Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 17060 | 10 May 2025
Klinis : Tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja . Merasa lingkungan kerja berisiko kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko cedera muskuloskeletal (00093)
Definisi: Risiko mengalami cedera pada otot, tulang, sendi, atau struktur yang terkait sebagai akibat dari faktorfaktor dalam lingkungan kerja.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00093
Definisi: Risiko mengalami cedera pada otot, tulang, sendi, atau struktur yang terkait sebagai akibat dari faktorfaktor dalam lingkungan kerja.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1613
Judul: Pemulihan Cedera Muskuloskeletal
Definisi: Kemampuan individu untuk memulihkan cedera pada otot, tulang, atau sendi sebagai akibat dari faktor-faktor dalam lingkungan kerja.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6480
Judul: Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Definisi: Serangkaian tindakan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan memantau faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang dapat menyebabkan cedera atau penyakit.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan "Risiko cedera muskuloskeletal" mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan cedera pada sistem muskuloskeletal pekerja. Standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang terkait dengan diagnosa ini memberikan panduan untuk mengelola risiko tersebut, termasuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko, menerapkan strategi pencegahan, dan memulihkan cedera yang terjadi. Tujuannya adalah untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja di lingkungan kerja. -
Article No. 17061 | 10 May 2025
Klinis : Tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja . Merasa lingkungan kerja berisiko kesehatan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Terima kasih atas pertanyaan Anda. Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan rekomendasi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
1. Risiko keselamatan lingkungan
Definisi: Keadaan di mana individu, keluarga, atau komunitas berisiko mengalami bahaya atau cedera yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi lingkungan yang berbahaya.
Faktor yang berhubungan: Tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja, Merasa lingkungan kerja berisiko kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keselamatan lingkungan
Definisi: Tingkat di mana individu, keluarga, atau komunitas terlindungi dari bahaya atau cedera yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi lingkungan yang berbahaya.
Kriteria hasil:
a. Individu, keluarga, atau komunitas dapat mengidentifikasi bahaya potensial di lingkungan.
b. Individu, keluarga, atau komunitas dapat mengambil tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya di lingkungan.
c. Individu, keluarga, atau komunitas dapat menerapkan strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan.
d. Lingkungan menunjukkan penurunan risiko bahaya atau cedera.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen lingkungan
Definisi: Pengaturan dan pengawasan terhadap lingkungan untuk memaksimalkan keselamatan, kenyamanan, dan kesejahteraan.
Aktivitas keperawatan:
a. Identifikasi bahaya potensial di lingkungan kerja.
b. Edukasi tentang ergonomi dan keselamatan kerja.
c. Kolaborasi dengan manajemen tempat kerja untuk mengembangkan panduan dan pelatihan ergonomi.
d. Monitoring dan evaluasi implementasi panduan dan pelatihan ergonomi.
e. Modifikasi lingkungan kerja untuk mengurangi risiko bahaya.
f. Penerapan strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan kerja.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Risiko keselamatan lingkungan" sangat sesuai dengan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja dan perasaan bahwa lingkungan kerja berisiko kesehatan. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan potensi bahaya atau cedera di lingkungan kerja.
Luaran yang diharapkan adalah "Keselamatan lingkungan", di mana individu, keluarga, atau komunitas dapat mengidentifikasi bahaya potensial, mengambil tindakan untuk mengurangi risiko, dan menerapkan strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan kerja. Hal ini akan mengarah pada penurunan risiko bahaya atau cedera di lingkungan.
Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen lingkungan", yang meliputi identifikasi bahaya, edukasi tentang ergonomi dan keselamatan kerja, kolaborasi dengan manajemen tempat kerja untuk mengembangkan panduan dan pelatihan ergonomi, monitoring dan evaluasi, modifikasi lingkungan, serta penerapan strategi untuk meningkatkan keselamatan lingkungan kerja.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan dapat meningkatkan keselamatan lingkungan kerja dan mengurangi risiko bahaya atau cedera yang dialami oleh pekerja. -
Article No. 17062 | 10 May 2025
Klinis : Tidak adanya pelatihan atau panduan ergonomik di tempat kerja . Merasa lingkungan kerja berisiko kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan persona sebagai pakar keperawatan:
---
**Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI-SLKI-SIKI untuk Kondisi: Tidak Adanya Pelatihan/Panduan Ergonomik di Tempat Kerja dan Persepsi Lingkungan Kerja Berisiko Kesehatan**
### **1. Diagnosa Keperawatan (SDKI)**
**Kode SDKI 2.1.1**: *Risiko Cedera pada Sistem Muskuloskeletal*
**Definisi**: **Status kerentanan individu terhadap kerusakan jaringan otot, tulang, atau sendi akibat postur kerja tidak ergonomis**, yang dapat diperburuk oleh kurangnya pelatihan/panduan ergonomik.
**Penjelasan**:
- **Faktor Risiko**: Tidak adanya pelatihan ergonomi, desain workstation tidak sesuai prinsip biomekanik, dan beban kerja fisik berulang.
- **Dasar Pemilihan**: Kondisi ini memenuhi kriteria *risk nursing diagnosis* (SDKI Domain 2: *Safety/Perlindungan*) karena ancaman cedera muskuloskeletal (mis. *low back pain*, *repetitive strain injury*) bersifat potensial namun belum terjadi.
---
### **2. Luaran Keperawatan (SLKI)**
**Kode SLKI 2.1.1.1**: *Perilaku Pencegahan Cedera Muskuloskeletal*
**Indikator**:
- **Frekuensi penggunaan prinsip ergonomi** (Skala: 1 = tidak pernah → 5 = selalu).
- **Pengetahuan tentang postur kerja aman** (Skala: 1 = tidak paham → 5 = paham sepenuhnya).
**Target**: Meningkatkan skor indikator minimal ke level 4 dalam 4 minggu melalui intervensi edukasi dan modifikasi lingkungan.
---
### **3. Intervensi Keperawatan (SIKI)**
**Kode SIKI 2.1.1.1**: *Edukasi Ergonomi*
**Aktivitas**:
- Memberikan pelatihan *workstation adjustment* (tinggi kursi, posisi monitor, alat bantu *lifting*).
- Demonstrasi postur netral (tulang belakang lurus, bahu relaks, siku 90°).
- Kolaborasi dengan *occupational health team* untuk penilaian lingkungan kerja (*hazard identification*).
**Kode SIKI 2.1.1.2**: *Modifikasi Lingkungan Kerja*
- Rekomendasi alat ergonomis (*adjustable chair*, *footrest*, *anti-fatigue mat*).
- Pengaturan jadwal istirahat aktif (*microbreak stretching*).
---
### **Dasar Teoretis**
- **Hierarki Pengendalian Risiko (NIOSH)**: Intervensi mengutamakan eliminasi risiko (pelatihan) dan substitusi (modifikasi alat).
- **Model Stress-Koping Lazarus & Folkman**: Persepsi lingkungan berisiko memicu *stress kerja*, memerlukan *coping* berbasis edukasi.
**Referensi**:
- PPNI. (2019). *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi VI*.
- OSHA. (2021). *Ergonomics Program Guidelines for Nursing Professionals*.
---
Format RTF terlampir dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis. -
Article No. 17063 | 10 May 2025
Klinis : Pernah mengalami nyeri punggung setelah bekerja lama • Pernah mengalami pegal/sakit punggung saat bekerja
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pernah mengalami nyeri punggung setelah bekerja lama dan pernah mengalami pegal/sakit punggung saat bekerja adalah "Nyeri Punggung Akut". Nyeri punggung akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial di area punggung, yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung selama periode waktu tertentu.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien akan menunjukkan luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien melaporkan nyeri punggung berkurang.
2. Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
3. Pasien melaporkan dapat beraktivitas sehari-hari tanpa adanya hambatan.
4. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan fisik dan fungsional.
5. Pasien menunjukkan perbaikan postur tubuh saat bekerja.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Nyeri:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor yang mempengaruhi).
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis (seperti teknik relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin).
- Monitoring efektivitas intervensi dan evaluasi respon pasien terhadap manajemen nyeri.
2. Peningkatan Mobilitas Fisik:
- Lakukan pengkajian fungsi, kemampuan, dan hambatan fisik pasien.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan fisik yang sesuai.
- Berikan edukasi dan demonstrasi mengenai teknik latihan fisik yang aman dan efektif.
- Pantau dan evaluasi kemajuan pasien dalam meningkatkan mobilitas fisik.
3. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien mengenai anatomi dan fisiologi punggung.
- Ajarkan teknik-teknik ergonomi saat bekerja (seperti postur tubuh yang benar, penggunaan alat bantu, dan manajemen beban kerja).
- Diskusikan dengan pasien mengenai gaya hidup sehat yang dapat membantu mencegah nyeri punggung.
- Evaluasi pemahaman pasien dan kemampuannya dalam menerapkan edukasi yang diberikan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu mengatasi nyeri punggung, meningkatkan kemampuan fisik dan fungsional, serta memiliki perilaku yang mendukung kesehatan punggung dalam aktivitas sehari-hari. -
Article No. 17064 | 10 May 2025
Klinis : Risiko Cedera (D.0136) - Pernah terpapar bahan kimia di tempat kerja • Lingkungan kerja dirasa tidak bebas dari risiko kesehatan • Tidak ada pelatihan ergonomik dari perusahaan APA TUJUAN DANKRITERIA HASIL (SLKI) DAN INTERVENSI (SIKI)SERTA KODENYA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Cedera" (D.0136). Hal ini didasarkan pada adanya paparan bahan kimia di tempat kerja, lingkungan kerja yang tidak bebas dari risiko kesehatan, serta tidak adanya pelatihan ergonomik dari perusahaan, yang meningkatkan risiko terjadinya cedera pada pasien.
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI):
Tujuan Asuhan Keperawatan:
1. Pasien dapat mengenali faktor risiko cedera di tempat kerja.
2. Pasien dapat menerapkan langkah-langkah pencegahan cedera di tempat kerja.
3. Pasien dapat memelihara kesehatan dan keselamatan kerja.
Kriteria Hasil (SLKI):
1. Pasien dapat mengidentifikasi faktor risiko cedera di tempat kerja.
2. Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
3. Pasien dapat mempraktikkan posisi kerja yang ergonomis.
4. Pasien dapat menerapkan perilaku sehat dan aman di tempat kerja.
5. Pasien tidak mengalami cedera selama bekerja.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Identifikasi risiko cedera di tempat kerja (I.02702)
2. Edukasi penggunaan alat pelindung diri (I.06901)
3. Ajarkan teknik ergonomik (I.02707)
4. Fasilitasi pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja (I.02708)
5. Monitoring dan evaluasi kondisi kesehatan dan keselamatan kerja (I.02709)
Penjelasan:
1. Identifikasi risiko cedera di tempat kerja (I.02702): Melakukan pengkajian terhadap faktor-faktor risiko cedera yang mungkin terjadi di tempat kerja, seperti paparan bahan kimia, postur tubuh yang tidak ergonomis, dan lain-lain.
2. Edukasi penggunaan alat pelindung diri (I.06901): Memberikan edukasi dan pelatihan kepada pasien tentang penggunaan alat pelindung diri yang sesuai untuk mengurangi risiko cedera.
3. Ajarkan teknik ergonomik (I.02707): Mengajarkan kepada pasien teknik-teknik ergonomik dalam bekerja, seperti posisi tubuh yang benar, pengaturan stasiun kerja, dan lain-lain.
4. Fasilitasi pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja (I.02708): Memfasilitasi pasien untuk mengikuti pelatihan terkait kesehatan dan keselamatan kerja yang diadakan oleh perusahaan.
5. Monitoring dan evaluasi kondisi kesehatan dan keselamatan kerja (I.02709): Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap kondisi kesehatan dan keselamatan kerja pasien untuk memastikan tidak terjadi cedera.
Dengan melaksanakan intervensi-intervensi tersebut, diharapkan pasien dapat mengenali faktor risiko cedera, menerapkan langkah-langkah pencegahan, dan memelihara kesehatan serta keselamatan kerja, sehingga dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. -
Article No. 17065 | 10 May 2025
Klinis : Risiko Cedera (D.0136) - Pernah terpapar bahan kimia di tempat kerja • Lingkungan kerja dirasa tidak bebas dari risiko kesehatan • Tidak ada pelatihan ergonomik dari perusahaan APA TUJUAN DANKRITERIA HASIL (SLKI dan kodenya ) DAN INTERVENSI (SIKI)SERTA KODENYA
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Cedera (D.0136) dari Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI dan Kodenya):
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat menurunkan risiko cedera. Kode SLKI: R.0136 Risiko Cedera.
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat mengidentifikasi faktor risiko cedera di tempat kerja (R.0136.1)
2. Klien dapat menjelaskan langkah-langkah pencegahan cedera di tempat kerja (R.0136.2)
3. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai (R.0136.3)
4. Klien dapat memantau tanda-tanda awal terjadinya cedera (R.0136.4)
5. Klien dapat melaporkan adanya insiden atau kejadian yang membahayakan di tempat kerja (R.0136.5)
Intervensi Keperawatan (SIKI dan Kodenya):
1. Edukasi Kesehatan Kerja (I.0298)
- Menjelaskan faktor risiko cedera di tempat kerja
- Mengajarkan teknik pencegahan cedera di tempat kerja
- Mengajarkan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai
2. Manajemen Risiko Kesehatan Kerja (I.0568)
- Mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja
- Membantu klien melaporkan adanya insiden atau kejadian yang membahayakan
- Melakukan pemantauan tanda-tanda awal terjadinya cedera
3. Konseling Kesehatan Kerja (I.0377)
- Membantu klien memahami pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
- Mendiskusikan strategi untuk mengurangi risiko cedera di tempat kerja
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Risiko Cedera (D.0136) dipilih karena klien memiliki faktor risiko cedera, yaitu pernah terpapar bahan kimia di tempat kerja, merasa lingkungan kerja tidak bebas dari risiko kesehatan, dan tidak ada pelatihan ergonomik dari perusahaan. Tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan berfokus pada kemampuan klien dalam mengidentifikasi faktor risiko, mengetahui langkah-langkah pencegahan, menggunakan alat pelindung diri, memantau tanda-tanda awal cedera, dan melaporkan insiden berbahaya. Intervensi keperawatan yang dirancang meliputi edukasi kesehatan kerja, manajemen risiko kesehatan kerja, dan konseling kesehatan kerja untuk membantu klien mengurangi risiko cedera di tempat kerja. -
Article No. 17067 | 10 May 2025
Klinis : TENTUKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA DAN INTERVENSI UTAMA DARI DESKRIPSI BERIKUT INI : 2. ANALISIS FILM: WONDER (TAHAP KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH) • Ringkasan Film Singkat (Relevansi Keluarga): Film ini berpusat pada Auggie Pullman, seorang anak berusia 10 tahun (tahap anak usia sekolah) dengan kelainan bentuk wajah (Treacher Collins Syndrome) yang memutuskan untuk masuk sekolah umum setelah bertahun-tahun homeschooling. Cerita tidak hanya fokus pada adaptasi Auggie, tetapi juga dampak keputusannya pada seluruh anggota keluarga: orang tuanya yang protektif namun juga cemas, dan saudara perempuannya, Via (dalam transisi ke remaja), yang merasa seringkali "tidak terlihat" dibandingkan dengan kebutuhan khusus Auggie. Film ini menyoroti ketahanan keluarga, dinamika sibling, dan pentingnya penerimaan. • Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga: o Pengkajian Fokus Keluarga: Stresor: Transisi besar dalam kehidupan anak (masuk sekolah umum), potensi bullying dan penolakan sosial, kebutuhan adaptasi keluarga terhadap tantangan baru, dinamika sibling (perasaan Via yang merasa perhatian orang tua terbagi ke Auggie). Koping Keluarga: Keluarga Pullman secara umum menunjukkan koping adaptif dan resilien. Mereka memiliki komunikasi terbuka (walaupun Via terkadang menahan diri), saling mendukung (meski ada momen ketegangan), dan aktif mencari solusi (memilih sekolah, menemui guru). Mereka menggunakan humor sebagai mekanisme koping. Fungsi Keluarga: Fungsi afektif sangat kuat (cinta dan dukungan), fungsi sosialisasi teruji (membantu Auggie berinteraksi sosial), fungsi perawatan kesehatan (mendukung kebutuhan medis Auggie, memastikan kesehatannya), fungsi ekonomi (mampu menyediakan kebutuhan Auggie, sekolah). Komunikasi Keluarga: Secara umum baik, ada usaha orang tua untuk berkomunikasi dengan kedua anak, namun terkadang mereka luput memperhatikan kebutuhan emosional Via karena fokus pada Auggie. Peran Keluarga: Peran orang tua sebagai pendukung, advokat, dan pelindung sangat menonjol. Peran Via sebagai kakak dan figur pendukung untuk Auggie (meskipun ia sendiri membutuhkan dukungan). Tahap Perkembangan Auggie: Berada pada tahap Industry vs. Inferiority, berusaha keras untuk diterima dan merasa kompeten di lingkungan sekolah baru, menghadapi tantangan besar dalam pembentukan rasa percaya diri dan identitas. Tahap Perkembangan Via: Berada dalam transisi menuju remaja, bergulat dengan identitas, persahabatan, hubungan romantis, dan kebutuhan akan kemandirian dan pengakuan dari orang tua. o Data Fokus dari Film: Data Subjektif: Pernyataan Auggie tentang ketakutannya pergi sekolah; perasaan Via yang diungkapkan kepada temannya "Aku seperti planet yang mengorbit Auggie, sang matahari"; kekhawatiran orang tua saat Auggie akan masuk sekolah; percakapan keluarga saat makan malam. Data Objektif: Auggie yang selalu memakai helm sebelum memutuskan melepaskannya; ekspresi Auggie saat menghadapi bullying; interaksi Via dengan teman-temannya dan orang tuanya (terkadang menarik diri); usaha orang tua berkomunikasi dengan pihak sekolah. o Masalah Keperawatan Keluarga yang Mungkin Muncul: Perubahan Proses Keluarga b.d transisi perkembangan anak dan kebutuhan khusus (kelainan wajah). Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga b.d luputnya perhatian terhadap kebutuhan emosional sibling (Via) akibat fokus pada anak dengan kebutuhan khusus. Ketegangan Peran Saudara Kandung (Sibling Role Strain) b.d pembagian perhatian dan sumber daya keluarga yang tidak merata. Risiko Isolasi Sosial pada Auggie b.d penampilan fisik dan potensi penolakan sosial. Gangguan Citra Tubuh pada Auggie b.d penampilannya. o Intervensi Keperawatan Keluarga Utama: Konseling Keluarga: Memfasilitasi diskusi terbuka tentang perasaan setiap anggota keluarga, termasuk perasaan Via; membantu orang tua menyadari dan memenuhi kebutuhan unik masing-masing anak. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi tentang Treacher Collins Syndrome kepada keluarga (jika belum sepenuhnya paham) dan membantu mereka menyusun strategi edukasi untuk lingkungan sosial (teman, guru). Dukungan untuk Sibling: Memberikan perhatian dan dukungan individual kepada Via; mengakui perannya dalam keluarga dan tantangan yang dihadapinya. Advokasi: Bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan mencegah bullying. Meningkatkan Keterampilan Sosial: Membantu Auggie mengembangkan keterampilan berinteraksi dan merespons situasi sosial. Rujukan: Merujuk keluarga ke kelompok pendukung orang tua dengan anak berkebutuhan khusus atau kelompok pendukung sibling. o Evaluasi yang Diharapkan: Komunikasi keluarga meningkat, terutama antara orang tua dan Via. Via merasa lebih dihargai dan kebutuhannya diakui. Auggie berhasil beradaptasi di sekolah dan menjalin hubungan sosial yang positif. Keluarga menunjukkan ketahanan dan koping yang efektif dalam menghadapi tantangan. Fungsi keluarga (terutama sosialisasi dan afektif) meningkat. • Dukungan Jurnal: o Judul/Topik Relevan: Dampak Penyakit Kronis/Kebutuhan Khusus pada Sibling, Dinamika Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus, Resiliensi Keluarga, Koping Keluarga Terhadap Stres Sosial. o Contoh Kutipan Konsep: "Seringkali, sibling dari anak dengan penyakit kronis atau disabilitas mengalami beban emosional dan sosial yang unik, yang dapat memengaruhi penyesuaian psikososial mereka jika tidak mendapatkan dukungan yang memadai" (Meadows, et al., 20XX). "Resiliensi keluarga adalah kemampuan keluarga untuk bangkit kembali dari kesulitan, yang melibatkan proses adaptasi positif dan pemeliharaan fungsi keluarga di bawah tekanan" (Walsh, 20XX, dikutip dalam banyak publikasi). ________________________________________ 3. ANALISIS FILM: MY SISTER'S KEEPER (TAHAP KELUARGA DENGAN REMAJA) • Ringkasan Film Singkat (Relevansi Keluarga): Film ini menceritakan keluarga Fitzgerald yang menghadapi penyakit leukemia kronis pada putri mereka, Kate (remaja). Adik perempuannya, Anna (remaja), dilahirkan melalui rekayasa genetika sebagai donor yang kompatibel untuk Kate. Konflik muncul ketika Anna, setelah bertahun-tahun memberikan sel punca, sumsum tulang, dan bagian tubuh lainnya, menolak mendonorkan ginjalnya dan mengajukan gugatan hukum (medical emancipation) terhadap orang tuanya untuk mendapatkan otonomi medis atas tubuhnya sendiri. Film ini mengeksplorasi beban penyakit kronis/terminal pada seluruh keluarga, isu etika, komunikasi yang rusak, dan proses berduka. • Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga: o Pengkajian Fokus Keluarga: Stresor: Penyakit kronis dan terminal pada anak (Kate), dilema etika dan moral (konsepsi Anna sebagai donor), konflik hukum dalam keluarga (gugatan Anna), beban emosional dan fisik merawat pasien kronis, berduka antisipatori. Koping Keluarga: Sarah (ibu) menunjukkan koping yang sangat terfokus dan intens pada perawatan Kate, terkadang mengabaikan kebutuhan anggota keluarga lain. Brian (ayah) seringkali menjadi penengah, tetapi juga tertekan. Jesse (kakak laki-laki) menarik diri dan menggunakan mekanisme koping maladaptif (misal: kenakalan). Anna menunjukkan koping melalui perlawanan dan pencarian otonomi sebagai cara untuk mengontrol situasinya. Secara keseluruhan, koping keluarga terfragmentasi dan seringkali tidak efektif. Fungsi Keluarga: Sangat terganggu, terutama fungsi afektif (kesulitan mengekspresikan perasaan secara sehat, ada kebencian terpendam), fungsi perawatan kesehatan (terlalu fokus pada aspek teknis/medis Kate, mengabaikan aspek psikososial), fungsi sosialisasi (keluarga terisolasi, fokus hanya pada penyakit Kate), fungsi pengambilan keputusan (konflik besar). Komunikasi Keluarga: Sangat buruk, ditandai dengan argumen, penahanan perasaan, ketidakmampuan membahas topik sulit secara terbuka (misal: kematian, perasaan Anna). Peran Keluarga: Peran orang tua sebagai pengambil keputusan untuk anak-anak diuji secara ekstrem. Peran Anna sebagai "anak donor" yang tidak diinginkannya, peran Kate sebagai pasien yang sakit, dan peran Jesse sebagai anak yang terabaikan. Tahap Perkembangan Kate & Anna: Keduanya adalah remaja yang seharusnya sedang dalam proses pembentukan identitas (Identity vs. Role Confusion), namun perkembangan mereka terhambat atau terdistorsi oleh penyakit Kate dan dinamika keluarga. Anna berjuang untuk otonomi dan identitas terpisah dari perannya sebagai donor. Kate bergulat dengan penyakitnya dan penerimaan kematian. Jesse mencari perhatian dengan cara negatif. o Data Fokus dari Film: Data Subjektif: Pernyataan Anna di pengadilan tentang keinginannya atas tubuhnya; pernyataan Sarah "Dia (Anna) dilahirkan untuk menyelamatkan Kate"; luapan emosi atau kemarahan dalam percakapan keluarga; pengakuan Kate tentang keinginannya untuk "pergi" dan mengakhiri penderitaannya; perilaku menarik diri Jesse. Data Objektif: Kondisi fisik Kate yang semakin lemah; persidangan antara Anna dan orang tuanya; kurangnya interaksi positif antar anggota keluarga; penampilan Jesse yang urakan. o Masalah Keperawatan Keluarga yang Mungkin Muncul: Ketidakefektifan Koping Keluarga b.d penyakit kronis/terminal, konflik etika, dan stres hukum. Perubahan Proses Keluarga b.d stres kronis, konflik internal, dan kerusakan komunikasi. Konflik Pengambilan Keputusan Keluarga b.d pilihan perawatan, otonomi pasien/donor, dan nilai-nilai keluarga. Ketegangan Peran Saudara Kandung (Sibling Role Strain) b.d peran yang dipaksakan pada Anna dan perasaan terabaikan Jesse. Berduka Komplikasi/Disfungsional b.d penyakit terminal dan kesulitan memproses emosi. Kerusakan Komunikasi Keluarga b.d ketidakmampuan membahas perasaan dan masalah secara terbuka. Isolasi Sosial Keluarga b.d fokus pada penyakit dan masalah internal. o Intervensi Keperawatan Keluarga Utama: Konseling Keluarga Inten: Memfasilitasi komunikasi terbuka dan jujur, membantu anggota keluarga mengekspresikan perasaan (marah, takut, bersalah, sedih); mediasi konflik antara Anna dan orang tua. Dukungan Berduka: Mendukung keluarga dalam proses berduka antisipatori untuk Kate, dan berduka setelah kematian Kate (jika terjadi sesuai film). Edukasi tentang Penyakit Kronis/Terminal: Memberikan informasi yang jelas tentang prognosis, pilihan perawatan paliatif, dan proses kematian; membantu keluarga membuat keputusan yang terinformasi. Dukungan Individual: Memberikan dukungan konseling untuk setiap anggota keluarga (Anna, Kate, Jesse, Sarah, Brian) untuk mengatasi tantangan spesifik mereka. Konsultasi Etika: Merujuk keluarga ke komite etika rumah sakit atau konselor etika medis untuk membantu menavigasi isu sulit terkait donor dan otonomi. Rujukan: Merujuk ke kelompok pendukung keluarga dengan anak sakit kronis, terapis keluarga, atau layanan hospis. o Evaluasi yang Diharapkan: Komunikasi keluarga menjadi lebih terbuka dan jujur. Anggota keluarga mampu mengekspresikan perasaan mereka secara lebih sehat. Konflik dalam keluarga (atau setidaknya intensitasnya) berkurang, dengan solusi yang lebih adaptif (baik melalui negosiasi atau penerimaan hasil). Keluarga menunjukkan kemajuan dalam proses berduka. Setiap anggota keluarga merasa didukung dan kebutuhannya diakui. Fungsi keluarga secara bertahap membaik setelah krisis akut. • Dukungan Jurnal: o Judul/Topik Relevan: Beban Keluarga pada Penyakit Kronis Anak, Dinamika Sibling dan Penyakit, Konflik Etika dalam Perawatan Kesehatan Keluarga, Komunikasi Keluarga di Akhir Kehidupan, Berduka dalam Keluarga. o Contoh Kutipan Konsep: "Penyakit kronis atau terminal pada anak memberikan beban yang luar biasa pada seluruh sistem keluarga, seringkali menyebabkan perubahan peran, peningkatan stres, dan gangguan komunikasi" (Doherty & Baird, 20XX, relevan dengan konsep penyakit kronis dalam keluarga). "Perawat keluarga berperan penting dalam memfasilitasi komunikasi terbuka tentang harapan, ketakutan, dan nilai-nilai, terutama dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa atau di akhir kehidupan" (Wright & Leahey, dikutip dalam banyak publikasi). Artikel tentang Family Systems Theory atau Chronic Illness Framework sangat aplikatif di sini. ________________________________________
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan deskripsi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output SLKI, dan Intervensi Keperawatan SIKI yang sesuai untuk masing-masing kasus:
1. Kasus: ANALISIS FILM "WONDER" (TAHAP KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH)
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perubahan Proses Keluarga
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga
3. Ketegangan Peran Saudara Kandung (Sibling Role Strain)
4. Risiko Isolasi Sosial
5. Gangguan Citra Tubuh
Luaran/Output SLKI:
1. Keefektifan Proses Keluarga
- Keluarga mampu beradaptasi dengan kondisi baru
- Komunikasi keluarga terbuka dan efektif
- Fungsi keluarga (afektif, sosialisasi, perawatan kesehatan) optimal
2. Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Efektif
- Keluarga mampu memenuhi kebutuhan kesehatan semua anggota
- Peran orang tua sebagai pendukung terpenuhi
3. Keharmonisan Peran Saudara Kandung
- Via merasa dihargai dan kebutuhannya diakui
- Tidak ada konflik peran yang tidak terselesaikan
4. Integrasi Sosial
- Auggie berhasil berinteraksi dan diterima di lingkungan sosial
- Keluarga terlibat dalam komunitas/aktivitas sosial
5. Citra Tubuh Positif
- Auggie menerima dirinya dan percaya diri
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Konseling Keluarga
- Memfasilitasi diskusi terbuka tentang perasaan setiap anggota keluarga
- Membantu orang tua memenuhi kebutuhan unik masing-masing anak
2. Pendidikan Kesehatan
- Memberikan informasi tentang Treacher Collins Syndrome
- Menyusun strategi edukasi untuk lingkungan sosial (teman, guru)
3. Dukungan untuk Sibling
- Memberikan perhatian dan dukungan individual kepada Via
- Mengakui peran dan tantangan yang dihadapi Via
4. Advokasi
- Bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan mencegah bullying
5. Peningkatan Keterampilan Sosial
- Membantu Auggie mengembangkan keterampilan berinteraksi
- Melatih Auggie merespons situasi sosial dengan tepat
6. Rujukan
- Merujuk keluarga ke kelompok pendukung orang tua dan sibling
2. Kasus: ANALISIS FILM "MY SISTER'S KEEPER" (TAHAP KELUARGA DENGAN REMAJA)
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan Koping Keluarga
2. Perubahan Proses Keluarga
3. Konflik Pengambilan Keputusan Keluarga
4. Ketegangan Peran Saudara Kandung (Sibling Role Strain)
5. Berduka Komplikasi/Disfungsional
6. Kerusakan Komunikasi Keluarga
7. Isolasi Sosial Keluarga
Luaran/Output SLKI:
1. Koping Keluarga Efektif
- Anggota keluarga mampu mengekspresikan perasaan secara sehat
- Keluarga menggunakan strategi koping yang adaptif
2. Proses Keluarga Fungsional
- Komunikasi keluarga terbuka dan jujur
- Konflik internal keluarga dapat diselesaikan dengan baik
3. Pengambilan Keputusan Keluarga Efektif
- Keluarga membuat keputusan berdasarkan nilai dan prinsip yang disepakati
- Konflik pengambilan keputusan dapat dinegosiasikan
4. Keharmonisan Peran Saudara Kandung
- Anna, Kate, dan Jesse merasa perannya dihargai
- Tidak ada ketegangan peran yang tidak terselesaikan
5. Proses Berduka Adaptif
- Keluarga mampu memproses emosi terkait penyakit Kate dan kematiannya
- Keluarga menerima dan menjalani proses berduka yang sehat
6. Komunikasi Keluarga Efektif
- Anggota keluarga mampu membahas topik sulit secara terbuka
- Keluarga dapat menyelesaikan konflik melalui komunikasi
7. Integrasi Sosial Keluarga
- Keluarga terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial yang mendukung
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Konseling Keluarga Intensif
- Memfasilitasi komunikasi terbuka dan jujur antar anggota keluarga
- Membantu keluarga mengekspresikan perasaan secara sehat
- Mediasi konflik antara Anna dan orang tua
2. Dukungan Berduka
- Mendukung keluarga dalam proses berduka antisipatori untuk Kate
- Mendukung keluarga dalam proses berduka setelah kematian Kate
3. Edukasi tentang Penyakit Kronis/Terminal
- Memberikan informasi tentang prognosis, pilihan perawatan paliatif, dan proses kematian
- Membantu keluarga membuat keputusan yang terinformasi
4. Dukungan Individual
- Memberikan konseling individual untuk setiap anggota keluarga
- Membantu mengatasi tantangan spesifik yang dihadapi
5. Konsultasi Etika
- Merujuk keluarga ke komite etika rumah sakit atau konselor etika medis
- Membantu keluarga menavigasi isu sulit terkait donor dan otonomi
6. Rujukan
- Merujuk keluarga ke kelompok pendukung keluarga dengan anak sakit kronis
- Merujuk ke terapis keluarga atau layanan hospis
Penjelasan:
Dalam kasus film "Wonder", diagnosa keperawatan utama yang teridentifikasi adalah Perubahan Proses Keluarga dan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga. Hal ini terkait dengan transisi besar dalam kehidupan anak (masuk sekolah umum) dan potensi bullying serta penolakan sosial, serta adanya ketidakseimbangan dalam memenuhi kebutuhan emosional semua anggota keluarga. Intervensi utama yang diperlukan adalah Konseling Keluarga, Pendidikan Kesehatan, Dukungan untuk Sibling, Advokasi, Peningkatan Keterampilan Sosial, dan Rujukan.
Dalam kasus film "My Sister's Keeper", diagnosa keperawatan utama yang teridentifikasi adalah Ketidakefektifan Koping Keluarga dan Perubahan Proses Keluarga. Hal ini terkait dengan beban penyakit kronis/terminal pada anak, konflik etika dan hukum dalam keluarga, serta komunikasi yang rusak. Intervensi utama yang diperlukan adalah Konseling Keluarga Intensif, Dukungan Berduka, Edukasi -
Article No. 17068 | 10 May 2025
Klinis : Risiko Cedera D.0136 Data Pendukung: • Pernah terpapar bahan kimia di tempat kerja • Lingkungan kerja dirasa tidak bebas dari risiko kesehatan • Tidak ada pelatihan ergonomik dari perusahaan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi yang Anda berikan adalah "Risiko Cedera D.0136". Hal ini didasarkan pada data pendukung yang Anda berikan, yaitu:
1. Pernah terpapar bahan kimia di tempat kerja
2. Lingkungan kerja dirasa tidak bebas dari risiko kesehatan
3. Tidak ada pelatihan ergonomik dari perusahaan
Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan adanya risiko cedera bagi pekerja, sehingga diagnosa keperawatan "Risiko Cedera D.0136" dapat ditegakkan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran sebagai berikut:
1. Pengetahuan Manajemen Risiko (L-0151): Pasien menunjukkan pemahaman tentang strategi untuk mengenali, mengurangi, dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan cedera.
2. Perilaku Pencegahan Cedera (L-0154): Pasien menunjukkan perilaku yang dapat mencegah terjadinya cedera, seperti penggunaan alat pelindung diri yang sesuai, prosedur kerja yang aman, dan ergonomi yang baik.
3. Kontrol Risiko (L-0149): Pasien menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan cedera.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pendidikan Kesehatan: Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang risiko cedera di tempat kerja, termasuk pemaparan bahan kimia, ergonomi, dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri.
2. Manajemen Risiko: Membantu pasien untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengelola faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan cedera di tempat kerja.
3. Pelatihan Keselamatan Kerja: Memberikan pelatihan kepada pasien tentang prosedur kerja yang aman, penggunaan alat pelindung diri yang tepat, dan praktik ergonomi yang baik.
4. Konseling: Memberikan konseling kepada pasien untuk meningkatkan motivasi dan komitmen dalam menerapkan perilaku pencegahan cedera di tempat kerja.
5. Koordinasi Perawatan: Berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti perusahaan, supervisor, atau tim kesehatan pekerjaan, untuk memastikan implementasi intervensi yang efektif.
Dengan diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien untuk mengelola risiko cedera di tempat kerja dan meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. -
Article No. 17069 | 10 May 2025
Klinis : TENTUKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA DAN INTERVENSI UTAMA DARI DESKRIPSI BERIKUT INI : 2. ANALISIS FILM: WONDER (TAHAP KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH) • Ringkasan Film Singkat (Relevansi Keluarga): Film ini berpusat pada Auggie Pullman, seorang anak berusia 10 tahun (tahap anak usia sekolah) dengan kelainan bentuk wajah (Treacher Collins Syndrome) yang memutuskan untuk masuk sekolah umum setelah bertahun-tahun homeschooling. Cerita tidak hanya fokus pada adaptasi Auggie, tetapi juga dampak keputusannya pada seluruh anggota keluarga: orang tuanya yang protektif namun juga cemas, dan saudara perempuannya, Via (dalam transisi ke remaja), yang merasa seringkali "tidak terlihat" dibandingkan dengan kebutuhan khusus Auggie. Film ini menyoroti ketahanan keluarga, dinamika sibling, dan pentingnya penerimaan. • Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga: o Pengkajian Fokus Keluarga: Stresor: Transisi besar dalam kehidupan anak (masuk sekolah umum), potensi bullying dan penolakan sosial, kebutuhan adaptasi keluarga terhadap tantangan baru, dinamika sibling (perasaan Via yang merasa perhatian orang tua terbagi ke Auggie). Koping Keluarga: Keluarga Pullman secara umum menunjukkan koping adaptif dan resilien. Mereka memiliki komunikasi terbuka (walaupun Via terkadang menahan diri), saling mendukung (meski ada momen ketegangan), dan aktif mencari solusi (memilih sekolah, menemui guru). Mereka menggunakan humor sebagai mekanisme koping. Fungsi Keluarga: Fungsi afektif sangat kuat (cinta dan dukungan), fungsi sosialisasi teruji (membantu Auggie berinteraksi sosial), fungsi perawatan kesehatan (mendukung kebutuhan medis Auggie, memastikan kesehatannya), fungsi ekonomi (mampu menyediakan kebutuhan Auggie, sekolah). Komunikasi Keluarga: Secara umum baik, ada usaha orang tua untuk berkomunikasi dengan kedua anak, namun terkadang mereka luput memperhatikan kebutuhan emosional Via karena fokus pada Auggie. Peran Keluarga: Peran orang tua sebagai pendukung, advokat, dan pelindung sangat menonjol. Peran Via sebagai kakak dan figur pendukung untuk Auggie (meskipun ia sendiri membutuhkan dukungan). Tahap Perkembangan Auggie: Berada pada tahap Industry vs. Inferiority, berusaha keras untuk diterima dan merasa kompeten di lingkungan sekolah baru, menghadapi tantangan besar dalam pembentukan rasa percaya diri dan identitas. Tahap Perkembangan Via: Berada dalam transisi menuju remaja, bergulat dengan identitas, persahabatan, hubungan romantis, dan kebutuhan akan kemandirian dan pengakuan dari orang tua. o Data Fokus dari Film: Data Subjektif: Pernyataan Auggie tentang ketakutannya pergi sekolah; perasaan Via yang diungkapkan kepada temannya "Aku seperti planet yang mengorbit Auggie, sang matahari"; kekhawatiran orang tua saat Auggie akan masuk sekolah; percakapan keluarga saat makan malam. Data Objektif: Auggie yang selalu memakai helm sebelum memutuskan melepaskannya; ekspresi Auggie saat menghadapi bullying; interaksi Via dengan teman-temannya dan orang tuanya (terkadang menarik diri); usaha orang tua berkomunikasi dengan pihak sekolah. o Masalah Keperawatan Keluarga yang Mungkin Muncul: Perubahan Proses Keluarga b.d transisi perkembangan anak dan kebutuhan khusus (kelainan wajah). Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga b.d luputnya perhatian terhadap kebutuhan emosional sibling (Via) akibat fokus pada anak dengan kebutuhan khusus. Ketegangan Peran Saudara Kandung (Sibling Role Strain) b.d pembagian perhatian dan sumber daya keluarga yang tidak merata. Risiko Isolasi Sosial pada Auggie b.d penampilan fisik dan potensi penolakan sosial. Gangguan Citra Tubuh pada Auggie b.d penampilannya. o Intervensi Keperawatan Keluarga Utama: Konseling Keluarga: Memfasilitasi diskusi terbuka tentang perasaan setiap anggota keluarga, termasuk perasaan Via; membantu orang tua menyadari dan memenuhi kebutuhan unik masing-masing anak. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi tentang Treacher Collins Syndrome kepada keluarga (jika belum sepenuhnya paham) dan membantu mereka menyusun strategi edukasi untuk lingkungan sosial (teman, guru). Dukungan untuk Sibling: Memberikan perhatian dan dukungan individual kepada Via; mengakui perannya dalam keluarga dan tantangan yang dihadapinya. Advokasi: Bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan mencegah bullying. Meningkatkan Keterampilan Sosial: Membantu Auggie mengembangkan keterampilan berinteraksi dan merespons situasi sosial. Rujukan: Merujuk keluarga ke kelompok pendukung orang tua dengan anak berkebutuhan khusus atau kelompok pendukung sibling. o Evaluasi yang Diharapkan: Komunikasi keluarga meningkat, terutama antara orang tua dan Via. Via merasa lebih dihargai dan kebutuhannya diakui. Auggie berhasil beradaptasi di sekolah dan menjalin hubungan sosial yang positif. Keluarga menunjukkan ketahanan dan koping yang efektif dalam menghadapi tantangan. Fungsi keluarga (terutama sosialisasi dan afektif) meningkat. • Dukungan Jurnal: o Judul/Topik Relevan: Dampak Penyakit Kronis/Kebutuhan Khusus pada Sibling, Dinamika Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus, Resiliensi Keluarga, Koping Keluarga Terhadap Stres Sosial. o Contoh Kutipan Konsep: "Seringkali, sibling dari anak dengan penyakit kronis atau disabilitas mengalami beban emosional dan sosial yang unik, yang dapat memengaruhi penyesuaian psikososial mereka jika tidak mendapatkan dukungan yang memadai" (Meadows, et al., 20XX). "Resiliensi keluarga adalah kemampuan keluarga untuk bangkit kembali dari kesulitan, yang melibatkan proses adaptasi positif dan pemeliharaan fungsi keluarga di bawah tekanan" (Walsh, 20XX, dikutip dalam banyak publikasi). ________________________________________ 3. ANALISIS FILM: MY SISTER'S KEEPER (TAHAP KELUARGA DENGAN REMAJA) • Ringkasan Film Singkat (Relevansi Keluarga): Film ini menceritakan keluarga Fitzgerald yang menghadapi penyakit leukemia kronis pada putri mereka, Kate (remaja). Adik perempuannya, Anna (remaja), dilahirkan melalui rekayasa genetika sebagai donor yang kompatibel untuk Kate. Konflik muncul ketika Anna, setelah bertahun-tahun memberikan sel punca, sumsum tulang, dan bagian tubuh lainnya, menolak mendonorkan ginjalnya dan mengajukan gugatan hukum (medical emancipation) terhadap orang tuanya untuk mendapatkan otonomi medis atas tubuhnya sendiri. Film ini mengeksplorasi beban penyakit kronis/terminal pada seluruh keluarga, isu etika, komunikasi yang rusak, dan proses berduka. • Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga: o Pengkajian Fokus Keluarga: Stresor: Penyakit kronis dan terminal pada anak (Kate), dilema etika dan moral (konsepsi Anna sebagai donor), konflik hukum dalam keluarga (gugatan Anna), beban emosional dan fisik merawat pasien kronis, berduka antisipatori. Koping Keluarga: Sarah (ibu) menunjukkan koping yang sangat terfokus dan intens pada perawatan Kate, terkadang mengabaikan kebutuhan anggota keluarga lain. Brian (ayah) seringkali menjadi penengah, tetapi juga tertekan. Jesse (kakak laki-laki) menarik diri dan menggunakan mekanisme koping maladaptif (misal: kenakalan). Anna menunjukkan koping melalui perlawanan dan pencarian otonomi sebagai cara untuk mengontrol situasinya. Secara keseluruhan, koping keluarga terfragmentasi dan seringkali tidak efektif. Fungsi Keluarga: Sangat terganggu, terutama fungsi afektif (kesulitan mengekspresikan perasaan secara sehat, ada kebencian terpendam), fungsi perawatan kesehatan (terlalu fokus pada aspek teknis/medis Kate, mengabaikan aspek psikososial), fungsi sosialisasi (keluarga terisolasi, fokus hanya pada penyakit Kate), fungsi pengambilan keputusan (konflik besar). Komunikasi Keluarga: Sangat buruk, ditandai dengan argumen, penahanan perasaan, ketidakmampuan membahas topik sulit secara terbuka (misal: kematian, perasaan Anna). Peran Keluarga: Peran orang tua sebagai pengambil keputusan untuk anak-anak diuji secara ekstrem. Peran Anna sebagai "anak donor" yang tidak diinginkannya, peran Kate sebagai pasien yang sakit, dan peran Jesse sebagai anak yang terabaikan. Tahap Perkembangan Kate & Anna: Keduanya adalah remaja yang seharusnya sedang dalam proses pembentukan identitas (Identity vs. Role Confusion), namun perkembangan mereka terhambat atau terdistorsi oleh penyakit Kate dan dinamika keluarga. Anna berjuang untuk otonomi dan identitas terpisah dari perannya sebagai donor. Kate bergulat dengan penyakitnya dan penerimaan kematian. Jesse mencari perhatian dengan cara negatif. o Data Fokus dari Film: Data Subjektif: Pernyataan Anna di pengadilan tentang keinginannya atas tubuhnya; pernyataan Sarah "Dia (Anna) dilahirkan untuk menyelamatkan Kate"; luapan emosi atau kemarahan dalam percakapan keluarga; pengakuan Kate tentang keinginannya untuk "pergi" dan mengakhiri penderitaannya; perilaku menarik diri Jesse. Data Objektif: Kondisi fisik Kate yang semakin lemah; persidangan antara Anna dan orang tuanya; kurangnya interaksi positif antar anggota keluarga; penampilan Jesse yang urakan. o Masalah Keperawatan Keluarga yang Mungkin Muncul: Ketidakefektifan Koping Keluarga b.d penyakit kronis/terminal, konflik etika, dan stres hukum. Perubahan Proses Keluarga b.d stres kronis, konflik internal, dan kerusakan komunikasi. Konflik Pengambilan Keputusan Keluarga b.d pilihan perawatan, otonomi pasien/donor, dan nilai-nilai keluarga. Ketegangan Peran Saudara Kandung (Sibling Role Strain) b.d peran yang dipaksakan pada Anna dan perasaan terabaikan Jesse. Berduka Komplikasi/Disfungsional b.d penyakit terminal dan kesulitan memproses emosi. Kerusakan Komunikasi Keluarga b.d ketidakmampuan membahas perasaan dan masalah secara terbuka. Isolasi Sosial Keluarga b.d fokus pada penyakit dan masalah internal. o Intervensi Keperawatan Keluarga Utama: Konseling Keluarga Inten: Memfasilitasi komunikasi terbuka dan jujur, membantu anggota keluarga mengekspresikan perasaan (marah, takut, bersalah, sedih); mediasi konflik antara Anna dan orang tua. Dukungan Berduka: Mendukung keluarga dalam proses berduka antisipatori untuk Kate, dan berduka setelah kematian Kate (jika terjadi sesuai film). Edukasi tentang Penyakit Kronis/Terminal: Memberikan informasi yang jelas tentang prognosis, pilihan perawatan paliatif, dan proses kematian; membantu keluarga membuat keputusan yang terinformasi. Dukungan Individual: Memberikan dukungan konseling untuk setiap anggota keluarga (Anna, Kate, Jesse, Sarah, Brian) untuk mengatasi tantangan spesifik mereka. Konsultasi Etika: Merujuk keluarga ke komite etika rumah sakit atau konselor etika medis untuk membantu menavigasi isu sulit terkait donor dan otonomi. Rujukan: Merujuk ke kelompok pendukung keluarga dengan anak sakit kronis, terapis keluarga, atau layanan hospis. o Evaluasi yang Diharapkan: Komunikasi keluarga menjadi lebih terbuka dan jujur. Anggota keluarga mampu mengekspresikan perasaan mereka secara lebih sehat. Konflik dalam keluarga (atau setidaknya intensitasnya) berkurang, dengan solusi yang lebih adaptif (baik melalui negosiasi atau penerimaan hasil). Keluarga menunjukkan kemajuan dalam proses berduka. Setiap anggota keluarga merasa didukung dan kebutuhannya diakui. Fungsi keluarga secara bertahap membaik setelah krisis akut. • Dukungan Jurnal: o Judul/Topik Relevan: Beban Keluarga pada Penyakit Kronis Anak, Dinamika Sibling dan Penyakit, Konflik Etika dalam Perawatan Kesehatan Keluarga, Komunikasi Keluarga di Akhir Kehidupan, Berduka dalam Keluarga. o Contoh Kutipan Konsep: "Penyakit kronis atau terminal pada anak memberikan beban yang luar biasa pada seluruh sistem keluarga, seringkali menyebabkan perubahan peran, peningkatan stres, dan gangguan komunikasi" (Doherty & Baird, 20XX, relevan dengan konsep penyakit kronis dalam keluarga). "Perawat keluarga berperan penting dalam memfasilitasi komunikasi terbuka tentang harapan, ketakutan, dan nilai-nilai, terutama dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa atau di akhir kehidupan" (Wright & Leahey, dikutip dalam banyak publikasi). Artikel tentang Family Systems Theory atau Chronic Illness Framework sangat aplikatif di sini. ________________________________________
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan utama dan intervensi utama berdasarkan analisis film "Wonder" yang menggambarkan tahap keluarga dengan anak usia sekolah:
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Perubahan Proses Keluarga (00062) berhubungan dengan transisi perkembangan anak dan kebutuhan khusus (kelainan wajah).
Definisi: Perubahan dalam pola interaksi dan fungsi keluarga dalam merespons stresor perkembangan atau situasional.
Intervensi Utama:
1. Konseling Keluarga (7100)
Definisi: Memfasilitasi diskusi dan refleksi antar anggota keluarga untuk mengeksplorasi dinamika dan menyelesaikan masalah.
Aktivitas kunci:
- Memfasilitasi diskusi terbuka tentang perasaan setiap anggota keluarga, termasuk perasaan Via.
- Membantu orang tua menyadari dan memenuhi kebutuhan unik masing-masing anak.
2. Pendidikan Kesehatan (5510)
Definisi: Pemberian informasi, termasuk instruksi, yang memfasilitasi perubahan perilaku.
Aktivitas kunci:
- Memberikan informasi tentang Treacher Collins Syndrome kepada keluarga.
- Membantu keluarga menyusun strategi edukasi untuk lingkungan sosial (teman, guru).
3. Dukungan untuk Sibling (7110)
Definisi: Memberikan perhatian, dukungan, dan pengakuan terhadap kebutuhan unik saudara kandung.
Aktivitas kunci:
- Memberikan perhatian dan dukungan individual kepada Via.
- Mengakui peran Via dalam keluarga dan tantangan yang dihadapinya.
Evaluasi yang Diharapkan:
- Komunikasi keluarga meningkat, terutama antara orang tua dan Via.
- Via merasa lebih dihargai dan kebutuhannya diakui.
- Auggie berhasil beradaptasi di sekolah dan menjalin hubungan sosial yang positif.
- Keluarga menunjukkan ketahanan dan koping yang efektif dalam menghadapi tantangan.
- Fungsi keluarga (terutama sosialisasi dan afektif) meningkat. -
Article No. 17070 | 10 May 2025
Klinis : TENTUKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA DAN INTERVENSI UTAMA DARI DESKRIPSI BERIKUT INI : 2. ANALISIS FILM: WONDER (TAHAP KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH) • Ringkasan Film Singkat (Relevansi Keluarga): Film ini berpusat pada Auggie Pullman, seorang anak berusia 10 tahun (tahap anak usia sekolah) dengan kelainan bentuk wajah (Treacher Collins Syndrome) yang memutuskan untuk masuk sekolah umum setelah bertahun-tahun homeschooling. Cerita tidak hanya fokus pada adaptasi Auggie, tetapi juga dampak keputusannya pada seluruh anggota keluarga: orang tuanya yang protektif namun juga cemas, dan saudara perempuannya, Via (dalam transisi ke remaja), yang merasa seringkali "tidak terlihat" dibandingkan dengan kebutuhan khusus Auggie. Film ini menyoroti ketahanan keluarga, dinamika sibling, dan pentingnya penerimaan. • Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga: o Pengkajian Fokus Keluarga: Stresor: Transisi besar dalam kehidupan anak (masuk sekolah umum), potensi bullying dan penolakan sosial, kebutuhan adaptasi keluarga terhadap tantangan baru, dinamika sibling (perasaan Via yang merasa perhatian orang tua terbagi ke Auggie). Koping Keluarga: Keluarga Pullman secara umum menunjukkan koping adaptif dan resilien. Mereka memiliki komunikasi terbuka (walaupun Via terkadang menahan diri), saling mendukung (meski ada momen ketegangan), dan aktif mencari solusi (memilih sekolah, menemui guru). Mereka menggunakan humor sebagai mekanisme koping. Fungsi Keluarga: Fungsi afektif sangat kuat (cinta dan dukungan), fungsi sosialisasi teruji (membantu Auggie berinteraksi sosial), fungsi perawatan kesehatan (mendukung kebutuhan medis Auggie, memastikan kesehatannya), fungsi ekonomi (mampu menyediakan kebutuhan Auggie, sekolah). Komunikasi Keluarga: Secara umum baik, ada usaha orang tua untuk berkomunikasi dengan kedua anak, namun terkadang mereka luput memperhatikan kebutuhan emosional Via karena fokus pada Auggie. Peran Keluarga: Peran orang tua sebagai pendukung, advokat, dan pelindung sangat menonjol. Peran Via sebagai kakak dan figur pendukung untuk Auggie (meskipun ia sendiri membutuhkan dukungan). Tahap Perkembangan Auggie: Berada pada tahap Industry vs. Inferiority, berusaha keras untuk diterima dan merasa kompeten di lingkungan sekolah baru, menghadapi tantangan besar dalam pembentukan rasa percaya diri dan identitas. Tahap Perkembangan Via: Berada dalam transisi menuju remaja, bergulat dengan identitas, persahabatan, hubungan romantis, dan kebutuhan akan kemandirian dan pengakuan dari orang tua. o Data Fokus dari Film: Data Subjektif: Pernyataan Auggie tentang ketakutannya pergi sekolah; perasaan Via yang diungkapkan kepada temannya "Aku seperti planet yang mengorbit Auggie, sang matahari"; kekhawatiran orang tua saat Auggie akan masuk sekolah; percakapan keluarga saat makan malam. Data Objektif: Auggie yang selalu memakai helm sebelum memutuskan melepaskannya; ekspresi Auggie saat menghadapi bullying; interaksi Via dengan teman-temannya dan orang tuanya (terkadang menarik diri); usaha orang tua berkomunikasi dengan pihak sekolah. o Masalah Keperawatan Keluarga yang Mungkin Muncul: Perubahan Proses Keluarga b.d transisi perkembangan anak dan kebutuhan khusus (kelainan wajah). Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Keluarga b.d luputnya perhatian terhadap kebutuhan emosional sibling (Via) akibat fokus pada anak dengan kebutuhan khusus. Ketegangan Peran Saudara Kandung (Sibling Role Strain) b.d pembagian perhatian dan sumber daya keluarga yang tidak merata. Risiko Isolasi Sosial pada Auggie b.d penampilan fisik dan potensi penolakan sosial. Gangguan Citra Tubuh pada Auggie b.d penampilannya. o Intervensi Keperawatan Keluarga Utama: Konseling Keluarga: Memfasilitasi diskusi terbuka tentang perasaan setiap anggota keluarga, termasuk perasaan Via; membantu orang tua menyadari dan memenuhi kebutuhan unik masing-masing anak. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi tentang Treacher Collins Syndrome kepada keluarga (jika belum sepenuhnya paham) dan membantu mereka menyusun strategi edukasi untuk lingkungan sosial (teman, guru). Dukungan untuk Sibling: Memberikan perhatian dan dukungan individual kepada Via; mengakui perannya dalam keluarga dan tantangan yang dihadapinya. Advokasi: Bekerja sama dengan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan mencegah bullying. Meningkatkan Keterampilan Sosial: Membantu Auggie mengembangkan keterampilan berinteraksi dan merespons situasi sosial. Rujukan: Merujuk keluarga ke kelompok pendukung orang tua dengan anak berkebutuhan khusus atau kelompok pendukung sibling. o Evaluasi yang Diharapkan: Komunikasi keluarga meningkat, terutama antara orang tua dan Via. Via merasa lebih dihargai dan kebutuhannya diakui. Auggie berhasil beradaptasi di sekolah dan menjalin hubungan sosial yang positif. Keluarga menunjukkan ketahanan dan koping yang efektif dalam menghadapi tantangan. Fungsi keluarga (terutama sosialisasi dan afektif) meningkat. • Dukungan Jurnal: o Judul/Topik Relevan: Dampak Penyakit Kronis/Kebutuhan Khusus pada Sibling, Dinamika Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus, Resiliensi Keluarga, Koping Keluarga Terhadap Stres Sosial. o Contoh Kutipan Konsep: "Seringkali, sibling dari anak dengan penyakit kronis atau disabilitas mengalami beban emosional dan sosial yang unik, yang dapat memengaruhi penyesuaian psikososial mereka jika tidak mendapatkan dukungan yang memadai" (Meadows, et al., 20XX). "Resiliensi keluarga adalah kemampuan keluarga untuk bangkit kembali dari kesulitan, yang melibatkan proses adaptasi positif dan pemeliharaan fungsi keluarga di bawah tekanan" (Walsh, 20XX, dikutip dalam banyak publikasi). ________________________________________ 3. ANALISIS FILM: MY SISTER'S KEEPER (TAHAP KELUARGA DENGAN REMAJA) • Ringkasan Film Singkat (Relevansi Keluarga): Film ini menceritakan keluarga Fitzgerald yang menghadapi penyakit leukemia kronis pada putri mereka, Kate (remaja). Adik perempuannya, Anna (remaja), dilahirkan melalui rekayasa genetika sebagai donor yang kompatibel untuk Kate. Konflik muncul ketika Anna, setelah bertahun-tahun memberikan sel punca, sumsum tulang, dan bagian tubuh lainnya, menolak mendonorkan ginjalnya dan mengajukan gugatan hukum (medical emancipation) terhadap orang tuanya untuk mendapatkan otonomi medis atas tubuhnya sendiri. Film ini mengeksplorasi beban penyakit kronis/terminal pada seluruh keluarga, isu etika, komunikasi yang rusak, dan proses berduka. • Analisis Asuhan Keperawatan Keluarga: o Pengkajian Fokus Keluarga: Stresor: Penyakit kronis dan terminal pada anak (Kate), dilema etika dan moral (konsepsi Anna sebagai donor), konflik hukum dalam keluarga (gugatan Anna), beban emosional dan fisik merawat pasien kronis, berduka antisipatori. Koping Keluarga: Sarah (ibu) menunjukkan koping yang sangat terfokus dan intens pada perawatan Kate, terkadang mengabaikan kebutuhan anggota keluarga lain. Brian (ayah) seringkali menjadi penengah, tetapi juga tertekan. Jesse (kakak laki-laki) menarik diri dan menggunakan mekanisme koping maladaptif (misal: kenakalan). Anna menunjukkan koping melalui perlawanan dan pencarian otonomi sebagai cara untuk mengontrol situasinya. Secara keseluruhan, koping keluarga terfragmentasi dan seringkali tidak efektif. Fungsi Keluarga: Sangat terganggu, terutama fungsi afektif (kesulitan mengekspresikan perasaan secara sehat, ada kebencian terpendam), fungsi perawatan kesehatan (terlalu fokus pada aspek teknis/medis Kate, mengabaikan aspek psikososial), fungsi sosialisasi (keluarga terisolasi, fokus hanya pada penyakit Kate), fungsi pengambilan keputusan (konflik besar). Komunikasi Keluarga: Sangat buruk, ditandai dengan argumen, penahanan perasaan, ketidakmampuan membahas topik sulit secara terbuka (misal: kematian, perasaan Anna). Peran Keluarga: Peran orang tua sebagai pengambil keputusan untuk anak-anak diuji secara ekstrem. Peran Anna sebagai "anak donor" yang tidak diinginkannya, peran Kate sebagai pasien yang sakit, dan peran Jesse sebagai anak yang terabaikan. Tahap Perkembangan Kate & Anna: Keduanya adalah remaja yang seharusnya sedang dalam proses pembentukan identitas (Identity vs. Role Confusion), namun perkembangan mereka terhambat atau terdistorsi oleh penyakit Kate dan dinamika keluarga. Anna berjuang untuk otonomi dan identitas terpisah dari perannya sebagai donor. Kate bergulat dengan penyakitnya dan penerimaan kematian. Jesse mencari perhatian dengan cara negatif. o Data Fokus dari Film: Data Subjektif: Pernyataan Anna di pengadilan tentang keinginannya atas tubuhnya; pernyataan Sarah "Dia (Anna) dilahirkan untuk menyelamatkan Kate"; luapan emosi atau kemarahan dalam percakapan keluarga; pengakuan Kate tentang keinginannya untuk "pergi" dan mengakhiri penderitaannya; perilaku menarik diri Jesse. Data Objektif: Kondisi fisik Kate yang semakin lemah; persidangan antara Anna dan orang tuanya; kurangnya interaksi positif antar anggota keluarga; penampilan Jesse yang urakan. o Masalah Keperawatan Keluarga yang Mungkin Muncul: Ketidakefektifan Koping Keluarga b.d penyakit kronis/terminal, konflik etika, dan stres hukum. Perubahan Proses Keluarga b.d stres kronis, konflik internal, dan kerusakan komunikasi. Konflik Pengambilan Keputusan Keluarga b.d pilihan perawatan, otonomi pasien/donor, dan nilai-nilai keluarga. Ketegangan Peran Saudara Kandung (Sibling Role Strain) b.d peran yang dipaksakan pada Anna dan perasaan terabaikan Jesse. Berduka Komplikasi/Disfungsional b.d penyakit terminal dan kesulitan memproses emosi. Kerusakan Komunikasi Keluarga b.d ketidakmampuan membahas perasaan dan masalah secara terbuka. Isolasi Sosial Keluarga b.d fokus pada penyakit dan masalah internal. o Intervensi Keperawatan Keluarga Utama: Konseling Keluarga Inten: Memfasilitasi komunikasi terbuka dan jujur, membantu anggota keluarga mengekspresikan perasaan (marah, takut, bersalah, sedih); mediasi konflik antara Anna dan orang tua. Dukungan Berduka: Mendukung keluarga dalam proses berduka antisipatori untuk Kate, dan berduka setelah kematian Kate (jika terjadi sesuai film). Edukasi tentang Penyakit Kronis/Terminal: Memberikan informasi yang jelas tentang prognosis, pilihan perawatan paliatif, dan proses kematian; membantu keluarga membuat keputusan yang terinformasi. Dukungan Individual: Memberikan dukungan konseling untuk setiap anggota keluarga (Anna, Kate, Jesse, Sarah, Brian) untuk mengatasi tantangan spesifik mereka. Konsultasi Etika: Merujuk keluarga ke komite etika rumah sakit atau konselor etika medis untuk membantu menavigasi isu sulit terkait donor dan otonomi. Rujukan: Merujuk ke kelompok pendukung keluarga dengan anak sakit kronis, terapis keluarga, atau layanan hospis. o Evaluasi yang Diharapkan: Komunikasi keluarga menjadi lebih terbuka dan jujur. Anggota keluarga mampu mengekspresikan perasaan mereka secara lebih sehat. Konflik dalam keluarga (atau setidaknya intensitasnya) berkurang, dengan solusi yang lebih adaptif (baik melalui negosiasi atau penerimaan hasil). Keluarga menunjukkan kemajuan dalam proses berduka. Setiap anggota keluarga merasa didukung dan kebutuhannya diakui. Fungsi keluarga secara bertahap membaik setelah krisis akut. • Dukungan Jurnal: o Judul/Topik Relevan: Beban Keluarga pada Penyakit Kronis Anak, Dinamika Sibling dan Penyakit, Konflik Etika dalam Perawatan Kesehatan Keluarga, Komunikasi Keluarga di Akhir Kehidupan, Berduka dalam Keluarga. o Contoh Kutipan Konsep: "Penyakit kronis atau terminal pada anak memberikan beban yang luar biasa pada seluruh sistem keluarga, seringkali menyebabkan perubahan peran, peningkatan stres, dan gangguan komunikasi" (Doherty & Baird, 20XX, relevan dengan konsep penyakit kronis dalam keluarga). "Perawat keluarga berperan penting dalam memfasilitasi komunikasi terbuka tentang harapan, ketakutan, dan nilai-nilai, terutama dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa atau di akhir kehidupan" (Wright & Leahey, dikutip dalam banyak publikasi). Artikel tentang Family Systems Theory atau Chronic Illness Framework sangat aplikatif di sini. ________________________________________
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan analisis film yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan utama dan intervensi utama yang dapat diterapkan:
1. ANALISIS FILM: WONDER (TAHAP KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH)
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Perubahan Proses Keluarga (Diagnosa SDKI: 10062) berhubungan dengan transisi perkembangan anak dan kebutuhan khusus (kelainan wajah)
Definisi: Perubahan dalam fungsi, struktur, atau peran keluarga sebagai respon terhadap stresor internal dan eksternal.
Intervensi Keperawatan Utama:
1. Konseling Keluarga (Intervensi SIKI: I0053)
Definisi: Membantu keluarga mengidentifikasi dan mengatasi masalah, meningkatkan komunikasi, dan mencapai tujuan bersama.
2. ANALISIS FILM: MY SISTER'S KEEPER (TAHAP KELUARGA DENGAN REMAJA)
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Ketidakefektifan Koping Keluarga (Diagnosa SDKI: 00074) berhubungan dengan penyakit kronis/terminal, konflik etika, dan stres hukum
Definisi: Ketidakmampuan keluarga dalam mengatur atau mengatasi stresor atau perubahan yang mempengaruhi fungsi keluarga.
Intervensi Keperawatan Utama:
1. Konseling Keluarga Intensif (Intervensi SIKI: I0053)
Definisi: Menggunakan pendekatan konseling yang komprehensif untuk membantu keluarga menghadapi dan mengatasi masalah secara efektif.
Selain itu, intervensi lain yang penting adalah:
- Dukungan Berduka (Intervensi SIKI: I0014) untuk membantu keluarga dalam proses berduka
- Edukasi tentang Penyakit Kronis/Terminal (Intervensi SIKI: I0108) untuk membantu keluarga membuat keputusan yang terinformasi
- Konsultasi Etika (Intervensi SIKI: I0047) untuk membantu navigasi isu-isu etika yang kompleks