Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 19804 | 19 Jul 2025
Klinis : pasien mengeluh sesak, lemas dan pasien mengeluh kaki bengkak intake banyak dan outpun sedikit pasien mengatakan sering makan dan bak 1 kali dalam sehari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (00025)**
**Penjelasan Singkat:**
Berdasarkan keluhan pasien (sesak, lemas, edema kaki, asupan cairan tinggi dengan output urin rendah), terdapat indikasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, kemungkinan terkait retensi cairan atau gangguan fungsi ginjal.
---
### **Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)**
**Kode: 00025 – Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit**
**Definisi:**
Kondisi di mana tubuh mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan, atau gangguan distribusi elektrolit, yang dapat mengakibatkan edema, sesak napas, atau gangguan fungsi organ.
**Karakteristik Mayor:**
- Edema perifer (kaki bengkak)
- Sesak napas (dispnea)
- Oliguria (output urin <400 mL/hari)
- Kelemahan (lemas)
**Faktor yang Berhubungan:**
- Asupan cairan berlebihan
- Gangguan fungsi ginjal atau jantung
- Ketidakseimbangan natrium dan air
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode: 1401 – Keseimbangan Cairan**
**Indikator:**
1. **Edema berkurang/hilang** (Skala: 1–5)
2. **Output urin dalam batas normal** (≥1.000 mL/hari)
3. **Tidak ada sesak napas**
4. **Tanda vital stabil** (TD, nadi, pernapasan)
**Target Luaran:**
- Pasien menunjukkan penurunan edema dalam 3 hari.
- Output urin meningkat ≥800 mL/hari dalam 48 jam.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode: 2120 – Manajemen Keseimbangan Cairan**
**Intervensi Utama:**
1. **Pantau intake dan output cairan** (setiap 8 jam).
2. **Batasi asupan cairan sesuai kebutuhan** (sesuai anjuran dokter).
3. **Tinggikan ekstremitas edema** (untuk mengurangi bengkak).
4. **Kolaborasi pemberian diuretik** (jika diperlukan).
5. **Edukasi pasien tentang pembatasan garam dan cairan**.
**Intervensi Tambahan:**
- **Kode: 0800 – Pemantauan Tanda Vital** (setiap 4 jam).
- **Kode: 3520 – Edukasi Pasien** (pencegahan retensi cairan).
---
**Catatan Akademis:**
Kondisi pasien mengindikasikan kemungkinan **overload cairan** atau **gagal jantung kongestif (CHF)**, sehingga perlu pemantauan ketat terhadap berat badan, tanda vital, dan fungsi ginjal. Penatalaksanaan keperawatan harus berfokus pada **restriksi cairan**, **pengaturan diet rendah natrium**, dan **observasi respons terapi**.
**Referensi:**
- PPNI. (2017). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
- Doenges, M. E., et al. (2019). *Nursing Care Plans: Guidelines for Individualizing Client Care*.
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumen klinis atau akademis.)* -
Article No. 19805 | 19 Jul 2025
Klinis : hemoglobin turun
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi penurunan kadar hemoglobin.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi penurunan kadar hemoglobin adalah "Defisit Volume Cairan" (SDKI). Defisit Volume Cairan didefinisikan sebagai pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. Penurunan kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator adanya defisit volume cairan dalam tubuh.
2. Luaran/Output yang Diharapkan SLKI:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, luaran yang diharapkan adalah:
a. Hidrasi Cairan: Pasien menunjukkan status hidrasi yang adekuat yang ditandai dengan peningkatan kadar hemoglobin, perbaikan tanda-tanda vital, dan peningkatan output urin.
b. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang baik yang ditandai dengan intake dan output cairan yang seimbang.
c. Perfusi Jaringan: Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat yang ditandai dengan pemulihan tanda-tanda vital dan perbaikan kadar hemoglobin.
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah:
a. Monitor Cairan:
- Pantau intake dan output cairan
- Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, laju napas)
- Pantau kadar hemoglobin dan parameter laboratorium lainnya
b. Manajemen Cairan:
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan pasien
- Monitor respon pasien terhadap pemberian cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk menentukan kebutuhan cairan pasien
c. Edukasi Pasien dan Keluarga:
- Edukasi mengenai pentingnya asupan cairan yang adekuat
- Edukasi mengenai tanda-tanda dehidrasi dan perlunya segera dilakukan intervensi
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan memastikan asupan cairan pasien terpenuhi
Penjelasan rinci di atas diharapkan dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi penurunan kadar hemoglobin. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 19806 | 19 Jul 2025
Klinis : hemoglobin turun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kondisi penurunan hemoglobin, disusun dalam format akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Kode: D.0026** – **Intoleransi Aktivitas**
**Definisi:** Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan aktivitas sehari-hari secara adekuat akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan tubuh.
**Faktor Penyebab (Etiologi):**
- Penurunan kadar hemoglobin (Hb) → gangguan transport oksigen → hipoksia jaringan.
- Kelemahan fisik sekunder akibat anemia.
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kode: L.04012** – **Toleransi Aktivitas Meningkat**
**Kriteria Evaluasi:**
1. Pasien mampu melakukan aktivitas harian tanpa dispnea atau kelelahan berlebihan (Skala: 4 = selalu tercapai).
2. Tanda vital stabil (nadi, pernapasan, tekanan darah) dalam rentang normal selama/setelah aktivitas.
3. Kadar Hb menunjukkan peningkatan (target sesuai indikasi klinis).
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Kode: I.09015** – **Manajemen Anemia**
**Intervensi Utama:**
1. **Pemantauan Hemodinamik:**
- Observasi tanda vital (khususnya nadi dan saturasi oksigen) setiap 4-8 jam.
- Pantau kadar Hb serial sesuai protokol.
2. **Edukasi Nutrisi:**
- Anjurkan konsumsi makanan kaya zat besi (hati, daging merah, sayuran hijau) dan vitamin C (untuk meningkatkan absorpsi besi).
3. **Pengaturan Aktivitas:**
- Rencanakan periode istirahat-aktivitas seimbang (teknik *energy conservation*).
- Bantu pasien dalam aktivitas berat jika diperlukan.
4. **Kolaborasi Medis:**
- Pemberian suplemen besi/transfusi darah sesuai indikasi.
---
### **Catatan Akademis**
- **Link Patofisiologi:** Penurunan Hb → ↓ kapasitas pengikatan oksigen → ↑ kerja jantung dan sistem pernapasan → intoleransi aktivitas (NANDA-I, 2021).
- **Evidence-Based Practice:** Intervensi nutrisi dan manajemen energi terbukti meningkatkan kualitas hidup pasien anemia (WHO, 2020).
Format ini memenuhi standar PPNI dan dapat dikembangkan lebih lanjut berdasarkan data assessment spesifik pasien.
**Referensi:**
1. PPNI. (2019). _Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi VI_.
2. PPNI. (2018). _Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)_.
3. NANDA-I. (2021). _Nursing Diagnoses: Definitions and Classification_.
---
*Lampirkan data laboratorium dan assessment fisik untuk akurasi diagnosa.* -
Article No. 19807 | 19 Jul 2025
Klinis : Tn H, 25 tahun belum menikah saat ini dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan diare kronik. Hasil pengkajian: diare sudah dialami sejak 1 bulan terakhir disertai penurunan BB lebih dari 20%. Pasien juga mengeluh nyeri di mulutnya, terlihat bercak keputihan di seluruh area rongga mulut, daerah bibir dan pipi dalam. Sariawan dirasakan terus menerus sehingga kesulitan untuk minum dan makan. Pasien didiagnosa HIV/ B20. Tegak dengan gejala klinis dan Eliza reaktif serta PCR (+). Dari hasil wawancara diketahui pasien biasa melakukan sex bebas dan mengkonsumsi narkoba sejak 6 tahun lalu. Dokter memprogramkan pasien mendapatkan ARV jenis Duviral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Risiko infeksi (kode: 00004)
SDKI: Rentan terhadap serangan organisme patogen, yang dapat menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan.
SLKI: Tindakan untuk mencegah atau meminimalkan masuknya agen infeksi dan mencegah penyebaran infeksi.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah atau meminimalkan masuknya agen infeksi dan mencegah penyebaran infeksi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (kode: 00002)
SDKI: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Tindakan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Nyeri oral (kode: 00132)
SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan aktual atau potensial pada rongga mulut.
SLKI: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada rongga mulut.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada rongga mulut.
d. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (kode: 00099)
SDKI: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan.
SLKI: Tindakan untuk membantu klien mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan.
SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu klien mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan.
Penjelasan singkat:
1. Risiko infeksi: Terkait dengan kondisi imunitas yang lemah akibat HIV/AIDS, sehingga pasien rentan terhadap infeksi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Terkait dengan penurunan berat badan yang signifikan akibat diare kronik.
3. Nyeri oral: Terkait dengan sariawan di rongga mulut yang mengganggu makan dan minum.
4. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan: Terkait dengan perilaku berisiko pasien (seks bebas, narkoba) yang menyebabkan terinfeksi HIV. -
Article No. 19808 | 19 Jul 2025
Klinis : Tn H, 25 tahun belum menikah saat ini dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan diare kronik. Hasil pengkajian: diare sudah dialami sejak 1 bulan terakhir disertai penurunan BB lebih dari 20%. Pasien juga mengeluh nyeri di mulutnya, terlihat bercak keputihan di seluruh area rongga mulut, daerah bibir dan pipi dalam. Sariawan dirasakan terus menerus sehingga kesulitan untuk minum dan makan. Pasien didiagnosa HIV/ B20. Tegak dengan gejala klinis dan Eliza reaktif serta PCR (+). Dari hasil wawancara diketahui pasien biasa melakukan sex bebas dan mengkonsumsi narkoba sejak 6 tahun lalu. Dokter memprogramkan pasien mendapatkan ARV jenis Duviral.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan untuk kasus Tn. H sesuai dengan panduan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh** *(Kode: D.0026)*
**Penjelasan:**
Pasien mengalami penurunan berat badan >20% disertai kesulitan makan akibat sariawan kronis dan diare. Kondisi ini terkait dengan infeksi HIV yang mengganggu absorbsi nutrisi dan meningkatkan kebutuhan metabolik.
**Luaran (SLKI):**
- **Status Nutrisi Memadai** *(Kode: L.04021)*
- Kriteria:
- Asupan nutrisi oral meningkat.
- Berat badan stabil/meningkat.
- Kadar albumin dalam batas normal.
**Intervensi (SIKI):**
- **Manajemen Nutrisi** *(Kode: I.11210)*
- Tindakan:
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet tinggi kalori-protein.
- Berikan makanan lunak/suplemen nutrisi oral.
- Pantau berat badan dan asupan cairan.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Diare Kronis** *(Kode: D.0019)*
**Penjelasan:**
Diare >1 bulan akibat infeksi oportunistik HIV (misal: kandidiasis oral, enteropati HIV) yang menyebabkan gangguan absorbsi dan elektrolit.
**Luaran (SLKI):**
- **Keseimbangan Cairan dan Elektrolit** *(Kode: L.03011)*
- Kriteria:
- Frekuensi diare menurun.
- Konsistensi feses normal.
- Tidak ada tanda dehidrasi.
**Intervensi (SIKI):**
- **Manajemen Diare** *(Kode: I.11230)*
- Tindakan:
- Pantau frekuensi/volume diare.
- Berikan terapi rehidrasi oral/IV sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi pemberian antidiare (misal: loperamide).
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut pada Mukosa Oral** *(Kode: D.0098)*
**Penjelasan:**
Kandidiasis oral (bercak keputihan) menyebabkan nyeri terus-menerus, menghambat asupan nutrisi dan minum.
**Luaran (SLKI):**
- **Kontrol Nyeri** *(Kode: L.08011)*
- Kriteria:
- Skala nyeri menurun (misal: dari 7 ke ≤3).
- Pasien mampu makan/minum dengan nyaman.
**Intervensi (SIKI):**
- **Manajemen Nyeri** *(Kode: I.11010)*
- Tindakan:
- Berikan analgesik topikal (misal: lidokain gel).
- Anjurkan kebersihan mulut dengan larutan antiseptik.
- Kolaborasi pemberian antijamur (misal: nistatin).
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Infeksi** *(Kode: D.0028)*
**Penjelasan:**
Imunosupresi akibat HIV meningkatkan risiko infeksi sekunder (bakteri, jamur, virus).
**Luaran (SLKI):**
- **Pencegahan Infeksi** *(Kode: L.15011)*
- Kriteria:
- Tidak ada tanda infeksi baru (demam, leukositosis).
- Kepatuhan terapi ARV meningkat.
**Intervensi (SIKI):**
- **Pencegahan Infeksi** *(Kode: I.15010)*
- Tindakan:
- Edukasi kebersihan diri dan lingkungan.
- Pantau tanda vital dan gejala infeksi.
- Pastikan kepatuhan ARV (Duviral).
---
### **5. Diagnosa Keperawatan:**
**Koping Tidak Efektif** *(Kode: D.0092)*
**Penjelasan:**
Riwayat penggunaan narkoba dan seks bebas menunjukkan perilaku berisiko tinggi, memerlukan dukungan psikososial.
**Luaran (SLKI):**
- **Adaptasi Psikososial** *(Kode: L.13011)*
- Kriteria:
- Pasien mengungkapkan perasaan secara konstruktif.
- Mulai terlibat dalam rencana perawatan.
**Intervensi (SIKI):**
- **Dukungan Emosional** *(Kode: I.13020)*
- Tindakan:
- Fasilitasi konseling HIV/AIDS.
- Rujuk ke kelompok dukungan (ODHA).
---
### **Catatan Akademik:**
- **SDKI/SLKI/SIKI** digunakan untuk standarisasi dokumentasi keperawatan di Indonesia.
- **Kode B20** (HIV simtomatik) memerlukan pendekatan holistik: manajemen gejala, dukungan nutrisi, dan terapi ARV.
- **Duviral** (Combivir: AZT+3TC) termasuk dalam regimen ARV lini pertama, perlu dipantau efek samping (anemia, neuropati).
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis dan klinis. -
Article No. 19809 | 19 Jul 2025
Klinis : Tn H, 25 tahun belum menikah saat ini dirawat di bangsal penyakit dalam dengan keluhan diare kronik. Hasil pengkajian: diare sudah dialami sejak 1 bulan terakhir disertai penurunan BB lebih dari 20%. Pasien juga mengeluh nyeri di mulutnya, terlihat bercak keputihan di seluruh area rongga mulut, daerah bibir dan pipi dalam. Sariawan dirasakan terus menerus sehingga kesulitan untuk minum dan makan. Pasien didiagnosa HIV/ B20. Tegak dengan gejala klinis dan Eliza reaktif serta PCR (+). Dari hasil wawancara diketahui pasien biasa melakukan sex bebas dan mengkonsumsi narkoba sejak 6 tahun lalu. Dokter memprogramkan pasien mendapatkan ARV jenis Duviral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan pada kasus Tn H, 25 tahun, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI):
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare kronik dan penurunan berat badan.
2. Nyeri berhubungan dengan sariawan pada rongga mulut.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat HIV/AIDS.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
a. Indikator: Pasien dapat mempertahankan berat badan pada rentang normal.
b. Indikator: Asupan nutrisi pasien adekuat.
2. Kontrol nyeri
a. Indikator: Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Indikator: Pasien dapat makan dan minum dengan nyaman.
3. Bebas infeksi
a. Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi baru.
b. Indikator: Pasien mampu merawat diri dengan baik.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
a. Tindakan mandiri:
- Kaji status nutrisi pasien secara komprehensif (asupan, berat badan, dll).
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Monitoring asupan nutrisi dan berat badan pasien secara berkala.
- Berikan edukasi terkait pentingnya nutrisi yang adekuat.
b. Tindakan kolaboratif:
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan.
- Koordinasi dengan tim gizi untuk evaluasi dan penyesuaian diet.
2. Nyeri
a. Tindakan mandiri:
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, durasi, dll).
- Lakukan manajemen nyeri non-farmakologis (kompres hangat, distraksi, dll).
- Ajarkan pasien teknik manajemen nyeri mandiri.
b. Tindakan kolaboratif:
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Evaluasi efektivitas manajemen nyeri secara berkala.
3. Risiko infeksi
a. Tindakan mandiri:
- Kaji tanda-tanda infeksi secara rutin.
- Edukasi pasien terkait perawatan diri dan pencegahan infeksi.
- Monitoring status imunitas pasien.
b. Tindakan kolaboratif:
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi ARV yang tepat.
- Koordinasi dengan tim kesehatan lain untuk mengelola infeksi secara komprehensif.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya. Wassalamualaikum. -
Article No. 19810 | 19 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan kesemutan di bagian tangan dan kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Sensasi Persepsi: Kesemutan (00122)
Definisi: Persepsi abnormal atau distorsi sensorik yang dialami individu.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00122
Definisi: Persepsi abnormal atau distorsi sensorik yang dialami individu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: LS-0122
Definisi: Klien melaporkan perbaikan dalam sensasi dan persepsi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: SI-0122
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan sensasi dan persepsi individu.
Penjelasan singkat:
Gangguan Sensasi Persepsi: Kesemutan adalah kondisi di mana individu merasakan sensasi seperti kesemutan, mati rasa, atau kesemutan di bagian tubuh tertentu, seperti tangan dan kaki. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan pada saraf, gangguan sirkulasi darah, atau kondisi medis lainnya. Tujuan utama dalam perawatan pasien dengan gangguan sensasi persepsi: kesemutan adalah untuk mengatasi penyebab dasar, mengurangi gejala, dan membantu pasien dalam menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. -
Article No. 19811 | 19 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan berat kedua kaki dan tangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan rasa berat pada kedua kaki dan tangan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik
Kode SDKI: 00085
Definisi: Keterbatasan dalam satu atau lebih dimensi pergerakan fisik yang memengaruhi mobilitas mandiri.
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami keluhan berat pada kedua kaki dan tangan, yang dapat mengganggu mobilitas fisiknya. Diagnosa ini sesuai dengan kondisi pasien.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas
Kode SLKI: 00085
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Mobilitas
Kode SIKI: 00088
Definisi: Memfasilitasi pergerakan dan perubahan posisi untuk meningkatkan fungsi.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, kode, dan definisi yang diberikan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan keluhan berat pada kedua kaki dan tangan. -
Article No. 19812 | 19 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan berat kedua kaki dan tangan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan berat pada kedua kaki dan tangan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang paling sesuai untuk kondisi ini adalah "Mobilitas Fisik Terganggu". Diagnosa ini menggambarkan keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja, yang mengakibatkan pembatasan dalam melakukan aktivitas fisik secara mandiri. Keluhan berat pada kedua kaki dan tangan menunjukkan adanya gangguan mobilitas fisik yang dapat menghambat pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Mobilitas Fisik: Pasien mampu melakukan pergerakan anggota tubuh secara mandiri dengan baik.
2. Kemampuan Aktivitas Sehari-hari: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan baik.
3. Integritas Kulit: Kulit pasien tetap utuh dan tidak terjadi kerusakan.
4. Kenyamanan: Pasien merasa nyaman dan tidak ada keluhan rasa berat pada anggota tubuh.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Mobilitas
- Kaji kemampuan mobilitas pasien
- Latih pasien untuk melakukan pergerakan anggota tubuh secara bertahap
- Berikan alat bantu mobilitas jika diperlukan
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program latihan yang sesuai
2. Perawatan Kulit
- Kaji kondisi kulit pasien secara berkala
- Lakukan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan
- Berikan bantuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
3. Manajemen Kenyamanan
- Kaji tingkat kenyamanan pasien
- Berikan intervensi yang dapat meningkatkan kenyamanan, seperti teknik relaksasi, distraksi, atau pengaturan posisi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi keluhan berat pada anggota tubuh
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Mobilitas Fisik Terganggu" dipilih karena keluhan berat pada kedua kaki dan tangan menunjukkan adanya keterbatasan pergerakan yang dapat menghambat aktivitas pasien secara mandiri. Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat memulihkan mobilitas fisiknya, melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, menjaga integritas kulit, serta merasakan kenyamanan. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen mobilitas, perawatan kulit, dan manajemen kenyamanan untuk mencapai tujuan tersebut.
Melalui intervensi yang komprehensif dan kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain, diharapkan pasien dapat memulihkan kondisinya dan mencapai kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 19813 | 19 Jul 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan berat kedua kaki dan tangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)** untuk pasien dengan keluhan **berat pada kedua kaki dan tangan**, disusun dalam format akademis dan persona pakar keperawatan:
---
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode:** **00030** – **Gangguan Mobilitas Fisik**
**Definisi:**
Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam pergerakan fisik secara mandiri akibat kelemahan, nyeri, atau gangguan neuromuskular, yang dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Kelemahan otot (ekstremitas atas dan bawah).
- Nyeri atau ketidaknyamanan pada anggota gerak.
- Gangguan persarafan atau tonus otot (hipotoni/hipertrofi).
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode:** **L.04001** – **Kemampuan Mobilisasi Fisik Meningkat**
**Indikator:**
- Kekuatan otot ekstremitas membaik (skala 0–5).
- Rentang gerak sendi (ROM) dalam batas normal.
- Pasien dapat melakukan aktivitas fungsional (misalnya: berjalan, mengangkat benda) dengan bantuan minimal.
**Target:**
- **Kriteria Evaluasi:**
- Peningkatan kekuatan otot ≥3 dalam skala Lovett.
- Penurunan keluhan subjektif (skala nyeri ≤2 dari skala 0–10).
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode:** **I.09001** – **Latihan Rentang Gerak (ROM)**
**Tindakan:**
- Ajarkan pasien latihan ROM aktif/pasif sesuai toleransi.
- Pantau respons nyeri selama intervensi.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk program rehabilitasi.
**Kode:** **I.04004** – **Manajemen Nyeri**
**Tindakan:**
- Ajarkan teknik relaksasi (napas dalam, guided imagery).
- Berikan analgesik sesuai resep (jika diperlukan).
- Evaluasi efektivitas manajemen nyeri.
---
### **Penjelasan Singkat:**
- **SDKI** digunakan untuk menegakkan diagnosa berdasarkan data klinis (misalnya: kelemahan otot, keterbatasan gerak).
- **SLKI** menjadi acuan luaran yang diharapkan (contoh: peningkatan mobilitas).
- **SIKI** merujuk pada tindakan spesifik untuk mencapai luaran (contoh: latihan ROM, manajemen nyeri).
**Catatan:**
- Kode dan terminologi mengacu pada **PPNI Edisi Terkini**.
- Penyesuaian intervensi harus mempertimbangkan etiologi (misalnya: neuropati, miopati, atau gangguan vaskular).
Semoga penjelasan ini memenuhi kebutuhan akademis dan klinis Anda. Jika memerlukan penjabaran lebih mendalam, silakan ajukan pertanyaan lanjutan.
**Sumber:**
- Buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), SLKI, SIKI – PPNI.
- Doenges, M. E. (2019). *Nursing Diagnosis Manual*.