait, dalam format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: K02
- Deskripsi: Caries gigi
Caries gigi adalah kerusakan pada struktur gigi yang disebabkan oleh proses demineralisasi akibat aktivitas bakteri pada permukaan gigi. Caries dapat terjadi pada bagian mahkota, leher, atau akar gigi. Kode ICD-10 K02 mencakup berbagai jenis caries gigi, seperti caries pada email, dentin, sementum, atau bagian gigi lainnya.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 23.1X
- Deskripsi: Penambalan/restorasi gigi, dengan berbagai kode sub-kategori untuk jenis penambalan yang dilakukan (misalnya 23.11 untuk penambalan amalgam, 23.13 untuk penambalan komposit, dll.)
Prosedur yang umum dilakukan untuk menangani caries gigi adalah penambalan atau restorasi gigi, di mana material restorasi digunakan untuk mengisi dan menutup area yang rusak pada gigi. Kode ICD-9-CM 23.1X mencakup berbagai jenis prosedur penambalan, sesuai dengan bahan yang digunakan dan lokasi penambalan pada gigi. -
Article No. 16966 | 08 May 2025
Klinis : Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu BBL 1800gr sudah dirawat di ruang NICU selama 3 hari saat ini sedang terpasang CPAP PEEP 7 Fi02 21%. Hasil pengkajian bayi tampak lemah, tidak ada retraksi dada, terpasang OGT, muntah tidak ada. TTV suhu 36 C, ada riwayat instabilitas suhu dipagi hari, pernapasan 55x/menit. Terdengar suara napas ronkhi. Saturasi oksigen 88%. Pemeriksaan penunjang hasil analisis gas darah pH: 7,34 pCO2 29 pO2 141 HCO3 15,6 TCO2 16,5 BE -9,3
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosis keperawatan, luaran atau output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi bayi X yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif (00032) berhubungan dengan imaturitas paru-paru dan penurunan surfaktan, ditandai dengan peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu napas, dan saturasi oksigen yang rendah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif (0415): Bayi dapat menunjukkan pola napas yang teratur, tidak ada retraksi dada, frekuensi napas dalam batas normal, dan saturasi oksigen dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (6540)
a. Pantau pernapasan bayi (frekuensi, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas)
b. Atur CPAP dengan PEEP 7 dan FiO2 21% untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
c. Berikan posisi semi-Fowler untuk memfasilitasi ekspansi dada
d. Berikan suplementasi oksigen jika diperlukan untuk mempertahankan saturasi oksigen
e. Lakukan aspirasi lendir jika ada tanda-tanda obstruksi jalan napas
2. Manajemen Oksigenasi (3320)
a. Pantau saturasi oksigen menggunakan pulse oximetri
b. Atur parameter CPAP untuk mempertahankan saturasi oksigen dalam batas normal
c. Berikan oksigen sesuai kebutuhan untuk mempertahankan saturasi oksigen
3. Manajemen Suhu Tubuh (3900)
a. Pantau suhu tubuh bayi secara teratur
b. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal menggunakan inkubator atau pemancar panas
c. Lakukan tindakan untuk mencegah kehilangan panas (membungkus bayi, menggunakan selimut, dll.)
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" dipilih karena bayi menunjukkan tanda-tanda seperti peningkatan frekuensi napas, penggunaan otot bantu napas, dan saturasi oksigen yang rendah, yang berhubungan dengan imaturitas paru-paru dan penurunan surfaktan. Luaran atau output yang diharapkan adalah bayi dapat menunjukkan pola napas yang efektif, dengan frekuensi napas dalam batas normal, tidak ada retraksi dada, dan saturasi oksigen dalam batas normal. Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup manajemen jalan napas, manajemen oksigenasi, dan manajemen suhu tubuh untuk mendukung pernafasan bayi dan mempertahankan oksigenasi yang adekuat. -
Article No. 16967 | 08 May 2025
Klinis : Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu BBL 1800gr sudah dirawat di ruang NICU selama 3 hari saat ini sedang terpasang CPAP PEEP 7 Fi02 21%. Hasil pengkajian bayi tampak lemah, tidak ada retraksi dada, terpasang OGT, muntah tidak ada. TTV suhu 36 C, ada riwayat instabilitas suhu dipagi hari, pernapasan 55x/menit. Terdengar suara napas ronkhi. Saturasi oksigen 88%. Pemeriksaan penunjang hasil analisis gas darah pH: 7,34 pCO2 29 pO2 141 HCO3 15,6 TCO2 16,5 BE -9,3 Pertanyaan: 1. Sebutkan masalah keperawatan berdasarkan kasus diatas! 2. Buatlah Askep pada bayi tersebut!
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak.
1. Masalah Keperawatan berdasarkan Kasus di Atas:
Berdasarkan data yang diberikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh bayi X, yaitu:
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas sistem pernapasan dan peningkatan kerja napas, ditandai dengan laju napas 55 kali per menit, adanya ronki pada suara napas, dan saturasi oksigen 88%.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intoleransi makan, ditandai dengan berat badan lahir 1800 gram dan terpasang OGT.
c. Risiko hipertermi berhubungan dengan ketidakstabilan suhu, ditandai dengan riwayat instabilitas suhu di pagi hari.
2. Asuhan Keperawatan pada Bayi X:
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
a. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Bayi menunjukkan pola napas yang efektif, dengan laju napas 30-40 kali per menit, tidak ada ronki, dan saturasi oksigen ≥ 95%.
- Bayi dapat mempertahankan status oksigenasi yang adekuat, dengan nilai pH 7,35-7,45, pCO2 35-45 mmHg, dan pO2 80-100 mmHg.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Bayi dapat mempertahankan berat badan yang adekuat sesuai usia gestasi.
- Bayi dapat toleransi makan dengan baik, ditandai dengan tidak ada muntah dan tidak ada intoleransi makan.
c. Risiko Hipertermi:
- Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
Intervensi Keperawatan (SIKI):
a. Ketidakefektifan Pola Napas:
- Pantau tanda-tanda vital, khususnya laju napas dan saturasi oksigen.
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan, yakni CPAP dengan PEEP 7 dan FiO2 21%.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk penyesuaian parameter ventilasi mekanik jika diperlukan.
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika ada.
- Berikan posisi semi-Fowler untuk memfasilitasi ventilasi.
- Pertahankan kelembaban dan suhu ruangan yang optimal.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Pantau asupan dan output cairan bayi.
- Berikan nutrisi enteral melalui OGT sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan tim gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
- Pantau toleransi makan bayi, seperti muntah atau tanda-tanda intoleransi lainnya.
- Berikan dukungan nutrisi parenteral jika diperlukan.
c. Risiko Hipertermi:
- Pantau suhu tubuh bayi secara berkala.
- Pertahankan suhu ruangan yang optimal (suhu kamar 25-28°C).
- Berikan tindakan pendinginan jika suhu bayi meningkat.
- Identifikasi dan atasi penyebab potensial hipertermi, seperti infeksi.
Penjelasan:
Dalam kasus ini, bayi X mengalami imaturitas sistem pernapasan, yang ditandai dengan peningkatan kerja napas dan gangguan oksigenasi. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang diberikan berfokus pada pemantauan dan dukungan pernapasan, serta upaya menjaga status oksigenasi yang adekuat. Selain itu, bayi X juga mengalami masalah terkait nutrisi dan risiko hipertermi, sehingga dibutuhkan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk membantu bayi X mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pola napas yang efektif, status nutrisi yang adekuat, dan stabilitas suhu tubuh yang optimal. Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan bayi X dapat memulihkan kondisinya dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 16968 | 08 May 2025
Klinis : Bayi X, perempuan, lahir dengan usia gestasi 34 minggu BBL 1800gr sudah dirawat di ruang NICU selama 3 hari saat ini sedang terpasang CPAP PEEP 7 Fi02 21%. Hasil pengkajian bayi tampak lemah, tidak ada retraksi dada, terpasang OGT, muntah tidak ada. TTV suhu 36 C, ada riwayat instabilitas suhu dipagi hari, pernapasan 55x/menit. Terdengar suara napas ronkhi. Saturasi oksigen 88%. Pemeriksaan penunjang hasil analisis gas darah pH: 7,34 pCO2 29 pO2 141 HCO3 15,6 TCO2 16,5 BE -9,3 3 dx keperawatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan rekomendasi diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi bayi X yang telah Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang adekuat untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
- Faktor yang Berhubungan: Prematuritas, penyakit pernapasan, ketidakseimbangan gas darah.
2. Ketidakstabilan Suhu Tubuh
- Definisi: Fluktuasi suhu tubuh di luar kisaran normal yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Faktor yang Berhubungan: Prematuritas, kurang pengaturan suhu tubuh.
3. Risiko Aspirasi
- Definisi: Berisiko mengalami masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
- Faktor Risiko: Terpasang OGT, riwayat muntah.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang adekuat untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
- Indikator:
- Frekuensi napas dalam kisaran normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada retraksi dada
- Saturasi oksigen dalam batas normal
2. Stabilitas Suhu Tubuh
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Indikator:
- Suhu tubuh dalam kisaran normal
- Tidak ada fluktuasi suhu tubuh yang signifikan
3. Tidak Terjadi Aspirasi
- Definisi: Tidak ada masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
- Indikator:
- Tidak ada episode muntah
- Tidak ada tanda-tanda aspirasi (batuk, suara napas wheezing, hipoksemia)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pola Napas Tidak Efektif
- Intervensi:
- Pantau pola napas, frekuensi, dan kedalaman napas
- Lakukan pengisapan lendir/sekret jika perlu
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan parameter CPAP
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ventilasi
2. Ketidakstabilan Suhu Tubuh
- Intervensi:
- Pantau suhu tubuh secara berkala
- Pertahankan lingkungan yang nyaman dan hangat
- Gunakan inkubator/radiant warmer untuk menjaga suhu tubuh
- Berikan perawatan kulit dan pengaturan suhu sesuai kebutuhan
3. Risiko Aspirasi
- Intervensi:
- Pantau tanda-tanda aspirasi (batuk, suara napas wheezing, hipoksemia)
- Posisikan bayi dengan kepala lebih tinggi dari perut
- Berikan makan (ASI/susu formula) secara bertahap dan perlahan
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan OGT
Penjelasan rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas telah saya berikan dengan menggunakan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat. Jika ada pertanyaan atau membutuhkan informasi tambahan, silakan tanyakan. -
Article No. 16969 | 08 May 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dalam memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi demam, saya akan menggunakan tone akademis dan persona pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan (SDKI):
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
Rencana Keperawatan (SLKI):
1. Pengendalian Suhu (E0401)
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Demam (I0104)
Definisi: Serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas normal.
Penjelasan Singkat:
1. Hipertermia (SDKI 00007):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, dehidrasi, atau gangguan regulasi suhu tubuh. Diagnosa ini membutuhkan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh.
2. Pengendalian Suhu (SLKI E0401):
Tindakan keperawatan ini bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pemberian obat penurun demam, kompres hangat atau dingin, serta pemantauan tanda-tanda vital.
3. Manajemen Demam (SIKI I0104):
Intervensi keperawatan ini meliputi serangkaian tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat di atas normal. Tindakan ini dapat meliputi pemberian obat penurun demam, pengaturan lingkungan, dan pemantauan tanda-tanda vital untuk mengevaluasi efektivitas intervensi.
Kode-kode yang disebutkan (SDKI 00007, SLKI E0401, SIKI I0104) merupakan kode diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). -
Article No. 16970 | 08 May 2025
Klinis : white blood cell test
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya untuk kondisi white blood cell test, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar dan perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi (00004)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kontrol Infeksi (1835)
Definisi: Tingkat kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Pemantauan Tanda-tanda Infeksi (6550)
Definisi: Identifikasi dan pemantauan tanda-tanda awal infeksi untuk mencegah komplikasi.
Penjelasan:
White blood cell (WBC) test adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mengetahui jumlah dan jenis sel darah putih dalam tubuh. Hasil tes WBC dapat memberikan informasi tentang kondisi kesehatan seseorang, termasuk kemungkinan adanya infeksi. Diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" didasarkan pada hasil tes WBC yang tidak normal, yang dapat mengindikasikan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Dalam SDKI, diagnosis ini didefinisikan sebagai rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan. SLKI mengidentifikasi luaran yang ingin dicapai, yaitu kontrol infeksi, yang mencakup kemampuan individu untuk mencegah dan mengendalikan infeksi. Sementara itu, SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu pemantauan tanda-tanda infeksi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memantau tanda-tanda awal infeksi untuk mencegah komplikasi. -
Article No. 16971 | 08 May 2025
Klinis : white blood cell test dengan hasil tinggi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi white blood cell test dengan hasil tinggi.
Diagnosa Keperawatan:
Resiko Infeksi (00004)
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00004
Definisi: Keadaan rentan seseorang untuk mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1803
Judul: Kontrol Infeksi
Definisi: Kemampuan individu untuk mencegah atau mengendalikan infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6540
Judul: Pencegahan Infeksi
Definisi: Tindakan untuk melindungi pasien dari infeksi.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Resiko Infeksi" didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit). Hal ini mengindikasikan adanya respons inflamasi atau proses infeksi dalam tubuh pasien. Perawat perlu melakukan tindakan pencegahan infeksi, seperti memantau tanda-tanda infeksi, menjaga higiene dan kebersihan lingkungan, serta melakukan intervensi yang tepat untuk mengendalikan infeksi dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 16972 | 08 May 2025
Klinis : cemas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan menyediakan informasi yang Anda minta mengenai diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi kecemasan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan (00146)
Definisi:
Kekhawatiran, rasa takut yang tidak bisa dijelaskan dan dialami secara subjektif oleh individu sebagai suatu ancaman yang sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan (10001)
Definisi: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tingkat Kecemasan Terkendali (10001)
Definisi: Individu menunjukkan respon emosional dan psikologis terhadap ancaman yang terkendali.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Kecemasan (10001)
Definisi: Pemberian dukungan emosional dan psikologis untuk mengurangi respons cemas individu.
Penjelasan singkat:
Kecemasan merupakan kondisi emosional dan psikologis individu yang ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan tidak nyaman terhadap ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui. Diagnosa keperawatan ini memiliki kode 00146 berdasarkan NANDA-I (North American Nursing Diagnosis Association International). Dalam konteks SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, kecemasan memiliki kode 10001 dengan definisi yang sejalan dengan NANDA-I. Perawat dapat menggunakan intervensi manajemen kecemasan untuk membantu individu dalam mengelola respon cemas yang dialami. -
Article No. 16973 | 08 May 2025
Klinis : An. Setya adalah seorang anak Perempuan berusia 6 tahun yang bersekolah di TK B. Berdasarkan laporan orang tua, Setya menunjukkan beberapa kesulitan dalam melakukan aktivitas motorik kasar, terutama yang melibatkan koordinasi dan keseimbangan. Ia seringkali kesulitan saat melompat, berlari, atau meniru gerakan-gerakan yang kompleks. Kondisi ini membuatnya kurang percaya diri saat bermain bersama teman-temannya. Orang tua Setya juga melaporkan bahwa anaknya pernah didiagnosis mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar pada usia yang lebih muda.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI yang dapat ditetapkan untuk kondisi An. Setya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar
Kode SDKI: 10066
Definisi: Berisiko mengalami perlambatan dalam mencapai tahapan perkembangan motorik kasar yang diharapkan untuk usia.
Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI:
1. Risiko Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar
Kode SDKI: 10066
Definisi SDKI: Berisiko mengalami perlambatan dalam mencapai tahapan perkembangan motorik kasar yang diharapkan untuk usia.
Kode SLKI: PM001
Definisi SLKI: Kemampuan untuk melakukan gerakan besar, terkoordinasi, dan terarah yang melibatkan otot-otot besar.
Kode SIKI: D0201
Definisi SIKI: Keadaan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan besar, terkoordinasi, dan terarah yang melibatkan otot-otot besar sesuai usia.
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian yang komprehensif terhadap perkembangan motorik kasar Setya, termasuk riwayat perkembangan dan observasi langsung terhadap kemampuannya dalam melakukan aktivitas motorik kasar. Berdasarkan hasil penilaian, saya akan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada intervensi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar Setya, seperti terapi bermain, latihan koordinasi, dan kolaborasi dengan fisioterapis atau ahli perkembangan anak, jika diperlukan. -
Article No. 16974 | 08 May 2025
Klinis : ibu pasca melahirkan secara caesar mengeluh perut kendur, otot panggul dan perut lemah, sulit buang air kecil, postur tubuh kurang tegak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, serta kode dan definisi yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan mandiri di lingkungan.
2. Inkontinensia Urin (00016)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin.
3. Risiko Jatuh (00155)
Definisi: Peningkatan risiko jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Mobilitas Fisik (00085)
Kode: 10010
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan mandiri di lingkungan.
2. Inkontinensia Urin (00016)
Kode: 10173
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan pengeluaran urin.
3. Risiko Jatuh (00155)
Kode: 10201
Definisi: Peningkatan risiko jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas Fisik (1802)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
2. Kontrol Berkemih (0502)
Definisi: Kemampuan untuk mengatur pengeluaran urin secara volunter.
3. Risiko Jatuh (1909)
Definisi: Keparahan cedera yang dapat terjadi akibat jatuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Mobilitas (0208)
Definisi: Membantu pasien untuk meningkatkan kemampuan bergerak secara bebas dan mandiri.
2. Manajemen Inkontinensia (0610)
Definisi: Intervensi untuk membantu pasien mengatasi masalah ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin.
3. Pencegahan Jatuh (6490)
Definisi: Intervensi untuk mengurangi risiko dan mencegah terjadinya jatuh pada pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada yang perlu ditanyakan, silakan sampaikan.