Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20087 | 26 Jul 2025
Klinis : Pada tanggal 24 juli 2025, Pasien datang dan di lakukan operasi laparatomi. Pada saat di lakukan pengkajian tanggal 25 juli 2025 pukul 14.15 pasien mengeluh nyeri, pasien mengatakan nyeri disertai pusing, nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk dengan skala 5, nyeri dirasakan di bagian perut, semakin terasa ketika di gerakkan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah sedemikian rupa.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pengendalian Nyeri (1605)
Definisi: Tindakan yang memberikan rasa nyaman dengan meminimalkan atau menghilangkan rasa nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: Mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri, serta meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Dalam kasus ini, pasien mengalami nyeri akut setelah menjalani operasi laparatomi. Berdasarkan pengkajian, pasien mengeluh nyeri di bagian perut yang dirasakan seperti tusukan, dengan skala nyeri 5 dan semakin terasa ketika digerakkan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan nyeri dan meningkatkan toleransi pasien terhadap nyeri. -
Article No. 20088 | 26 Jul 2025
Klinis : Pada tanggal 24 juli 2025, Pasien datang dan di lakukan operasi laparatomi. Pada saat di lakukan pengkajian tanggal 25 juli 2025 pukul 14.15 pasien mengeluh nyeri, pasien mengatakan nyeri disertai pusing, nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk dengan skala 5, nyeri dirasakan di bagian perut, semakin terasa ketika di gerakkan.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik Mayor: Pasien mengeluh nyeri, menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan nyeri, melaporkan skala nyeri.
Karakteristik Minor: Gelisah, sulit tidur, menghindari aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol
Kriteria Hasil:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal
- Pasien dapat tidur dengan nyaman
- Pasien dapat beraktivitas tanpa peningkatan nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan skala nyeri)
- Identifikasi faktor yang memperberat atau memperingan nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik yang sesuai
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, dan terapi kompres hangat/dingin
- Monitor efektivitas intervensi dan respon pasien terhadap pengurangan nyeri
- Dokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan
2. Mobilisasi
- Bantu pasien untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap sesuai toleransi
- Ajarkan teknik mobilisasi yang aman dan nyaman bagi pasien
- Monitor tanda-tanda vital dan gejala yang mungkin timbul selama mobilisasi
- Berikan dukungan emosional dan motivasi kepada pasien selama proses mobilisasi
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Nyeri Akut" dipilih karena pasien mengeluhkan nyeri di bagian perut setelah menjalani operasi laparatomi. Nyeri yang dirasakan oleh pasien sesuai dengan karakteristik mayor dan minor dari diagnosa ini, yaitu pasien melaporkan nyeri dengan skala 5, disertai pusing, dan rasa seperti ditusuk-tusuk, serta menghindari aktivitas.
Luaran yang diharapkan adalah "Tingkat Nyeri Terkontrol", di mana pasien diharapkan dapat melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dapat tidur dengan nyaman, dan dapat beraktivitas tanpa peningkatan nyeri.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah Manajemen Nyeri dan Mobilisasi. Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengkaji karakteristik nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperberat atau memperingan nyeri, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik, serta mengajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis. Mobilisasi bertujuan untuk membantu pasien melakukan mobilisasi dini secara bertahap sesuai toleransi, mengajarkan teknik mobilisasi yang aman dan nyaman, serta memberikan dukungan emosional dan motivasi selama proses mobilisasi.
Dengan intervensi keperawatan yang tepat dan berdasarkan luaran yang diharapkan, diharapkan pasien dapat mengatasi nyeri yang dirasakan dan mencapai tingkat nyeri yang terkontrol, sehingga dapat melakukan aktivitas dengan baik selama proses pemulihan pasca operasi. -
Article No. 20089 | 26 Jul 2025
Klinis : anggota badan sebelah kanan lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi anggota badan sebelah kanan lemah. Berikut adalah informasinya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hambatan Mobilitas Fisik (Kode: 00085)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan mandiri di lingkungan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hambatan Mobilitas Fisik (Kode: 10001)
Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan mandiri di lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas (Kode: 00085)
Definisi: Kemampuan untuk bergerak secara bebas dan mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Peningkatan Mobilitas Fisik (Kode: 01821)
Definisi: Memfasilitasi kemampuan klien untuk bergerak secara bebas dan mandiri di lingkungan.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Hambatan Mobilitas Fisik" menggambarkan kondisi di mana klien mengalami keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja dan mandiri di lingkungan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelemahan anggota badan, penurunan kekuatan otot, atau gangguan neuromuskular.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) memiliki kode yang sama, yaitu "10001" untuk diagnosis ini. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menggunakan kode "00085" untuk luaran "Mobilitas", yang mencakup kemampuan klien untuk bergerak secara bebas dan mandiri. Sedangkan dalam SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang sesuai adalah "Peningkatan Mobilitas Fisik" dengan kode "01821", yang bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan klien dalam bergerak secara bebas dan mandiri.
Perawat dapat menggunakan informasi ini sebagai panduan dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik pada klien. -
Article No. 20090 | 26 Jul 2025
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan untuk kondisi diare:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi diare adalah "Diare" (00013). Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang tidak normal dan tidak terkontrol, dengan peningkatan frekuensi, volume, dan kelembapan. Karakteristik definisi ini mencakup perubahan pola defekasi yang tidak normal, ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air besar, dan peningkatan volume dan konsistensi feses. Faktor risiko yang dapat menyebabkan diare antara lain infeksi, malabsorpsi, perubahan diet, dan stres.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan pola buang air besar normal (0501): Klien akan menunjukkan pola buang air besar kembali normal sesuai dengan kebiasaan sebelum sakit, dengan frekuensi, volume, dan konsistensi feses yang sesuai.
2. Kontrol eliminasi (0501): Klien akan mampu mengontrol dan mengatur pola buang air besar secara mandiri.
3. Manajemen diare (1608): Klien akan mampu mengelola gejala diare dengan efektif, termasuk mengetahui penyebab, mencegah komplikasi, dan menerapkan tindakan yang tepat.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen diare (4196):
a. Identifikasi penyebab diare, seperti infeksi, malabsorpsi, perubahan diet, atau stres.
b. Pantau tanda-tanda vital, intake dan output cairan, serta berat badan.
c. Terapkan intervensi farmakologis yang direkomendasikan, seperti pemberian obat antidiare atau antibiotik.
d. Anjurkan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.
e. Berikan makanan yang mudah dicerna dan kaya akan elektrolit.
f. Ajarkan klien dan keluarga tentang manajemen diare, termasuk tanda-tanda komplikasi dan kapan harus mencari bantuan medis.
2. Peningkatan kontrol eliminasi (0450):
a. Bantu klien untuk mengenali dan mengidentifikasi pola buang air besar normal.
b. Ajarkan teknik untuk meningkatkan kontrol buang air besar, seperti latihan otot panggul.
c. Berikan umpan balik positif dan dukungan saat klien menunjukkan kemajuan.
d. Kolaborasi dengan ahli lain, seperti ahli gizi, jika diperlukan untuk mengatasi masalah eliminasi.
3. Manajemen cairan (4120):
a. Pantau intake dan output cairan secara cermat.
b. Berikan cairan yang cukup untuk mengganti kehilangan cairan akibat diare.
c. Pilih jenis cairan yang sesuai, seperti oralit atau larutan elektrolit.
d. Pantau tanda-tanda dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
e. Berikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya hidrasi yang adekuat.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu pemulihan pola buang air besar normal, kontrol eliminasi yang baik, dan kemampuan mengelola diare secara efektif. -
Article No. 20091 | 26 Jul 2025
Klinis : diare
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi diare, sesuai dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi diare adalah:
1. Diare (Diarrhea) (10001)
Definisi: Pengeluaran feses dengan konsistensi cair atau lembek yang terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipovolemia (10003)
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskuler.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan (10001)
Definisi: Keadaan di mana volume dan komposisi cairan tubuh terpelihara.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Diare (10001)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare.
2. Manajemen Hipovolemia (10003)
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penurunan volume cairan intravaskuler.
Penjelasan singkat:
Diare adalah kondisi pengeluaran feses dengan konsistensi cair atau lembek yang terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Kondisi ini dapat menyebabkan hipovolemia, yaitu penurunan volume cairan intravaskuler. Tujuan utama dalam penanganan diare adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen diare dan manajemen hipovolemia. -
Article No. 20092 | 26 Jul 2025
Klinis : hipovolemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Hipovolemia
Kode dan Definisi SDKI, SLKI, SIKI yang sesuai:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Kode: 00027
Definisi: Penurunan volume cairan intravaskuler yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara volume cairan yang masuk dan keluar tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Kode: LS013
Definisi: Pemulihan status volume cairan tubuh.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Kode: IP045
Definisi: Serangkaian kegiatan untuk mempertahankan atau meningkatkan volume cairan intravaskuler.
Penjelasan singkat:
Hipovolemia adalah kondisi penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan secara berlebihan, seperti perdarahan, diare, atau dehidrasi. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan perfusi jaringan dan perubahan hemodinamik. Tujuan utama dalam penanganan hipovolemia adalah memulihkan status volume cairan tubuh, sehingga dapat menjamin perfusi jaringan yang adekuat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis. Selain itu, perawat juga perlu melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait manajemen cairan. -
Article No. 20093 | 26 Jul 2025
Klinis : pasien anak rujukan dari puskesma cempaka putih dengan keluhan kejang di rumah saat sampai puskesmas masih dalam keadaan kejang. Os demam 10 jam lalu. Mual - muntah -bapil -. ini merupakan kejang pertama. Saat di observasi di puskesmas os kejang kurang lebih 2 menit seluruh badan. Hari sabtu os vaksin flu singapore
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera (SDKI: 13.44)
Definisi: Risiko terjadinya kerusakan fisik pada individu yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kemampuan adaptasi individu dengan ancaman dari lingkungan.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 13.44
Definisi: Risiko terjadinya kerusakan fisik pada individu yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kemampuan adaptasi individu dengan ancaman dari lingkungan.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10001
Definisi: Pemulihan dari cedera fisik atau proses penyembuhan luka.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 20044
Definisi: Tindakan untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya kerusakan fisik pada individu yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kemampuan adaptasi individu dengan ancaman dari lingkungan.
Penjelasan singkat:
Pasien anak yang mengalami kejang merupakan kondisi yang mengancam keselamatan pasien, sehingga diagnosa keperawatan yang tepat adalah Risiko Cedera. Hal ini dikarenakan kejang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada pasien jika tidak segera ditangani dengan tepat. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah mencegah atau mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien, seperti memantau tanda-tanda vital, mencegah jatuh, dan memberikan perawatan yang sesuai. -
Article No. 20094 | 26 Jul 2025
Klinis : pasien anak rujukan dari puskesma cempaka putih dengan keluhan kejang di rumah saat sampai puskesmas masih dalam keadaan kejang. Os demam 10 jam lalu. Mual - muntah -bapil -. ini merupakan kejang pertama. Saat di observasi di puskesmas os kejang kurang lebih 2 menit seluruh badan. Hari sabtu os vaksin flu singapore
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai perawat saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien anak tersebut.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Risiko Kejang Berhubungan Dengan Demam
Pasien anak mengalami kejang yang disebabkan oleh demam tinggi (OS demam 10 jam lalu). Demam dapat menjadi pemicu terjadinya kejang pada anak, terutama pada anak dengan riwayat kejang demam sebelumnya.
2. Mual dan Muntah Berhubungan Dengan Infeksi
Pasien anak mengalami gejala mual dan muntah yang dapat disebabkan oleh infeksi yang mendasari kondisi tersebut, seperti infeksi saluran pernapasan atau infeksi lainnya.
3. Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Kecemasan
Pasien anak dapat mengalami gangguan pola tidur akibat kecemasan yang timbul dari pengalaman kejang yang dialami. Kejang dapat menjadi pengalaman yang menakutkan bagi anak, sehingga dapat menyebabkan kecemasan dan gangguan pola tidur.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Risiko Kejang Terkendali
a. Anak menunjukkan tidak ada episode kejang selama perawatan.
b. Tanda-tanda vital anak stabil, suhu tubuh normal.
c. Anak menunjukkan aktivitas fisik yang sesuai dengan usia.
2. Tidak Ada Mual dan Muntah
a. Anak tidak mengalami mual dan muntah selama perawatan.
b. Anak dapat mempertahankan intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
c. Anak menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Pola Tidur yang Memadai
a. Anak dapat tidur dengan nyenyak dan bangun dengan segar.
b. Anak menunjukkan aktivitas yang sesuai dengan usia.
c. Anak dan keluarga melaporkan kepuasan terhadap pola tidur anak.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Risiko Kejang Terkendali
a. Pantau tanda-tanda vital anak secara berkala, terutama suhu tubuh.
b. Berikan antipiretik sesuai indikasi untuk menurunkan demam.
c. Ajarkan keluarga teknik meredakan kejang, seperti memiringkan kepala anak, jangan memasukkan benda ke dalam mulut.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antikonvulsan sesuai indikasi.
2. Tidak Ada Mual dan Muntah
a. Pantau intake dan output cairan anak.
b. Berikan antiemetik sesuai indikasi untuk mengatasi mual dan muntah.
c. Berikan diet yang mudah dicerna, seperti BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast).
d. Kolaborasi dengan dokter untuk mengatasi penyebab dasar mual dan muntah.
3. Pola Tidur yang Memadai
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk tidur anak.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres pada anak dan keluarga.
c. Berikan terapi musik atau pijat yang dapat membantu anak rileks dan tidur.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tidur jika diperlukan.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain. Wassalamualaikum. -
Article No. 20095 | 26 Jul 2025
Klinis : pasien anak rujukan dari puskesma cempaka putih dengan keluhan kejang di rumah saat sampai puskesmas masih dalam keadaan kejang. Os demam 10 jam lalu. Mual - muntah -bapil -. ini merupakan kejang pertama. Saat di observasi di puskesmas os kejang kurang lebih 2 menit seluruh badan. Hari sabtu os vaksin flu singapore
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)** untuk pasien anak dengan kondisi kejang demam pertama kali:
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Persepsi Sensorik: Auditori, Kinestetik, Gustatori, taktil, Olfaktori (SDKI Code: 0016)**
*Penjelasan:* Pasien mengalami kejang dengan penurunan kesadaran, sehingga terjadi gangguan persepsi sensorik akibat aktivitas listrik abnormal di otak.
**Luaran (SLKI):**
- **Kode SLKI 1401:** *Persepsi sensorik membaik*
Kriteria:
- Pasien menunjukkan respons terhadap rangsangan sensorik (suara, sentuhan).
- Tidak ada kejang berulang dalam 24 jam.
**Intervensi (SIKI):**
- **Kode SIKI 3400:** *Manajemen Kejang*
Tindakan:
- Mempertahankan jalan napas (posisi lateral, suction jika perlu).
- Observasi tanda vital (suhu, nadi, pernapasan).
- Berikan antipiretik sesuai indikasi (misal: parasetamol).
- Lindungi pasien dari cedera selama kejang (hindari restrain).
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Hipertermia (SDKI Code: 0007)**
*Penjelasan:* Pasien mengalami demam (suhu >38°C) yang memicu kejang.
**Luaran (SLKI):**
- **Kode SLKI 0302:** *Suhu tubuh normal*
Kriteria:
- Suhu tubuh 36,5–37,5°C.
- Tidak ada tanda dehidrasi.
**Intervensi (SIKI):**
- **Kode SIKI 0800:** *Manajemen Hipertermia*
Tindakan:
- Kompres hangat di aksila dan lipatan paha.
- Berikan cairan per oral/intravena sesuai kebutuhan.
- Pantau suhu setiap 1–2 jam.
---
### **Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Cedera (SDKI Code: 0021)**
*Penjelasan:* Pasien berisiko mengalami trauma fisik selama kejang (misal: jatuh, gigit lidah).
**Luaran (SLKI):**
- **Kode SLKI 1901:** *Tidak terjadi cedera*
Kriteria:
- Pasien aman selama dan pasca kejang.
**Intervensi (SIKI):**
- **Kode SIKI 3900:** *Pencegahan Cedera*
Tindakan:
- Tempatkan pasien di area aman (hindari benda tajam).
- Gunakan spatel lidah jika diperlukan (tanpa paksaan).
- Ajarkan keluarga tentang posisi aman saat kejang.
---
### **Catatan Tambahan:**
1. **Riwayat vaksinasi flu Singapore (HFMD)** perlu dipantau karena demam pasca imunisasi dapat memicu kejang.
2. **Edukasi keluarga** tentang penanganan kejang demam di rumah (SIKI 2610: Edukasi Kesehatan).
3. **Kolaborasi dengan dokter** untuk evaluasi penyebab kejang (misal: infeksi saluran napas atas/BAPIL).
Semua intervensi harus didokumentasikan sesuai **standar PPNI** dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Sumber: *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Terkini*.
---
*Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis.* -
Article No. 20096 | 26 Jul 2025
Klinis : manajemen kejang
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi manajemen kejang.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi manajemen kejang adalah "Risiko Cedera". Kondisi ini ditandai dengan adanya risiko terjadinya cedera selama episode kejang, seperti jatuh, trauma kepala, atau aspirasi. Pasien dengan manajemen kejang memiliki potensi untuk mengalami cedera fisik yang perlu diidentifikasi dan diatasi melalui intervensi keperawatan yang tepat.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Bebas Cedera: Pasien menunjukkan tidak adanya cedera yang terjadi selama atau setelah episode kejang.
2. Stabilitas Tanda Vital: Pasien mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal selama dan setelah episode kejang.
3. Pemulihan Neurologis: Pasien menunjukkan pemulihan fungsi neurologis yang optimal setelah episode kejang, seperti kembalinya kesadaran, orientasi, dan kemampuan berbicara.
4. Dukungan Keluarga: Keluarga pasien menunjukkan partisipasi aktif dalam upaya manajemen kejang dan menunjukkan kesiapan untuk memberikan perawatan di rumah.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Kejang:
- Memantau tanda-tanda vital secara ketat, termasuk tekanan darah, laju pernapasan, dan oksigenasi.
- Menjaga jalan napas pasien tetap terbuka dan memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
- Memberikan oksigen, jika diperlukan, untuk mempertahankan saturasi oksigen yang optimal.
- Memberikan obat antikonvulsan sesuai dengan resep, memantau efektivitas dan efek samping.
- Memposisikan pasien dengan aman untuk mencegah cedera selama episode kejang.
- Mendokumentasikan durasi, pola, dan gejala kejang.
2. Pencegahan Cedera:
- Memberikan bantalan di area sekitar pasien untuk mencegah cedera akibat benturan.
- Memastikan lingkungan yang aman, seperti membatasi akses ke benda tajam atau berbahaya.
- Mengajarkan keluarga teknik manajemen kejang yang aman, termasuk cara memposisikan pasien dan memanggil bantuan medis jika diperlukan.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang faktor pencetus, pencegahan, dan manajemen kejang.
3. Pemantauan Neurologis:
- Melakukan pemantauan status kesadaran, fungsi motorik, dan refleks secara berkala.
- Mengidentifikasi tanda-tanda perubahan neurologis yang membutuhkan intervensi segera.
- Melakukan pengkajian fungsi kognitif dan memberikan stimulasi mental yang sesuai.
4. Dukungan Emosional:
- Memberikan dukungan psikologis kepada pasien dan keluarga untuk mengatasi kecemasan dan stres yang terkait dengan kejang.
- Melibatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Merujuk ke tenaga kesehatan mental, jika diperlukan, untuk membantu mengatasi dampak psikologis akibat kejang.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu bebas cedera, stabilitas tanda vital, pemulihan neurologis yang optimal, serta dukungan keluarga yang baik dalam manajemen kejang.