Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17040 | 09 May 2025
Klinis : pasien mengatakan merasa tidak nyaman berada dalam kelompok, pasien tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok, kontak mata kurang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan:
### **Diagnosis Keperawatan**
**Kode DX.0019** – **Gangguan Interaksi Sosial**
*Definisi*: Ketidakmampuan individu untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain, yang dapat ditandai dengan ketidaknyamanan dalam kelompok, menghindari keterlibatan dalam kegiatan sosial, dan kontak mata yang kurang.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode LO.0019.1** – **Interaksi Sosial Meningkat**
*Indikator*:
- Pasien mampu melakukan kontak mata saat berkomunikasi.
- Pasien berpartisipasi dalam kegiatan kelompok secara bertahap.
- Pasien melaporkan penurunan rasa tidak nyaman dalam situasi sosial.
**Kode LO.0019.2** – **Keterampilan Komunikasi Verbal dan Nonverbal Meningkat**
*Indikator*:
- Pasien menggunakan nada suara yang sesuai saat berbicara.
- Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang responsif.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode IN.0019.1** – **Terapi Aktivitas Kelompok**
*Tindakan*:
- Fasilitasi partisipasi pasien dalam kegiatan kelompok kecil.
- Berikan reinforcement positif saat pasien menunjukkan keterlibatan.
**Kode IN.0019.2** – **Pelatihan Keterampilan Sosial**
*Tindakan*:
- Latih pasien dalam teknik kontak mata dan komunikasi nonverbal.
- Gunakan role-playing untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam interaksi sosial.
**Kode IN.0019.3** – **Dukungan Psikososial**
*Tindakan*:
- Berikan lingkungan yang aman dan tidak menghakimi.
- Identifikasi sumber kecemasan sosial dan bantu pasien mengelolanya.
---
### **Penjelasan Singkat**
Kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda **gangguan interaksi sosial**, yang memerlukan intervensi keperawatan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan partisipasi dalam aktivitas kelompok. Pendekatan **terapi kelompok, pelatihan keterampilan sosial, dan dukungan psikososial** dapat membantu pasien mengatasi ketidaknyamanannya dalam situasi sosial.
Jika diperlukan, kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental (psikolog/psikiater) dapat dipertimbangkan untuk evaluasi lebih lanjut terkait kemungkinan gangguan kecemasan sosial atau kondisi psikologis lainnya.
Semoga informasi ini membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan.
**Salam profesional,**
*[Nama Perawat/Asisten Klinis]* -
Article No. 17052 | 09 May 2025
Klinis : seorang pasien mengeluh demam dengan suhu 38,7 dan flu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, yaitu pasien mengeluh demam dengan suhu 38,7 dan flu, maka dapat ditetapkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Kode: 00007
b. Diagnosa: Hipertermia
c. Definisi: "Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi" (SDKI, 2017).
Penjelasan singkat:
Hipertermia adalah kondisi di mana suhu tubuh pasien meningkat di atas batas normal, dalam kasus ini suhu pasien mencapai 38,7 derajat Celsius. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau gangguan pada sistem termoregulasi.
Selanjutnya, terkait dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), berikut penjelasan singkatnya:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan dokumen resmi yang berisi definisi dan kriteria diagnostik untuk diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- Digunakan sebagai acuan bagi perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan yang tepat untuk pasien.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan dokumen resmi yang berisi deskripsi luaran (outcome) keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Digunakan sebagai acuan bagi perawat dalam menetapkan tujuan dan kriteria evaluasi keperawatan yang akan dicapai.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan dokumen resmi yang berisi deskripsi intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Digunakan sebagai acuan bagi perawat dalam menentukan tindakan keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan.
Dalam konteks kasus ini, perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai panduan dalam menetapkan diagnosa keperawatan, tujuan, dan intervensi yang sesuai untuk menangani masalah hipertermia pada pasien. -
Article No. 17053 | 09 May 2025
Klinis : seorang pasien mengeluh demam dengan suhu 38,7 dan flu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk pasien dengan keluhan demam (suhu 38,7°C) dan flu:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode SDKI: D.0016** – **Hipertermia**
**Definisi**: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur suhu sebagai respons terhadap faktor patogen (misalnya infeksi virus atau bakteri).
**Faktor yang Berhubungan**:
- Proses infeksi (virus influenza)
- Dehidrasi
- Peningkatan metabolisme
---
### **Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI: L.14001** – **Suhu Tubuh dalam Rentang Normal**
**Kriteria Evaluasi**:
- Suhu tubuh 36,5–37,5°C (akral/aksila)
- Kulit hangat tanpa kemerahan
- Tidak menggigil atau berkeringat berlebihan
**Kode SLKI Tambahan**:
- **L.03004** – **Status Pernapasan Stabil** (jika ada gejala flu seperti hidung tersumbat atau batuk)
---
### **Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI: I.11294** – **Manajemen Hipertermia**
**Tindakan**:
1. **Monitor suhu tubuh** setiap 2–4 jam.
2. **Berikan kompres hangat** (hindari air dingin untuk mencegah menggigil).
3. **Anjurkan asupan cairan** (2–3 L/hari) untuk mencegah dehidrasi.
4. **Kolaborasi pemberian antipiretik** (sesuai resep, misalnya parasetamol).
**Kode SIKI Tambahan**:
- **I.09005** – **Edukasi Kesehatan** (penyebab demam, cara perawatan diri, dan tanda bahaya).
---
### **Penjelasan Singkat**
1. **SDKI (D.0016)**: Fokus pada penyebab demam (infeksi virus influenza) dan dampaknya terhadap keseimbangan termoregulasi.
2. **SLKI (L.14001)**: Target luaran adalah normalisasi suhu tubuh dan pemulihan fungsi fisiologis.
3. **SIKI (I.11294)**: Intervensi berbasis bukti untuk menurunkan suhu tubuh dan mencegah komplikasi (misalnya dehidrasi atau kejang demam).
---
### **Catatan Akademis**
- **Evidence-Based Practice**: Kompres hangat lebih efektif daripada dingin karena mencegah vasokonstriksi yang dapat menghambat pelepasan panas (Jurnal _American Family Physician_, 2020).
- **Kode Etik Keperawatan**: Intervensi harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan melibatkan partisipasi keluarga (PPNI, 2019).
Jika diperlukan penjelasan lebih mendalam atau adaptasi berdasarkan data tambahan (misalnya riwayat alergi atau komorbid), informasikan lebih lanjut.
---
*Referensi: Buku Standar PPNI Edisi 3 (2017-2019).* -
Article No. 17054 | 09 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, sebut saja A, datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan utama bahwa hingga usianya saat ini, ia belum dapat berbicara. Menurut sang ibu, anaknya hanya mampu mengeluarkan suara-suara tidak bermakna dan lebih banyak menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi. Meski begitu, anak terlihat mampu memahami instruksi sederhana seperti “ambil mainan” atau “duduk di kursi”. Anak lahir cukup bulan melalui persalinan normal dengan berat lahir 3.100 gram. Riwayat pertumbuhan motorik tergolong normal, di mana ia bisa duduk pada usia 7 bulan, berdiri pada 10 bulan, dan berjalan pada usia 13 bulan. Namun, perkembangan bahasa tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai usianya. Tidak terdapat riwayat kejang, infeksi otak, trauma kepala, atau penyakit lain yang berarti. Pemeriksaan pendengaran dan fisik tidak menunjukkan kelainan. Dalam keluarga, tidak ada anggota yang mengalami gangguan bicara. Anak merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah bekerja sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dengan kode dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Keterlambatan Perkembangan Komunikasi
SDKI: Keterlambatan Perkembangan Komunikasi (10033)
Definisi: Ketidakmampuan anak untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain sesuai usianya.
SLKI: Peningkatan Kemampuan Komunikasi (10033)
SIKI: Terapi Bermain (I0066)
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan komunikasi anak melalui kegiatan bermain yang menyenangkan.
2. Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Kemampuan Mengurus Diri
SDKI: Kesiapan Peningkatan Kemampuan Mengurus Diri (10028)
Definisi: Kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan usianya yang belum optimal.
SLKI: Peningkatan Kemampuan Mengurus Diri (10028)
SIKI: Pelatihan Kemampuan Mengurus Diri (I0057)
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Keterlambatan Perkembangan
SDKI: Risiko Keterlambatan Perkembangan (10035)
Definisi: Kondisi anak yang berisiko mengalami keterlambatan dalam mencapai tahapan perkembangan yang sesuai dengan usianya.
SLKI: Perkembangan Anak (10035)
SIKI: Stimulasi Perkembangan (I0065)
Definisi: Intervensi untuk meningkatkan perkembangan anak sesuai dengan usianya.
Penjelasan singkat:
Anak A mengalami keterlambatan dalam perkembangan komunikasi, dimana ia belum dapat berbicara dengan baik sesuai usianya. Namun, ia menunjukkan kemampuan memahami instruksi sederhana. Selain itu, terdapat risiko keterlambatan perkembangan lainnya yang perlu diperhatikan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi bermain untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, pelatihan kemampuan mengurus diri, dan stimulasi perkembangan secara menyeluruh. -
Article No. 17055 | 09 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, sebut saja A, datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan utama bahwa hingga usianya saat ini, ia belum dapat berbicara. Menurut sang ibu, anaknya hanya mampu mengeluarkan suara-suara tidak bermakna dan lebih banyak menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi. Meski begitu, anak terlihat mampu memahami instruksi sederhana seperti “ambil mainan” atau “duduk di kursi”. Anak lahir cukup bulan melalui persalinan normal dengan berat lahir 3.100 gram. Riwayat pertumbuhan motorik tergolong normal, di mana ia bisa duduk pada usia 7 bulan, berdiri pada 10 bulan, dan berjalan pada usia 13 bulan. Namun, perkembangan bahasa tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai usianya. Tidak terdapat riwayat kejang, infeksi otak, trauma kepala, atau penyakit lain yang berarti. Pemeriksaan pendengaran dan fisik tidak menunjukkan kelainan. Dalam keluarga, tidak ada anggota yang mengalami gangguan bicara. Anak merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah bekerja sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hambatan Komunikasi Verbal
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan verbal yang efektif.
Faktor yang berhubungan: Gangguan perkembangan bicara.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Komunikasi Efektif
a. Kriteria Hasil:
- Anak dapat menyampaikan kebutuhan dan perasaannya menggunakan bahasa verbal maupun nonverbal yang dapat dipahami.
- Anak menunjukkan peningkatan kemampuan berbahasa sesuai usia.
b. Indikator:
- Anak dapat menyebutkan nama benda sederhana.
- Anak dapat menjawab pertanyaan sederhana.
- Anak dapat mengikuti instruksi sederhana.
- Anak dapat berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Terapi Wicara
a. Tujuan: Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi.
b. Aktivitas:
- Melakukan asesmen kemampuan komunikasi anak.
- Memberikan stimulasi verbal yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
- Melatih anak dalam mengenal dan menyebutkan nama benda, warna, dan lainnya.
- Melatih anak dalam menjawab pertanyaan sederhana dan mengikuti instruksi.
- Melibatkan keluarga dalam proses terapi wicara.
2. Pendidikan Kesehatan
a. Tujuan: Meningkatkan pemahaman orang tua mengenai perkembangan bahasa anak dan pentingnya intervensi.
b. Aktivitas:
- Memberikan edukasi kepada orang tua tentang tahapan perkembangan bahasa anak.
- Mengajarkan orang tua teknik stimulasi bahasa yang dapat dilakukan di rumah.
- Mendorong keterlibatan orang tua dalam proses terapi wicara anak.
- Membantu orang tua mengidentifikasi sumber daya yang dapat mendukung perkembangan bahasa anak.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kasus adalah "Hambatan Komunikasi Verbal" karena anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan bahasa dan kemampuan berbicara yang tidak sesuai dengan usianya. Luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah anak dapat berkomunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun nonverbal. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah terapi wicara untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berbahasa, serta pendidikan kesehatan bagi orang tua agar dapat memberikan stimulasi yang tepat di rumah dan mendukung proses terapi wicara anak. -
Article No. 17056 | 09 May 2025
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, sebut saja A, datang ke puskesmas bersama ibunya dengan keluhan utama bahwa hingga usianya saat ini, ia belum dapat berbicara. Menurut sang ibu, anaknya hanya mampu mengeluarkan suara-suara tidak bermakna dan lebih banyak menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi. Meski begitu, anak terlihat mampu memahami instruksi sederhana seperti “ambil mainan” atau “duduk di kursi”. Anak lahir cukup bulan melalui persalinan normal dengan berat lahir 3.100 gram. Riwayat pertumbuhan motorik tergolong normal, di mana ia bisa duduk pada usia 7 bulan, berdiri pada 10 bulan, dan berjalan pada usia 13 bulan. Namun, perkembangan bahasa tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai usianya. Tidak terdapat riwayat kejang, infeksi otak, trauma kepala, atau penyakit lain yang berarti. Pemeriksaan pendengaran dan fisik tidak menunjukkan kelainan. Dalam keluarga, tidak ada anggota yang mengalami gangguan bicara. Anak merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah bekerja sebagai buruh dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Komunikasi Verbal Terganggu
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan pesan lisan secara efektif.
Karakteristik Definisi:
- Keterbatasan dalam berbicara
- Menggunakan gestur atau bahasa tubuh untuk berkomunikasi
- Kesulitan dalam memahami atau mengekspresikan informasi verbal
2. Perkembangan Terhambat
Definisi: Perubahan dalam fungsi atau struktur tubuh atau pikiran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan yang diharapkan.
Karakteristik Definisi:
- Perkembangan motorik dan bahasa yang tidak sesuai dengan usia
- Keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan yang diharapkan
- Kesulitan dalam melakukan tugas sesuai dengan tahap perkembangan
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Komunikasi Verbal Membaik
- Anak dapat mengucapkan kata-kata sederhana
- Anak dapat memahami dan mengekspresikan informasi verbal dengan bantuan
- Anak dapat berkomunikasi dengan cara yang lebih efektif
2. Perkembangan Meningkat
- Anak dapat mencapai tahap perkembangan motorik dan bahasa yang sesuai dengan usianya
- Anak dapat melakukan tugas-tugas sesuai dengan tahap perkembangannya
- Anak dapat menunjukkan kemajuan dalam perkembangan secara keseluruhan
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Komunikasi Verbal Terganggu
- Identifikasi faktor-faktor yang mungkin memengaruhi komunikasi verbal anak
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin (misalnya terapis wicara, psikolog) untuk mengevaluasi dan memberikan intervensi yang sesuai
- Memberikan stimulasi bahasa dan komunikasi secara teratur (misalnya membaca buku, bernyanyi, bermain permainan yang melatih komunikasi)
- Mengajarkan teknik komunikasi alternatif (misalnya gestural, visual) untuk membantu anak mengekspresikan dirinya
- Melibatkan keluarga dalam proses stimulasi dan intervensi komunikasi anak
2. Perkembangan Terhambat
- Mengevaluasi faktor-faktor yang mungkin memengaruhi perkembangan anak (misalnya kondisi lingkungan, status gizi, riwayat medis)
- Kolaborasi dengan tim multidisiplin (misalnya fisioterapis, terapis okupasi) untuk memberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak
- Memberikan stimulasi perkembangan secara teratur (misalnya aktivitas bermain yang melatih kemampuan motorik dan kognitif)
- Memberikan edukasi dan dukungan kepada keluarga agar dapat mendukung perkembangan anak di rumah
- Memantau perkembangan anak secara berkala dan melakukan tindakan korektif jika diperlukan
Penjelasan rinci:
Sebagai perawat, saya telah mengidentifikasi dua diagnosa keperawatan utama yang sesuai dengan kondisi anak laki-laki berusia 6 tahun, A, yaitu Komunikasi Verbal Terganggu dan Perkembangan Terhambat. Kedua diagnosa ini mencerminkan permasalahan yang dialami A, yaitu keterbatasan dalam berbicara dan perkembangan yang tidak sesuai dengan usianya.
Untuk Komunikasi Verbal Terganggu, anak A menunjukkan karakteristik seperti keterbatasan dalam berbicara, penggunaan gestur atau bahasa tubuh untuk berkomunikasi, serta kesulitan dalam memahami atau mengekspresikan informasi verbal. Tujuan luaran yang diharapkan adalah Komunikasi Verbal Membaik, di mana anak dapat mengucapkan kata-kata sederhana, memahami dan mengekspresikan informasi verbal dengan bantuan, serta berkomunikasi dengan cara yang lebih efektif.
Sementara itu, untuk Perkembangan Terhambat, anak A menunjukkan perkembangan motorik dan bahasa yang tidak sesuai dengan usianya, keterlambatan dalam mencapai tahap perkembangan yang diharapkan, serta kesulitan dalam melakukan tugas sesuai dengan tahap perkembangannya. Tujuan luaran yang diharapkan adalah Perkembangan Meningkat, di mana anak dapat mencapai tahap perkembangan motorik dan bahasa yang sesuai dengan usianya, dapat melakukan tugas-tugas sesuai dengan tahap perkembangannya, serta menunjukkan kemajuan dalam perkembangan secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, kolaborasi dengan tim multidisiplin, pemberian stimulasi yang sesuai, pengajaran teknik komunikasi alternatif, serta pelibatan keluarga dalam proses intervensi. Pemantauan perkembangan secara berkala dan tindakan korektif jika diperlukan juga merupakan bagian penting dari intervensi keperawatan.
Melalui intervensi yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan anak A dapat meningkatkan kemampuan komunikasi verbalnya serta mencapai perkembangan yang sesuai dengan usianya. Peran perawat dalam kasus ini adalah memberikan asuhan keperawatan yang berpusat pada anak dan keluarga, serta berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 17057 | 09 May 2025
Klinis : pasien dengan diagnosa medis NSTEMI (Non-ST-elevation Myocardial Infarction) dengan edema paru akut, ADHF, Dislipidemia, DM, Hiperglikemia. mengeluh sesak nafas, nadi 67 x/menit, spo2 96%, RR 22 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah beberapa diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Jantung
SDKI: D.0036
Definisi: Penurunan suplai oksigen ke otot jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan sel jantung.
SLKI: P.0030
Definisi: Intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung.
SIKI: O.0036
Definisi: Tindakan untuk mengatasi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung.
2. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
SDKI: D.0044
Definisi: Keadaan di mana terdapat peningkatan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular.
SLKI: P.0037
Definisi: Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan.
SIKI: O.0044
Definisi: Tindakan untuk mengatasi kelebihan volume cairan.
3. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
SDKI: D.0019
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SLKI: P.0018
Definisi: Intervensi yang ditujukan untuk memulihkan toleransi aktivitas.
SIKI: O.0019
Definisi: Tindakan untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Hiperglikemia
SDKI: D.0226
Definisi: Peningkatan kadar glukosa dalam darah di atas batas normal.
SLKI: P.0195
Definisi: Intervensi yang ditujukan untuk mencegah dan mengatasi hiperglikemia.
SIKI: O.0226
Definisi: Tindakan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
Catatan: Kode-kode di atas sesuai dengan Sistem Dokumentasi Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh PPNI. -
Article No. 17058 | 09 May 2025
Klinis : pasien dengan diagnosa medis NSTEMI (Non-ST-elevation Myocardial Infarction) dengan edema paru akut, ADHF, Dislipidemia, DM, Hiperglikemia. mengeluh sesak nafas, nadi 67 x/menit, spo2 96%, RR 22 x/menit
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan edema paru akut, ADHF, dan hiperglikemia, ditandai dengan sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan penurunan saturasi oksigen.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung, keterbatasan perfusi jaringan, dan kelelahan, ditandai dengan sesak napas saat beraktivitas dan peningkatan tanda-tanda vital.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, dan disfungsi gastrointestinal, ditandai dengan penurunan berat badan dan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol.
4. Risiko Perfusi Serebral Terganggu berhubungan dengan gangguan hemodinamik, hipoglikemia, dan hipertensi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Pola Napas Efektif: Pasien dapat mempertahankan frekuensi napas 12-20 kali per menit, kedalaman napas yang adekuat, dan saturasi oksigen ≥ 96%.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan diri dan aktivitas ringan tanpa mengalami sesak napas atau tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik.
3. Status Nutrisi Membaik: Pasien dapat mempertahankan berat badan yang stabil dan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
4. Perfusi Serebral Membaik: Pasien tidak mengalami gejala-gejala gangguan perfusi serebral, seperti penurunan kesadaran, sakit kepala, atau gangguan fungsi motorik.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Intervensi terkait Ketidakefektifan Pola Napas:
- Monitor tanda-tanda vital dan saturasi oksigen.
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik relaksasi dan pernapasan diafragma.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik dan vasodilator sesuai indikasi.
2. Intervensi terkait Intoleransi Aktivitas:
- Monitor tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
- Berikan aktivitas yang sesuai dengan toleransi pasien.
- Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan fisik yang aman.
3. Intervensi terkait Ketidakseimbangan Nutrisi:
- Monitor asupan dan keluaran cairan, serta kadar glukosa darah.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang sesuai.
- Berikan makanan yang mudah dicerna dan kaya nutrisi.
- Ajarkan manajemen diet dan kontrol glukosa darah.
4. Intervensi terkait Risiko Perfusi Serebral Terganggu:
- Monitor tanda-tanda vital, status neurologi, dan kadar glukosa darah.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk stabilisasi hemodinamik dan kontrol glukosa darah.
- Berikan posisi semi-Fowler untuk meningkatkan aliran darah ke otak.
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda-tanda gangguan perfusi serebral.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang erat dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diinginkan dan memperoleh perawatan yang optimal. -
Article No. 16923 | 08 May 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Kode SDKI: 00031
- Kode SLKI: KN01
- Kode SIKI: KB001
2. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Kode SDKI: 00092
- Kode SLKI: KK01
- Kode SIKI: KB002
3. Risiko Infeksi (00004)
- Definisi: Peningkatan risiko terpapar oleh agen patogen.
- Kode SDKI: 00004
- Kode SLKI: KK02
- Kode SIKI: KB003
Penjelasan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
Pasien mengalami batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas, yang menunjukkan adanya obstruksi jalan napas. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien kesulitan membersihkan sekresi dan mempertahankan jalan napas yang bebas.
2. Intoleransi Aktivitas:
Pasien mengalami gejala seperti demam dan kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan penurunan energi dan menurunkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari.
3. Risiko Infeksi:
Diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru, yang merupakan penyakit infeksi yang dapat meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. -
Article No. 16924 | 08 May 2025
Klinis : . Defisit pengetahuan b/d Kurang terpapar informasi (D.0111)
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci untuk kondisi yang anda berikan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI: Defisit Pengetahuan
Definisi: Keterbatasan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Penyebab: Kurang terpapar informasi.
2. Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI)
a. Peningkatan Pengetahuan
- Pasien dapat menjelaskan kondisi kesehatan dan pengobatan yang diperlukan.
- Pasien dapat menyebutkan sumber informasi yang dapat diakses terkait kondisi kesehatannya.
- Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku yang sesuai untuk mengelola kondisi kesehatannya.
b. Partisipasi dalam Perawatan Kesehatan
- Pasien aktif terlibat dalam pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatannya.
- Pasien mematuhi rencana perawatan yang disepakati.
- Pasien mampu mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam pelaksanaan rencana perawatan.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
a. Manajemen Informasi
- Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien terkait kondisi kesehatannya.
- Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien dalam bahasa yang mudah dipahami.
- Memastikan pasien memahami informasi yang diberikan dengan meminta umpan balik.
- Mengidentifikasi sumber informasi yang dapat diakses pasien.
- Mendorong pasien untuk aktif mencari informasi dari sumber yang tepercaya.
b. Edukasi Kesehatan
- Memberikan edukasi tentang kondisi kesehatan, pengobatan, dan manajemen perawatan.
- Membantu pasien mengembangkan ketrampilan untuk mengelola kondisi kesehatannya.
- Melibatkan keluarga atau significant other dalam proses edukasi.
- Mengevaluasi pemahaman pasien dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
c. Dukungan Pengambilan Keputusan
- Mendorong pasien untuk aktif terlibat dalam pengambilan keputusan terkait perawatannya.
- Memberikan informasi yang objektif dan komprehensif agar pasien dapat membuat keputusan yang tepat.
- Mengidentifikasi dan mendiskusikan dengan pasien terkait hambatan dalam pelaksanaan rencana perawatan.
- Membantu pasien mengembangkan strategi untuk mengatasi hambatan yang teridentifikasi.
Penjelasan di atas mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi defisit pengetahuan yang disebabkan oleh kurang terpapar informasi. Pendekatan ini berfokus pada peningkatan pengetahuan, partisipasi pasien dalam perawatan, dan pengembangan kemampuan pasien untuk mengelola kondisi kesehatannya.