Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 16945 | 08 May 2025
Klinis : Pasien Nn. K 19 tahun datang ke UGD RS Fatmawati dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah yang dirasakan terus-menerus sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri terutama apabila pasien berjalan dan batuk. Pasien mengatakan bahwa nyerinya terus bertambah. Awalnya pasien mengatakan nyeri pada ulu hati kemudian menjalar. ke daerah perut kanan bawah. Keluhan disertai dengan mual, muntah, penurunan nafsu makan, pusing, dan riwayat demam 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar. Riwayat penyakit sebelumnya, pasien pernah mengalami keluhan serupa sekitar 1 tahun yang lalu namun nyerinya membaik dengan pengobatan. Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal. Pemeriksaan laboraturium WBC 14,20 x 103/uL meningkat. Pasien mengatakan cemas karena setelah USG perut rencana akan dilakukan apendiktomi. Pasien bertanya mengenai cara sholat setelah operasi jika belum bisa bangun dari tempat tidur.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus Nn. K sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, dengan onset mendadak atau lambat, intensitas ringan hingga berat, dan durasi kurang dari 3 bulan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Proses inflamasi (apendisitis akut)
- Peningkatan tekanan intraabdomen
- Stimulasi nosiseptor akibat iritasi peritoneum
**Data Pendukung:**
- Nyeri perut kanan bawah terus-menerus, bertambah saat berjalan/batuk
- Nyeri awalnya di ulu hati, kemudian menjalar ke perut kanan bawah
- Leukositosis (WBC 14,20 x 10³/uL) menunjukkan inflamasi
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Ansietas (SDKI Code: 00146)**
**Definisi:** Perasaan tidak nyaman atau ancaman yang samar-samar disertai respons otonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).
**Faktor yang Berhubungan:**
- Rencana tindakan bedah (apendiktomi)
- Kurang pengetahuan tentang prosedur operasi dan tata cara ibadah pascaoperasi
**Data Pendukung:**
- Pasien mengungkapkan kecemasan terkait operasi
- Pertanyaan tentang cara sholat jika belum bisa bangun dari tempat tidur
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00004)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Prosedur invasif (apendiktomi)
- Adanya inflamasi akut (apendisitis)
**Data Pendukung:**
- Leukositosis (WBC meningkat)
- Riwayat demam sebelum masuk RS
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
1. **Nyeri Akut (SLKI Code: 00132)**
- Kriteria hasil:
- Skala nyeri menurun (dari skala 7-8 ke ≤3)
- Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
- Ekspresi wajah rileks
2. **Ansietas (SLKI Code: 00146)**
- Kriteria hasil:
- Pasien mampu mengungkapkan penyebab ansietas
- Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
- Pasien memahami penjelasan tentang operasi dan tata cara ibadah pascaoperasi
3. **Risiko Infeksi (SLKI Code: 00004)**
- Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda infeksi (demam, kemerahan, pus di luka operasi)
- Leukosit dalam batas normal pascaoperasi
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
1. **Manajemen Nyeri (SIKI Code: 2100)**
- Intervensi:
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Posisikan pasien nyaman (Fowler semi atau miring)
2. **Edukasi Praoperasi (SIKI Code: 5606)**
- Intervensi:
- Jelaskan prosedur apendiktomi
- Ajarkan tata cara sholat berbaring (jika tidak mampu duduk)
- Berikan dukungan emosional
3. **Pencegahan Infeksi (SIKI Code: 6550)**
- Intervensi:
- Pantau tanda vital (terutama suhu)
- Lakukan perawatan luka operasi steril
- Anjurkan kebersihan tangan
---
### **Kesimpulan**
Berdasarkan data klinis, diagnosa keperawatan utama untuk Nn. K adalah **Nyeri Akut**, **Ansietas**, dan **Risiko Infeksi**. Intervensi keperawatan difokuskan pada manajemen nyeri, edukasi praoperasi, dan pencegahan infeksi dengan pendekatan holistik, termasuk aspek spiritual (tata cara ibadah pascaoperasi).
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
*(Format RTF dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dokumen klinis)* -
Article No. 16946 | 08 May 2025
Klinis : Pasien Nn. K 19 tahun datang ke UGD RS Fatmawati dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah yang dirasakan terus-menerus sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri terutama apabila pasien berjalan dan batuk. Pasien mengatakan bahwa nyerinya terus bertambah. Awalnya pasien mengatakan nyeri pada ulu hati kemudian menjalar. ke daerah perut kanan bawah. Keluhan disertai dengan mual, muntah, penurunan nafsu makan, pusing, dan riwayat demam 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar. Riwayat penyakit sebelumnya, pasien pernah mengalami keluhan serupa sekitar 1 tahun yang lalu namun nyerinya membaik dengan pengobatan. Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal. Pemeriksaan laboraturium WBC 14,20 x 103/uL meningkat. Pasien mengatakan cemas karena setelah USG perut rencana akan dilakukan apendiktomi. Pasien bertanya mengenai cara sholat setelah operasi jika belum bisa bangun dari tempat tidur.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus Nn. K sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00132)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.
**Data Pendukung:**
- Keluhan nyeri perut kanan bawah terus-menerus, bertambah saat berjalan/batuk.
- Nyeri menjalar dari ulu hati ke perut kanan bawah.
- Hasil laboratorium: leukositosis (WBC 14,20 x 10³/uL).
- Riwayat nyeri serupa sebelumnya (kemungkinan apendisitis rekuren).
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Ansietas (SDKI Code: 00146)**
**Definisi:** Perasaan tidak nyaman atau ancaman yang samar-samar disertai respons otonom (sumber sering tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).
**Data Pendukung:**
- Pasien cemas terkait rencana operasi (apendiktomi).
- Pertanyaan tentang tata cara ibadah (sholat) pascaoperasi menunjukkan kekhawatiran terhadap perubahan aktivitas.
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi (SDKI Code: 00205)**
**Definisi:** Peningkatan kerentanan terhadap invasi patogen, berhubungan dengan prosedur invasif (apendiktomi) dan kondisi inflamasi (apendisitis akut).
**Data Pendukung:**
- Leukositosis (WBC meningkat).
- Riwayat demam sebelum masuk RS.
- Rencana pembedahan meningkatkan risiko infeksi luka.
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI) dan Intervensi (SIKI)**
#### **a. Nyeri Akut (00132)**
- **SLKI:**
- Tingkat nyeri berkurang (SLKI Code: 0801).
- Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (SLKI Code: 0803).
- **SIKI:**
- Manajemen Nyeri (SIKI Code: 2250): Pemberian analgesik, reposisi nyaman, kompres hangat (jika tidak kontraindikasi).
- Edukasi teknik relaksasi napas dalam (SIKI Code: 5604).
#### **b. Ansietas (00146)**
- **SLKI:**
- Tingkat ansietas menurun (SLKI Code: 1301).
- Klien mengungkapkan pemahaman tentang prosedur operasi (SLKI Code: 1303).
- **SIKI:**
- Dukungan Emosional (SIKI Code: 5270): Jelaskan prosedur apendiktomi dan manajemen nyeri pascaoperasi.
- Edukasi Praoperasi (SIKI Code: 5606): Sampaikan tata cara ibadah adaptif (sholat berbaring/duduk).
#### **c. Risiko Infeksi (00205)**
- **SLKI:**
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (SLKI Code: 0701).
- **SIKI:**
- Perawatan Luka (SIKI Code: 3580): Teknik aseptik selama perawatan luka operasi.
- Manajemen Infeksi (SIKI Code: 6550): Pantau tanda vital dan hasil laboratorium.
---
### **Catatan Akademis:**
1. **Prioritas Intervensi:** Manajemen nyeri dan ansietas menjadi fokus utama praoperasi, sedangkan pencegahan infeksi dominan pascabedah.
2. **Pendekatan Holistik:** Kolaborasi dengan tim spiritual untuk panduan ibadah pascaoperasi sesuai kondisi pasien.
3. **Evidence-Based Practice:** Peningkatan leukosit dan nyeri kuadran kanan bawah mengarah ke apendisitis akut, memerlukan tindakan cepat untuk mencegah perforasi.
Semua diagnosa dan intervensi di atas mengacu pada **PPNI (2017-2019)** dan dapat disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien.
**Referensi:**
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*. Edisi Revisi. -
Article No. 16947 | 08 May 2025
Klinis : apendisitis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk kondisi Apendisitis berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut (Kode: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan jaringan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
a. Penurunan Nyeri (Kode: 1605)
Definisi: Tingkat keparahan nyeri yang dapat diterima dan ditoleransi oleh individu.
b. Pengendalian Nyeri (Kode: 1608)
Definisi: Kemampuan untuk mengontrol atau mengurangi persepsi nyeri hingga ke tingkat yang dapat diterima.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Manajemen Nyeri (Kode: 1400)
Definisi: Pengurangan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada tubuh hingga ke tingkat yang dapat ditoleransi.
b. Pemberian Analgesik (Kode: 2210)
Definisi: Pemberian obat-obatan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.
Dalam kondisi apendisitis, pasien akan mengalami nyeri akut yang diakibatkan oleh peradangan pada apendiks. Perawat berperan dalam melakukan manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, serta memantau dan mengevaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri pasien. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai tingkat nyeri yang dapat diterima dan ditoleransi. -
Article No. 16948 | 08 May 2025
Klinis : pasien mengatakan pasien jatuh didepan rumah 2 bulan yang lalu tetapi tidak periksa ke dokter saat tangan nyeri tangan kanan pasien hanya beli obat ke apotik,dan setelah itu tangan pasien tampak bengkak dan nyeri lalu pasien dibawa ke igd rsud pada tanggal 5 mei 2025 lalu diagnosis medis pasien adalah fc radius distal dan akan dilakukan operasi pemasangan pen pada tanggal 6 mei 2025
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis yang dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S52.50XA
- Deskripsi: Fraktur closed distal radius, initial encounter for closed fracture
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 78.55
- Deskripsi: Open reduction of fracture with internal fixation, radius and ulna
Penjelasan:
Kode ICD-10 S52.50XA menunjukkan diagnosis fraktur tertutup pada bagian distal radius, yang merupakan hasil dari jatuh yang dialami pasien 2 bulan sebelumnya. Pasien tidak segera mendapatkan perawatan medis saat terjadi, sehingga kondisi tangan menjadi bengkak dan nyeri, dan akhirnya pasien dibawa ke IGD pada tanggal 5 Mei 2025.
Berdasarkan informasi, pasien akan menjalani operasi pemasangan pen pada tanggal 6 Mei 2025. Kode ICD-9-CM 78.55 menunjukkan tindakan reduksi terbuka dengan fiksasi internal pada radius dan ulna, yang sesuai dengan prosedur operasi yang akan dilakukan.
Ini merupakan contoh kasus yang cukup umum, di mana pasien mengalami cedera namun tidak segera mendapatkan perawatan medis, sehingga kondisi memburuk dan memerlukan tindakan operatif untuk memperbaiki fraktur yang terjadi. -
Article No. 16949 | 08 May 2025
Klinis : pasien mengatakan pasien jatuh didepan rumah 2 bulan yang lalu tetapi tidak periksa ke dokter saat tangan nyeri tangan kanan pasien hanya beli obat ke apotik,dan setelah itu tangan pasien tampak bengkak dan nyeri lalu pasien dibawa ke igd rsud pada tanggal 5 mei 2025 lalu diagnosis medis pasien adalah fc radius distal dan akan dilakukan operasi pemasangan pen pada tanggal 6 mei 2025
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Definisi: Melaporkan pengalaman nyeri, Perubahan ekspresi wajah, Gerakan protektif/pembatasan pergerakan, Perilaku distres.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi: Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau salah satu atau lebih ekstremitas.
- Karakteristik Definisi: Keterbatasan pada rentang gerak sendi, Penurunan kekuatan otot, Pembatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- Karakteristik Definisi: Prosedur pembedahan, Kerusakan integritas kulit.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengatur atau mengurangi rasa sakit.
- Indikator:
- Melaporkan nyeri berkurang
- Melakukan aktivitas rutin tanpa nyeri
- Menggunakan strategi pengendalian nyeri yang efektif
2. Mobilitas
- Definisi: Kemampuan untuk bergerak dengan mudah dan bebas.
- Indikator:
- Mampu beraktivitas dengan keterbatasan minimal
- Mampu melakukan mobilisasi yang direkomendasikan
- Menunjukkan peningkatan pada rentang gerak sendi
3. Bebas Infeksi
- Definisi: Bebas dari tanda dan gejala infeksi.
- Indikator:
- Tidak ada tanda dan gejala infeksi
- Hasil pemeriksaan laboratorium normal
- Tidak ada komplikasi infeksi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Untuk Kontrol Nyeri:
- Manajemen Nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Terapi Aktivitas
- Kaji kemampuan fisik pasien
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai kemampuan
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai rencana
2. Untuk Mobilitas:
- Terapi Latihan
- Kaji kemampuan rentang gerak sendi dan kekuatan otot
- Rancang program latihan berdasarkan kondisi pasien
- Lakukan latihan secara bertahap untuk meningkatkan mobilitas
- Perawatan Ekstremitas
- Lakukan perawatan ekstremitas yang terkena cedera
- Berikan alat bantu mobilisasi sesuai kebutuhan pasien
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik mobilisasi yang aman
3. Untuk Bebas Infeksi:
- Perawatan Luka
- Kaji luka secara berkala
- Lakukan perawatan luka sesuai indikasi
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik perawatan luka yang benar
- Pencegahan Infeksi
- Lakukan tindakan pencegahan infeksi rumah sakit
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik jika perlu
- Pantau tanda dan gejala infeksi secara berkala
Penjelasan rinci untuk setiap poin di atas:
Diagnosa Keperawatan SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami cedera di tangan kanan setelah jatuh, serta adanya pembengkakan dan nyeri yang dialami, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut, Gangguan Mobilitas Fisik, dan Risiko Infeksi. Nyeri Akut karena pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Gangguan Mobilitas Fisik karena adanya keterbatasan pada pergerakan fisik tangan kanan pasien. Risiko Infeksi karena adanya kerusakan integritas kulit yang dapat menyebabkan invasi dan multiplikasi organisme patogen.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI): Untuk mengatasi diagnosa keperawatan tersebut, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Nyeri, Mobilitas, dan Bebas Infeksi. Kontrol Nyeri agar pasien mampu mengatur atau mengurangi rasa sakit yang dialami. Mobilitas agar pasien dapat bergerak dengan mudah dan bebas, terutama dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bebas Infeksi agar pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi, sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI): Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Nyeri dan Terapi Aktivitas untuk Kontrol Nyeri, Terapi Latihan dan Perawatan Ekstremitas untuk Mobilitas, serta Perawatan Luka dan Pencegahan Infeksi untuk Bebas Infeksi. Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk mengkaji, mengelola, dan mengajarkan pasien serta keluarga tentang strategi pengendalian nyeri, peningkatan mobilitas, dan pencegahan infeksi secara komprehensif. -
Article No. 16950 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan luka bakar
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan kondisi luka bakar.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan keluhan luka bakar adalah "Kerusakan integritas kulit". Kerusakan integritas kulit didefinisikan sebagai perubahan struktur dan fungsi kulit yang dapat menyebabkan permasalahan kesehatan. Dalam kasus luka bakar, kerusakan integritas kulit dapat disebabkan oleh paparan panas, api, atau zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Penyembuhan luka: Pasien akan menunjukkan penyembuhan luka yang progresif, dengan pengurangan tanda-tanda infeksi, peningkatan granulasi jaringan, dan penurunan eksudat.
2. Manajemen rasa nyeri: Pasien akan melaporkan penurunan rasa nyeri pada area luka bakar.
3. Pemeliharaan fungsi integritas kulit: Pasien akan menunjukkan peningkatan integritas kulit, dengan pengurangan kerusakan pada lapisan kulit dan pemulihan fungsi protektif kulit.
4. Pencegahan komplikasi: Pasien akan terhindar dari komplikasi yang dapat terjadi akibat luka bakar, seperti infeksi, gangguan cairan dan elektrolit, serta gangguan fungsi organ.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan luka: Melakukan pembersihan, debridement, dan aplikasi balutan yang sesuai untuk mencapai penyembuhan luka yang optimal.
2. Manajemen rasa nyeri: Memberikan analgesik, terapi dingin/hangat, dan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Perawatan kulit: Melakukan perawatan kulit dengan moisturisasi, perlindungan dari paparan bahan iritan, dan pencegahan komplikasi seperti kontraktur.
4. Pemantauan tanda vital dan status cairan: Memantau tanda-tanda vital, intake-output, dan keseimbangan cairan untuk mencegah komplikasi.
5. Edukasi dan dukungan psikologis: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka, diet, dan aktivitas, serta memberikan dukungan psikologis untuk meningkatkan koping pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang sesuai, diharapkan pasien dengan luka bakar dapat memperoleh perawatan yang komprehensif, mencapai penyembuhan luka yang optimal, dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 16951 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan benjol di kaki sebelah kiri
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien dengan keluhan benjol di kaki sebelah kiri, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Kerusakan Integritas Kulit" (SDKI, 2017). Kondisi benjol di kaki sebelah kiri menunjukkan adanya perubahan pada integritas kulit pasien, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti trauma, infeksi, atau kondisi medis lainnya. Diagnosa ini mencakup perubahan pada struktur dan fungsi kulit yang dapat menimbulkan risiko komplikasi, seperti infeksi atau gangguan mobilitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit (SLKI, 2019): Luaran ini menggambarkan proses perbaikan struktur dan fungsi kulit pasien sehingga kembali utuh dan berfungsi normal. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian luaran ini antara lain:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area kulit yang terkena.
b. Kulit kembali utuh dan elastis.
c. Tidak ada nyeri atau sensasi tidak nyaman pada area kulit yang terkena.
d. Tidak ada gangguan mobilitas atau aktivitas sehari-hari akibat kondisi kulit.
2. Mobilitas (SLKI, 2019): Luaran ini menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan. Indikator yang dapat digunakan antara lain:
a. Pasien dapat melakukan pergerakan dan ambulasi tanpa bantuan.
b. Tidak ada keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan saat bergerak.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka (SIKI, 2018): Intervensi ini bertujuan untuk memulihkan integritas kulit yang terganggu. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Melakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptik.
b. Memasang balutan atau perban yang sesuai untuk melindungi luka.
c. Memantau tanda-tanda infeksi dan memberikan perawatan yang tepat.
d. Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.
2. Manajemen Nyeri (SIKI, 2018): Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi nyeri atau sensasi tidak nyaman yang dialami pasien akibat kondisi kulit. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Melakukan penilaian nyeri secara teratur.
b. Memberikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
c. Mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi.
d. Memantau efektivitas penanganan nyeri dan melakukan modifikasi jika diperlukan.
3. Peningkatan Mobilitas (SIKI, 2018): Intervensi ini bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam melakukan pergerakan dan aktivitas sehari-hari. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Melakukan evaluasi kemampuan mobilitas pasien.
b. Memberikan bantuan atau alat bantu jika diperlukan.
c. Menganjurkan latihan gerak sesuai dengan kondisi pasien.
d. Memantau perkembangan kemampuan mobilitas pasien.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dengan keluhan benjol di kaki sebelah kiri dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan integritas kulit, perbaikan mobilitas, dan peningkatan kualitas hidup. -
Article No. 16952 | 08 May 2025
Klinis : Bapak Sigit, seorang pria berusia 36 tahun, datang ke ruang gawat darurat setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Ia terjatuh dari sepeda motor dan menghantam aspal dengan kepala bagian belakang. Bapak Sigit sadar penuh saat tiba di rumah sakit dan mengeluhkan nyeri di kepala, terutama di bagian belakang, serta pusing dan sedikit mual. Tidak ada luka terbuka, tetapi terdapat benjolan pada bagian tengkuk belakang. Pemeriksaan awal menunjukkan tekanan darah 130/85 mmHg, nadi 88 bpm, dan respirasi 16 kali per menit. Pasien tidak kehilangan kesadaran, dan skor Glasgow Coma Scale (GCS) adalah 14. CT scan kepala menunjukkan adanya memar ringan pada otak (contusion) dengan edema yang terbatas di area parietal kiri, tetapi tidak ada perdarahan atau fraktur yang signifikan. Dokter mendiagnosis Bapak Sigit dengan cidera kepala sedang (mild traumatic brain injury), dan memutuskan untuk memantau kondisi pasien lebih lanjut. Pasien dipindahkan ke ruang perawatan untuk observasi selama 24 jam dan diberikan analgetik untuk mengatasi nyeri kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 11.02 Gangguan Integritas Selaput Lendir
Definisi: Kerusakan pada selaput lendir atau mukosa yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
2. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 13.01 Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
3. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 15.01 Kelelahan
Definisi: Hilangnya energi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik dan mental yang diinginkan.
4. Diagnosa Keperawatan:
Kode SDKI: 16.02 Gangguan Fungsi Neurosensori
Definisi: Perubahan fungsi sistem saraf yang menyebabkan penurunan kemampuan sensori.
5. Diagnosa Keperawatan:
Kode SLKI: 1206 Risiko Cedera
Definisi: Berada dalam kondisi yang berpotensi menyebabkan cedera fisik.
6. Diagnosa Keperawatan:
Kode SIKI: I0104 Peningkatan Tekanan Intrakranial
Definisi: Peningkatan tekanan dalam rongga tengkorak yang dapat mengancam fungsi otak.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Integritas Selaput Lendir: Terdapat benjolan pada bagian tengkuk belakang yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman.
2. Nyeri Akut: Pasien mengeluhkan nyeri di kepala, terutama di bagian belakang, serta pusing dan sedikit mual.
3. Kelelahan: Pasien mengalami cedera kepala sedang yang dapat menyebabkan kelelahan.
4. Gangguan Fungsi Neurosensori: Pasien mengalami gejala yang berkaitan dengan fungsi sistem saraf, seperti pusing dan mual.
5. Risiko Cedera: Pasien berisiko mengalami cedera lebih lanjut akibat kecelakaan sepeda motor.
6. Peningkatan Tekanan Intrakranial: Adanya memar ringan pada otak dengan edema yang terbatas di area parietal kiri dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. -
Article No. 16953 | 08 May 2025
Klinis : pasien datang dengan luka setelah kecelakaan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan luka setelah kecelakaan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan luka setelah kecelakaan adalah "Kerusakan Integritas Kulit". Diagnosa ini menggambarkan adanya kerusakan pada lapisan kulit, jaringan di bawahnya, atau struktur pendukung sebagai akibat dari trauma fisik. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tekanan, gesekan, robekan, atau bahkan luka bakar.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Integritas Kulit: Pasien akan menunjukkan perbaikan pada kerusakan integritas kulit yang ditandai dengan kebersihan luka, pengurangan tanda-tanda infeksi, dan adanya proses penyembuhan yang progresif.
2. Kontrol Nyeri: Pasien akan melaporkan pengurangan tingkat nyeri yang dirasakan akibat luka, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan memfasilitasi proses penyembuhan.
3. Peningkatan Mobilitas: Pasien akan menunjukkan peningkatan kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keterbatasan yang disebabkan oleh luka.
4. Manajemen Risiko: Pasien akan mampu mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka, seperti infeksi, nutrisi yang tidak adekuat, atau perawatan luka yang tidak tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Perawatan Luka:
- Melakukan debridemen luka untuk membersihkan jaringan nekrotik atau debris.
- Menerapkan teknik perawatan luka yang sesuai, seperti penggunaan balutan yang lembap.
- Memantau tanda-tanda infeksi dan menanganinya sesuai dengan indikasi.
- Mengatur regimen perawatan luka yang efektif untuk mempromosikan penyembuhan.
2. Manajemen Nyeri:
- Menilai karakteristik dan tingkat nyeri yang dialami pasien.
- Memberikan intervensi farmakologis (misalnya analgesik) sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti distraksi, relaksasi, atau terapi panas/dingin.
- Memantau efektivitas intervensi dan menyesuaikannya sesuai dengan respons pasien.
3. Mobilisasi dan Aktivitas:
- Mengevaluasi kemampuan pasien untuk bergerak dan melakukan aktivitas.
- Memberikan latihan dan bantuan sesuai dengan toleransi dan kemampuan pasien.
- Mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang dapat menghambat mobilitas, seperti nyeri atau kelelahan.
- Mengajarkan teknik mobilisasi yang aman dan memfasilitasi kemandirian pasien.
4. Edukasi dan Manajemen Risiko:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan luka, manajemen nyeri, dan pentingnya mobilisasi.
- Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat memperlambat penyembuhan luka, seperti riwayat penyakit kronis, nutrisi buruk, atau perawatan luka yang tidak tepat.
- Mengembangkan rencana intervensi yang bertujuan untuk mengatasi faktor-faktor risiko tersebut.
- Memantau perkembangan pasien dan melakukan modifikasi intervensi sesuai kebutuhan.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan pasien dengan luka setelah kecelakaan dapat mencapai pemulihan integritas kulit, kontrol nyeri, peningkatan mobilitas, dan manajemen risiko yang efektif, sehingga dapat kembali menjalankan aktivitas sehari-hari dengan optimal. -
Article No. 16954 | 08 May 2025
Klinis : Bapak Sigit, seorang pria berusia 36 tahun, datang ke ruang gawat darurat setelah mengalami kecelakaan sepeda motor. Ia terjatuh dari sepeda motor dan menghantam aspal dengan kepala bagian belakang. Bapak Sigit sadar penuh saat tiba di rumah sakit dan mengeluhkan nyeri di kepala, terutama di bagian belakang, serta pusing dan sedikit mual. Tidak ada luka terbuka, tetapi terdapat benjolan pada bagian tengkuk belakang. Pemeriksaan awal menunjukkan tekanan darah 130/85 mmHg, nadi 88 bpm, dan respirasi 16 kali per menit. Pasien tidak kehilangan kesadaran, dan skor Glasgow Coma Scale (GCS) adalah 14. CT scan kepala menunjukkan adanya memar ringan pada otak (contusion) dengan edema yang terbatas di area parietal kiri, tetapi tidak ada perdarahan atau fraktur yang signifikan. Dokter mendiagnosis Bapak Sigit dengan cidera kepala sedang (mild traumatic brain injury), dan memutuskan untuk memantau kondisi pasien lebih lanjut. Pasien dipindahkan ke ruang perawatan untuk observasi selama 24 jam dan diberikan analgetik untuk mengatasi nyeri kepala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Bapak Sigit, Diagnosa Keperawatan yang dapat ditetapkan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI adalah sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00201
b. Nama Diagnosa: Gangguan Mobilitas Fisik
c. Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik yang disebabkan oleh gangguan muskuloskeletal, neurovaskular, atau aktivitas kehidupan sehari-hari.
2. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00085
b. Nama Diagnosa: Nyeri Akut
c. Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SDKI: 00010
b. Nama Diagnosa: Risiko Kerusakan Otak
c. Definisi: Risiko terjadinya perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat menimbulkan gangguan pada fungsi kognitif, sensori, motorik, perilaku, dan emosi.
4. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SLKI: 2301
b. Nama Diagnosa: Gangguan Peningkatan Tekanan Intrakranial
c. Definisi: Peningkatan tekanan di dalam rongga tengkorak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak.
5. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode SIKI: K0127
b. Nama Diagnosa: Risiko Penurunan Kesadaran
c. Definisi: Berisiko mengalami penurunan tingkat kesadaran yang dapat menimbulkan komplikasi.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Mobilitas Fisik: Bapak Sigit mengalami nyeri di kepala dan pusing yang dapat membatasi mobilitas fisiknya.
2. Nyeri Akut: Bapak Sigit mengeluhkan nyeri di kepala bagian belakang akibat benturan saat kecelakaan.
3. Risiko Kerusakan Otak: Adanya cedera kepala sedang dengan memar ringan pada otak dan edema di area parietal kiri yang berisiko menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
4. Gangguan Peningkatan Tekanan Intrakranial: Cedera kepala dan adanya edema di otak dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyebabkan komplikasi.
5. Risiko Penurunan Kesadaran: Meskipun Bapak Sigit sadar penuh saat tiba di rumah sakit, cedera kepala yang dialami berisiko menyebabkan penurunan kesadaran.